Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI PENGARAHAN DAN PENGAWASAN

(PRE DAN POST CONFERENCE)

DI BANGSAL KRESNA

RSJD Dr. ARIF ZAENUDIN SURAKARTA

OLEH :

IRIS ISWANDHA

071191028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNVERSITAS NGUDI WALUYO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapat

prioritas utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan

dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling

bergantung, saling mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu,

manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan

keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas masyarakat

sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.

Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial

dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyaki

(preventif) pada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun

2009 tentang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi perorangan secara menyeluruh

dan paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat (World Health Organization (WHO)) dalam Laksito, 2014).

Oleh karena itu pelayanan kesehatan harus selalu mengevaluasi

kualitas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien atau masyarakat

secara terus menerus. Hal ini penting dilakukan untuk memperbaiki kualitas

layanan kesehatan agar terus menerus dapat diperbaiki kearah yang lebih

baik. Layanan kesehatan akan selalu mengalami perubahan, bukan saja dalam
hal teknologi dan prosedur layanan kesehatan yang digunakan, tetapi juga

dalam organisasinya yang rumit. Perubahan itu perlu dilakukan secara

berkesinambungan dan menyeluruh, karena harapan pasien/masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan itu sendiri telah berubah dan akan selalu

berubah (Pohan, 2007).

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan dituju kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014). Pelayanan

keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam

peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan

keperawatan (Sumijatun, 2010).

Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi

manajemen keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada

lima fungsi manajemen keperawatan yaitu perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating),

pengawasan (controling) (Marquis dan Huston , 2013). Masing-masing fungsi

manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat diterapkan

baikoleh mamajer tingkat atas, menengeh maupun bawah.

Kepala ruangan menjalankan fungsi manajemen keperawatan yaitu

meliputi manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan

keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan didukung oleh


pengorganisasian asuhan keperawatan melalui metode pemberian asuhan

keperawatan sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian. Adapun komponen

fungsi pengorganisasian meliputi struktur organisasi, metode pemberian

asuhan keperawatan, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,

bekerja dalam organisasi dengan memahami kekuatan dan otoritas (Marquis

dan Huston, 2013).

Pelayanan keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam yang dibagi dalam

3 (tiga) shift yang terdiri atas pagi, siang dan malam(Ilyas, 2007). Operan

merupakan system kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-

teknologi dan nilai- nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Tujuan

komunikasi selama operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat

dan reliable (Keliat dkk., 2013).

Pre conference merupakan tahap sebelum melakukan conference yang

akan dilakukan oleh para ketua tim dimana akan dijelaskan apa yang akan

dilakukan oleh setiap perawat pelaksana sebelum melakukan tindakan

keperawatan. Dalam pre conference para ketua tim harus sudah menyiapkan

apa yang akan dibahas dalam conference sehingga tidak banyak waktu yang

terbuang sedangkan post conference yaitu komunikasi katim dan perawat

pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada

shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hasil

penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim

atau pj tim (Tim MPKP, 2005).


Kegiatan pre dan post conference dilaksanakan oleh ketua tim dan

perawat pelaksana dalam MPKP. Setiap perawat harus menyadari peran

mereka sebagai partisipan aktif, seperti mempertahankan pilihan intervensi

keperawatan, mengklarifikasi pendapat, menggali alternative pemecahan

masalah, dan mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan klinik

(Carpenito & Duesphol 1985 dalam Keliat dkk., 2013).

Menurut Penelitian Permatasari Dwi dkk, (2014) di ruang rawat inap

RSUD Ungaran menunjukan bahwa post conference berpengaruh terhadap

operan shift, artinya apabila kepala ruang atau ketua tim mau menyediakan

waktu untuk memimpin post conference sebelum dilakukan operan sift maka

operan shift akan diadakan dan berjalan dengan baik.

