Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas PGRI
Palembang. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
usempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Kebumen, 15 Februari 2020

Penulis

(Mughni Shodiq)

1
Daftar Isi

Kata pengantar.................................................................................................... 1
Daftar isi.............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang.......................................................................................... 3
b. Rumusan masalah.................................................................................... 4
c. Tujuan...................................................................................................... 4
BAB II ISI
a. Latar belakang / sejarah provinsi............................................................ 5
b. Sosial & budaya
1. Rumah adat..........................................…...................................... 6
2. Pakaian adat.................................................................................. 6
3. Tarian............................................................................................ 7
4. Senjata.......................................................................................... 7
5. Kuliner........................................................................................... 7
6. Bahasa daerah.............................................................................. 7
7. Lagu daerah.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan............................................................................................. 9
b. Saran....................................................................................................... 10

2
Bab I
Pendahuluan
a. Latar belakang
Beberapa ahli seperti Goodenough (1971), Spradley (1972), dan Geertz (1973)
mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu sistem
pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang
berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan
berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada (Sairin , 2002).

Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu


masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power), yang mampu
menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan
berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat
tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya.

Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja secara
ascribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia
itu dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya. Proses belajar dalam konteks
kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem “pengetahuan” yang
diperoleh manusia melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga.

Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan


hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat
setempat dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses
perubahan tatanan sosio-kultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan
peradabannya.

Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika


perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
faktor dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia. Penggunaan alat
dan sarana kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap
manusia untuk memproduk nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi
terhadap tatanan kehidupan sosial budaya.

Berbicara tentang tatanan kehidupan sosial budaya, berbagai bidang kajian banyak
dilakukan, termasuk upaya untuk meneliti tentang keanekaragaman makhluk manusia dan
kebudayaannya di berbagai tempat di muka bumi, termasuk di Sulawesi Tengah.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki berbagai macam ragam
kebudayaan yang unik dan menarik untuk diketahui.

Wujud dari keanekaragaman masyarakat itu di samping disebabkan oleh akibat dari
sejarah mereka masing-masing; juga karena pengaruh lingkungan alam dan struktur
internalnya. Oleh karenanya sesuatu unsur atau adat dalam suatu kebudayaan, tidak
dapat dinilai dari pandangan kebudayaan lain, melainkan harus dari sistem nilai yang ada
dalam kebudayaan itu sendiri (relativisme kebudayaan).

3
b. Rumusan Masalah
a. Bagaimana keberagaman kebudayaan di dalam suatu wilayah khususnya Sulawesi
Tengah.
b. Bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi di dalam masyarakat di wilayah
Sulawesi Tengah.
c. Bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi dengan lingkungan hidup masyarakat di
Sulawesi Tengah.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keberagaman kebudayaan di dalam suatu wilayah
khususnya Sulawesi Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi di dalam masyarakat
di wilayah Sulawesi Tengah.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial-budaya yang terjadi dengan lingkungan
hidup masyarakat di Sulawesi Tengah.

