Anda di halaman 1dari 14

JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No.

2, Desember 2017

PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI PRAKONSEPSI DAN TINGKAT


KONSUMSI ENERGI PROTEIN PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) USIA
15-19 TAHUN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN TIDAK KEK DI SMA
NEGERI 1 PASAWAHAN

Igna Nur’Arofah Umisah¹, Dyah Intan Puspitasari2


1
Jl. Raya Babelan No. 63 Kebalen Kab. Bekasi 17610.
Email: 1igna21arofah@gmail.com
2
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Jl. A. Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta.
Email:2 dyah.puspitasari@ums.ac.id

ABSTRAK
Status gizi wanita usia subur (WUS) sering dikaitkan dengan persiapan
menghadapi masa konsepsi atau prakonsepsi. Masalah KEK sering
dikaitkan dengan pengetahuan gizi prakonsepsi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi dan
tingkat konsumsi energi protein antara WUS usia 15-19 tahun KEK
dan tidak KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan. Penelitian ini
menggunakan desain cross-sectional. Jumlah responden penelitian
yaitu 37 responden KEK dan 37 tidak KEK, dengan teknik
pengambilan sampel Proportional Stratified Random Sampling. Data
KEK diambil dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA),
pengetahuan gizi prakonsepsi diperoleh menggunakan kuesioner dan
data tingkat konsumsi energi protein diperoleh dengan formulir Semi
Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) 3 bulan
terakhir. Uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov Smirnov Test
dan uji perbedaan menggunakan Independent T-Test dan uji Mann-
Whitney. Sebanyak 54% subjek memiliki pengetahuan gizi prakonsepsi
yang kurang, tingkat konsumsi energi dengan kategori baik yaitu
sebesar 52,7% dan sebesar 56,8% tingkat konsumsi protein kurang.
Tidak ada perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi antara responden
KEK dan tidak KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan (p=0,179), ada
perbedaan tingkat konsumsi energi (p=0,001) dan protein (p=0,001)
antara responden KEK dan tidak KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan.

Kata kunci: Kurang energi kronis, pengetahuan gizi prakonsepsi,


tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein.

ABSTRACT
The nutritional status of women of childbearing age (WCA) is often
associated with preparing for a period of conception or preconception.
Chronic Energy Insufficiency (CED) is often associated with
preconception knowledge. The purpose of the research was to know
the difference of preconception nutrition knowledge and protein-
energy consumption between WCA age 15-19 year with CED and not-
CED in SMA Negeri 1 Pasawahan. This study used cross-sectional

23
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

design. The number of respondents was 37 respondents with CED and


37 not-CED, with the proportional stratified random sampling. The
CED data was obtained with Measurement Upper Arm Circumference
(MUAC), preconception nutritional knowledge was obtained using
questionnaire and protein-energy consumption level data was obtained
with Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ)
form in the last 3 months. Normality test used the Kolmogorov-
Smirnov and test of differences used Independent T-Test and Mann-
Whitney.A 54% preconception nutrition knowledge in less categorize,
52.7% energy consumption level in good categories and 56.8%
protein consumption level in less categorize. There was not a
difference in preconception nutrition knowledge (p=0.179) between
respondents CED and not-CED in SMA Negeri 1 Pasawahan, there
was the difference of energy (p=0.001) and protein (p=0.001)
consumption levels between respondents CED and not-CED in SMA
Negeri 1 Pasawahan.

Keywords: Chronic energy deficiency, preconception nutrition


knowledge, energy protein consumption level.

PENDAHULUAN WUS golongan remaja belum banyak


diperhatikan, contohnya yaitu Kurang
Masalah gizi di Indonesia pada Energi Kronis (KEK). KEK dapat
umumnya masih didominasi oleh masalah diketahui dengan cara pengukuran lingkar
gizi kurang. Masalah gizi kurang pada lengan atas (LILA) dengan ambang batas
kelompok wanita mempengaruhi status (cut off point) kurang dari 23,5 cm.
gizi pada periode siklus kehidupan Pengukuran mid-upper-arm circumference
berikutnya (intergenation impact). Salah (MUAC) atau yang lebih dikenal dengan
satu periode status gizi yang paling LILA dapat melihat perubahan secara
menentukan adalah status gizi pada masa paralel massa otot, sehingga bermanfaat
pranikah atau yang biasa disebut masa untuk mendiagnosis kekurangan gizi
prakonsepsi. Berdasarkan data Indikator (Gibson, 2005).
Kesejahteraan Rakyat Tahun 2014, rata- Secara nasional prevalensi KEK
rata usia menikah wanita di Indonesia pada WUS dengan usia 15-49 tahun (tidak
yaitu berkisar usia 19-24 tahun dengan hamil) adalah 20,8%. Prevalensi wanita
presentase 43,95%. Untuk Provinsi Jawa tidak hamil kelompok usia 15-19 tahun
Barat sebanyak 46,19% wanita di mengalami peningkatan paling tinggi
pedesaan menikah di usia 16-18 tahun dibandingkan kelompok usia lainnya yaitu
(Departemen Gizi dan Kesehatan, 2011). naik sebesar 15,7%. Data Dinas
Menurut Cetin dkk. (2009), status Kesehatan pada tingkat Provinsi Jawa
gizi prakonsepsi merupakan salah satu Barat tahun 2013 menunjukkan prevalensi
faktor yang dapat mempengaruhi kondisi WUS dengan KEK sebesar 21,6%
kehamilan dan kesejahteraan bayi. (Riskesdas, 2013).
Keadaan kesehatan dan status gizi ibu KEK dapat memberikan dampak
hamil ditentukan jauh sebelumnya, yaitu buruk bagi ibu dan janin. Kekurangan gizi
pada masa remaja dan dewasa sebelum pada ibu hamil dapat mempengaruhi
hamil atau selama menjadi Wanita Usia proses pertumbuhan janin dan dapat
Subur (WUS). Status gizi dan kesehatan menimbulkan keguguran, abortus, bayi

