Anda di halaman 1dari 23

Makalah

kebidanankomunitas
Konsepkebidanankomunitas

Disusunoleh:

1. Arinirahmatika
2. Atikaanjarngadiyat
3. Bella Yolanda
4. Dealaberia
5. Destikartika
6. Dicameylaneysia
7. Dindhaayureviolitha

Dosenpengajar: Lela hartiniSST,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TA 2018/2019
Kata pengantar

PujisyukurkamipanjatkankehadiratTuhan Yang Maha Esa yang


telahmemberikanrahmatdanhidayah-Nyasertakemudahan–Nyasehingga kami
dapatmenyelesaikanmakalahini.Penyusunanmakalahinidimaksudkanuntukmemenuhitugasmataku
liahKebidananKomunitas.Tujuanlaindaripenyusunanmakalahiniadalahuntukmengetahuisejauhma
nakemampuanakademissertameningkatkan rasa tanggungjawab kami sebagaiseorangmahasiswa.

Kami menyadarimakalah yang


sederhanadansingkatinimasihjauhdarikesempurnaan.Makadariitukritikdan saran
darisemuapihaksangatmembantu demi terciptanyakarya yang lebihbaikdimasa-masa yang
akandatang. Semogadengansegalaketerbatasan yang adapada kami,
makalahinidapatmemberimanfaatkepadasemuapihak.Terima kasih.

Bengkulu,06Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHALUAN...................................................................................4

A. Latar belakang.......................................................................................4
B. Rumusan masalah………………………………..…………………..…..…5
C. Tujuan ………………………………………………………………….…5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..…6

A. Konsep kebidanan komunitas ……………………………………………6


a. Pengertian/definisi…………………………………………………….6
b. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain..7
c. Tujuan………………………………………………………………….11
d. Bekerja di komunitas………………………………………………..12
e. Strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai landasan pikir
pelayanan kebidanan…………………………………………..14
B. Tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas………………………….18
a. Tugas utama bidan di komunitas…………………………………….18
b. Tugas tambahan bidan di komunitas……………………………..….19
c. Bidan praktik swasta dan bidan delima……………………………….19
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..25

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….25
B. Saran………………………………………………………………….……26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang berbeda.
WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh batas – batas
wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga
dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur.
Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan
komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang
mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan
kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi
penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program
untuk mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa,
petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan
tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan komunitas,
kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dala
kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang
kuallifikasi pendidikannay lebih rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan.
Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama pelayanan
kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak menunggu pasien dating
ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di
dalam maupun di luar unit kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan
kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?
2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain?
3. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?
4. Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?
5. Apa Strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai landasan pikir
pelayanan kebidanan ?
6. Apa tugas utama bidan di komunitas ?
7. Apa tugas tambahan bidan di komunitas ?
8. Apa itu bidan praktik swasta dan bidan delima?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.
2. Untuk mengetahui Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan
beberapa Negara lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana bekerja di kebidanan komunitas.
5. Untuk mengetahui strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai
landasan pikir pelayanan kebidanan.
6. Untuk mengetahui tugas utama bidan di komunitas .
7. Untuk mengetahui tugas tambahan bidan di komunitas .
8. Untuk mengetahui apa itu bidan praktik swasta dan bidan delima.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebidanan Komunitas


a. Pengertian/definisi

Kebidanan berasal dari kata Bidan yang menurut International Confederation of Midwife (ICM)
berarti seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya,
telah lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki
ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan Praktik bidan.
Pengertian bidan menurut IBI adalah adalah seorang perempuanyang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister dan atauntuk secara sah mendapt lisensi ntukatau
menjalankan praktik kebidanan.

Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga
“communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok
orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut
Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem sosial.Jenis
Komunitas :

1. Geografikal yaitu daerah


2. Administratif batasan otoritas pemerintahan
3. Fungsional7an sama
4. Ethnicmpy satu kultur dengan kultur lain

Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And Health, Bidan komunitas
adalah praktisi bidan yang berbasis komunity yang harus dapat memberikan supervisi yang
dibutuhkan oleh wanita, pelayanan berkualitas, nasihatatausaran pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, dengan tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl
dan bayi secara komprehensif.