4
Bab II
Isi
a. Latar belakang / sejarah provinsi

Propinsi terbesar dipulau Sulawesi adalah Sulawesi Tengah dengan luas daratan 68,033 kilo
meter persegi dan wilayah laut 189,480 kilometer persegi,terletak dibagian barat kepulauan
malukudan bagian selatan Negara Filipina. Secara administratif terbagi dalam Sembilan kabupaten
dan satu, kota yakni kabupaten Donggala, parigi Moutong , poso, morowali,Tojo unauna, Banggai,
banggai kepulauan Tolitol, Buol dan Sigi serta kota palu. Jumlah penduduk Sulawesi Tengah 2.875.000
jiwa sesuai sensus penduduk tahun 2007.
Karena letaknya yang strategis, pelabuhan – pelabuhannya menjadi tempat persinggahan
kapal-kapal portugis dan spanyol lebih dari 500 tahun yang lampau. Pada bulan januari 1580,
pengeliling dunia Sir Francis Drake dengan kapalnya The Golden Hind pernah singgah disalah satu
pulau kecil dipantai timur propinsi ini selama sebulan. Meskipun tidak ada catatan sejarah, bukti
persinggahan pelaut-pelaut Portugal dan Spanyol di negeri ini masih ada seperti pada bentuk pakaian
masyarakat hingga dewasa ini.
Setelah dikuasai oleh belanda pada tahun 1905, Sulawesi tengah dibagi menjadi beberapa
kerajaan kecil dibawah kekuasaan raja-raja yang memiliki kewenagan penuh. Pemerintahan belanda
membagi Sulawesi tengah menjadi tiga daerah yaitu wilayah barat yang dikenal dengan kabupaten
Donggala dan Beol Tolitoli yang berada dibawah kekusaan gubernur yang berkedudukan dimakasar,
Sulawesi selatan. Dibagian tengah yang membujur di kawasan timur laut yakni sebagian Donggala dan
bagian selatan poso berada dibawah pengawasan Residen di manado, Sulawesi utara. Sedangkan
bagian timur Sulawesi tengah terdiri atas kabupaten Banggai dan Banggai kepulauan yang berada
dibawah kendali Buton, Sulawesi Tenggara.
Pada tahun 1919, raja-raja yang masih berkuasa dibawah pemerintahan Belanda menanda-
tangani suatu perjanjian yang disebut Korte Verklaring Renewcame. Perjanjian ini untuk
meemperbaharui perjanjian mereka dimana seluruh daerah Sulawesi Tengah dipercaya kepada
kekuasaan residen Sulawesi Utara.

5
Setelah perang dunia II, Propinsi Sulawesi Tengah dibagi menjadi beberapa bagian dan sub-
bagian. Pada tanggal 13 april 1964 terbentuk propinsi Sulawesi tegah sejak saat itu memiliki
pemerintahaan sendiri dan hingga kini tanggal 13 april diperingati sebagai lahirnya propinsi Sulawesi
Tengah.

b. Sosial & budaya


1. Rumah adat

Rumah souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang segiempat dari
kayu; beratap bentuk piramida segitiga: bagian depan dan belakang ditutup dengan papan berukir
(panapiri) serta pada ujung bubungan bagian depan dan belakang berhias mahkota berukir (bangko-
bangko). Bangunan terbagi atas tiga ruangan, yaitu ruang depan (lonta karawana) untuk menerima
tamu dan untuk tidur tamu yang menginap; ruang tengah (lonta tatangana) untuk tamu keluarga;
serta ruang belakang (lonta rorana), untuk ruang makan, meskipun kadang-kadang ruang makan
berada di lonta tatangana. Tempat tidur perempuan dan anak gadis berada di pojok belakang lonta
rorana. Dapur (avu), sumur, dan jamban berada di belakang sebagai bangunan tambahan yang
dihubungkan melalui hambate, yang berarti jembatan, ke rumah induk.

2. Pakaian adat
a.Pakaian Adat Perempuan

Blus atau pakaian wanita yang disebut dalarn bahasa Saluan adalah Pakean Nu’boune.

Rok panjang yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Rok Mahantan

Perhiasan berbentuk bintang

Aksesoris yang digunakan:

6
– Gelang atau Potto

– Kalung atau Kalong

– Sunting, anting atau Sunting, Jaling

– Selempang atau Salandoeng

b.Pakaian Adat Laki-laki

Kemeja pria yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Pakean Nu’moane

Celana panjang yang disebut dalam bahasa Saluan adalah Koja

Penutup kepala/topi (Sungkup Nu’ubak)

Sarung pelengkap celana panjang (Lipa).

Warna ciri khas : Kuning melambangkan Kayu Ulin.

