ABDOMEN
Disusun Oleh:
Website : www.akperisvill.ac.id
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan trauma pada abdomen.
Penulisanan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Kegawatdaruratan yang
merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
demikian penulis sangat mengharapkan saran serta kritik dari dosen pembimbing. Akhir kata
semoga hasil makalah ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan
dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah
dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa
yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus
organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas
yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya
akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
1
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury
yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya
mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi
luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik
baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul
abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk
pengelolaan secara optimal.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
keperawatan gawat darurat I dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i
tentang trauma abdomen dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
trauma abdomen.
2. Tujuan khusus:
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
– pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah
Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
3
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi berasal dari bahasa latin yaitu, Ana: Bagian, memisahkan. Tomi (tomie):
Iris, potong. Fisiologi berasal dari kata fisis (Physis): Alam atau cara kerja. Logos(logi):
ilmu pengetahuan.
4
Dari kata tersebut dapat disimpulkan pengertian Anatomi dan Fisiologi adalah
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana
alat tubuh itu bekerja.
a) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas:
1) Mulut
2) Tenggorokan (faring)
3) Kerongkongan
4) Lambung
5) Usus halus
6) Usus besar
7) Rektum dan Anus.
1. Mulut
5
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir. Pengecapandirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang sempit atau
vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi ; 2. Bagian rongga mulut
dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,platum dan
mandubularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Diluar mulut ditutupi oleh
kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
Didalam rongga mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah
1) Gigi
Gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada umur 6-7 bulan dan
lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah terdiri atas: 8 buah gigi
seri (dens insisivus),4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham
(molare)
6
Gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
terdiri atas: 8 buah gigi susu (dens insisivus),
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk
mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
2) Kelenjar Ludah
Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus (saluran) wartoni dan stensoni . Kelenjar ludah ada 2 yaitu
kelenjar submaksilaris(kelenjar ludah bawah rahang) yang terdapat di bawah
tulang rahang atas pada bagian tengah dan kelenjar sublingualis (Kelenjar ludah
bawah lidah) yang terdapat di bagian depan dibawah lidah.
Kelenjar ludah dihasilkan didalam rongga mulut. Disekitar rongga mulut
terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
Kelenjar parotis terdapat di bawah depan telinga diantara prosesus mastoid
kiri dan kanan os mandibular,duktus stensoni. Duktus ini keluar dari
glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator)
Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang,duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan
frenulum lingua.
Kelenjar sublingualis terletak di bawah selaput lendir dasar rongga mulut.
3) Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot lidah dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi menjadi 3 bagian yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum
lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah belakang
terdapat epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalannya napas pada waktu
menelan makanan. Di punggung lidah terdapat puting-puting pengecap atau ujung
saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada
7
bagian kira-kira di tengah,jika lidah digerakkan ke atas makan akan terlihat
selaput lendir.Pada pertengahan flika sublingual terdapat saluran dari glandula
parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Fungsi Lidah:
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.
2. Tenggorokan ( Faring)
8
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian
media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi
dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan
sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
9
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
4. Lambung
1) Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus halus.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah
Fundus pada bagian puncak
Antrum di bagian bawah
10
Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah kurbatura
minor.
Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk sfingter pylorus.
Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung,terbentang dari
osteum kardiakm sampai ke pylorus.
Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum
gastrolienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke
limpa.
Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
11
4) Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim yaitu:
Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus
Pepsin membantu pemecahan protein
Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan anak)
Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium
menyebabkan koagulasi susu, sehingga lebih lama berada di lambung
untuk dicerna.
5. Pankreas
Dari lambung kimus dilanjutkan ke usus halus untuk dicerna lebih lanjut. Sekret
yang membantu pencernaan tidak hanya berasal dari usus halus sendiri, tetapi juga dari
pancreas, hati, dan kandung empedu.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari).
12
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa (
Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
13
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus ini memiliki
panjang sekitar 25 cm,berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada
lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selpaut
lendir yang membukit di sebut papila vateri.. pada papila vateri bermuara saluran
empedu (duktus koledokus) dan saluran pakreas (duktus wirsungi/ duktus
pankreatikus).
14
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya
sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang
berarti “kosong”.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
15
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum. Apendiks berfungsi dalam sistem limfatik.
16
Kolon asendens (kanan)
Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan,
membujur keatas dari dari ileum ke bawah hati.