Menurut Dari.J.H.Syahlan, SKM, Bidan community adalah bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang
dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian
kebidanan komunitas yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan
komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin
dan Hamidah, 2009 : 1)

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam
pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan
kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga
diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).

Istilah bidan komunitas di Indonesia sering disebut ”bidan” saja.

b. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain


Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan oleh
dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun
1953 kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat jogyakarta dan berkembang didaerah lain.
Seiring dengan pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan
pelayanan antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intra natal dirumah,
kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatihan secara formal untuk kualitas
persalinan, tahun 1967 Kursus tambahan bidan (KTB) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi
dengan Puskesmas.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di
Puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana
(KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan keluarga dan posyandu yang mencakup
pemeriksaan kehamilan, KB, Imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Tahun 1990 merata
pada semua masyarakat.
Instruksi presiden secara lisan pada sidang kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik
bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakan titik
tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo yang menekankan pada reproduksi health
memperluas garapan bidan antara lain Safe Motherhood, Keluarga berencana, Penyakit
Menular Seksual (PMS), kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi orang tua.
Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di institusi pelayanan
kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982) menggambarkan bahwa, jika
persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan oleh bidan maka akan terjadi peningkatan
kunjungan antenatal ,penurunan frekuensi Persalinan dengan induksi, penurunan frekuensi
Persalinan prematur, BBLR, IUGR, persalinan forsep, frekuensi SC dan pemeriksaan rutin
Antenatal dan Intranatal di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masa
kehamilan, persalinan dan nifas dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari childbirth
tersebut.
1. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan
sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja
melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas
(community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan
komunitas” tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar
Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat
termasuk bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan
yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk
menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa. Pendidikan tersebut adalah program
pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan.
PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat
Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi
Perawat. PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah
Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun, berasal dari
lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun 1996. Kurikulum pendidikan bidan
tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu
memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa.
Disamping itu Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja
untuk memperkenalkan kondisi dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di
desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka juga mendapat
kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan kemampuan, seperti
pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi
seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari
tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)

2. Riwayat kebidanan komunitas di beberapa Negara lain.


 SELANDIA BARU
Selandia Baru telah mempunyai peraturan wacana cara kerja kebidanan
semenjak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan
telah berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem perumah
sakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena danya otonomi
bagi pekerja yang bergerak dalam porakteknya dengan lingkup praktek yang
penuh di awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi ‘asisten’ dokter. Bidan
bekerja di masyarakat di mulai dengan bekerja di rumah sakit dalam area tertentu,
ibarat klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas, kehamilan dan persalinan
menjadi terpisah menjadi khusus dan tersendiri secara keseluruhan. Dalam proses
ini, bidan kehilangan pandangan bahwa persalinan yaitu suatu insiden yang
normal dan dengan kiprah mereka sendiripun sebagai pendamping pada insiden
normal tersebut. Di samping itu bidan menjadi berpengalaman memperlihatkan
intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan imbas medis, dimana
seharusnya para dokter dan rumah sakit secara eksklusif yang lebih sempurna
untuk memberikannya.
Model di atas ditujukan untuk memperlihatkan pelayanan pada maternal dan
untuk mengurangi angka maut dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung
pada tahun 1920 hingga dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model
tersebut yaitu negara-negara barat ibarat Selandia Baru, Australia, Inggris dan
Amerika. Tetapi taktik ibarat itu tidak mencapai kesuksesan.
Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh persalinan tersebut
dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’ yaitu seseorang yang
berpengalaman dari mulainya kehamilan hingga dengan enam ahad setelah
persalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja dipercaya kemampuannya
untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan memperlihatkan sumbangan
bahwa persalinan yaitu insiden yang normal .
Lebih dari 10 tahun yang lalu, pelayanan mmaternitas telah berubah secara
dramatis. Saat ini, 86% perempuan mendapatkan pelayanan dari bidan selama
kehamilan hingga nifas, dan asuhan berkelanjutan pada persalinan sanggup
dilakukan di rumah ibu. Sekarang, di samping dokter, 63% perempuan
menentukan bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas, dalam hal ini terus
meningkat. Ada suatu keinginan dari para perempuan biar dirinya menjadi sentra
pelayanan maternitas. Di rumah sakit pun memperlihatkan pelayanan bagi yang
menginginkan tenaga kesehatan professionalyaitusentrapelayananmaternitas.
 Belanda
Tahun 1969 pemerintah pemerintah Belanda tetapkan bahwa melahirkan di
rumah harus dipromosikan sebagai alternatif persalinan. Di Amsterdam 43%
kelahiran (Catatan bidan dan Ahli Kebidanan) terjadi di rumah. Di Holland diakui
bahwa rumah adlaah tempat yang kondusif untuk melahirkan selama semuanya
normal.
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil hingga satu jam
setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan episiotomi tapi tidak diijinkan memakai alat kedokteran. Biasanya
bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke
Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jikalau ada indikasi.
Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak dipakai dalam
persalinan.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan,
hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community –
normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu
dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi
dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang
menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting. Pendidikan
bidan dipakai sistem Direct Entry dengan usang pendidikan 3 tahun.
 Kanada
 Tahun 1691 --Pemerintah dalam apa yang kini quebec, didirikan tiga cabang
otonom kedokteran: dokter, dokter bedah, bidan.