3. Tarian adat
Tari Pomonte adalah salah satu tari daerah yang telah merakyat di Provinsi Sulawesi Tengah,
yang merupakan simbol dan refleksi gerak dari salah satu kebiasaan gadis-gadis suku Kaili pada zaman
dahulu dalam menuai padi, yang mana mayoritas penduduk suku Kaili adalah hidup bertani.

4. Senjata tradisional
Pasatimpo adalah senjata tradisional yang terkenal di Sulteng. Bentuk hulunya bengkok
kebawah dan sarungnya diberi tali. Senjata terkenal lainnya adalah tomak kanjoe atau surampa
(ujungnya berbentuk trisula), parang, tombak, pisau, perisai, dan sumpitan. Senjata parang dipakai
untuk bertani atau untuk berperang. Sedangkan tomak dipergunakan untuk berburu babi, mencari
ikan atauk untuk berperang.

5. Kuliner
Makanan Khas Kota Palu yang patut di coba adalah Kaledo atau Sop Tulang Sapi yang dimakan
dengan singkong rebus, Kaledo adalah makanan khas kota Palu – Sulawesi tengah.Tak heran bila kota
Palu terkadang disebut juga sebagai kota KALEDO, hampir semua orang yang pernah berkunjung ke
kota Palu pasti pernah mencicipi makanan yang satu ini, belum terasa lengkap kunjungan ke Palu
apabila belum mencicipinya.Kaledo sejenis sup ( makanan berkuah ) tulang sapi yang bening dengan
bumbu cabe rawit yang telah dihaluskan, garam secukupnya dan asam mentah yang terlebih dahulu
direbus dan dilumatkan

6. Bahasa daerah

Tercatat masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa berbeda antara


suku yang satu dengan yang lainnya, tetapi masyarakat bisa berkomunikasi satu sama
lain dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
pengantar sehari-hari.

Berikut beberapa daftar bahasa daerah yang berasal dari Sulawesi Tengah:

7
1. Bahasa Indonesia (bahasa resmi)
2. Bahasa Kaili
3. Bahasa Pamona
4. Bahasa Mori
5. Bahasa Banggai
6. Bahasa Saluan
7. Bahasa Balantak
8. Bahasa Bugis.

7. Lagu daerah
Tananggu Kaili
Tananggu Kaili Tananggu Potove
Katuvuku sampe nabose
Peari ino nte papa ante salara

Tananggu Kaili Tananggu Potove


Ira nggaluku nonggave-nggave
Balumba no ende ende

Bab III

8
Penutup
a. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
Beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di provinsi Sulawesi
Tengah memperlihatkan bahwa betapa kayanya Negara ini. Dengan berbagai perbedaan
yang ada, namun tidak membuat perpecahan antar masyarakat.

Penduduk asli di provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas 19 kelompok etnis atau suku, yaitu
:
 Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu
 Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala
 Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
 Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
 Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
 Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
 Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
 Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
 Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
 Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
 Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna
 Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
 Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
 Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
 Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
 Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
 Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
 Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
 Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Di Sulawesi Tengah, secara umum Masyarakat Adat memandang hutan sangat erat
hubungannya dengan kehidupan mereka, karena secara sosial-budaya hutan sudah
menjadi bagian dari kehidupan Masyarakat Adat, digunakan sebagai tempat ritual adat.

b. Saran

9
Dengan semakin berkembangnya zaman, serta pengaruh globalisasi dan juga pengaruh
budaya-budaya asing. Kebudayaan-kebudayaan yang ada semakin tergeser dan hampir punah. Untuk
mencegah punahnya kebudayaan tersebut perlu dilakukan berbagai tindakan. Berbagai kebudayaan
yang beragam yang ada di provinsi Sulawesi Tengah seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan. Para
generasi penerus harus tetap mempertahankan kebudayaan-kebudayaan yang telah ada. Pemerintah
setempat juga harus terlibat dalam proses pelestarian kebudayaan dengan melakukan upaya-upaya
berupa pembentukan lembaga-lembaga, sosialisasi dan lain-lain.

10

Anda mungkin juga menyukai