Menurut penelitian Seniwati, dkk menunjukan hasil terdapat

hubungan evaluasi operan, pre-post conference dan supervisi dengan kinerja

perawat di Ruang Perawatan RSU Haji Makassar, terdapat beberapa

responden yang dinyatakan penerapan operan kurang dan kinerja perawat

pelaksana baik, dan terdapat pula kinerja perawat kurang. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Ilyas (2007), bahwa beban kerja yang berlebihan dapat juga

mengganggu penampilan kerja yang akhirnya berdapmpak negative pada

kinerja perawat tersebut secara otomatis juga mempengaruhi kualitas

kerjanya.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Pada fase pre conference bertujuan untuk mempersiapkan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan dan untuk fase post conference

bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan terkait dengan

pelaksanaan pre dan pos conference di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif

Zaenudin Surakarta.

b. Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan pelaksanaan pre dan

post conference dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem

solving cycle) di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

c. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait dengan

masalah-masalah yang dijumpai mengenai pelaksanaan pre dan post

conference di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

d. Bersama perawat menyusun perencanaan untuk menyelesaikan

masalah yang ditemukan di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin

Surakarta.

e. Bersama perawat melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.
f. Melakukan evaluasi proses dan hasil terhadap implementasi yang

sudah dilakukan menggunakan format yang telah dibuat di Ruang

Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

g. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi proses

maupun hasil di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

C. Manfaat

1. Institusi pendidikan

Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan

manajemen keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi

bagi mahasiswa maupun dosen terutama mengenai pelaksanaan

manajemen asuhan dan manajemen pelayanan dalam pengelolaan

ruangan.

2. Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori

manajemen keperawatan secara langsung khususnya dalam rencana

harian dan rencana bulanan perawat sehingga dapat mencari alternatif

pemecahan masalah ketika menghadapi hambatan serta kesulitan selama

penerapan manajemen asuhan dan pelayanan di ruang perawatan dengan

menggunakan pre dan post conference.

3. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem

Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai


bahan informasi untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pre dan

post conference sehingga dapat melakukan perbaikan kualitas mutu

pelayanan keperawatan secara bertahap.

4. Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

Sebagai informasi mengenai pelaksanaan pre dan post conference sesuai

standar di Ruang Kresna RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta sehingga

dapat mengadakan perbaikan secara bertahap dan terencana.


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek

klinik dan kegiatan diskusi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah

melaksanakan keperawatan pada pasien. Pre conference adalah

komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk

rencana kegiatan pada shift tersebut yang didampingi oleh katim. Jika

dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.

Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan ada

tambahan rencana dari katim atau PJ tim (Ariani, N. 2006).

Pre conference merupakan tahap sebelum melakukan conference

yang akan dilakukan oleh para ketua tim dimana akan dijelaskan apa yang

akan dilakukan oleh setiap perawat pelaksana sebelum melakukan

tindakan keperawatan. Dalam pre conference para ketua tim harus sudah

menyiapkan apa yang akan dibahas dalam conference sehingga tidak

banyak waktu yang terbuang. Fase pre-conference, efisennya adalah

aktivitas kelompok kecil, yang didalamnya terkandung unsur fasilitas dari

ketua tim. Kelompok kecil perawat tersebut akan melaksanakan program

asuhan keperawatan harus benar-benar memperhatikan hal yang akan

dibahas pada fase pre conference. Pada saat ketua tim merencanakan fase

pre conference dengan kelompok kecil perawat tentang suatu topic, ada

hal-hal yang harus diperhatikan ketua tim yaitu :


1. Bagaimana ketua tim memperkenalkan topic pembahasan kepada

perawat.

2. Bagaimana ketua tim menciptakan situasi yang mendukung terjadinya

partisipasi aktif dari anggota kelompok.

3. Bagaimana ketua tim membuat dan melaksanakan diskusi.

4. Diskusi kelompok yang dilakukan ditujukan untuk memberikan

kesempatan kepada perawat pelaksana dalam meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Post conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana

tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift

berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hasil

penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim

atau PJ tim (Tim MPKP, 2005).

Post conference adalah fase dimana dari hasil pembahahasan

dibuat evaluasi. Setiap perawat harus mampu melaksanakan evaluasi dari

setiap conference yang sudah dilaksanakan sehingga perawat tahu apa

yang harus dilakukan berikutnya. Pembahasan yang sudah dibuat akan

menjadi acuan untuk bisa berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah

yang timbul dari setiap tindakan keperawatan.

