Disusun oleh:
Kelompok 5 :
M. Azmi Mahardika
Nabila Rizki Amalia
Noer Khofifah
Kelompok 6 :
Sonia Amelia S
Tirza Putri D
Wisnu Jurdan H
TEKNIK KIMIA
PENDAHULUAN
Dasar pemisahan secara kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan antara dua
fase. Salah satu fase adalah fase diam yang dipermukaannya relatif luas dan fase gas yang
menelusi fase diam. Komponen yang dipisahkan dibawa oleh gas pembawa melaui kolom.
Pelarut akan menahan komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya,
sehingga terbentuk sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen
meninggalkan kolom bersama dengan gas pembawa yang dicatat sebagai fungsi detektor.
Secara garis besar, peralatan kromatografi terusun atas gerbang suntik (injector), kolom,
detector, dan perekam.
Gerbang suntik harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan, sehingga tidak
menghilangkan keefisienan yang disebabkan oleh cara penyuntikan. Sebaliknya, suhu harus
cukup rendah karena untuk mencegah penguraian dan penataan ulang akibat panas.
Kolom pada oven suhunya harus sesuai dengan komponen – komponen dalam cuplikan.
Teori penting dari Van Deemter yang menyangkut penggunaan dan sistem kromatografi
gas dan dapat digunakan untuk memperbaiki keefisienan kolom.
Keluaran proses kromatografi gas dari pemisahan cuplikan adalah kromatogram.
Analisis dari proses keseluruhan merupakan faktor penting, meliputi :
1. Kecepatan : penggunaan gas pembawa, suhu, dan jenis kepolaran kolom
akan mempengaruhi kecepatan pemisahan komponen dari cuplikan.
2. Resolusi (daya pisah) : daya pisah ini dapat berbeda beda sesuai dengan titik didih
masing masing larutan murninya.
3. Analisis kualitatif : merupakan waktu yang diperlukan sejak penyuntikan
cuplikan sampai makximum puncak. Beberapa senyawa yang mungkin mempunyai
waktu yang berdekatan tetapi pada prinsipnya tiap senyawa mempunyai satu waktu
tambat dan tidak dipengaruhi oleh adanya komponen lain.
4. Analisis kuantitatif : luas setiap puncak berbanding lurus denan konsentrasi
puncak tersebut. ketelitian dapat dicapai oleh kromatografi gas tergantung pada
detector, metode integrasi dan konsentrasi cuplikan. Kesalahan mungkin terjadi
adaah cara mrncuplik, penjerapan atau penguraian cuplikan dalam kromatograf,
kinerja detector, kinerja perekan, cara integrasi dan perhitungan.
BAB II
METODE PERCOBAAN
Besar kecilnya peak pada kromatogram dapat menentukan jumlah zat yang
terkandung dalam satu kali injekkan. Pada puncak nomor 1 didapatkan luas peak
sebesar 1352292, nomor 2 sebesar 1736317, nomor 3 sebesar 2781408, nomor 4
sebesar 1804343 dan selanjutnya sebesar 1527810 dalam 0,04 mikro liter campuran.
Sehingga dapat diketahui terdapat larutan heptana sebanyak 14,70% dan toluena
sebanyak 30,23% dari 0,04 mikroliter campuran.
3.5. Tirza Putri
Pada praktikum kali ini komponen atau sampel yang digunakan adalah
campuran, toluene, dan heptana. Adapun suhu oven 75C, suhu injector B 150C, dan
suhu detektor B 75C. Hal ini bertujuan agar semua komponen berubah menjadi gas dan
keluar meninggalkan kolom. Sebelum dilakukan pengukuran, instrumen GC harus
dibiarkan selama ± 1 jam agar aliran gas pembawa tetap sehingga kolom tidak akan
cepat rusak. Selain berfungsi dalam pemisahan, kromatografi gas juga dapat digunakan
dalam analisa, baik analisa kualitatif maupun kuantitatif.
Pada percobaan kali ini terdapat 5 puncak. Komponen yang memiliki titik didih
lebih rendah akan lebih mudah menguap menjadi gas dan pergerakannya lebih cepat di
dalam kolom dibandingkan dengan komponen lain dengan titik didih yang lebih tinggi
untuk mencapai detektor.
3.6. Wisnu Jurdan
Pada praktikum kali ini menggunakan GC sama seperti halnya dengan HPLC
yaitu memisahkan suatu campuran berdasarkan tingkat kepolaran suatu zat dengan dua
fase yaitu fase diam (statonery phase) dan fase gerak (mobile phase). Yang
membedakan adalah praktikum menggunakan GC ini menggunakan suhu sebagai
variabel karena temperatur yang tinggi agar bahan yang diinjeksikan berubah menjadi
uap dan terbaca dengan detector. Diperlukan waktu 15 menit untuk setiap kali
praktikum.
Kromatogram campuran pada suhu 75°𝐶, Injector B 150°𝐶, dan detector 75°𝐶
menghasilkan zat zat sudah berpisah secara sempurna dengan penilaian setiap puncak
tidak saling berhimpit. Zat yang keluar pertama dengan waktu retensi 4.76 menit
dengan luas area sebesar 14.70%. Zat kedua yang keluar dengan retensi waktu 5.22
menit dan luas area 18.8%. Zat ketiga yang keluar dengan waktu retensi 6 menit dengan
luas area 30.23%. Zat keempat dengan waktu retensi 7.11 menit dan luas area 19.61%.
Dan zat terakhir yang keluar dengan waktu retensi 9.24 menit dan luas area 16.60%.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat lima komponen yang ada dalam campuran.
2. Fase gerak dalam gas kromatografi adalah gas nitrogen dan fase diam terdapat
5 komponen yang diuji adalah heptana dan toluena.
3. Suhu oven dan suhu detektor 75̊C suhu injektor sebesar 150̊C dapat
menghasilkan kromatograf dengan gambar yang lebih gabung dan benar benar
terpisah
4. Toluena memiliki titik didih yang tinggi sebesar 110.6̊C
5. Kandungan dalam campuran yang diuji adalah heptana 14.70% dan toluena
30.23%.
6. Kesalahan atau terjadinya penyimpangan disebabkan oleh waktu tidak
bersamaan dalam menginjeksikan campuran atau senyawa denga menekan
“start run”
4.2 Daftar Pustaka
Yuneka. 2000. Teknik Kromatografi. Jakarta: PT Kalman Pustaka
Sumar Hendayana. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
McNair & E.J.Bonelli.1988.Dasar Kromatografi Gas. Bandung:
Penerbit ITB Bandung