24
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

lahir mati, kematian neonatal, cacat energi dan protein yang berlangsung
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra dalam jangka waktu lama atau menahun.
partum (mati dalam kandungan) dan lahir Penelitian Sirajuddin (2010) di Sulawesi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selatan menunjukkan bahwa terdapat
Efek jangka pendek KEK diantaranya perbedaan asupan energi dan protein pada
yaitu anemia, perkembangan organ tidak wanita yang KEK dan tidak KEK.
optimal dan pertumbuhan fisik kurang, Data yang diambil bulan Juli 2016
sehingga mengakibatkan kurang oleh Puskesmas Pasawahan didapatkan
produktifnya seseorang. Sehingga perlu sebanyak 40% ibu hamil mengalami KEK.
ada pencegahan terhadap kejadian KEK Hasil survei pendahuluan pengukuran
(Waryono, 2010). LILA dari total 217 siswi di SMA Negeri
Faktor-faktor yang dapat 1 Pasawahan, didapatkan 121 (55,76%)
mempengaruhi kejadian KEK diantaranya siswi termasuk kategori KEK (<23,5 cm)
terdapat faktor penyebab langsung dan dan 96 (44,24%) siswi termasuk kategori
tidak langsung. Faktor penyebab langsung tidak KEK (≥23,5 cm). Menurut Depkes
yaitu tingkat konsumsi energi, tingkat (2003) tingkat besaran masalah risiko
konsumsi protein, penyakit infeksi dan KEK yaitu <20% (ringan), 20-30%
usia menarche. Sedangkan faktor (sedang), dan >30% (berat). Sehingga
penyebab tidak langsung yaitu besaran masalah risiko di SMA Negeri 1
pengetahuan tentang gizi prakonsepsi dan Pasawahan tergolong berat.
aktifitas fisik (Achadi, 2013). Berdasarkan uraian latar belakang di
Menurut Proctor (2006), atas, penulis tertarik untuk melakukan
pengetahuan gizi prakonsespi merupakan penelitian tentang perbedaan pengetahuan
faktor penting dalam mempersiapkan gizi prakonsepsi dan tingkat konsumsi
kehamilan. Ini bertujuan untuk mencegah energi protein pada WUS usia 15-19 tahun
terjadinya kekurangan asupan zat gizi dengan kejadian KEK dan tidak KEK di
selama kehamilan. Hasil penelitian SMA Negeri 1 Pasawahan.
Fauziyah (2014) di Kota Makassar
menunjukkan bahwa wanita prakonsepsi METODE PENELITIAN
yang berpengetahuan kurang memiliki
peluang lebih besar untuk menderita KEK. Penelitian ini merupakan jenis
Hasil uji statistik diperoleh bahwa penelitian observasional dengan
responden dengan pengetahuan gizi rancangan cross-sectional yang
baik memiliki pencegahan 0,06 kali dilaksanakan pada bulan Oktober 2016.
terhadap KEK dibandingkan responden Lokasi penelitian dilakukan di SMA
dengan pengetahuan gizi kurang Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan
(p=0,000, 95% CI =0,01-0,27). Hal ini Jawa Barat.
sejalan dengan penelitian Simarmata
(2008) bahwa ada hubungan signifikan Responden
antara pengetahuan gizi dengan KEK Populasi penelitian adalah wanita
dengan besar risiko 3,852 yang artinya usia subur usia 15-19 tahun dengan
responden berpengetahuan gizi kurang jumlah 217 siswi. Jumlah responden
memiliki peluang 3,852 kali menderita sebanyak 74 yang terdiri dari 37
KEK dibandingkan responden responden KEK dan 37 responden tidak
berpengetahuan gizi baik ( p=0,009, 95% KEK. Pengambilan responden
CI =1,325-11,197). menggunakan teknik proportional
KEK merupakan akibat seseorang stratified random sampling. Kriteria
menderita kekurangan zat gizi terutama Inklusi pada penelitian ini yaitu siswi