Kegiatan pre dan post conference dilaksanakan oleh ketua tim dan

perawat pelaksana dalam MPKP. Setiap perawat harus menyadari peran

mereka sebagai partisipan aktif, seperti mempertahankan pilihan intervensi

keperawatan, mengklarifikasi pendapat, menggali alternative pemecahan


masalah, dan mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan klinik

(Carpenito & Duesphol 1985 dalam Keliat dkk., 2013).

2. Tujuan Pre dan Post Conference

1. Tujuan pre conference adalah :

a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah–masalah pada

pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.

b) Mempersiapkan hal–hal yang akan ditemui di lapangan.

c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan

pasien.

2. Tujuan post conference adalah :

Untuk memberikan kesempatan guna mendiskusikan masalah dan

membandingkan masalah yang dijumpai untuk mencari

penyelesaiannya.

3. Syarat Pelaksanaan

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan

dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan

keperawatan.

b. Waktu efektif yang diperlukan 10 – 15 menit.

c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan

pasien, perencanaan tindakan rencana, dan data–data yang perlu

ditambahkan.
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan

anggota tim.

4. Pedoman Pelaksanaan Conference

a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan.

b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok.

c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa

mendominasi dan memberi umpan balik.

d. Pemimpin harus merencanakan topic yang penting secara periodic.

e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan

mengambil tanggung jawab, dan menerima pendekatan serta pendapat

yang berbeda.

f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi.

g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh

pemimpin dan kesesuaian dengan stimulasi lapangan.

5. Prosedur Pre dan Post Conference

a. Pre Conference

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana

setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang

dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas

pada tim tersebut hanya satu orang maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan

tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006)

PROSEDUR PRE CONFERENCE


Waktu kegitan : setelah operan
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab : ketua tim
kegiatan
a. Katim/PJ tim membuka acara.
b. Katim/PJ tim menanyakan rencana harian
masing–masing perawat pelaksana.
c. Katim/PJ tim memberikan masukan dan tindak
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan
saat itu.
d. Katim/PJ tim memberikan reinforcement.
e. Katim/PJ tim menutup acara.

b. Post Conference

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana

tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada

shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan

hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin

oleh katim atau PJ tim (Modul MPKP, 2006)

PROSEDUR POST CONFERENCE


Waktu kegitan : sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab : ketua tim
kegiatan :
a. Katim/PJ tim membuka acara.
b. Katim/PJ tim menanyakan hasil asuhan masing–
masing pasien.
c. Katim/PJ tim menanyakan kendala dalam
asuhan yang telah diberikan.
d. Katim/PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan
pasien yang harus dioperkan kepada perawat
shift berikutnya.
e. Katim/PJ tim menutup acara.

6. Pelaksanaan

a. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab.

b. Waktu, dilakukan setelah operan atau sebelum memulai kegiatan.

c. Tempat, dilakukan di meja masing-masing tim.

d. Penanggung jawab, ketua tim atau penanggung jawab kegiatan.

1) Ketua tim atau penanggung jawab membuka acara.

2) Ketua tim atau penanggung jawab menanyakan rencana harian

masing–masing perawat pelaksana.

3) Ketua tim atau penanggung jawab memberikan masukan dan

tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.


7. Panduan Perawat Dalam Melaksanakan Konferensi

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah

sebagai berikut : (Ratna Sitorus, 2006).

1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian

dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawat pelaksana.

2. Konferensi dihadiri oleh PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat

Asosiet) dalam timnya masing–masing.

3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil

evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :

a. Masalah utama klien

b. Keluhan klien

c. TTV dan kesadaran

d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru

e. Masalah keperawatan

f. Rencana keperawatan hari ini

g. Perubahan keadaan terapi medis.

h. Rencana medis.

4. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet

tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :

a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,

kesalahan pemberian makan, kebisingan yang ditimbulkan oleh

pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.


b. Ketepatan pemberian infuse.

c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.

d. Ketepatan pemberian obat/injeksi.

e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain.

f. Ketepatan dokumentasi.

5. Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

6. Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan

kemajuan masing masing perawatan asosiet.

7. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak

dapat diselesaikan. Tahap–tahap inilah yang akan dilakukan oleh

perawat ruangan ketika melakukan pre conference.

