Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
Alamat kantor pusat: World Trade Center II, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-
Visi:
Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas nasional kelas
“To be a world class national exploration and production company and to be one
Misi:
Menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang aman,
employee.”
Anggana, Muara Badak, Muara jawa, Samboja, dan Sangasanga, yang terdiri dari 6
area pemrosesan, dengan total luas area 2.8883,91 km2. Selanjutnya, operasi kami
WK Mahakam yang merupakan kontributor gas yang tinggi bagi Indonesia. Seiring
hanya besar dari sisi cadangan dan serta produksi minyak dan gas saja, secara
wilayah blok ini juga sangat luas, cakupannya meliputi daratan, rawa – rawa,
hingga lepas pantai dengan luasan mencapai 2.378,51 km2 yang berlokasi di tengah
Mahakam sebenarnya tersebar dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Karakteristik
khas tersebut membuat operasi di Mahakam terfokus pada empat hal, yaitu kegiatan
South Mahakam
Kawasan South Mahakam berlokasi 35 km dilepas pantai dengan kedalaman
laut 35-60 meter. Kawasannya terdiri dari beberapa lapangan kecil yang
dikembangkan sebagai satu kesatuan agar lebih efisien dan ekonomis. Melanjutkan
penemuan Lapangan Stupa pada 1996, Total kembali mengebor 4 sumur di Stupa
untuk lebih memastikan sebaran dan besaran cadangannya pada 1998. Pada 2007
untuk dikembangkan. Selain terdiri dari banyak struktur berukuran kecil dan
tersebar, lokasi South Mahakam juga jauh dari Bontang. Berada di kawasan
Berdasarkan analisis dan hasil evaluasi yang mendalam, lapangan ini akhirnya
efisien. Biaya ditekan serendah mungkin, namun tetap memenuhi kualifikasi safety.
Bontang.
2013 oleh Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini. Proyek ini mencakup
pengembangan tiga lapangan gas dan kondensat, yaitu Stupa, West Stupa, dan East
pembangunan tiga anjungan dan pengeboran 19 sumur. Produksi gas dan kondensat
tahap pertama mencapai 69.000 barel serta minyak per hari (BOEPD). Khusus
untuk kondensat, produksi mencapai 18.000 BPH. Pada 2013 pengembangan South
Fase-3 menjadi proyek dengan nilai investasi terbesar yang dilaksanakan Total
sebelum kontrak di Blok Mahakam berakhir pada Desember 2017. Investasi senilai
Peciko
Produksi perdana gas bumi dari Lapangan Peciko terjadi pada Desember
1999. Berlokasi sekitar 60 km di timur laut lepas pantai kota Balikpapan, atau di
barat daya Lapangan Bekapai di Selat Makassar, cadangan gas Peciko berada di
reservoir berkedalaman 2.100 meter hingga 3.900 meter. Dengan luas lapangan
sekitar 350 km2, lapangan gas Peciko ditemukan pada 1983 melalui sumur
menjadi 800 MMSCFD. Produksi gas dari lapangan ini turut disertai produksi
kondensat sebesar 16.000 barel per hari (BPH). Pada 2005, produksi gas Peciko
terdapat 114 sumur produksi yang telah dibor, 7 wellhead platform 12 slot, serta 4
ruas jaringan pipa gas yang berukuan 24 inchi yang menghubungkan lapangan di
lepas pantai dengan instalasi darat di Senipah (Peciko Process Area/PPA), yang
terhubung dengan jaringan pipa gas 42 inch sepanjang 80km ke Bontang. Pada
yakni Fase-7B. Pada tahap pengembangan ini, Total menambah 8 sumur deleniasi
Bekapai
Lapangan minyak Bekapai ditemukan pada tahun 1972, yang mencakup
area seluas 20 km2 di lepas pantai Kalimantan Timur (Selat Makassar). Lokasinya
lapangan Bekapai tersimpan di lebih dari 100 lapisan reservoir yang berbeda –
beda dan berada di kedalaman antara 1.300 meter hingga 2.500 meter. Dengan
rata – rata kedalaman laut sekitar 30 meter, upaya produksi minyak perdana di
lapangan ini masih menggunakan fasilitas barge yang di tambatkan ditengah laut
untuk kemudian ditarik ke daratan. Sejak 1976, produksi minyak di kirim ke darat
ditemukan. Bekapai sekaligus menjadi lapangan minyak dan gas tertua yang
produksi yang menunjukan perulangan tren meningkat, meski tak pernah lagi
Bekpaai yang sudah cukup tua, salah satu cara untuk meningkatkan produksi di
lapangan Bekapai adalah dengan memasukan sejenis cairan kimia yaitu Drag
Reducing Agent (DRA), ke pipa – pipa demi melancarkan jalan aliran migas.
dan de-bottlenecking.
Sisi-Nubi
Lapangan Sisi ditemukan pada 1986, sementara Lapangan Nubi pada
1992. Kedua lapangan ini berjarak 25 km dari Delta Mahakam kearah lepas pantai
dan sekitar 30 km sebelah tenggara Lapangan Tunu. Kedua lapangan ini berada di
dua wilayah kerja migas yang berbeda, yaitu Blok Mahakam dan Blok Tengah.
Penyatuan lapangan (unitiasasi) disetujui pada 1997 dan menjadi unit Sisi-Nubi,
dengan partisipasi 47,9 persen INPEX, dan 4,2 persen PT Pertamina (Persero).