25
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

SMA Negeri 1 Pasawahan, usia 15-19 Data tingkat konsumsi energi dan
tahun dan tidak sedang sakit sedangkan protein
kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu Data tingkat konsumsi energi dan
sedang menjalankan diet dan vegetarian. protein diperoleh dengan wawancara
Variabel dalam penelitian ini adalah kepada responden tentang makanan yang
pengetahuan gizi prakonsepsi dan tingkat dikonsumsi selama 3 bulan terakhir
konsumsi energi protein sebagai variabel dengan metode Semi Quantitatif-Food
bebas dan kejadian KEK pada wanita usia Frequency Questionare (SQ-FFQ).
subur usia 15-19 tahun sebagai variabel Kuantitas tingkat konsumsi energi dan
terikat. protein dirata-ratakan dalam sehari
Teknik pengumpulan data kejadian kemudian diinput ke dalam Nutrisurvey.
KEK diperoleh dengan pengukuran LILA. Asupan rata-rata sehari kemudian
Prosedur pengukuran dilakukan sesuai dibandingkan dengan kebutuhan AKG
dengan Riskesdas 2007. Selanjutnya 2013. Kebutuhan berdasarkan AKG
diklasifikasikan menggunakan rujukan diambil dengan cara membandingkan
dari Kemenkes RI Tahun 2002 yaitu berat badan aktual dan berat badan
responden dikatakan KEK jika LILA anjuran kemudian dikalikan dengan
<23,5 cm. Pengambilan data primer pada anjuran kebutuhan energi dan protein
penelitian ini dilakukan oleh 6 tenaga gizi dalam sehari. Tingkat konsumsi energi
teregistrasi. Data yang diambil dan protein dikategorikan berdasarkan
diantaranya data pengukuran LILA dan WNPG 2004 yaitu baik jika tingkat
tingkat konsumsi energi dan protein konsumsi energi dan protein berkisar
dengan metode wawancara menggunakan 80%-110%.
SQ-FFQ.
Analisis data
Data pengetahuan gizi prakonsepsi Analisa data dengan menggunakan
Data pengetahuan gizi prakonsepsi program SPSS 21. Analisis univariat
diperoleh dengan mengisi kuesioner yang dilakukan dengan mendeskripsikan
terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Uji variabel bebas dan terikat yang
reliabilitas dengan nilai cronbach’s alpha digambarkan dengan membuat tabel
0,823 (>0,7) sehingga dapat dikatakan distribusi frekuensi. Analisis bivariat
bahwa kuesioner pengetahuan gizi dengan uji normalitas data menggunakan
prakonsepsi reliabel. Dari 20 pertanyaan uji Kolmogorov Smirnov dan uji
diperoleh setiap pertanyaan mempunyai perbedaan tingkat konsumsi energi dan
nilai item total correlation >0,3. Skor protein menggunakan uji Independent T-
tingkat pengetahuan gizi prakonsepsi Test karena data berdistribusi normal dan
dilakukan untuk mengetahui kemampuan uji perbedaan pengetahuan gizi
kognitif sampel tentang manfaat, prakonsepsi menggunakan uji Mann-
kebutuhan gizi dan dampak yang dialami Whitney karena data tidak berdistribusi
jika kekurangan gizi prakonsepsi. Jika normal. Penelitian ini telah mendapat
jawaban benar diberi nilai 1 dan jika salah persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
diberi nilai 0, kemudian diklasifikasikan Kesehatan (KEKP) Fakultas Kedokteran
berdasarkan Khomsan (2000) yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta
kategori baik jika responden dapat dengan nomor etichal clearance No.
menjawab benar ≥80% pertanyaan. 357/B.1/KEPK-FKUMS/X/2016.

26
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN perilaku, tidak terkecuali pengalaman


dalam menentukan makanan apa yang
Gambaran Umum SMAN 1 Pasawahan dikonsumsi yang sangat berpengaruh
Jumlah seluruh siswa di SMA terhadap keadaan gizi seorang remaja.
Negeri 1 Pasawahan yaitu 422 siswa yang Namun perubahan ini tidak lepas dari
terdiri dari 217 siswi perempuan dan 205 faktor eksternal seperti status ekonomi
siswa laki-laki yang terbagi dalam 13 dan akses pangan (Papalia dan Olds,
kelas. Lokasi SMA Negeri 1 Pasawahan 2001).
berada di dataran tinggi gunung Ciremai
dan didominasi oleh persawahan dan Uji Univariat
perbukitan. SMA Negeri 1 Pasawahan
Memiliki 2 buah kantin dan 1 buah Distribusi Responden Berdasarkan
koperasi, yang menyediakan makanan Tingkat Pengetahuan Gizi Prakonsepsi
berat (nasi), gorengan, makanan ringan Pengetahuan responden diambil
(snack) dan minuman. Kegiatan kesehatan menggunakan kuesioner yang berisikan 20
di SMA Negeri 1 Pasawahan berada di butir soal. Responden diberikan waktu
bawah pemantauan Puskesmas Pasawahan. ±15 menit untuk mengisi kuesioner.
Sarana pendidikan kesehatan seperti Kategori pengetahuan dikatakan baik jika
penyuluhan khususnya mengenai gizi ≥80% dan kurang jika <80%. Data tingkat
belum pernah dilakukan di SMA Negeri 1 pengetahuan gizi prakonsepsi pada
Pasawahan. responden KEK dan tidak KEK yaitu
sebagai berikut:
Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini Tabel 2. Distribusi Responden
adalah siswi kelas X, XI dan XII di SMA berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi
Negeri 1 Pasawahan dengan kategori umur Prakonsepsi
sebagai berikut: Kategori KEK
Kategori
KEK Tidak KEK
Pengetahuan
N % N %
Tabel 1. Distribusi Responden Kurang 24 64,9 16 43,2
berdasarkan Kategori Umur Baik 13 35,1 21 56,8
Kategori KEK Jumlah 37 100 37 100
Usia KEK Tidak KEK
N % N %
15 9 24,3 7 18,9
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
16 10 27,0 13 35,1 besar responden memiliki pengetahuan
17 16 43,3 14 37,8 gizi prakonsepsi yang kurang yaitu
18 2 5,4 3 8,1 sebanyak 40 responden, yang terdiri dari
Jumlah 37 100 37 100 24 responden KEK dan 16 responden
tidak KEK. Item pertanyaan yang sulit
Tabel 1 menunjukkan bahwa dijawab responden yaitu mengenai konsep
sebagian besar responden berumur 17 gizi dasar dan dampak kekurangan zat
tahun yaitu sebanyak 30 responden, yang besi. Pertanyaan tersebut sulit dijawab
terdiri dari 16 responden KEK dan 14 karena responden mengaku belum pernah
responden tidak KEK. Pada usia 15-19 mengetahui tentang gizi. Hal ini
tahun, fisik seseorang terus berkembang dikarenakan responden tidak pernah
diikuti dengan perkembangan aspek sosial mendapatkan materi penyuluhan
maupun psikologisnya. Perubahan ini mengenai gizi. Distribusi statistik
membuat seorang remaja perempuan deskriptif berdasarkan tingkat
banyak mencoba ragam gaya hidup,