8. Tahap–Tahap Proses Pre dan Post Conference

a. Pre conference/Briefing

1) Menentukan kasus yang akan dihadapi, tujuan spesifik yang ingin

dicapai oleh perawat pelaksana dan kriteria evaluasi.

2) Persiapan perawat pelaksana sebelum bertemu dengan klien, yang

meliputi : menanyakan pengetahuan dan pengalaman perawat

pelaksana sebelumnya, menanyakan permasalahan perawat yang

memerlukan bantuan ketua tim.

3) Berikan perawat pelaksana penjelasan tentang pedoman

pelaksanaan.

4) Persiapan klien dan jelaskan tujuan pertemuan.


b. Implementasi/Demonstration and Inclusion of Microskill

1) Memberikan kesempatan perawat pelaksana untuk melihat

bagaimana ketua tim berinteraksi dengan klien.

2) Memberi kesempatan perawat pelaksana melakukan keterampilan

teknik procedural dalam rangka memberikan asuhan keperawatan

dengan supervise.

3) Memfasilitasi perawat pelaksana dengan memberikan pertanyaan

berkaitan dengan apa yang dilakukan perawat pelaksana dan

mengapa itu dilakukan.

4) Mengobservasi kemampuan klinik perawat pelaksana dan

mengobservasi interaksi perawat pelaksana dengan klien.

c. Post-conference/Debriefing

1) Membahas hal-hal yang sudah dilakukan pada saat implementasi.

2) Memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk

memberikan masukkan atau menyampaikan pertanyaan.

3) Berikan umpan balik kepada perawat pelaksana baik yang positif

maupun yang negative. Mulailah umpan balik yang positif dengan

memberikan penguatan baik pujian dan dorongan untuk lebih baik

lagi.

4) Koreksi kesalahan perawat pelaksana dengan menunjukkan atau

menjelaskan bagaimana melakukan keterampilan klinik tersebut

dan bagaimana mengingatkannya.


5) Menemukan kendala yang dihadapi dan mencari cara untuk

mengatasinya.

6) Mengukur tingkat pencapaian tujuan asuhan keperawatan saat itu.

d. Evaluasi

1) Menilai kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal

perawat pelaksana.

2) Memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk menilai

cara dan metode yang dilaksanakan.

3) Mencari cara yang lebih efektif yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.


BAB III
ANALISA MASALAH

A. PENGKAJIAN FUNGSI PENGARAHAN DAN PENGAWASAN


1. Komunikasi (Operan, Pre-Conference, Post Conference)
Kajian Data :

a) Strategi komunikasi

1) Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala

ruang di Ruangan Kresna didapatkan hasil bahwa strategi

komunikasi di Ruang Kresna dilakukan secara langsung yang

terdiri dari operan, pre-conference, dan post-conference. Di

Ruang Kresna operan selalu dilakukan sedangkan untuk pre-

conference sudah dilakukan berbarengan saat operan, dan post-

conference sendiri kadang-kadang dilakukan. Untuk panduan

SPO (Standar Prosedur Operasional) operan, pre-conference,

dan post conference sudah ada di Ruang Kresna.

2) Observasi

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa strategi

komunikasi di Ruang Kresna sudah dilakukan tetapi untuk post

conference tidak dilakukan dan tidak mengikuti SOP.

b) Model komunikasi

1) Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala

ruang di Ruang Kresna didapatkan hasil bahwa untuk model


komunikasi di Ruang Kresna dilakukan secara langsung disaat

pertemuan pre conference, post conference dan saat operan, bisa

juga melalui media sosial.

c) Pre conference

1) Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala

ruang dan ketua tim di Ruang Kresna didapatkan hasil bahwa

untuk pelaksanaan pre conference di lakukan setiap pagi setelah

dilakukannya operand an sudah terdapat SOP tentang pre-

conference.

2) Observasi

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa untuk

pelaksanaan pre conference di Ruang Kresna jarang di lakukan.

d) Post conference

1) Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala

ruang dan ketua tim di Ruang Kresna didapatkan hasil bahwa

untuk pelaksanaan post conference jarang di lakukan diruangan

dan ternyata di Ruang Kresna sudah memiliki panduan SOP

tentang pre-conference.
2) Observasi

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa untuk

pelaksanaan post-conference di Ruang Kresna tidak pernah

dilakukan.