Pada tahun 2003, dilakukan seismik 3D seluas 1.040 km2 untuk melengkapi
sebesar US$1,1 miliar. Dari nilai itu, sebanyak US$485 juta dianggarkan untuk
Unit (CPU) atau North Processing Unit (NPU). Gas selanjutnya dialirkan ke
mempertahankan masa dan tingkat produksi. PoD tahap kedua lapangan Sisi Nubi
disetujui BPMIGAS pada tahun 2009, dengan rencana pengeboran 35 sumur baru
kegiatan seismik serta membangun anjungan baru, yaitu WPN3 dan WPS2. Total
pengembangan Lapangan Peciko 7-B. Pada akhir 2016, produksi gas dari Sisi-
luas area sekitar 40 km2. Diperlukan swamp barge drilling rig untuk mengebor
sumur – sumur minyak dan gas di lapangan ini. Sebagian besar kandungan
minyak dan gas di lapangan Handil tersimpan di reservoir zona utama dengan
kedalaman 1.500 meter hingga 2.700 meter, serta sebagian lainnya di reservoir
yang lebih dangkal maupun lebih dalam. Jumlah reservoir diperkirakan mencapia
Puncak produksi minyak tercapai pada Maret 1977 dengan tingkat produksi
melalui injeksi lean gas sekitar 55 MMSCFD pada November 1995. Injeksi
dilakukan melalui dua sumur injektor yang terletak di puncak struktur pada lima
minyak hingga 4,5 juta barel selama periode injeksi. Didukung oleh keberhasilan,
baik teknis maupun ekonomis, serta pengalaman pada proyek tahap pertama,
program ini diperluas lagi pada tahun 2000 melalui proyek kedua. Proyek ini
dilaksanakan dengan mengebor satu sumur injektor dan menginjeksikan lean gas
dangkal yang mencakup area seluas 1.400 km2 yang membentang 80 km dari
utara ke selatan di sepanjang garis pantai terluar Delta Mahakam. Cadangan gas di
dengan mulai berproduksinya gas Lapangan Tunu pada tahun 1990, setelah
fasilitas ini, dilakukan pemisahan antara air, gas, dan kondensat. Gas kemudian
Lapangan Tunu adalah penopang utama produksi gas Mahakam dan dapat
dikategorikan sebagai giant gas field karena mempunyai wilayah yang luas,
reservoir Tunu yang terbilang banyak dan memencar, ada yang berhubungan dan
ada yang tidak. Lapisan reservoir yang itipis dan menyebar membuat lapangan
dengan gas sehingga energi yang dibutuhkan untuk mengangkat gas semakin
besar. Akhirnya produksi gas beberapa sumur di lapangan Tunu berhenti. Untuk
menghidupkannya kembali, dibutuhkan well service yang intensif. Tunu telah
memasuki fase production decline setelah mencapai puncak produksi pada 2008 –
2012.
Total berhasil memproduksikan gas dari reservoir dangkal sedalam 1.000 meter,
keamanan dan keekonomian, namun bisa membuat arsitektur sumur yang aman
dan ekonomis, sehingga bisa memproduksi gas dari area diatas, dikedalaman 1000
meter. Investasi untuk pengembangan shallow gas sendiri cukup mahal karena
diperlukan teknik komplesi khusus untuk mencegah produksi pasir. Saat ini dari
sekitar 500 MMSCFD produksi dari gas Tunu, hampir 40 persen berasal dari
shallow gas dengan kecenderungan terus meningkat karena cadangan gas di main
DRILLING
Merupakan kegiatan pembuatan lubang tegak atau miring dengan berbagai
garis tengah kedalam bumi untuk berbagai tujuan, dalam eksplorasi minyak bumi
serta melalui ahli ahli geofisika dan geologi untuk mengetahui daerah jabakan
spekulasi yang sangat besar, umumnya spekulasi ini sekitar 10% sampai 25%.
pipanya, teknik pemboran dibagi atas pemboran vertical dan pemboran horizontal.
jebakan minyak yang akan di eksplorasi pemboran lalu dilakukan dengan cara
minyak, dengan cara yang konventional ini umumnya satu rig hanya dapat
sosial yang berupa adanya cadagan minak yang berada dibawah pemukiman
dibawah sungai, rawa, atau danau apabila dilakukan pengeboran secara vertical,
maka harus membuat platform sehingga memerlukan biaya yang lebih besar. Hal
ini sebenarnya tidak perlu dilakukan mengingat bahwa biaya sewa rig yang mahal
serta ada alternative untuk melakukan pengeboran berarah lewat darat yang dapat
zona patahan. Pada zona ini akan terbentuk rekahan yang mana bila dilakukan
pemboran lumpur akan masuk kedalam rekahan ini dan menebabkan loss.
Penyebab lainnya terdapatnya salt dome yang dapat menimbulkan masalah yaitu
metode dasar yang dapat diaplikasikan pada sumur produksi yang mempunyai
Intervensi terbagi dalam dua kategori umum: ringan atau berat. Selama
intervensi ringan, operator menggunakan alat atau sensor ke dalam sumur. Dalam
operasi.
peralatan downhole seperti valve atau pump, atau untuk mengumpulkan tekanan
untuk melepaskan wellhead dan penghalang tekanan lainnya dari sumur untuk
mengakses kedalam lubang sumur. Operasi ini membutuhkan rig untuk melepas
tubing string dan pompa yang tidak dapat diambil melalui intervensi ringan.
Beberapa workover dilakukan untuk kegiatan plug and abandonment pada zona
produksi awal dan berganti pada zona produksi yang baru yang memilika
cadangan yang lebih besar kegiatan ini disebut kerja ulang pindah lokasi.