27
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

pengetahuan gizi prakonsepsi dapat dilihat Gizi prakonsepsi merupakan suatu


pada Tabel 3. cara untuk memperhatikan status gizi
calon pengantin demi tercapainya
Tabel 3. Distribusi Statistik Deskriptif keluarga yang sehat dan keturunan yang
berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi berkualitas. Untuk mempersiapkan
Prakonsepsi keturunan yang berkualitas diperlukan
Uji Statistik
Kategori perencanaan dan penanganan terhadap
KEK Tidak KEK semua aspek terutama kesehatan dan
Mean 75,90 77,50 status gizi wanita usia subur sedini
Median 75 80
Standar Deviasi 7,15 11,41 mungkin (Gardiner, 2008).
Minimum 60 45
Maksimum 95 95 Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Rata-rata nilai sampel KEK yaitu Data tingkat konsumsi energi dalam
75,9 ± 7,15 sedangkan pada sampel tidak penelitian ini diambil menggunakan
KEK yaitu 77,56 ± 11,41. Nilai minimum metode Semi Quantitative Food
pada sampel KEK yaitu 60 sedangkan Frequency. Data diambil dengan cara
sampel tidak KEK yaitu 45. Skor menanyakan makanan dan minuman yang
maksimum pada sampel KEK dan tidak telah dikonsumsi selama 3 bulan terakhir,
KEK yaitu 95. Berdasarkan hasil kemudian dikonversikan menjadi asupan
penelitian, responden KEK lebih banyak energi rata-rata perhari dalam bentuk
mempunyai pengetahuan yang kurang satuan kalori. Selanjutnya, hasil Semi
dibandingkan responden tidak KEK. Quantitative Food Frequency diolah
Pengetahuan merupakan faktor yang menggunakan program Nutrisurvey, lalu
sangat berpengaruh terhadap pengambilan dibandingkan dengan AKG Individu.
keputusan. Beberapa hasil penelitian AKG individu didapat dengan melakukan
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan koreksi terhadap berat badan aktual
gizi yang baik secara konsisten terwujud dengan berat badan standar pada tabel
menjadi perilaku pemilihan konsumsi AKG 2013. Kategori tingkat konsumsi
makanan. Tujuan pemilihan konsumsi energi dikatakan kurang jika asupan
makanan yang didasari oleh pengetahuan <80%, baik jika 80-110%, lebih jika
gizi yang baik yaitu untuk mencapai status >110%.
gizi yang optimal (Adhiyati, 2013). Data tingkat konsumsi energi pada
Pengetahuan tentang gizi adalah apa responden KEK dan tidak KEK yaitu
yang diketahui tentang makanan meliputi dapat dilihat pada Gambar 1.
makanan sehat, makanan sehat untuk
golongan usia tertentu (misalnya wanita
usia subur prakonsepsi), dan cara
memilih, mengolah dan meyiapkan
makanan yang benar. Wanita usia subur
yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan mampu memilih jenis makanan yang
tepat untuk dirinya baik dari segi kuantitas
maupun kualitas yang dikonsumsinya.
Dengan demikian pengetahuan gizi
merupakan salah satu faktor protektif
dalam mempersiapkan kehamilan atau Gambar 1. Rata-Rata Persentase Tingkat
prakonsepsi (Khomsan, 2000). Konsumsi Energi, Protein, Lemak, KH

28
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Rata-rata persentase konsumsi energi pada sampel KEK yaitu 90,9%


energi, protein, lemak dan karbohidrat sedangkan pada sampel tidak KEK yaitu
pada responden tidak KEK lebih tinggi 111,5%.
dibandingkan responden KEK. Rata-rata Energi dalam tubuh manusia dapat
untuk persentase konsumsi pada timbul dikarenakan adanya pembakaran
responden tidak KEK yaitu energi (86%), karbohidrat, protein, lemak. Untuk
protein (81%), lemak (77%) dan mencukupi kebutuhan energi diperlukan
karbohidrat (84%). Berikut adalah tabel asupan zat-zat gizi yang cukup. Prinsip-
rata-rata asupan energi, protein, lemak dan prinsip ilmu gizi, seseorang tidak dapat
karbohidrat dalam waktu 3 bulan: terus menerus menggunakan cadangan
energi dalam tubuh. Jika dilakukan secara
Tabel 4. Rata-Rata Asupan Energi, terus menerus akan mengakibatkan
Protein, Lemak, Karbohidrat per-Hari keadaan kurang gizi yang dapat
Kategori
Energi Protein Lemak KH mengakibatkan KEK (Kartasapoetra,
(Kkal) (gr) (gr) (gr) 2005).
KEK 1238 33,8 54 201 Jika kebutuhan energi tidak
Tidak
1908 51,8 68 252 terpenuhi selama jangka waktu yang lama,
KEK
AKG WUS akan mengalami KEK. Ibu dengan
2125 59-69 71 292
2013 KEK akan berisiko mengandung janin
yang kurang gizi sehingga mengakibatkan
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa gangguan pertumbuhan janin dan
rata-rata asupan energi sehari pada mengakibatkan bayi berat badan lahir
responden KEK yaitu 1238 kkal rendah (Hadi, 2005).
sedangkan pada responden tidak KEK Hasil penelitian Marlenywati
yaitu 1908 kkal. Rata-rata asupan protein (2010), wanita yang mempunyai tingkat
responden KEK yaitu 33,8 gram konsumsi energi <80% AKG mempunyai
sedangkan pada responden tidak KEK peluang terjadinya KEK 12,031 kali
yaitu 51,8 gram. Distribusi statistik dibandingkan wanita dengan tingkat
deskriptif berdasarkan tingkat konsumsi konsumsi energi >80% ( p=0,001, 95%
energi dapat dilihat pada Tabel 5. CI =3,727-38,84). Peluang wanita dengan
tingkat konsumsi protein <80% AKG
Tabel 5. Distribusi Statistik Deskriptif mempunyai peluang terjadinya KEK
berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi 13,416 kali dibandingkan wanita dengan
Uji Statistik
Kategori tingkat konsumsi protein>80% ( p=0,001,
KEK Tidak KEK 95% CI =4,127-41,01).
Mean 73,36 85,85 Menurut UNICEF, faktor-faktor
Median 75,90 85,90
Standar Deviasi 10,60 9,03 yang mempengaruhi tingkat konsumsi
Minimum 45,30 64,50 energi dan protein antara lain pendidikan
Maksimum 90,90 111,50 yang mempengaruhi pengetahuan,
pengetahuan yang mempengaruhi
Rata-rata persentase tigkat konsumsi kesehatan, pendapatan dan besar keluarga
energi sampel KEK yaitu 73,36% ± 10,6% yang mempengaruhi daya beli dan
sedangkan pada sampel tidak KEK pemilihan makanan, serta ketersediaan
85,85% ± 9,03%. Nilai minimum bahan makananan rumah tangga. Faktor-
persentase tingkat konsumsi energi pada faktor tersebut saling berkaitan dalam
sampel KEK yaitu 45,3% sedangkan mempengaruhi tingkat konsumsi energi
sampel tidak KEK yaitu 64,5%. dan protein seseorang (Soekirman, 1999).
Persentase maksimum tingkat konsumsi