B. PRIORITAS MASALAH

Prioritas Masalah Jumlah


N Importancy
Masalah T R Prioritas
o P S R P D P IxTxR
I C U c
1. Belum
optimalnya
pelaksanaan
Pre dan Post
Conference di
Ruang Kresna

Keterangan :
1. Importancy (I) atau pentingnya masalah
Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
Secerity (S) : Akibat yang ditimbulkan apabila tidak
ditangani.
Rate of Increase (RI) : Angka kenaikan
Public concern (PC) : Perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC) : Politic Climate
2. Technology (T) : Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R) : Sumber daya yang tersedia (manusia, dana,
alat, dll).
4. Skala Nilai : 1-5
C. ANALISIS SWOT

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


Aspek yang dikaji
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)

1. Motivasi : 1. Dilaksanakannya Pre 1. Tidak dilaksanakannya  Sosialisasi pentingnya 1. Ketidakefetifan tugas-tugas


a. Strategi Conference di Ruang atau ketidakefektifan pre dilakukan pre dan post yang dijalankan oleh
memotivasi Kresna. dan post conference, conference. perawat.
individu dan Ketidakpatuhan KARU  Sosialisasi keikutsertaan 2. Informasi yang diberikan
kelompok dan KATIM terhadap KARU dan KATIM saat saat operan tidak maksimal
b. System SOP yang telah ada. dilaksanakannya pre dan post dan tidak lengkap akibat
reward/punnish 2. Tidak termotivasinya conference serta operan. post conference yang tidak
ment KARU, KATIM, dan  Melakukan/Action dilakukan.
2. Komunikasi : Perawat Pelaksana untuk pelaksanaan pre dan post 3. Ketidakmaksimalnya
a. Strategi melakukan pre dan post conference. rencana harian Katim,
komunikasi conference. penanggung jawab Tim,
b. Model dan Perawat Pelaksana
komunikasi terhadap rencana
3. Sistem supervise keperawatan manajemen.
4. Pendelegasian 4. Ketidakefektifan
a. Jenis pengidentifikasian,
b. Mekanisme masalah pasien,
c. Priinsip perencanaan asuhan dan
d. Penetapan perencanaan evaluasi hasil.
tugas
e. Tugas terurai
5. Manajement
konflik
a. Konflik yg
sering terjadi
b. Cara
penyelesaian
6. Kolaborasi dan
koordinasi
a. Alur
b. Jadwal
D. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah


1.  Data subyektif Ketidakefektifan pelaksanaan pre
1) Pre conference dan post conference di Ruang
 Wawancara Kresna.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Ruang dan Ketua Tim
di Ruang Kresna didapatkan hasil bahwa untuk pelaksanaan pre conference dilakukan
setiap pagi bersamaan dengan dilakukannya operan.
 Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa untuk pelaksanaan pre conference
di Ruang Kresna jarang dilakukan.

2) Post conference
 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Ruang dan Ketua Tim
di Ruang Kresna didapatkan hasil bahwa untuk pelaksanaan post conference jarang
atau hampir tidak pernah dilakukan di ruangan saat setelah operan berlangsung.

 Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa untuk pelaksanaan post
conference di Ruang Kresna tidak pernah dilakukan.
 Data Objektif :
1) Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa strategi komunikasi di Ruang Kresna
sudah dilakukan tetapi tidak mengikuti SOP.
2) Di Ruang Kresna sudah ada SOP pre dan post conference.
3) Ketidakefektifan pelaksanaan pre dan post conference di Ruang Kresna.
4) Dari tanggal 20 Januari – 25 Januari untuk pre conference jarang dilakukan sedangkan
untuk post conference tidak pernah dilakukan di Ruang Kresna.

E. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah


1. Ketidakefektifan pelaksanaan pre dan post conference di Ruang a) Sosialisasi pentingnya dilakukan pre dan post conference.
Kresna. b) Sosialisasi keikutsertaan KARU dan KATIM saat dilaksanakannya
pre dan post conference saat operan.
c) Melakukan/Action pelaksanaan pre dan post conference.
F. DIAGRAM FISHBONE

1. Kurang optimalnya pelaksanaan pre dan post conference di Ruang Kresna.

MAN
Kurangnya motivasi
pelaksanaan pre dan post
conerence di Ruang
Kresna

Ketidakefektifan
pelaksanaan pre dan
post conference di
Ruang Kresna.