 Tahun 1755-- Pemerintah Inggris membayar upah bidan dari Inggris yang
menetap di Nova Scotia.

 Tahun 1843--Bidan yang bekerja di Universitas Lying-in-Rumah Sakit di


Montreal. Bidan yang diberikan izin oleh pemerintah kawasan di Montreal,
Quebec City, dan gereja-gereja lokal di kawasan pedesaan.

 Tahun 1912 --Dewan Kedokteran Kanada terbentuk dan praktek kebidanan


dihilangkan di sebagian besar lokasi.

 Tahun 1939--Selama tahun-tahun perang Perawat Kesehatan Masyarakat


diberikan perawatan kebidanan di pedesaan Alberta di bawah undang-undang
yang terkandung dalam Profesi Kedokteran Undang-Undang.

 Tahun 1944 --Kebidanan akta dicabut di Quebec.

 Tahun 1946 --Canadian Nurses Association (CNA) yang disetujui praktek


perawat terdaftar sebagai bidan di daerah-daerah terpencil di mana tidak ada
dokter

 Juni 1974 - Kanada Komite Nasional Perawat-Bidan yang diorganisir di


Canadian Nurses Association (CNA) konvensi di Winnipeg, tapi segera
dibubarkan sebagai bidan yang terlibat dengan Asosiasi Bidan lain. The CNA
mengeluarkan pernyataan pada perawat-bidan merekomendasikan pengakuan

perawat-bidan .
 Tahun 1987, Konfederasi Kanada Bidan (CCM) yang dibuat untuk
memfasilitasi komunikasi antara aneka macam provinsi asosiasi bidan.
Sebuah konfederasi dari asosiasi bidan, bukan individu.

 Tahun 1988, Saskatchewan Ikatan Bidan terbentuk. Asosiasi yang


Saskatchewan Aman Alternatif dalam Melahirkan dibubarkan dan konsumen
membentuk Friends of the Bidan kelompok.
 Tahun 1991,Maret - the CCM mengadopsi definisi MKI kebidanan, dan
"perawat-bidan" tidak sanggup diterima.

 Tahun 2001, The CCM menjadi Asosiasi Kanada Bidan (CAM). Kemajuan
kebidanan perundang-undangan di negara ini menimbulkan lebih banyak
pekerjaan, dan kebutuhan untuk Asosiasi nasional.