29
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata persentase tingkat


Tingkat Konsumsi Protein konsumsi protein sampel KEK yaitu
Tingkat konsumsi protein responden 69,04% ± 9,8% sedangkan pada sampel
dalam penelitian ini diambil menggunakan tidak KEK 81,35% ± 10,21%. Nilai
metode Semi Quantitative Food minimum persentase tingkat konsumsi
Frequency. Data diambil dengan cara protein pada sampel KEK yaitu 44,1%
menanyakan makanan dan minuman yang sedangkan sampel tidak KEK yaitu
telah dikonsumsi selama 3 bulan terakhir, 59,9%. Persentase maksimum tingkat
kemudian dikonversikan menjadi asupan konsumsi energi pada sampel KEK yaitu
protein rata-rata perhari dalam bentuk 84% sedangkan pada sampel tidak KEK
satuan gram. Selanjutnya, hasil Semi yaitu 10,8,9%.
Quantitative Food Frequency diolah Peran protein dalam membangun
menggunakan program NutriSurvey, lalu struktur jaringan tubuh menjadi bagian
dibandingkan dengan AKG Individu. akhir untuk menyuplai kebutuhan energi
AKG individu didapat dengan melakukan pada saat asupan karbohidrat dan lemak
koreksi terhadap berat badan aktual tidak cukup. Asupan lemak dan
dengan berat badan standar pada tabel karbohidrat sebagai pembanding asupan
AKG 2013. Kategori asupan protein protein dalam perannya sebagai sumber
dikatakan kurang jika asupan <80%, baik energi alternatif (Irianto, 2014).
jika 80-110%, lebih jika >110%. Data Salah satu faktor penyebab KEK
tingkat konsumsi protein sampel KEK dan adalah konsumsi makan yang tidak cukup
tidak KEK yaitu sebagai berikut: mengandung energi dan protein.
Kekurangan asupan energi akan
Tabel 6. Distribusi Sampel berdasarkan mempengaruhi kebutuhan protein.
Tingkat Konsumsi Protein Protein merupakan energi alternatif
Kategori Kategori KEK terakhir setelah karrbohidrat dan lemak
Tingkat KEK Tidak KEK yang digunakan jika tubuh tidak
Konsumsi N % N % memperoleh asupan energi yang cukup.
Kurang 33 89,2 9 24,3
Baik 4 10,8 28 75,7
Pemecahan protein pada akhirnya akan
Lebih 0 0 0 0 menyebabkan deplesi massa otot, karena
Jumlah 37 100 37 100 salah satu fungsi protein adalah untuk
Tabel 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel
sebagian besar sampel memiliki tingkat (Almatsier, 2003).
konsumsi protein yang kurang yaitu Protein yang cukup berkaitan
sebanyak 42 sampel, yang terdiri dari 33 dengan gizi normal yaitu memperkecil
sampel KEK dan 9 sampel tidak KEK. faktor risiko terjadinya KEK yang
Distribusi statistik deskriptif berdasarkan berhubungan dengan hasil pengukuran
tingkat konsumsi protein dapat dilihat LILA. Kolagen adalah protein utama
pada Tabel 7. dalam tendon dan ligamen dan juga bahan
interseluler yang mengikat bersama sel.
Tabel 7. Distribusi Statistik Deskriptif Fibrin dan miosin adalah protein yang
Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein ditemukan dalam otot. Terkait dengan
Kategori tingkat kecukupan konsumsi protein maka
Uji Statistik
KEK Tidak KEK protein akan berfungsi sebagai energi
Mean 69,04 81,35 alternatif (Guyton dan Hall, 2008).
Median 70,70 82,02
Standar Deviasi 9,80 10,20
Minimum 44,10 59,90
Maksimum 84 108,9

30
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Uji Bivariat tidak ada adanya perbedaan pengetahuan


