Anda di halaman 1dari 8

pISSN 2302-1616, eISSN 2580-2909

Vol 6, No. 1, Juni 2018, hal 28-35


Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis
DOI https://doi.org/10.24252/bio.v6i1.4236

Ekstrak Tempe Kedelai Hitam dan Ubi Jalar Ungu Terhadap Toleransi Darah
Tikus Model DMT2
MUSTIKA AYU WULANSARI1, SRI RAHAYU LESTARI2, ABDUL GOFUR2
1
Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5 Sumbersari, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. 65145
2
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. 65145
Email: srirahayulestari@um.ac.id

Received 31 January 2018; Received in revised form 5 February 2018;


Accepted 12 March 2018; Available online 9 May 2018

ABSTRACT
Diabetes mellitus type 2 (DMT2) is caused by the ineffective use of insulin by the body. DMT2
with hyperglycemia causes circulatory system disorders, such as intracellular ion imbalance that
causing changes in cell size and cell membrane fragility. Soybean black tempe and purple sweet
potato have a potential therapy for patients with DMT2. This study aims to determine the blood
osmotic tolerance of rat model DMT2 treated by the mixture of black soybean tempe extract and
purple sweet potato. Osmotic tolerance is indicated by the level of erythrocyte membranes damage,
i.e. crenation and hemolysis. The results showed that chemical compounds such as glibenclamide
works better to lowers damaging of the cell membrane as compared to treatment of a mixture of
natural compounds soybean black tempe and purple sweet potato.

Keywords: black soybean tempe, DMT2, osmotic tolerance, purple sweet potato

INTISARI
Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) disebabkan oleh penggunaan insulin yang kurang efektif oleh
tubuh. DMT2 dengan hiperglikemia menyebabkan gangguan sistem sirkulasi yaitu terganggunya
keseimbangan ion intraseluler sehingga menyebabkan perubahan ukuran sel dan kerapuhan membran
sel. Tempe kedelai hitam dan ubi jalar ungu memiliki potensi terapi bagi penderita DMT2. Penelitian
ini bertujuan mengetahui toleransi osmotik darah tikus model DMT2 yang diberikan perlakuan
campuran ekstrak tempe kedelai hitam dan ubi jalar ungu. Toleransi osmotik ditunjukkan dengan
tingkat kerusakan membran eritrosit yaitu krenasi dan hemolisis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian senyawa kimia berupa glibenklamid bekerja lebih baik menurunkan kerusakan
membran sel dibandingkan dengan pemberian senyawa alami campuran ekstrak tempe kedelai hitam
dan ubi jalar ungu.

Kata kunci: DMT2, tempe kedelai hitam, toleransi osmotik, ubi jalar ungu

PENDAHULUAN mengalami peningkatan 2-3 kali lipat pada


Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu tahun 2035. Hal ini seiring dengan biaya
penyakit metabolik yang ditandai dengan perawatan penderita DM yang juga
kondisi hiperglikemia kronis, akibat kelainan berkembang sangat tinggi (Arjadi dan
sekresi insulin, kelainan kerja insulin, ataupun Mustofa, 2017).
keduanya (Ozougwu et al., 2013; Wu et al., Terdapat dua kategori utama diabetes
2014). World Health Organization mellitus yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe
menyatakan jumlah penderita DM di Indonesia 2. Diabetes mellitus tipe 1 disebut insulin-
akan mengalami kenaikan sebesar 12,9 juta dependent, ditandai dengan kurangnya
dalam kurun waktu 30 tahun (2000-2030) dan produksi insulin. Diabetes mellitus tipe 2
Copyright © 2018 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. This is an open access article under the CC BY license
(https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
Vol 6, Juni 2018 Biogenesis 29

disebut non-insulin dependent, disebabkan glikosilasi menyebabkan salah satu gangguan


