Modul ini disusun untuk membantu mahasiswa memperoleh kompetensi dalam mendesain dan
melaksanakan eksperimen dalam bidang fisika atau bidang lain terkait fisika, serta dapat mengolah,
menganalisis, dan menginterpretasi data yang diperoleh (PLO5); mempunyai kemampuan dasar
dalam komunikasi lisan dan mampu menulis laporan ilmiah dalam format penulisan yang sesuai
(PLO6); dan mampu bekerja secara efektif, baik secara individu maupun dalam kelompok (PLO7).
Gambar 1.1. (a) Kondisi awal benda sebelum diberi gaya luar, (b) Kondisi benda setelah diberi
gaya tekan (compression force), dan (c) Kondisi benda setelah diberi gaya tarik (tensile force).
Seperti ilustrasi pada Gambar 1.1, suatu benda dengan panjang mula-mula L0 diberi gaya
tekan/tarik F pada salah satu sisinya (luas penampang A), hasilnya benda tersebut mengalami
perubahan panjang sebesar ∆L. Tegangan (stress) σ yang dialami oleh benda tersebut dapat
diketahui melalui persamaan berikut:
F
σ= , (1.1)
A
sedangkan besar regangan (strain) ε yang terjadi akibat adanya tekanan atau tarikan dapat ditentukan
dengan membandingkan nilai perubahan panjang benda terhadap panjang mula-mula:
∆L
ε= . (1.2)
L0
Elastisitas suatu benda dapat ditentukan dari dua besaran tersebut. Kondisi ketika tegangan yang
dialami benda tersebut berbanding lurus dengan regangan yang terjadi disebut dengan kondisi
elastik. Kelinieran tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini
σ F/A
Y= = = konstan, (1.3)
ε ∆L/L0
atau
YA
F= ∆L (1.4)
L0
dimana, Y merupakan Modulus Young. Bila diperhatikan, Persamaan 1.4 mempunyai kemiripan
dengan Hukum Hooke untuk pegas, F = k ∆x. Ini menunjukkan sifat elastisitas bahan seperti pada
pegas, dimana "konstanta pegas" k yang dimiliki bahan tersebut memenuhi persamaan
YA
k= . (1.5)
L0
1.4 Langkah Percobaan 7
4. Ukurlah luas permukaan besi penekan dan/atau sisi permukaan sampel yang diberi gaya
tekan, serta panjang mula-mula sampel.
5. Tempatkan sampel di bawah besi penekan pada Digital Force Gauge. Gunakan alat bantu
untuk memastikan sampel tidak bergeser ke arah lateral selama proses pengujian.
6. Aturlah posisi awal Digital Force Gauge sedemikian rupa sehingga tepat akan menekan
sampel. Gunakan Control Unit untuk menaikkan atau menurunkan Digital Force Gauge.
7. Setelah posisi awal Digital Force Gauge dan sampel telah diatur, aktifkan Mitutoyo Digimatic
Indicator dan atur agar indikator pergeserannya menjadi nol.
8. Sebelum mulai menekan sampel, aturlah kecepatan motor penggerak pada Control Unit.
Gunakan kecepatan rendah terlebih dahulu, misalnya 50 atau 100 mm/menit.
9. Turunkan motor penggerak secara perlahan, catatlah besar gaya F yang muncul pada layar
Digital Force Gauge beserta nilai perpindahan (atau perubahan panjang sampel) ∆L yang
tertera pada layar Mitutoyo Digimatic Indicator.
No. Sampel F ∆L
1. Sampel I ··· ···
Apenekan = · · · ··· ···
Asampel = · · · ··· ···
L0 = · · · ··· ···
.. ..
. .
2. Sampel II ··· ···
Apenekan = · · · ··· ···
Asampel = · · · ··· ···
L0 = · · · ··· ···
.. ..
. .
10. Amati perubahan yang terjadi pada benda setiap peningkatan gaya yang diberikan.
11. Lakukan langkah 9 dan 10 hingga:
• Sampel yang ditekan telah hancur, atau
• Muncul tulisan "OVERLOAD" pada layar Digital Force Gauge, atau
• Besi penekan Digital Force Gauge telah mencapai ketinggian minimum alat, yang
ditandai oleh menyalanya lampu indikator di sisi sebelah kiri tiang penyangga, atau
• Motor penggerak tidak bisa berputar lagi.
12. [Tambahan] Setelah proses pengujian, amati kondisi akhir dari sampel menggunakan Re-
frected Metallurgical Microscope (lihat BAB 3). Fokuskan pada bagian sampel yang men-
galami deformasi paling signifikan.
13. Ulangi langkah 4-12 untuk sampel yang berbeda.
Gambar 2.1. (a) Skema indentasi pengujian kekerasaan dengan metoda Vickers Diamond Pyramid,
(b) Lekukan yang dihasilkan dari hasil indentasi.
136◦
2F sin
2 F
HV = ≈ 1.854 2 , (2.1)
d2 d
dimana, F merupakan gaya yang diberikan, dan d 2 = d1 d2 merupakan luas indentasi. Kekerasan
Vickers umumnya dilaporkan dengan format seperti berikut 800 HV / 10, yang berarti kekerasan
Vickers 800, diperoleh dengan menggunakan gaya 10 kg f .
Gambar 2.2. Tampilan Alat T IME 402SXV Digital Micro Vickers Hardness Tester.
5. Pada bagian alat no. 4 , pilihlah salah satu lensa mikroskop yang tersedia.
6. Aturlah jarak antara sampel dan lensa mikroskop sedemikian rupa sehingga struktur sampel
dapat terlihat jelas pada lensa pengamatan, yaitu pada bagian alat no. 5 . Gunakan tuas
pemutar pada bagian alat no. 8 untuk menaikkan atau menurunkan posisi sampel. Usahakan
agar sampel tidak tergeser pada saat nanti indenter digunakan.
7. Pastikan semua skala pada layar, bagian alat no. 3 , menunjukkan angka nol. Jika tidak,
maka tekanlah tombol CLR.
8. Pada lensa pengamatan, amatilah bahwa terdapat 2 garis lurus yang sejajar. Perlu diper-
hatikan bahwa bagian alat no. 4 yang dipilih merupakan lensa mikroskop, bukan intender.
Aturlah posisi kedua garis tersebut dengan kedua pemutar di sisi lensa pengamatan. Aturlah
sedemikian rupa sehingga keduanya sangat berdekatan tetapi tidak saling tumpang tindih.
9. Ubah lensa mikroskop menjadi indenter dengan memutar bagian alat no. 4 .
10. Tentukan Dwelling time yang akan digunakan dengan menekan tombol SEL pada bagian
alat no. 3 , pilihlah menu "Dwelling Time", tentukan lamanya Dwelling time yang akan
digunakan (sebagai contoh: 10 detik), dan kemudian tekan OK.
11. Proses indentasi dimulai dengan menekan tombol STR pada bagian alat no. 3 .
12. Setelah indentasi selesai, gantilah kembali indenter dengan lensa mikroskop. Ukurlah
diagonal lekukan yang terbentuk dari indentasi. Gunakan tombol pada bagian alat no. 6
untuk berpindah dari d1 ke d2 , atau sebaliknya.
13. Ulangi langkah 4-12 untuk lokasi indentasi dan gaya yang berbeda (ikuti instruksi asisten).
14. [Tambahan] Lakukan pengamatan dengan menggunakan Refrected Metallurgical Micro-
scope (lihat BAB 3) untuk sampel terakhir, ukurlah kembali diagonal-diagonal lekukan hasil
indentasi.
14 BAB 2. Vickers Hardness Test
8. Pastikan pula bahwa 2 batang pada sisi sebelah kiri mikroskop, bagian alat no. 8 , berada
pada posisi seperti pada bagian kanan atas Gambar 3.1.
9. Buka aplikasi T OUP V IEW yang sudah terpasang pada komputer.
Berikut ini contoh citra yang terekam oleh kamera mikroskop yang bisa dilihat melalui komputer.
IV
Persiapan Praktikum
4 Tugas Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
4. Tugas Pendahuluan
Sebelum percobaan dimulai, praktikan diwajibkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Siapkan 3 buah sampel dengan 3 bahan yang berbeda, yaitu: Acrylic dan 2 jenis kayu yang
berbeda, untuk setiap percobaan (total ada 6 sampel). Untuk percobaan karakterisasi elastisi-
tas bahan, buatlah sampel dengan dimensi seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.1(a). Untuk
kasus ini, bentuk sampel dapat berupa silinder atau balok. Untuk percobaan karakterisasi
kekerasan bahan, sampe dibuat seperti pelat tipis, dengan dimensi seperti ditunjukkan oleh
Gambar 4.1(b).
Gambar 4.1. Dimensi sampel (a) untuk percobaan uji tekan dan (b) untuk uji kekerasan.
2. Carilah referensi yang menyediakan informasi mengenai Modulus Young dan Hardness
Vickers dari bahan-bahan yang disiapkan.