Kolon transversum
Panjangnya sekitar 38 cm,membujur dari kolon desendens berada dibawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
Kolon desendens (kiri)
Panjangnya sekitar 25 cm ,terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri
bersambung dengan kolon sigmoid
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri,bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum
1) Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
17
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting
untuk menunda buang air besar.
2) Anus
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagiannya lagi
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) , yang merupakan fungsi utama
anus.
C. Klasifikasi
18
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus
di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
D. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan
bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
19
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
2. Trauma tembus
E. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan
lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka
beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan
tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan
karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh
juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
20
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut
dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks.
21
Pathway
Trauma Abdomen
Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio,
Laserasi, jejas,
hematoma) Resiko Peningkatan TIA
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Distensi Abdomen
Nyeri akut
Syok Mual/muntah
Hipovilemik
Kerusakan
integritas kulit Resiko ketidak
seimbangan nutrisi
F. Manifestasi klinis
22
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
3. Darah dan cairan
4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
5. Cairan atau udara dibawah diafragma
6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
7. Mual dan muntah
8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
23
9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
24
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000
eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
25
dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
I. Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
26
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya,
maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan
napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status
respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal
dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-
tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).
27
Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain
kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak
memperparah luka.
Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar
dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
Imobilisasi pasien.
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk
dan luka keluar yang berdekatan.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi
jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada:
28
Fraktur pelvis
Trauma non – penetrasi
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau
udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
29
BAB III
A. Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera
(trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas(hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
30
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif.Gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa keperawatan
4. DX 4: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
C. Perencanaan keperawatan
31
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda vital. — untuk mengidentifikasi
keperawatan defisit volume cairan.
diharapkanvolume — Pantau cairan — mengidentifikasi
cairan tidak parenteral dengan keadaan perdarahan,
mengalami elektrolit, antibiotik serta Penurunan
kekurangan. dan vitamin sirkulasi volume cairan
menyebabkan
Kriteria hasil:
kekeringan mukosa dan
Intake dan output
pemekatan urin. Deteksi
seimbang
dini memungkinkan
Turgor kulit baik
terapi pergantian cairan
Perdarahan (-)
segera.
— Kaji tetesan infus. — awasi tetesan untuk
mengidentifikasi
Kolaborasi : kebutuhan cairan.
— Berikan cairan — cara parenteral
parenteral sesuai membantu memenuhi
indikasi. kebutuhan nuitrisi
tubuh.
— Cairan parenteral ( IV — Mengganti cairan dan
line ) sesuai dengan elektrolit secara adekuat
umur. dan cepat.
— Pemberian tranfusi — menggantikan darah
darah. yang keluar.
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji karakteristik — Mengetahui tingkat
keperawatan nyeri. nyeri klien.
diharapkan nyeri — Beri posisi semi — Mengurngi kontraksi
dapat hilang atau fowler. abdomen
— Anjurkan tehnik — Membantu mengurangi
32
terkontrol. manajemen nyeri rasa nyeri dengan
seperti distraksi mengalihkan perhatian
Kriteria hasil:
— Managemant — lingkungan yang
Skala nyeri 0 lingkungan yang nyaman dapat
Ekspresi tenang nyaman. memberikan rasa
nyaman klien
— Kolaborasi pemberian — analgetik membantu
analgetik sesuai mengurangi rasa nyeri.
indikasi.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda — Mengidentifikasi
keperawatan infeksi. adanya resiko infeksi
diharapkaninfeksi lebih dini.
tidak terjadi. — Kaji keadaan luka. — Keadaan luka yang
diketahui lebih awal
Kriteria hasil:
dapat mengurangi
Tanda-tanda resiko infeksi.
infeksi (-) — Kaji tanda-tanda vital. — Suhu tubuh naik dapat
Leukosit 5000- di indikasikan adanya
10.000 mm3 proses infeksi.
— Lakukan cuci tangan — Menurunkan resiko
sebelum kntak dengan terjadinya kontaminasi
pasien. mikroorganisme.
— Lakukan pencukuran — Dengan pencukuran
pada area operasi klien terhindar dari
(perut kanan bawah infeksi post operasi
— Perawatan luka — Teknik aseptik dapat
dengan prinsip menurunkan resiko
sterilisasi. infeksi nosokomial
— Kolaborasi pemberian — Antibiotik mencegah
antibiotik adanya infeksi bakteri
33
dari luar.
34
membebani hepar..
D. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan trauma
abdomendiharapkan sebagai berikut:
35
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada trauma abdomenuntuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
37