gizi parkonsepsi di SMA Negeri 1
Perbedaan Pengetahuan Gizi Pasawahan.
Prakonsepsi antara Responden KEK Santosa (2013) menyatakan bahwa
dan tidak KEK pengetahuan yang baik belum tentu
Pengetahuan responden diambil terwujud dalam suatu tindakan yang
menggunakan kuesioner yang berisikan 20 nyata. Mewujudkan pengetahuan menjadi
butir soal. Responden diberikan waktu ± perilaku nyata dipengaruhi oleh faktor
15 menit untuk mengisi kuesioner lain diantaranya ketersediaan sarana,
pengetahuan gizi prakonsespi. fasilitas dan kemampuan untuk
Berdasarkan hasil uji normalitas data memenuhi segala kebutuhan dalam
didapatkan hasil p = 0,014 yang artinya perilaku pencegahan. Selain itu,
bahwa data tidak berdistribusi normal dibutuhkan juga adanya dukungan dari
(<0,05). Karena data tidak berdistribusi keluarga. Pengetahuan baik yang
normal, maka dilanjutkan dengan uji dimiliki oleh responden masih dalam
Mann-Whitney untuk mengetahui tingkatan tahu dan belum diaplikasikan
perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi dalam perilaku yang nyata.
antara responden KEK dan tidak KEK. Pengetahuan gizi prakonsepsi
Berikut adalah hasil mengenai uji merupakan faktor tidak langsung yang
perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi mempengaruhi kejadian KEK.
pada responden KEK dan tidak KEK: Pengetahuan tentang bahan makanan akan
mempengaruhi perilaku dalam pemilihan
Tabel 8. Analisis Uji Perbedaan Tingkat dan pengolahan makanan. Namun,
Pengetahuan Gizi Prakonsepsi pengaruh pengetahuan gizi terhadap
Kategori konsumsi makanan tidak selalu linier,
Uji Statistik Tidak P artinya semakin tinggi tingkat
KEK
KEK
pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi
Mean 75,95 77,56
Median 75 80 makanan menjadi baik. Konsumsi
Standar Deviasi 7,15 11,41 0,179 makanan jarang terpenuhi oleh
Minimum 60 45 pengetahuan gizi sendiri tetapi merupakan
Maksimum 95 95 interaksi sikap dan keterampilan dalam
* Uji Mann-Whitney konsumsi makanan (Khomsan, 2000).
Gizi prakonsepsi didefinisikan
Nilai rata-rata pengetahuan gizi sebagai masukan makanan dan kebiasaan
prakonsespi pada responden KEK yaitu makan yang dilakukan wanita usia subur
75,95 sedangkan responden tidak KEK yang merencanakan kehamilan.
yaitu 77,56 sehingga termasuk dalam Pengetahuan gizi prakonsepsi berperan
kategori pengetahuan kurang. Berdasarkan penting dalam menyiapkan kehamilan
uji Mann-Whitney didapatkan hasil p = yang sehat. Penelitian tentang gizi telah
0,179 (p>0,05) maka H0 diterima menunjukan adanya hubungan yang
sehingga dapat disimpulkan tidak ada positif antara pengetahuan dan status gizi
perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi prakonsepsi dengan kondisi kehamilan
antara responden KEK dan tidak KEK di dengan kesehatan bayi yang dilahirkan
SMA Negeri 1 Pasawahan. Memiliki (Weerd, 2003).
pengetahuan yang tinggi tentang gizi
prakonsepsi tanpa disertai dengan
perubahan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari merupakan faktor penyebab

31
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Perbedaan Tingkat Konsumsi dengan konsumsi energi ≥80% (p=0,001,


Energi antara Responden KEK dan 95% CI =3,727-38,84).
tidak KEK Manusia harus memproses hasil
Tingkat konsumsi energi responden penyerapan produk-produk pencernaan
dalam penelitian ini diambil menggunakan karbohidrat, lipid dan protein dari
metode Semi Quantitative Food makanan. Secara berurutan, produk-
Frequency dalam 3 bulan terakhir. produk ini terutama adalah glukosa, asam
Berdasarkan hasil uji normalitas data lemak serta gliserol dan asam amino.
didapatkan hasil p = 0,400 yang artinya Semua produk hasil pencernaan diproses
bahwa data berdistribusi normal. Karena melalui lintasan metaboliknya masing-
data berdistribusi normal, maka masing menjadi suatu produk umum yaitu
dilanjutkan dengan uji Independent T-Test Asetil KoA, yang kemudian akan
untuk mengetahui perbedaan tingkat dioksidasi secara sempurna melalui siklus
konsumsi energi antara responden KEK asam sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan
dan tidak KEK. Berikut adalah hasil uji energi berupa ATP. Jika sumber glukosa
perbedaan tingkat konsumsi energi pada berlebihan maka akan diubah menjadi
responden KEK dan tidak KEK: polimer glukosa (disebut glikogen). Jika
terjadi kekurangan glukosa, maka
Tabel 9. Analisis Uji Perbedaan Tingkat glikogen dipecah menjadi glukosa.
Konsumsi Energi Selanjutnya glukosa mengalami
Kategori glikolisis, diikuti dengan oksidasi
Uji Statistik Tidak p piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
KEK
KEK
Ketika glukosa cadangan glikogen habis,
Mean 73,36 85,85
Median 75,9 85,9 maka sumber energi non karbohidrat yaitu
Standar Deviasi 10,6 9,03 0,001* lipid dan protein harus digunakan. Jalur
Minimum 45,3 64,5 ini dinamakan glukoneogenesis
Maksimum 90,9 111,5 (pembentukan glukosa baru) karena
* Uji Independent T-Test dianggap lipid dan protein harus diubah
menjadi glukosa baru yang selanjutnya
Nilai rata-rata tingkat konsumsi mengalami katabolisme untuk
energi pada responden KEK yaitu 73,36% memperoleh energi. Jika keadaan ini terus
sehingga termasuk kategori kurang berlanjut maka lemak dan protein akan
sedangkan responden tidak KEK masuk digunakan secara terus menerus sebagai
kategori baik dengan rata-rata 85,85%. cadangan energi alternatif (Murray, 2000).
Berdasarkan uji Independent T-Test Manusia membutuhkan energi
didapatkan hasil p = 0,001 (p<0,05) yang untuk mempertahankan hidup,
artinya ada perbedaan tingkat konsumsi menunjang pertumbuhan dan melakukan
energi pada responden KEK dan tidak aktivitas fisik. Konsumsi energi
KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan. diperoleh dari bahan makanan yang
Penelitian Petrika (2014) menunjukkan mengandung karbohidrat, lemak dan
adanya perbedaan tingkat konsumsi energi protein. Energi dalam tubuh manusia
antara kelompok KEK dan tidak KEK di dapat timbul karena adanya pembakaran
Kecamatan Sedayu, Bantul. Penelitian karbohidrat, protein, dan lemak
Marlenywati (2010) pada remaja 15-19 sehingga manusia membutuhkan zat-zat
tahun di Kota Pontianak menunjukkan makanan yang cukup untuk memenuhi
bahwa konsumsi energi <80% berpeluang kecukupan energinya. Tingkat kecukupan
mengalami KEK 8,051 kali dibandingkan energi ini akan mempengaruhi status gizi
(Budiyono, 2002).