METODE
MATERIAL
Pre conference sudah
Sudah dilakukan pre dan post
dilakukan namun kadang-
conference tetapi belum maksimal
kadang dan post conference
karena di Ruang Kresna kurang
jarang dan hampir tidak
motivasi dalam pelaksanaan pre
pernah dilakukan. dan post conference.
BAB IV

PLAN OF ACTION (POA)

BAHAN DAN
NO. RENCANA TINDAKAN METODE SASARAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
ALAT
1.  Sosialisasi pentingnya Diskusi dan KARU, Materi Pre dan Rabu, 29 Ruang Iris Iswandha
sosialisasi KATIM, PA Post Conference Januari 2020 Kresna
dilakukan pre dan post
conference.
Rabu, 29
 Sosialisasi keikutsertaan Diskusi dan KARU, Materi Uraian Januari 2020 Ruang Iris Iswandha
KARU dan KATIM saat sosialisasi KATIM, PA Tugas Kresna
dilaksanakannya pre dan post
conference serta operan.
 Melakukan/Action Action KARU, Action - Ruang Iris Iswandha
pelaksanaan pre dan post KATIM, PA Kresna
conference.
JADWAL IMPLEMENTASI
Minggu ke II Minggu ke II Minggu IV
No Kegiatan 27/ 28/ 29/ 30/ 01/ 02/ 04/ 05/ 06/ 07/ 08/ 09/ 11/ 12/ 13/ 14/ 15/ 16/
11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
1. Mengusulkan Pengadaan SOP
ruangan tentang pre dan post
conference serta operan.
2. Sosialisai pentingnya dilakukan
pre dan ost conference.
3. Sosialisai keikutsertaan KARU
dan KATIM saat
dilaksanakannya pre dan post
conference serta operan.
4. Melaksanakan Pre dan post
conference
5. Evaluasi keefektifan
implementasi pre dan post
conference
LAPORAN PELAKSANAAN

NO TINDAKAN WAKTU TEMPAT PESERTA EVALUASI PELAKSANA

1 Bersama KARU dan KATIM Rabu, 29 Ruang Dewi Kunti Karu, Katim  Diskusi dalam pengusulan RANI
Mengusulkan pengadaan SOP November dan perawat pengadaan SOP bisa berjalan HADRIANTI
ruangan tentang pre dan post 2017 pelaksana dengan lancer dan sesuai
conference serta operan. waktu yang ditentukan.
 Pelaksanaan diskusi dengan
Karu, Katim berjalan dengan
lancar.
 Mensosialisasikan masalah

2 Sosialisasi kembali tentang Rabu, 29 Ruang Dewi Kunti Karu, Katim  Mensosialisasikan masalah
pentingnya dilakukan pre dan ost November dan perawat  Diharapkan Karu, Katim dan
conference. 2017 pelaksana perawat pelaksana dapat
melakukan kembali pre dan
post conference secara rutin
sebelum dan sesudah
melakukan asuhan
keperawatan.
 Pelaksanaan diskusi dengan
Karu, Katim berjalan dengan
lancar.
 Diharapkan pelaksanaan pre
dan post conference
terjadwal dengan baik,
sehingga proses asuhan
keperawatan juga beralan
lancar tidak ada kendala.

3 Bersama Karu, Katim dan Rabu, 29 Ruang Dewi Kunti Karu, Katim  Diharapkan Karu, Katim dan
perawat pelaksana Sosialisasikan November dan perawat perawat pelaksana dapat
kembali tentang keikutsertaan 2017 pelaksana melakukan kembali pre dan
KARU dan KATIM saat post conference secara rutin
dilaksanakannya pre dan post sebelum dan sesudah
conference serta operan. melakukan asuhan
keperawatan.
 Diharapkan pelaksanaan pre
dan post conference
terjadwal dengan baik,
sehingga proses asuhan
keperawatan juga beralan
lancar tidak ada kendala.

4 Melakukan/Action pelaksanaan Kamis, 30 Ruang Dewi Kunti Karu, Katim,  Diharapkan Karu, Katim dan
pre dan post Conference November – perawat perawat pelaksana dapat
09 Desember pelaksana dan melakukan kembali pre dan
2017 mahasiswa post conference secara rutin
sebelum dan sesudah
melakukan asuhan
keperawatan.
 Diharapkan pelaksanaan pre
dan post conference
terjadwal dengan baik,
sehingga proses asuhan
keperawatan juga beralan
lancar tidak ada kendala.
 Sudah berjalannya
pelaksanaan pre dan post
conference setelah dilakukan
implementtasi di Ruang
Dewi Kunti.
 Diharapkan jika adanya
masalah di asuhan
keperawatan, pada saat pre
dan post conference masalah
dapat teratasi.
ROLE PLAY
PenerapanMetode Primary Tim
Pre dan post conference

Tanggal dan bulan (2017)


No Nama
30/10 01/11 02/11 03/11 04/11 05/11 06/11 07/11 08/11 09/11 10/11
1. Aris Nurkhohilal
2. Moh.Edi Fajri
3. Rudi Ilham Jayadi
4. Retnosari
5. Ema Atmawati
6. Endang Nur Jamalia
7. Rifqi Subekti
8. Rani Hadrianti
9. Dewi Susilowati
10. Nurul Istiqomah
11. Ida Bagus Putu Suarsawan
12. Ningsih
Keterangan :

Karu/ As-Men
Ketua Tim 1
Ketua Tim 2
PerawatPalaksana
Libur
Medikal Chek Up ke RS Moewardi
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N. 2006. Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika Sitorus

Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. EGC,

Jakarta Sitorus

Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah

Sakit Panduan Implementasi,. EGC, Jakarta

Sitorus, Ratna.(2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.

Cetakan 1, Jakarta: EGC kedokteran

Pohan,IS. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan; Dasar-Dasar Pengertian

dan Penerapan. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Sumijatun.(2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional., Jakarta:

Penerbit CV. Trans Info Media cetakan pertama

Ilyas, Y. (2007). Kinerja; Teori,Penilaian dan Penelitian, Jakata, Universitas

Indonesia

Permatasari Dwi dkk, (2014) “efektifitas post conference terhadap operan sif di

ruang rawat inap rsud ungaran”.

Seniwati, dkk. “ Evaluasi Operan, Pre Post Conference Supervisi Dan Kinerja

Perawat Di Rsu Haji Makassar.”


Lampiran…….
EVALUASI PENDEKATAN MANAJEMEN :
PENGARAHAN (Pre-Conference) KARU
Petunjuk:
a. Penilai : Kepala seksi atau konsultan
b. Waktu : Setiap semester
c. Cara Evaluasi : Observasi
Skor 1 jika dikerjakan
Skor 0 jika tidakdikerjakan

No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan


1. Karu/Katim membuka acara
2. Karu/Katim menanyakan rencana harian
3. Karu/Katim memberi masukan dan tindak lanjut
4. Karu/Katim memberi reinforcement
5. Karu/Katim menutup acra
Total skor

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = × 100 Nilai : ………………….
5
Lampiran…….
EVALUASI PENDEKATAN MANAJEMEN :
PENGARAHAN (Pre-Conference) KARU dan KATIM
Petunjuk:
a. Penilai : Kepala seksi atau konsultan
b. Waktu : Setiap semester
c. Cara Evaluasi : Observasi
Skor 1 jika dikerjakan
Skor 0 jika tidakdikerjakan

No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan


1. Karu/Katim membuka acara
2. Karu/Katim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
3. Karu/Katim menanyakan kendala pemberian asuhan
4. Karu/Katim menanyakan tindak lanjut pada dinas berikutnya
5. Karu/Katim memberikan inforcement
6. Karu/Katim menutup acara
Total skor

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = × 100 Nilai : ………………….
6
DOKUMENTASI
Minggu ke II dan III Implementasi
SOSIALISASI
HASIL UJIAN PENILAIAN
TUGAS INDIVIDU DENGAN CI RUANGAN
EVALUASI PRE DAN POST CONFERENCE

Anda mungkin juga menyukai