 Tahun 2001, The Kebidanan Mutual Recognition Agreement di Mobilitas


Buruh di Kanada yang sudah diisi ditandatangani dan diterima berdasarkan
Perjanjian Perdagangan Internal. Beberapa Old Kanada Sejarah

c. Tujuan pelayanan komunitas


Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan
keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan
kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan
keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk
mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan
anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas
tertentu. ( Syahlan, 1996 : 15 )
Pemberian Asuhan kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai tujuan
yang jelas. Adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut.
1) Tujuan umum
Asuhan kebidanan komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteran
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan (women well being) di wilayah
kerja bidan.
2) Tujuan khusus
 Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
 Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu.
 Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan degan resiko kehamilan
, persalinan, nifas dan perinatal.
 Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
 Membangun jejaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

d. Bekerja di komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan


bagian atau kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit.
Misalnya : ibu yang melahirkan di rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah.
Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Pelayanan
kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu
dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas. Sebagai
bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di
komunitas, yaitu :
1) Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai
pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya
sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di
komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan
memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan
keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara
tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang
tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
2) Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan
kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan
kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan
teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
 Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa
interval dalam keluarga.
 Pertolongan persalinan di rumah.
 Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko
tinggi di keluarga.
 Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
 Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
3) Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan
praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya.
Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit
puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan
memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
4) Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,
perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat
memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila
peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang
permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera
melaksanakan tindakan.
5) Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam
memecahkan permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu,
keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan
kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
6) Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi
informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan
yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
7) Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
8) Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan
keluarga serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas
untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin
dan Hamidah, 2009 : 8)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu –
waktu bekerja dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah
satu anggotanya adalah bidan.

e. Strategi pelayanan kebidanan di komunitas SDGS 2020 sebagai landasan pikir


pelayanan kebidanan

Setiap petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat perlu memahami


masyarakat yang dilayanainya, baik keadaan, budaya, maupun tradisi setempat
sehingga dapat menentukan cara atau strategi yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan masalah kebidanan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh
bidan dalam pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
Secara umum Pendekatan edukatif suatu rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan pertisipasi aktif dari
individu, kelompok maupun masyarakat umum untuk memecahkan masalah
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan budaya.
Secara khusus pendekatan edukatif merupakan satu bentuk atau model
pelaksanaan organisasi sosial masyarakat dalam memecahkan masalah yang
dirasakan oleh masyarakat dengan pokok penekanan pada : pemecahan masalah
dan proses pemecahannya serta pengembangan provider merupakan bagian dari
proses pengembangan masyarakat secara keseluruhan (Syafrudin, 2009)
 Tujuan Pendekatan Edukatif
1) Memecahkan masalah yang dihadapi masyrakat
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk bisa memecahkan
masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuannya.
 Langkah-langkah pendekatan edukatif
1) Pendekatan pada tokoh masyrakat
a. non formal : untuk penjajagan kebutuhan
b. formal: dengan surat resmi
c. tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat
d. kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan pengumpulan
data
e. pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu
kebijakan alternatif pemecahan masalah dalam rangka : perenecanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
f. menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara-
uapacara agama, perkawinaa, kematian dst
2) pedekatan kepada provider
pendekatan kepda provider diadakan pada waktu pertemuan tingkat
kecamatan, desa atau kelurahan dan tingkat dusun atau lingkungan.
3) pengumpulan data primer dan sekunder
a. data umum
b. data teknis sesuai kepentingan masing-masing sektor
c. data perilaku sesuai dengan masalah yang ada
d. data khusus hasil pengamatan
e. data orang lain

2. Pelayanan berorientasi pada kebutuhan masyarakat


Pelayanan seorang bidan yang bekerja di masyarakat berarti melayani
masyarakat dengan memberi pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Masyarakat juga diajak bekerjasama agar mampu berperilaku hidup sehat dan
mempromosikan kepada orang lain di lingkungan sekitarnya. Masyarakat juga dapat
memberikan masukan tentang bentuk bagaimana bentuk pelayanan yang diharapkan.
Dengan demikian, keberhasilan bidan dalam bekerja di masyarakat sangat ditentukan
oleh kemampuannya untuk mendengarkan, dan memenuhi harapan masyarakat serta
melibatkan masyarakat dalam upaya memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat.

3. Penggunaan atau pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat


Kegiatan dapat dikategorikan sebagai upaya yang berlandaskan pada
pemberdayaan masyarakat apabila dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, bukan kegiatan
yang segala sesuatunya diatur dan disediakan oleh pemerintah maupun pihak lain.
Kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat dapat berupa :
a. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat setempat baik yang bersifat formal ( ketua RT, RW, Kades dll)
maupun tokoh non formal (tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, kepala
suku).
Tokoh masyarakat merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu
menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan.
b. Dana masyarakat
pada golongan masyarakat tertentu penggalangan dana masyrakat
merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya, tapi pada golongan masyarakat
yang tingkat ekonominya pra sejahtera penggalangan dana masyarakat
hendaknya dilakukan sekedar agar mereka marasa ikut memiliki dan
bertanggungjawab terhadap upaya pemelaiharaan dan peningkatan derajat
kesehatnnya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan
atau sistem asuransi yang bersifat subsidi silang.
c. Organisasi kemasyarakatan
Organisasi yang ada di masyarakat seperti lembaga persatuan pemuda,
pengajian dan sebagainya merupakanwadah berkumpulnya para anggota dari
organisasi tersebut sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih
berhasil guna apabila pemerintah/ tenaga kesehatan memanfaatkanya dalam
upaya pembangunan kesehatan
d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat
Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki masyarakat seperti batu
kali, bambu, dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan
menimbulkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat.
e. Pengetahuan masyarakat
Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan
kesehatan seperti pengetahuan tentang obat tradisional, pengetahuan tentang
penerapan teknologi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di
wilayahnya misalnya penyaluran air menggunakan bambu dan lain-lain.
f. Teknologi yang dimiliki masyarakat
Masyarakat memiliki tehnologi sendiri dalam memecahkan masalahnya,
biasanya bersifat sederhana tetapi tepat guna. Untuk itu sebaiknya pemerintah
memanfaatkan tehnologi tersebut dan apabila memungkinkan dapat
memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.
g. Pengambilan keputusan oleh masyarakat
Apabila penemuan masalah dan perencanaan pemecahan masalah
kesehatan Telah dapat dilakukan oleh masyarakat maka pengambilan
keputusan terhadap upaya pemecahan masalah akan lebih baik dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Dengan demikian, kegiatan pemecahan masalah kesehatan
akan berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.(Depkes RI, 2007)

B. Tugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas


a. Tugas utama bidan di komunitas

1. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan


a) Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
b) Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
c) Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis dan
resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
d) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan
komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.
e) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal
dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
f) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan
klien/keluarga.
g) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan
sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
h) Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga.
i) Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien/keluarga.
j) Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidananan
2. Pengelola pelayanan KIA/KB.
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
program sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan
dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada
diwilayah kerjanya.
3. Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.
Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat dan
tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dan dukun bayi yang
berhubungan dengan KIA/KB.
4. Penelitian dalam asuhan kebidanan.
Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif
dalam tim penelitian tentang askeb.
b. Tugas tambahan bidan di komunitas
1) Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
2) Mengelola dan memberikan obat - obatan sederhana sesuai dengan
kewenangannya.
3) Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
4) Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

c. Bidan praktik swasta dan bidan delima


1) Bidan Praktik Swasta
Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan
kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan
pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan
yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek
bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek,
seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan
administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.

Kompetensi minimal bidan praktek swasta meliputi :


1. Ruang lingkup profesi
a. Diagnostik (klinik, laboratorik)
b. Terapy (promotif, preventif)
c. Merujuk
d. Kemampuan komunikasi interpersonal
2. Mutu pelayanan
a. Pemeriksaan seefisien mungkin
b. Internal review
c. Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi
d. Humanis (tidak diskriminatif)
3. Kemitraan
a. Sejawat/kolaborasi
b. Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog
c. Pasien, komunitas
4. Manajemen
a. Waktu
b. Alat
c. Informasi/MR
d. Obat
e. Jasa
f. Administrasi/regulasi/Undang-Undang
5. Pengembangan diri
a. CME (Continue Midwifery Education)
b. Information Search

2) Bidan Delima

Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :


a. Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
b. Merk Dagang/Brand.
c. Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap,
dan memiliki hak paten.
d. Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses
baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
e. Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan semangat
tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
f. Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

 Tujuan:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
b. Meningkatkan profesionalitas Bidan.
c. Mengembangkan kepemimpinan Bidan di masyarakat.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana.
e. Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian Ibu, Bayi dan
Anak.