32
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Tingkat konsumsi energi merupakan protein pada responden KEK dan tidak
penyebab langsung terjadinya KEK. KEK KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan. Ini
adalah keadaan dimana seseorang sejalan dengan peneltian Petrika (2014)
mengalami kekurangan gizi (energi dan yang menunjukkan adanya perbedaan
protein) yang berlangsung lama atau tingkat konsumsi protein antara kelompok
menahun dengan LILA kurang dari 23,5 KEK dan tidak KEK di Kecamatan
cm. Kurangnya konsumsi energi dapat Sedayu, Bantul. Penelitian Marlenywati
menyebabkan tubuh mengalami (2010) pada remaja 15-19 tahun di Kota
keseimbangan energi negatif, sehingga Pontianak menunjukkan bahwa konsumsi
dapat menurunkan berat badan dan protein <80% berpeluang 13,42 kali
mempengaruhi ukuran LILA seseorang. mengalami KEK dibandingkan dengan
Asupan energi yang terpenuhi dapat konsumsi energi≥80%.
memperkecil resiko terjadinya KEK Protein adalah komponen dasar dan
(Bisai, 2008). utama makanan yang diperlukan oleh
semua makhluk sebagai perkembangan
Perbedaan Tingkat Konsumsi Protein jaringan kulit, otot, otak, sel, darah
antara Responden KEK dan tidak KEK merah, rambut, dan organ tubuh lainnya
Tingkat konsumsi protein responden yang dibangun dari protein. Ketika zat
dalam penelitian ini diambil menggunakan gizi yang masuk ke dalam tubuh
metode Semi Quantitative Food jumlahnya kurang atau tidak adekuat,
Frequency dalam 3 bulan terakhir. maka tubuh akan menggunakan cadangan
Berdasarkan hasil uji normalitas data lemak untuk memenuhi kebutuhannya dan
didaptkan hasil p = 0,475 yang artinya terjadi penurunan cadangan lemak dalam
bahwa data berdistribusi normal (p>0,05). tubuh. Ketika cadangan lemak habis, akan
Karena data berdistribusi normal, maka terjadi penurunan fungsional dalam
dilanjutkan dengan uji Independent T-Test jaringan hingga kerusakan jaringan dan
untuk mengetahui perbedaan tingkat perubahan biokimia yaitu sel-sel yang
konsumsi protein antara responden KEK beradaptasi dan berkompensasi dengan
dan tidak KEK. Berikut adalah hasil cara menggunakan cadangan protein yang
mengenai uji perbedaan tingkat konsumsi ada di hati dan otot untuk diubah menjadi
protein pada responden KEK dan tidak energi (Aritonang, 2010).
KEK: Protein bersama karbohidrat dan
lemak merupakan sumber energi bagi
Tabel 10. Analisa Uji Perbedaan Tingkat tubuh. Protein tersusun dari molekul-
Konsumsi Protein molekul yang disebut asam amino. Setiap
asam amino didegradasi menjadi piruvat
Kategori atau zat siklus asam sitrat dan dapat
Uji Statistik Tidak p menjadi prekrusor sintesis glukosa di
KEK
KEK
hepar yang disebut glikogenik atau
Mean 69,4 81,35
Median 70,7 82,02 glukoneogenik. Jika jumlah protein terus
Standar Deviasi 9,8 10,21 0,001* meningkat maka protein dipecah menjadi
Minimum 84 108,9 asam amino untuk dijadikan energi atau
Maksimum 44,1 59,9 disimpan dalam bentuk lemak. Hasil
* Uji Independent T-Test pencernaannya yg berupa asam amino,
digunakan untuk menyusun jaringan baru,
Berdasarkan uji Independent T-Test mengganti jaringan yang rusak,
didapatkan hasil p = 0,000 (p<0,05) yang membentuk hormon dan enzim, diubah
artinya ada perbedaan tingkat konsumsi menjadi lemak atau dioksidasi menjadi

33
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

energi. Pemecahan protein jadi asam KESIMPULAN


amino terjadi di hati dengan proses
deaminasi atau transaminasi. a. Prevalensi kejadian KEK di SMA
Transaminasi yaitu mengubah alanin dan Negeri 1 Pasawahan yaitu dari total
alfa ketoglutarat menjadi piruvat dan 217 siswi, didapatkan 121 (55,76%)
glutamate. Diaminasi yaitu mengubah siswi termasuk kategori KEK (<23,5
asam amino dan NAD+ menjadi asam cm) dan 96 (44,24%) siswi termasuk
keto dan NH3. Jika asupan nutrisi kategorti tidak KEK (≥23,5 cm).
kekurangan karbohidrat dan lemak maka b. Sebagian besar responden memiliki
mengakibatkan kurangnya asam piruvat pengetahuan gizi prakonsepsi yang
dan oksaloasetat. Sehingga protein akan kurang yaitu sebanyak 40 responden
dipecah dan membantu proses (54%), yang terdiri dari 24 responden
glukoneogenesis untuk menghasilkan KEK dan 16 responden tidak KEK.
ATP tanpa meyimpan cadangan protein di c. Sebagian besar responden memiliki
hati dan otot (Burnama, 2011). tingkat konsumsi energi yang baik
Besarnya risiko pada wanita yaitu sebanyak 39 responden (52,7%),
dewasa dengan asupen protein < 80% yang teridiri dari 9 responden KEK dan
AKG dibanding mereka yang memiliki 30 responden tidak KEK.
asupan protein >80% AKG adalah d. Sebagian besar responden memiliki
1,163 kali lebih tinggi. Artinya jika tingkat konsumsi protein yang kurang
seseorang mempunyai asupan protein yaitu sebanyak 42 responden (56,8%),
rendah maka ia akan memiliki peluang yang teridiri dari 33 responden KEK
lebih besar untuk menderita KEK. Hal ini dan 9 responden tidak KEK.
sejalan dengan prinsip asupan gizi e. Tidak ada perbedaan pengetahuan gizi
dengan status gizi pada seseorang. Jika prakonsepsi antara responden KEK dan
asupan protein cukup maka status gizi tidak KEK di SMA Negeri 1
akan baik termasuk ukuran lingkar Pasawahan (p = 0,179).
lengan atas (LILA). Artinya protein f. Ada perbedaan tingkat konsumsi energi
sebagai sumber energi akan dilakukan antara responden KEK dan tidak KEK
sebagai kompensasi defisit energi untuk di SMA Negeri 1 Pasawahan (p =
mengurangi kejadian KEK (Guyton & 0,001).
Hall, 2008). g. Ada perbedaan tingkat konsumsi
protein antara responden KEK dan
tidak KEK di SMA Negeri 1
Pasawahan (p = 0,001).

DAFTAR PUSTAKA

Achadi., 2013, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Raja Grafindo, Jakarta.

Angka Kecukupan Gizi (AKG)., 2013, Jakarta.

Aritonang, E., 2010, Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, IPB Press, Bogor.

Adhiyati E., 2013, Hubungan Pengetahuan dan Asupan Gizi Terhadap Kejadian KEK
Pada Ibu Hamil di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
Provinsi Lampung, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

34
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Almatsier., 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Bisai S. dan Bose, K., 2008, Body Mass Index and Chronic Energy Deficiency Among
Adult Tribal Populations of West Bengal. India.

Budiyono., 2002, Gizi dan Kesehatan, Bayu Media, Malang.

Burnama dan Fitra, J., 2011, Metabolisme Protein dan Asam Nukleat, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.

Cetin, Berti C, Calabrase, S., 2009, Role Of Micronutrients In The Periconceptional


Period, Hum Reprod Update, 16(1):80-95. doi: 10.1093/humupd/dmp025.

Departemen Gizi dan Kesehatan., 2011, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Gardiner, PM., Nelson, L., Shellhaas, C.S., Dunlop, A.L., Long, R., Andrist, S., Jack,
B.W., 2008. The Clinical Content of Preconception Care : Nutrition and
Dietary Supplements, Am J Obstet Gynecol. 2008 Dec; 199(6 Suppl 2): S345-
56. doi: 10.1016/j.ajog.2008.10.049.

Gibson, R, S., 2005, Principle Of Nutritional and Assesment. Oxford University Press.
New York.

Guyton dan Hall., 2008, Bahan Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.

Hadi, H., 2005, Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, Yogyakarta.

Hamid dan Fauziyah., 2014, Analisis Faktor Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK)
pada Wanita Prakonsepsi di Kota Makassar, Bagian Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar.

Irianto dan Koes., 2014, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Alfabet, Bandung.

Kartasapoetra, G., 2005, Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja,
Rineka Cipta, Jakarta.

Khomsan, Ali., 2000, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, Rajawali Sport, Jakarta.

Marlenywati., 2010, Risiko KEK pada Ibu Hamil Remaja 15-19 Tahun di Kota
Pontianak Tahun 2010, Tesis, Universitas Indonesia, Depok.

Murray, R. K., Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 :
Stryer L .1995. Biochemistry 4th, page 603 – 623 .

Papalian dan Olds., 2001, Perkembangan pada Remaja, Rineka Cipta, Jakarta.

35
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979-7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017

Proctor, Janie., 2006, Preconception Nutrition Knowledge, Dietary Intakes And


Lifestyle Characteristics Of Auckland Women, Tesis, Massey University,
Albany, New Zealand.

Petrika, Hadi, Nurdiati., 2014, Tingkat Asupan Energi dan Ketersediaan Pangan
Berhubungan dengan Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu
Hamil, Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, Vol. 2. No 3. 140-149.

Riskesdas., 2013, Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Badan Penelitian dan Perekembangan Kesehatan, Jakarta.

Santosa, T. A., 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Stroke dengan Perilaku
Pencegahan Stroke pada Klien Hipertensi di Puskesmas Depok II Sleman
Yogyakarta. Ilmu Keperawatan Respati, 3(02).
http://journal.respati.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/211

Simarmata, M., 2008, Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan


Gizi dan status Kesehatan dengan Kejadian KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten
Simalungun, Tesis, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sirajuddin., 2010, Analisis Hubungan Pengeluaran, Asupan Protein dan Kejadian KEK
pada Wanita Dewasa di Sulawesi selatan, Skripsi, Politeknik Kesehatan
Makassar, Makassar.

Soekirman., 1999, Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, Renika
Cipta, Jakarta.

Waryono., 2010, Gizi Reproduksi, Pustaka Rihama, Yogyakarta.

Weerd, S.D., Steegers, E.A.P., Heinenc, M.M., Eertweghc, S.V.D., Vehofd, R.M.E.J.,
Steegers-Theunissen, R.P.M., 2003, Preconception Nutritional Intake and
Lifestyle Factors : First Results of an Explorative Study, Eur J Obstet Gunecol
Reprod Biol 2003: 111: 167-1672.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)., 2004, Lembaga Ilmu Pengetahuan,
Jakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai