Laporan Praktikum Biokimia Karbohidrat
Laporan Praktikum Biokimia Karbohidrat
Pendahuluan
Biomolekul karbohidrat merupakan golongan utama bahan organik, dan ditemukan pada semua bagian
sel, terutama pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan paling banyak mengandung karbohidrat, 50-80% bobot
kering sel yaitu karbohidrat selulosa. Karbohidrat juga merupakan komponen gizi utama bahan makanan
yang berenergi lebih tinggi dari biomolekul lain. Satu makromolekul karbohidrat adalah satu polimer
alam yang dibangun oleh monomer polisakarida. Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada
manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai
fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya
mengubah karbohirat (glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida untuk menghasilkan energi. (Hawab
2004).
Karbohidrat sebenarnya merupakan nama umum senyawa-senyawa kimiawi berupa bentuk hidrat dari
karbon dan secara empiris mempunyai rumus umum (CH2O)n. Salah satu perbedaan utama antara
berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya, diantaranya monosakarida, disakarida, oligosakarida
dan polisakarida. Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisa karbohidrat dibagi dalam 4
kelompok utama :
1. Monosakarida
Karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana terdiri dari satu gugus
cincin. Contoh dari monosakarida yang terdapat di dalam tubuh ialah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2. Disakarida
Senyawa yang terbentuk dari gabungan 2 molekul atau lebih monosakarida. Contoh disakarida ialah
sukrosa, maltosa dan laktosa.
3. Glikosida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul gula dan molekul non gula.
4. Polisakarida
Semua jenis karbohidrat baik mono, di maupun polisakarida akan berwarna merah. Apabila larutannya
(dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan alpha naphtol dan kemudian dialirkan pada asam
sulfat pekat dengan hati-hati sehingga tidak tercampur (Fessenden 1986).
Warna merah akan tampak pada bidang batas antara campuran karbohidrat dengan α naphtol dan asam
sulfat pekat. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dan dikenal sebagai uji
Molish (Fessenden 1986).
Tujuan
Tujuan praktikum adalah menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat melalui uji-uji kualitatif,
mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji yaitu uji
Molisch, Benedict, Barfoed, fermentasi, Selliwanoff, dan Iod.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ialah penangas air, tabung fermentasi, pipet mohr 10 ml,
pipet tetes, bulb, gegep kayu, tabung reaksi, rak tabung reaksi, mortar, pembakar bunsen, kaki tiga,
kasa, gelas piala 250 ml dan papan uji.
Bahan-bahan yang digunakan ialah glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%,laktosa 1%, maltose 1%, pati
1%, pereaksi Molisch, asam sulfat pekat, pereaksi benedict, pereaksi barfoed, fosfomolibdat, ragi, NaOH,
kapas, akuades, pereaksi selliwanoff, larutan iod encer, gum Arab, tepung pati, tepung agar-agar, dan
arabinosa.
Prosedur Percobaan
Pada Uji Molish dengan prosedur sebagai berikut, sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch, dicampur merata, kemudian asam sulfat pekat
ditambahkan perlahan-lahan ke dinding tabung sebanyak 3 ml. Reaksi positif ditunjukkan dengan
adanya warna violet(ungu) kemerahan pada batas kedua cairan. Percobaan dilakukan 6 kali dengan
sampel yang berbeda beda, sampelnya antara lain glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, dan pati 1 %.
Uji Benedict dilakukan dengan cara sebanyak 5 ml Pereaksi benedict dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian sampel ditambahkan sebanyak 8 tetes dan didihkan selama 5 menit, selanjutnya
dibiarkan sampai menjadi dingin. Tidak terdapatnya gula pereduksi pada sampel ditunjukkan dengan
larutan berwarna biru. Warna hijau kebiruan, hijau, dan kuning diindikasikan terdapatnya gula dengan
konsentrasi sekitar 250, 500, dan 1000 mg/Dl. Sedangkan konsentrasi gula sekitar 2000 mg/dl
ditunjukkan dengan endapan merah. Sampel yang digunakan antar lain glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Barfoed sebanyak 1 ml pereaksi Barfoed dan sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 3 menit selanjutnya didinginkan. Fosfomolibdat
dimasukkan ke dalam larutan sebanyak 1 ml selanjutnya dikocok dan diamati warna yang terjadi.
Percobaan dilakukan 6 kali dengan sampel yang berbeda beda, sampelnya antara lain glukosa
1%,fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Fermentasi sebanyak 20 ml sampel dan ragi sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam
mortar kemudian digerus kedua bahan tersebut sampai terbentuk suspensi yang homogen kemudian
suspensi tersebut dimasukkan ke dalam tabung fermentasi sampai bagian kaki tertutup terisi penuh
oleh cairan selanjutnya dilakukan pemeraman pada suhu 36oC dan diperiksa setiap selang waktu 2, 4, 5
menit. Jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung yang tertutup diukur panjang atau isi gas tersebut.
Pembuktian bahwa terdapat gas CO2, dilakukan dengan cara larutan ditambahkan NaOH 10% ke dalam
tabung fermentasi melalui kaki yang terbuka dan ditutup mulut tabung dengan ibu jari sambil tabung di
boalk-balik beberapa kali, adanya gas CO2 ditunjukkan dengan adanya isapan pada ibu jari. Uji ini
dilakukan terhadap larutan glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Selliwanoff sebanyak 5 ml pereaksi Selliwanoff dan beberapa tetes sampel dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian didihkan campuran tersebut selama 1-2 menit. Uji ini dilakukan
terhadap larutan glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Iod seujung sudip sampel dimasukkan ke dalam papan tetes kemudian ditambahkan satu
tetes larutan iod encer dan dicampurkan dengan rata serta diperhatikan warna yang terjadi. Sampel
yang digunakan yaitu tepung pati, tepung gum arab dan tepung agar-agar serta arabinosa.
Data Pengamatan
Bahan Uji
Glukosa
Fruktosa
+
Cincin ungu kecoklatan
Sukrosa
Laktosa
Maltosa
Pati
Bahan Uji
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
-
Biru
Laktosa
Maltosa
Pati
Biru
Bahan Uji
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Biru keruh
Maltosa
Biru keruh
Pati
Bahan Uji
Daya hisap
Glukosa
2’= 7.8 cm
4’= 8.5 cm
5’= 9.3 cm
++
Fruktosa
2’= 5 cm
3’= 7 cm
5’= 8.5 cm
+++
Sukrosa
2’= 3.5 cm
4’= 8.2 cm
5’= 8.5cm
++
Laktosa
2’=0.3 cm
4’=0.5 cm
6’=0.7 cm
Maltosa
+
2’=0.8 cm
4’=0.9 cm
5’=1.2 cm
Pati
Bahan Uji
Glukosa
Tb – Tb
Fruktosa
Tb – Merah
Sukrosa
Tb – Merah Muda
Laktosa
Tb – Tb
Maltosa
Tb – Tb
Pati
Tb – Tb
A B C D E F
Keterangan: A = glukosa
B = fruktosa
C = sukrosa
D = laktosa
E = maltosa
F = pati
Bahan Uji
Tepung pati
Tepung arabinosa
Putih – kuning
Putih – kuning
A B C D
Keterangan :
A = Tepung pati
B = Tepung Agar-agar
C = Tepung Arabinosa
Karbohidrat umumnya sering disebut dengan sakarida. Polisakarida terdiri dari banyak polimer
sakarida,seperti amilum, pati, dan selulosa. Disakarida terdiri dari dua sakarida, seperti sukrosa dan
laktosa. Monosakarida ialah monomer sakarida, seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa (Yatim 2003).
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa karena terdiri atas 6 rantai atau cincin karbon.
Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin tersebut secara terpisah atau sebagai
gugus hidroksil (OH-). Terdapat tiga jenis heksosa yang penting yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa
(Almatsier 2001).
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur dan terdapat di alam dalam jumlah yang sedikit
yaitu dalam sayur, buah, syrup jagung, sari pohon, serta bersamaan dengan fruktosa dalam madu.
Tubuh hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk D. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan
pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa merupakan bentuk karbohidrat
yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi (Almatsier 2001).
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah adalah gula yang paling manis. Fruktosa mempunyai
rumus kimia yang sama dengan glukosa yaitu C6H12O6 namun strukturnya berbeda. Susunan atom
dalam fruktosa merangsana jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula tersebut
terutama terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di dalam sayur.
Fruktosa juga dapat diolah dari pati dan digunakan secara komersial sebagai pemanis (Almatsier 2001).
Disakarida memiliki empat jenis yaitu sukrosa, sakarosa, maltosa,laktosa, dan trehalosa. Disakaria terdiri
atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi (Almatsier 2001).
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga sebagai gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang
99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan
dan kristalisasi. Sukrosa juga terdapat dalam buah, sayuran, dan madu. Apabila dihidrolisis, sukrosa
pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier 2001).
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa.
Laktosa adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut
daripada sakarida lain (Almatsier 2001).
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap perpecahan pati,
seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau biji berkecambah dan di dalam usus
manusia pada pencernaan pati. Apabila dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa (Almatsier
2001).
Karbohidrat kompleks terbagi atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida dan
serat yang dinamaka juga polisakarida nonpati. Polisakarida mengandung sampai tiga ribu unit gula
sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Gula sederhana tersebut
adalah glukosa. Jenis polisakarida yang penting ialah pati, dekstrin, gliogen,dan polisakarida nonpati
(Almatsier 2001).
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan karbohidrat utama
yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-
umbian. Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain, bergantung
jenis tanaman asalnya (Almatsier 2001).
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol
akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan
oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat.. Uji tersebut bukan uji spesifik untuk
karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak
mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangkan warna
hijau adalah negatif. Glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati termasuk senyawa
karbohidrat yang seluruhnya menghasilkan cincin ungu kecoklatan pada reaksinya dengan pereaksi
Molisch.
Cincin ungu terbentuk akibat glukosa yang terhidrasi menjadi fulfular dan bereaksi dengan molisch dan
H2SO4. Furfural padat paling cepat membentuk cincin ungu karena tidak perlu melalui hidrolisis.
Konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk
membentuk furfural dan turunannya yang kemudian diperkirakan dapat membentuk produk yang
bewarna pada produk amilum dan glukosa yang diteliti terbukti adalah karbohidrat yang ditandai
dengan adanya cincin bewarna ungu. Jadi baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida
memberikan hasil positif pada uji Molisch, sehingga membuktikan bahwa seluruhnya ialah karbohidrat
(Hamdan 2007).
Pada uji Molisch semua zat uji termasuk karbohidrat. Hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya
cincin warna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:
Uji Benedict didasari oleh larutan tembaga alkalis yang akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula pereduksi beraksi
dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus
aldehida dan OH laktol. Gugus OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan
karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan (Handini 2009).
Hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa ditandai dengan adanya
endapan merah bata pada uji benedict, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati
menunjukkan hasil negatif ditandai dengan warna biru. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam
bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida
atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam
reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya
saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton
yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi
pereaksi benedict. Pada pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer,
namun konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan
(Hamdan 2007).
Berdasarkan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa Uji Barfoed menghasilkan hasil yang positif pada
glukosa, fruktosa, sukrosa dan negatif pada laktosa, maltosa, dan pati. Dalam hal ini terdapat ketidak
sesuaian dengan literatur umumnya sukrosa menghasilkan hasil yang negatif pada uji Barfoed karena
sukrosa termasuk ke dalam golongan disakarida. Perbedaan ini disebabkan adanya kontaminan pada
pipet yang digunakan, tabung reaksi dan sampel. Hasil uji polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis
parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal tersebut yang menjadi dasar untuk membedakan
antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat
membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis
oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga intensitas warna biru yang
dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida.
Berbeda dengan pereaksi-pereaksi lain yang digunakan untuk menunjukkan karbohidrat pereduksi,
pereaksi barfoed bersifat asam. Pereaksi tersebut dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal kupri
sulfatnetral dalam 200 ml air. Setelah disaring, filtrat ditambah dengan 1,8 ml asam asetat glacial.
Pemanasan karbohidrat denga pereaksi barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi
asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed menjadi ion kupri (Cu2+) menjadi endapan kupro oksida.
Suasana asam pada pereaksi barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada
reksi dengan monosakarida dan disakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang sama, disakarida
memberikan endapan merah bata lebih lambat daripada monosakarida. Berdasarkan hal tersebut, uji
barfoed dapat digunakan untuk membedakan disakarida dan monosakarida (Sumardjo 2006).
Semakin tinngi hisapan pada ibu jari, semakin tinggi pula gas karbondioksida yang dihasilkan. Uji
positif hanya dihasilkan oleh monosakarida dan disakarida, sedangkan polisakarida menghasilka uji
negative.
Uji Selliwanoff digunakan untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya fruktosa. Pereaksi
Selliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Pendidihan fruktosa dengan pereaksi
Selliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah. Dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan tersebut,
yaitu dehidrasi fruktosa oleh HCl yang ada dalam pereaksi Selliwanoff membentuk hidroksimetilfurfural
dan kondensasi hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna
merah. Sukrosa juga memberikan hasil yang positif pada uji Selliwanoff sebab sukrosa mengalami
hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Fruktosa yang terbentuk tersebut menyebabkan larutan
berwarna merah ( Sumardjo 2006).
Sedangkan glukosa, laktosa, maltosa, dan pati tidak menghasilkan uji positif pada uji selliwanoff,
disebabkan oleh saat seluruhnya mengalami hidrolisis tidak ada satupun yang mengandung fruktosa. Uji
Selliwanoff hanya positif pada karbohidarat yang mengandung monosakarida dengan jumlah 6 atom C
yang disebut dengan heksosa dan mengandung gugus keton. Glukosa merupakan aldosa atau ketosa,
laktosa terurai menjadi glukosa dan galaktosa, maltosa terurai menjadi dua molekul glukosa, serta pati
merupakan polisakarida sehingga pada uji Selliwanoff dihasilkan uji yang negatif. Reaksi yang terjadi
pada uji selliwanoff sebagai berikut:
Iodium encer digunakan sebagai pereaksi dalam uji Iod. Iodium berfungsi sebagai pendeteksi adanya
kandungan amilum atau amilosa pada sampel yang ditunjukkan dengan timbulnya warna biru atau ungu
pekat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tepung pati menghasilkan warna ungu pekat dan tepung
agar-agar menghasilakan warna ungu kemerahan, lain halnya dengan tepung gum arab dan tepung
arabinosa menghasilkan warna kuning. Pati dan agar-agar mengandung amilosa sehingga menunjukkan
hasil positif, sedangkan gum arab dan arabinosa tidak mengandung komponen tersebut sehingga
menunjukkan hasil yang negatif.
Reaksi iodium merupakan hasil pembentukan rantai poliiodida dari reaksi pati dan yodium. Pada amilosa
atau bagian rantai lurus dari pati, bentuk heliks terdapat iodium yang menyusunnya menyebabkan
warna menjadi ungu kemerahan atau ungu pekat. Amilopektin atau bagian bercabang pada pati, bentuk
heliks lebih pendek dan molekul yodium tidak dapat menyusunnya dan menyebabkan warna menjadi
kuning atau oranye. Seperti pati yang dipecah atau dihidrolis menjadi unit karbohidrat yang lebih kecil,
warna ungu tidak diproduksi. Oleh sebab itu, uji iod dapat menentukan penyelesaian hidrolisis ketika
perubahan warna tidak terjadi (Sumardjo 2006).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa seluruh karbohidrat dapat diidentifikasi
oleh pereaksi molisch. Uji benedict positif terhadap glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa. Uji barfoed
positif terhadap glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Uji fermentasi positif terhadap glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, dan maltosa. Uji Selliwanoff positif terhadap fruktosa dan sukrosa. Serta uji iod positif
terhadap tepung pati dan tepung agar-agar.
Daftar Pustaka
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hamdan Ali. 2007. Petunjuk Praktikum Biokimia Laboratorium Dasar Universitas Trunojoyo. [terhubung
berkala] http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf. [7 September 2011, 03:05]
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran EGC