 Logo Bidan Delima


a. Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah:
Bidan :
Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-
tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan reproduksi, keluarga
berencana dan kesehatan umum dasar selama 24 jam.
Delima :
Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan
manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
Merah :
Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan
pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.
Hitam :
Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum
perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
Hati :
Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang
Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.

b. Bidan Delima melambangkan:


Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah,
sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai
standar dan kode etik profesi.
Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah
memberikan pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi
pada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya (Service Excellence).

 Jenis pelayanan
a. Pelayanan rawat jalan dan inap
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap adalah satu bentuk dari pelayanan
kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud rawat jalan adalah pelayanan
kedokteran yang disediakan untuk pasien yang tidak dalam bentuk rawat
inap (hospitalization)
Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan ini
memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981) mencatat bahwa
peningkatan angka mutilasi pelayanan rawat jalan di RS. Misalnya adalah
dua sampai tiga kali lebih tinggi dari peningkatan angka mutilasi
pelayanannya.
b. Pelayanan rawat jalan oleh klinik mandiri
Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan
oleh klinik yang mandiri yakni yang tidak ada hubungan organisasi dengan
rumah sakit (free standing ambulatory center). Bentuk klinik mandiri ini
banyak macamnya yang secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
1) Klinik mandiri sederhana
Bentuk mandiri sederhana (simple free standing ambulatory center)
yang popular adalah praktik dokter umum atau praktik dokter spesialis
secara perseorangan (solo practitioner). Untuk Indonesia ditambah lagi
dengan praktik bidan.
2) Klinik mandiri institusi
Bentuk mandiri institusi (institutional free standing ambulatory center)
banyak macamnya mulai dari praktik berkelompok (group practitioner)
poliklinik (klinik) BKIA (MCH center), puskesmas (community health
center).

 Tanggung Jawab Bidan di Komunitas


1. Melaksanakan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan prioritas
masalah sesuai dengan kewenangan bidan
2. Menggerakan dan membina masyarakat desa berperilaku sehat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas Individu (ibu dan anak), keluarga
dan masyarakat. Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan
ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam
komunitas tertentu Bidan berperan sebagai pendidik, pengelola, pelaksana, peneliti,
pemberdaya, advokat, kolaborator dan perencana.
Jaringan kerja kebidanan komunitas antara lain puskesmas/ puskesmas pembantu dimana bidan
sebagai anggota tim, bisa juga di Polindes, Posyandu, BPS ataupun rumah pasien sebagai
pemimpin tim sekaligus sebagai pengelola dan pelaksana.
Terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mayoritas penduduknya hidup
dalam lingkungan sehat, mempunyai perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah RI. Puskesmas memberi pelayanan didalam dan
diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB).
B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih luas
mengenai ”ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS”
DAFTAR PUSTAKA

1. Rita Yulifah, Tri Johan Agus Yuswanto.2011.Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta :


Salemba Medika
2. Depkes RI. 2007. Modul 2 Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui
Kemitraan. Jakarta: Depkes RI
3. Depkes RI, 1999. Bidan di Masyarakat, Jakarta: Depkes RI
4. Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
5. Syahlan, J.H, 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan.
6. Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
7. Walsh, Linda V. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
8. http://isukebidanan.blogspot.com/2016/05/materi-asuhan-kebidanan-komunitas.html
9. http://bidanendahmustika.blogspot.com/2014/09/makalah-konsep-kebidanan-pada-
komunitas.html
10. http://madewidiari14024.blogspot.com/
11. https://jurnalkebidananku.blogspot.com/2018/06/sejarah-dan-riwayat-kebidanan-
komunitas.html
12. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/tugas-dan-tanggung-jawab-bidan-
di.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai