Anda di halaman 1dari 4

Perawat Menemui Keluarga di Koridor

P : “Assalamualaikum ibu”
Ibu : “Waalaikumsalam, ada apa sus?”
P : “Apa benar ini dari keluarganya teh Asri?”
Ibu : “Iya neng saya ibunya Asri, Ada apa ya neng?”
P : “Iya bu saya suster sifa, perawat yang merawat Asri dari jam 7 sampai jam 2, selama Asri
saya rawat jika nanti Asri atau Ibu bercerita tentang kondisi saat ini,dan yang diceritakan
ibu ada yang bersifat rahasia ibu boleh ceritakan kepada saya dan saya akan menjaga
kerahasiaan itu, tapi jika nanti diperlukan oleh tim kesehatan untuk kepentingan dan
kesembuhan teh Asri maka saya akan memberitahukannya. Bagaimana bu?”
Ibu : “Ohh iya sus”
P : “Dari kemarin dan tadi pagi saya dan teh Asri berdiskusi mengenai rasa minder yang teh
Asri rasakan bu, dan saat ini alhamdulillah kan ada ibunya ya, saya mau mengajak
berbincang bincang dengan ibu tentang perawatan putri ibu dirumah. Tujuannya agar ibu
juga bisa melanjutkan perawatan yang telah perawat lakukan selama teh Asri ada dirumah.
Untuk waktunya 20 menit bu, bagaimana ibu bersedia?”
Ibu : “Iyaa boleh sus”
P : “Untuk tempatnya bagaimana bu, apa kita disini saja, namun banyak yang lalu – lalang
apa tidak apa apa?”
Ibu : “Tidak masalah sus”
P : “Sebelumnya apa sudah ada perawat yang mengajak ibu berdiskusi mengenai perawatan
putri ibu dirumah?”
Ibu : “Belum ada sus”
P : “Baik kalau begitu, oh iya, tadi saat ibu ke sini terjebak hujan tidak bu?”
Ibu : “Alhamdulillah pas sudah sampai baru hujan, padahal saya sudah siap siap karena sudah
mendung dari rumah”
P : “Alhamdulillah ya bu, memang sudah mau musim hujan ya bu harus antisipasi.
Ibu : iya sus”
P : “Baik bu kita mulai ya. Selama ibu merawat putri ibu dirumah, apa yang ibu rasakan?
Adakah kesulitan?”
Ibu :” Saya suka bingung sus putri saya itu jika diajak kegiatan sehari – hari sering menolak
dan mengatakan tidak bisa”
P : “Lalu apa yang ibu lakukan untuk menghadapi hal seperti itu?”
Ibu : “Saya jadi malas menyuruhnya, sering saya biarkan saja dia”
P : “Dilihat dari perilaku yang ditunjukan, apa ibu mengetahui putri ibu sakit apa?”
Ibu : “Kurang tahu sus”
P : “Gini bu, putri ibu itu minder, apa ibu tau minder?”
Ibu : “yang malu malu itu ya sus?”
P : “Betul bu, jadi orang yang minder itu adalah orang yang merasa dirinya tidak mampu,
tidak bisa apa apa. Merasa ragu, merasa bodoh, dan ini yang dialami putri ibu. Hal ini bisa
terjadi dalam jangka waktu lama, seseorang pernah gagal kemudian keluarga (teman /
lingkungan) kurang memberikan dukungan untuk bangkit, sehingga ia merasa tidak
percaya diri, apalagi pernah dibandingkan dengan orang lain, contohnya karena kakaknya
lebih pintardan sering mendapatkan pujian tapi dia tidak pernah mendapat pucian malah
celaan.”
Ibu : “Ohh begitu ya sus.”
P : “Ada cara untuk membantu mengatasinya ko bu, apa ibu ingin tahu?”
Ibu : “Mau sus, gimana caranya? Saya juga ingin putri saya tidak malu malu lagi”
P : “Baik bu, pertama ibu kenali kemampuan dan kebaikan yang putri ibu miliki, apa ibu
mengetahuinya?”
Ibu : “Putri saya itu sebenernya pinter banget mengaji, menyanyi suranya bagus banget, sering
bantuin bikin kue, dan suka rapi kalau nyetak kuenya.”
P : “Betul sekali ibu, saya juga telah menanyakan kepada putri ibu bahwa putri ibu suka
menyanyi, mengaji dan membuat kue, coba barangkali masih ada kelebihan lainnya bu?”
Ibu : “Oh dia juga sebenernya putrinya penurut, sabar lagi”
P : “Masih ada lagi bu?”
Ibu : “Kayaknya itu yang saya tau sus.”
P : “Nah bu, hasil pembicaraan saya dengan putri ibu selain itu, putri ibu juga pintar
mengarang lagu, dan setia kawan, ini luar biasa lih bu. Tidak semua putri bisa seperti ini.
Ibu perlu bangga memiliki putri seperti Teh Asri. Apakah keseharian itu ibu pernah
memberikan pujian?”
Ibu : “Ga pernah sus.”
P : “Baik bu, cara yang kedua, ibu memberi kesempatan kepada putri ibu untuk melakukan
semua kelebihan yang dimiliki, kemudian ibu berikan pujian dan hindari untuk mencela.
Jika hasilnya tidak sesuai, ibu dapat memberikan saran dengan kata kata yang
membanguun, contohnya saat putri ibu membuat kue dan kebetulan hasilnya kurang
memuaskan ibu bisa memberikan saran seperti ini “teh kuenya sudah bagus, tapi nanti jika
bentuknya ditambah seperti ini akan lebih cantik lagi, coba menurut teteh gimana?” seperti
itu bu, bagaimana?”
Ibu : “Oh begitu sus, nanti saya akan coba. Selama ini saya gapernah melakukan itu”
P : “Iya bu, Ibu juga bisa melibatkan teh Asri untuk mengambil keputusan sesuai
kemampuannya. Nah bu, saya sudah membuat jadwal; harian yang bisa dilakuka di RS dan
dirumah. Untuk jam nya ibu bisa menyesuaikan dengan kegiatan sehari – hari, yang
terpenting jadwal ini untuk meningkatkan kemampuan putri ibu, karena ini salah satu cara
untuk meningkatkan kepercayaan diri putri ibu.”
Ibu : “Oh gitu ya sus, terimakasih sus sudah dibuatkan jadwal, saya akan membatu anak saya
untuk melaksanakannya lagi”.
P : “Alhamdulillah bu. Terus diawasi tiap harinya ya bu. Cara yang ketiga libatkan putri ibu
dalam kegiatan sehari – hari baik di dalam / luar rumah, contohnya, mengantar kue ke
pelanggan, itu sekaligus juga mempromosikan putri ibu.”
Ibu : “ohh iya ya sus, jadi pelanggan saya juga tahu yang buat kuenya ga hanya saya ya.”
P : “Iya betul sekali bu. Cara yang keempat yaitu obatnya harus diminum secara teratur.
Kebetulan sudah saya bautkan jadwalnya, nih bu. Kemudian kontrol sesuai anjuran ya bu,
jika amit amit ya bu ternyata muncul gejala seperti yang pernah dialami sebelum kontrol
ibu bisa bawa kesini, namun jika tidak ada gejala, kontrol sesuai anjuran ya.
Ibu : “iya sus tentu saya akan bantu putri saya melaksanakan jadwal yang sudah dibuat dan
melakukan kontrol sesuai anjuran ya”
P : ‘Bagus bu kalau begitu. Sudah panjang lebar kita berbincang. Tidak terasa sekarang sudah
20 menit ya bu. Bagaimana perasaan ibu?”
Ibu : “saya senang sekali sus karena sudah banyak ilmu yang telah diberikan”
P : “Bu, Jadi apa saja yang harus ibu lakukan untuk putri ibu dirumah?”
Ibu : “Tadi ada 4 ya sus, yang pertama mengetahui kemampuan dan kebaikan putri saya, kedua
memberi kesempatan kepada putri ibu untuk melakukan semua kelebihan yang dimiliki,
kemudian saya berikan pujian dan hindari untuk mencela, ketiga libatkan putri saya dalam
kegiatan sehari – hari baik di dalam / luar rumah seperti yang dicontohkan suster, yang
terakhir teratur minum obat dan kontrol sesuai anjuran kecuali kalau ada apa apa ya sus.”
P : “Benar sekali iu, kalau begitu nanti lakukan itu semua terhadap putri ibu setelah di rumah
ya.”
Ibu : “Iya sus”
P : “Baik bu kalau begitu saya tinggal dulu ya, Assalamualaikum"
Ibu : “Waalaikumsalam, makasih banyak ya sus”
P : “Sama sama bu.”

Anda mungkin juga menyukai