penggunaan insulin yang kurang efektif oleh fisiologi pada sistem sirkulasi darah.
tubuh (American Diabetes Association, 2014). Bahan makanan dengan indeks glikemia
Penyebab lain perkembangan penyakit DMT2 rendah dibutuhkan bagi penderita DMT2
adalah gaya hidup serba cepat, kurangnya untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi
aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, serta mengontrol kadar glukosa darah.
makanan, serta faktor genetik (Wu et al., 2014; Makanan indeks glikemia rendah tidak
Betteng dkk., 2014; Prabhu, 2013). menimbulkan peningkatan glukosa darah
DMT2 dengan gejala hiperglikemia secara cepat sehingga mampu memperbaiki
meliputi jumlah urin yang dikeluarkan lebih sensitivitas insulin, meningkatkan dan
banyak (poluiria), sering atau cepat merasa memperbaiki pembakaran glukosa di jaringan
haus/dahaga (polidipsia), lapar yang perifer dan memperbaiki sel β pankreas serta
berlebihan atau makan banyak (polyphagia), bermanfaat dalam pengendalian glukosa darah
kehilangan berat badan yang tidak jelas penderita DMT2 (Franz et al., 2014;
sebabnya dan penglihatan kabur, melambatnya Rimbawan dan Siagian, 2004).
pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi Antioksidan memiliki potensi terapi bagi
tertentu juga dapat menyertai penderita penderita diabetes dengan cara melindungi sel
hiperglikemia kronik (Hakim dkk., 2009). dari radikal bebas yang dihasilkan proses
Diabetes mellitus dapat menyebabkan glikasi dan transport elektron (Ahmed, 2005).
komplikasi klinis, termasuk anemia, hipoksia Alternatif sumber antioksidan yang memiliki
dan kerusakan organ (terutama otak, jantung, potensi besar adalah bahan tumbuhan.
ginjal, saraf, pembuluh darah dan jantung) Beberapa tumbuhan yang diketahui memiliki
(Johnson et al., 2008). indeks glikemik rendah dan aktivitas
Hiperglikemia menyebabkan gangguan antioksidan tinggi adalah kedelai hitam
keseimbangan ion intraseluler sehingga (Glycine max (L.) Merril) dan ubi jalar ungu
menyebabkan perubahan ukuran sel dan (Ipomoea batatas L.) (Cheng et al., 2011;
kerapuhan membran sel dan berakibat pada Montilla et al., 2011).
gangguan sirkulasi pada diabetes mellitus Kombinasi ubi jalar ungu dan kedelai
(Singh and Shin, 2009). Lippi et al. (2012) hitam diharapkan mampu menangkal dan
menjelaskan bahwa hiperglikemia kronik mencegah kerusakan membran sel sehingga
meningkatkan kerapuhan membran sel dengan toleransi osmotik dapat dinormalkan.
mengubah sifat membran. Membran eritrosit Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
bersifat permeabel selektif yang dapat bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi pemberian campuran ekstrak tempe kedelai
tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang hitam dan ubi jalar ungu terhadap toleransi
lain. Kerusakan membran eritrosit dapat osmotik tikus model DMT2.
disebabkan oleh penambahan larutan
hipotonis/hipertonis ke dalam darah, METODE
masuknya zat/unsur kimia tertentu, umur sel Penelitian berupa penelitian deskriptif
yang tua, pemanasan atau pendinginan, eksploratif yang telah mendapatkan
tekanan osmotik yang ditentukan oleh persetujuan dari komite etik lokal Indonesia
konsentrasi zat terlarut dari kompartemen dengan no: 878-KEP-UB.
(Silverthorn, 2002). Kung et al. (2009) Pembuatan High Fat Diet (HFD).
menambahkan toleransi osmotik pada Komposisi HFD untuk satu resep adalah pakan
penderita DMT2 lebih rendah dibandingkan Hi Go 551 yang dihaluskan (300 g), jagung
dengan bukan penderita DMT2 akibat adanya giling (200 g), minyak jelantah (150 g), yolk
hemoglobin glikosilasi. Hemoglobin telur bebek (100 g), tepung terigu (50 g), dan
glikosilasi membatasi pengiriman glukosa, asam kolat (0,1 g). Semua bahan dicampur
insulin dan oksigen ke jaringan aktif secara secara merata selanjutnya ditimbang seberat
metabolik (Tamariz et al., 2008). Hemoglobin 20 g.
MUSTIKA AYU WULANSARI dkk Biogenesis 30

Pembuatan Minuman Sukrosa 10%. Untuk membuat kombinasi ekstrak tempe


Menimbang sebanyak 10 g gula pasir, kedelai hitam dan ubi jalar ungu dengan
ditambah air hingga volume total 100 ml dan perbandingan 1:1 (campuran 10 ml ekstrak
dilarutkan hingga homogen. tempe kedelai hitam dan 10 ml ekstrak ubi jalar
Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu. ungu).
Ubi jalar ungu dibersihkan, dipotong dengan Pembuatan Obat Hipoglikemik Oral
ketebalan 0,3-0,4 cm, dimasukkan ke dalam (OHO). Sediaan obat hipoglikemik
oven pada suhu 40-500C selama 3-4 hari. mengandung 5 mg glibenclamide dalam 100
Setelah ubi jalar ungu kering dilakukan mg tablet (dosis manusia). Dosis tersebut
penggilingan hingga menjadi tepung. Proses dikonversi menjadi dosis untuk tikus dengan
penepungan ubi jalar ungu dilakukan di UPT berat rerata tikus (180 g) yaitu 0,081 mg/180 g.
Materia Medika, Batu. Perhitungan berat obat OHO yang diperlukan
Pembuatan Tepung Tempe Kedelai adalah sebesar 1,62 mg dilarutkan dalam 1,5
Hitam. Kedelai hitam yang sudah dicuci ml DMSO 25%.
bersih kemudian direndam dalam air selama Pembuatan dan pemilihan Tikus Model
12-18 jam. Kedelai hitam dilepaskan dari kulit DMT2. Hewan coba diaklimatisasi selama
arinya kemudian dicuci dan dibilas satu minggu dan diletakkan di dalam kandang
menggunakan air bersih. Proses selanjutnya plastik dengan pemberian pakan susu pelet A.
kedelai hitam direbus sampai biji menjadi Pemberian air minum secara ad libitum. Tikus
lunak/empuk, diangin-anginkan hingga biji- jantan (R. novergicus) dibagi ke dalam
biji tersebut terasa hangat. Ragi tempe kelompok normal, kontrol dan perlakuan.
ditaburkan sedikit demi sedikit sambil diaduk- Kelompok normal diberi pakan susu pelet A
aduk supaya merata (1,5 g ragi tempe untuk 2 dan air minum biasa, sedangkan kelompok
kg kedelai). Kedelai hitam dibungkus dengan kontrol dan perlakuan diberi pakan high fat
plastik dengan ketebalan 1-2 cm dan disimpan diet (HFD) dan minuman sukrosa 10% selama
pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau 5 minggu. Setelah 5 minggu perlakuan pakan
hingga seluruh permukaan kacang kedelai HFD, tikus di injeksi streptozotocin dosis
tertutupi jamur. Setelah tempe jadi, diiris tipis rendah (30 mg/kg berat badan dalam 0,1
dan dikeringkan dalam inkubator bersuhu citrate-buffered saline 4,5) seminggu 2 kali
600C hingga kering, selanjutnya tempe digiling secara intraperitonial (IP). Pengukuran kadar
hingga menjadi tepung halus. Proses glukosa darah dilakukan dengan cara
penepungan tempe kedelai hitam dilakukan di mengambil darah pada ujung ekor yang
UPT Materia Medika, Batu. dipotong dan darah diteteskan pada ujung alat
Ekstraksi Tepung Tempe Kedelai strip Blood Glucose Test Meter merk On Call
Hitam dan Ubi Jalar Ungu. Sebanyak 10 g EZ dan ditunggu 10 detik sehingga terbaca
tepung tempe kedelai hitam dan ubi jalar ungu dengan satuan mg/dl. Kadar glukosa darah
ditimbang dan dilarutkan dalam akuades diperiksa sebelum dan sesudah penginjeksian
hingga 100 ml, larutan distirer selama 30 menit streptozotocin. Tikus dikatakan mengalami
kemudian dimasukkan dalam tabung sentrifus. diabetes mellitus apabila kadar glukosa puasa
Larutan disentrifugasi pada kecepatan 3000 darah tikus melebihi 200 mg/dl.
rpm selama 15 menit. Supernatan diambil Perlakuan Pemberian Kedelai Hitam
menggunakan mikropipet dan disimpan dalam dan Ubi Jalar Ungu. Hewan coba untuk
botol kaca gelap dalam almari pendingin. kelompok perlakuan dengan kadar glukosa
Pembuatan Campuran Ekstrak Tempe darah > 200 mg/dl selanjutnya dimasukkan ke
Kedelai Hitam dan Ubi Jalar Ungu. kelompok perlakuan. Hewan coba
Pembuatan campuran ekstrak perlakuan dikelompokkan dengan rincian dapat dilihat
menggunakan sistem perbandingan sama. pada Tabel 1.
Vol 6, Juni 2018 Biogenesis 31

Tabel 1. Kelompok hewan coba yang akan diujikan dengan perlakuan yang ditetapkan
No. Kode Kelompok Jenis Perlakuan Jumlah
Kontrol Normal, diberi pakan standar tanpa
1. N 3
perlakuan
Kontrol Positif DM (diinduksi DM), tanpa perlakuan
2. K+ 3
lanjutan
Kontrol Obat, diinduksi DM kemudian diberi obat
3. K- 3
hipoglikemik
Diberikan ekstrak tempe kedelai hitam dan ubi jalar
4. P ungu dengan rasio 1:1 secara oral (gavage) sebanyak 3
1 ml/ekor/hari selama 28 hari

Pengumpulan data. Data penelitian eritrosit yaitu dengan memasukkan 2/3


berupa berat badan, kadar glukosa darah, darah ke dalam tabung eppendorf,
tingkat kerusakan membran sel, dan selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan
hematokrit darah. mikrosentrifus (10 menit, kecepatan 3000
1. Kadar glukosa darah. Pengukuran kadar rpm). Hasil sentrifugasi
glukosa darah dilakukan dengan didokumentasikan sebelum plasma dan
menggunakan dari yang berasal dari ujung ertrosit diambil dengan mikropipet
ekor. Pengenceran dilakukan dengan (ukuran mL).
menggunakan alat strip Blood Glucose Analisis data. Teknik analisis data yang
Test Meter dan ditunggu 10 detik sehingga digunakan dalam penelitian adalah analisis
terbaca dengan satuan mg/dl. deskriptif dan perbandingan foto, yaitu
2. Berat badan. Penimbangan berat badan membuat deskripsi, gambaran sistematis,
tikus perlakuan. faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta
3. Tingkat kerusakan membran eritrosit. hubungan antar fenomena campuran kedelai
Darah dilarutkan dalam larutan NaCl hitam dan ubi jalar ungu dengan toleransi
0,7%, 0,9% dan 1%. Laju kerusakan osmotik.
membran eritrosit diamati di bawah
mikroskop, dicatat perubahan bentuk sel HASIL
(krenasi dan hemolisis). Pengamatan Hasil penelitian berupa rerata kadar
dilakukan sebanyak 4 kali dalam satu glukosa darah dan berat badan yang diukur
bidang pandang (setelah 10 menit awal, setelah pemberian HFD dan setelah
melarutkan darah dalam larutan NaCl). perlakuan pemberian campuran ekstrak tempe
4. Hematokrit. Nilai hematokrit ditentukan kedelai hitam dan ubi jalar ungu. Rerata kadar
dengan menggunakan metode glukosa darah pada Tabel 2 dan rerata berat
pembanding antara jumlah plasma dengan badan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Rerata kadar glukosa darah tikus


Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dl)
Awal Setelah HFD Setelah Perlakuan
(Sebelum HFD) (Sebelum perlakuan)
N 82 103 124
K- 79 210 376
K+ 101 250 109
P 51 453 210

Tabel 3. Rerata berat badan tikus


Rerata Berat badan (g)
Awal Setelah HFD
Setelah Perlakuan
(Sebelum HFD) (Sebelum perlakuan)
MUSTIKA AYU WULANSARI dkk Biogenesis 32

N 94 169 184
K- 100 176 156
K+ 98 185 173
P 98 166 200

Gambar 1. menunjukkan nilai hematokrit tikus model DMT2 yang di berikan senyawa
tikus normal 46% dan tikus model DMT2 alami ekstrak tempe kedelai hitam dan ubi jala
tanpa perlakuan 61%. Tikus model DMT2 ungu (59%). Sedangkan Gambar 2
diberi perlakuan obat glibenclamid memiliki menunjukkan toleransi osmotik pada tingkat
nilai lebih rendah (51%) dibandingkan dengan kerusakan membran eritrosit.

70
60
Nilai Hematokrit (%)

50
40
30
20
10
0
N K- K+ P
Perlakuan

Gambar 1. Nilai hematokrit tikus DMT2

250
Jumlah Eritrosit

200
150 Normal
100 K-
50 K+
0 KH:KU=1:1
Hipertonis Isotonis Hipotonis
Kondisi Lingkungan

Gambar 2. Toleransi osmotik eritrosit pada berbagai kepekatan medium

PEMBAHASAN Kombinasi ekstrak tempe kedelai hitam


Tabel 2 menunjukkan bahwa penggunaan dan ubi jalar ungu mengandung berbagai
kombinasi ekstrak tempe kedelai hitam dan ubi antioksidan terutama golongan flavonoid.
jalar ungu dapat menurunkan kadar glukosa Konsumsi senyawa flavonoid dapat
darah, hal ini menunjukkan perbaikan mengurangi radikal hidroksil dan radikal
kemampuan sel β dalam mensekresikan insulin peroksil (Chu et al., 2000; Ou et al., 2002),
sehingga insulin dapat digunakan untuk namun jenis senyawa yang berpengaruh dan
melepaskan glukosa dari hati ke dalam sel dan mekanisme hipoglikemik kombinasi ekstrak
kemudian disimpan dalam bentuk glikogen belum diketahui.
dan dikeluarkan menjadi energi. Penurunan Rerata berat badan tikus model DMT2
kadar glukosa darah puasa juga menunjukkan pada tabel 3 menunjukkan hasil bahwa
penurunan produksi glukosa di hati (Stapley, penggunaan kombinasi ekstrak memiliki efek
2001; Tirosh et al., 2011). lebih baik dengan obat glibenklamid. Menurut
Vol 6, Juni 2018 Biogenesis 33

Wijaya dkk. (2015) dan Putra dkk. (2017) resistensi insulin perifer, mengurangi
pengobatan yang biasa diberikan pada komplikasi diabetes yang disebabkan oleh
penderita DM bertujuan untuk mengendalikan abnormalitas profil lipid dan resistensi insulin,
kadar glukosa darah agar selalu berada dalam menghindari absorpsi glukosa atau
kondisi normal. Pemberian obat antidiabetik memperbaiki toleransi glukosa, mengatur
oral (glibenclamid, metformin, dll) dapat aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat
menurunkan kadar glukosa darah penderita dalam jalur metabolism karbohidrat serta
DMT2. bertindak menyerupai insulin dengan
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada mempengaruhi mekanisme insulin signaling
gambar 1 menjelaskan bahwa nilai hematokrit (Zhao et al., 2006; Cazarolli et al., 2008).
darah tikus kelompok N dan K+ berada pada
ambang batas normal (39-53%) (Aboderin and KESIMPULAN
Oyetayo, 2006). Tikus DMT2 yang di beri Toleransi osmotik eritrosit tikus
perlakuan obat glibenclamid memberi efek ditunjukkan dengan perubahan bentuk sel
positif terhadap penurunan nilai hematokrit, eritrosit pada lingkungan hipotonis, isotonis
sedangkan peningkatan hematokrit akan dan hipertonis. Kelompok perlakuan
berpengaruh terhadap dehidrasi di jaringan. pemberian senyawa kimia berupa obat
DMT2 berhubungan dengan peningkatan glibenklamid bekerja lebih baik menurunkan
kadar glukosa darah. Kadar glukosa akan kerusakan membran sel dibandingkan dengan
meningkat setelah makan menyebabkan pemberian senyawa alami campuran ekstrak
keluarnya air dari jaringan. Dehidrasi di tempe kedelai hitam dan ubi jalar ungu diduga
jaringan terjadi akibat efek osmotik glukosa. karena senyawa kimia pada obat bekerja lebih
Jaringan yang mengalami dehidrasi fungsinya cepat dalam menormalkan toleransi osmotik
akan terganggu (Fathurohman dan Fadhilah, pada DMT2.
2016).
Toleransi osmotik darah dapat diukur UCAPAN TERIMAKASIH
menggunakan parameter tingkat kerusakan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
membran eritrosit. Tikus sebagai hewan coba Ibu Dr. Sri Rahayu Lestari, Dr. Abdul Gofur,
memiliki cairan tubuh isotonis dengan 0,9% M.Si, laboran di Lab. Fisiologi Hewan, dan
NaCl sehingga tidak terjadi kerusakan rekan-rekan proyek penelitian yang telah
membran eritrosit. Hal ini sesuai dengan membantu hingga selesainya penelitian ini.
pernyataan Soewolo (2000) bahwa tikus Penelitian ini adalah payung penelitian dari Dr.
normal isotonis pada larutan NaCl 0,9% dan Abdul Gofur, M.Si, dkk dengan nomor kontrak
mengalami kerusakan membran eritrosit akibat 3.4.8/ UN32.14/LT/2017.
adanya perubahan lingkungan hipertonis dan
hipotonis. Tikus DMT2 pada kondisi isotonis, DAFTAR PUSTAKA
hipertonis dan hipotonis memiliki toleransi Aboderin FI and Oyetayo VO. 2006.
osmotik yang rendah ditunjukkan dengan Haematological Studies of Rats Fed
tingkat kerusakan membran eritrosit Different Doses of
dibandingkan dengan tikus normal, hal ini Probiotic, Lactobacillus plantarum,
sesuai dengan penelitian Kung et al. (2009) Isolated from Fermenting Corn Slurry.
yang menjelaskan bahwa toleransi osmotik Pakistan Journal of Nutrition. vol 5(2):
rendah pada DMT2 dibandingkan dengan 102-105.
kontrol non diabetes. https://doi.org/10.3923/pjn.2006.102.105.
Dari hasil penelitian toleransi osmotik Ahmed N. 2005. Advanced Glycation
pada gambar 2 menunjukkan bahwa campuran Endproducts-Role in Pathology of
ekstrak tempe kedelai hitam dan ubi jalar ungu Diabetic Complications. Diabetes Res
mempunyai senyawa alami berupa flavonoid. Clin Pract. vol 67(1): 3-21.
Flavonoid dapat memodulasi metabolisme https://doi.org/10.1016/j.diabres.2004.09.
lipid, glukosa abnormal, memperbaiki 004.
MUSTIKA AYU WULANSARI dkk Biogenesis 34

American Diabetes Association. 2014. tipe 2 di Puskesmas Tanrutedong,


Standards of Medical Care in Diabetes. Sidenreng Rappang. MEDIKA: Jurnal
Diabetes Care. Suppl 1:S14-80. Kedokteran Indonesia. vol 35(4): 228.
https://doi.org/10.2337/dc14-S014. Johnson DR, Sherry CL, York JM, Freund
Arjadi F dan Mustofa. 2017. Ektrak Daging GG. 2008. Acute Hypoxia, Diabetes, and
Buah Mahkota Dewa Meregenerasi Sel Neuroimmune Dysregulation:
Pulau Langerhans Pada Tikus Putih Converging Mechanisms in the Brain.
Diabetes. Biogenesis. vol 5(1): 27-33. Neuroscientist. vol 14(3): 235-239.
https://doi.org/10.24252/bio.v5i1.3430. https://doi.org/10.1177/10738584073095
Betteng R, Pangemanan D, Mayulu N. 2014. 44.
Analisis Faktor Resiko Penyebab Kung CM, Tseng ZL, Wang HL. 2009.
Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Erythrocyte Fragility Increases With
Wanita Usia Produktif di Puskesmas Level of Glycosylated Hemoglobin in
Wawonasa. Jurnal e-Biomedik. vol 2(2): Type 2 Diabetic Patients. Clin Hemorheol
404-412. Microcirc. vol 43(4): 345-351.
Cazarolli LH, Zanatta L, Alberton https://doi.org/10.3233/CH-2009-1245.
EH, Figueiredo MS, Folador P, Damazio Lippi G, Mercadanti M, Aloe R, Targher G.
RG, Pizzolatti MG, Silva FR. 2008. 2012. Erythrocyte Mechanical Fragility is
Flavonoids: Cellular and Molecular increased in Patients with Type 2
Mechanism of Action in Glucose Diabetes. Eur J Intern Med. vol 23(2):
Homeostasis. Mini Rev Med Chem. vol 150-153.
8(10): 1032-1038. https://doi.org/10.1016/j.ejim.2011.11.00
Cheng KC, Lin JT, Liu WH. 2011. Extract 4.
from Fermented Black Soybean Milk Montilla EC, Hillebrand S, Winterhalter P.
Exhibit Antioxidant and Cytotoxic 2011. Anthocyanins in Purple Sweet
Activities. Food Technology and Potato (Ipomoea batatas L.) Varieties.
Biotechnology. vol 49(1): 111-117. Fruit, Vegetable, and Cereal Science and
Chu YH, Chang CL, Hsu HF. 2000. Flavonoid Biotechnology. vol 5(2): 19-24.
Content of Several Vegetables and Their Ou B, Huang D, Hampsch-Woodill M,
Antioxidant Activity. Journal of the Flanagan JA, Deemer EK. 2002. Analysis
Science of Food and Agriculture. Vol of Antioxidant Activities of Common
80(5): 561-566. Vegetables Employing Oxygen Radical
https://doi.org/10.1002/(SICI)1097- Absorbance Capacity (ORAC) and Ferric
0010(200004)80:5<561::AID- Reducing Antioxidant Power (FRAP)
JSFA574>3.0.CO;2-#. Assays:  A Comparative Study. J. Agric.
Fathurohman I dan Fadhilah M. 2016. Food Chem. vol 50(11): 3122-3128.
Gambaran Tingkat Risiko dan Faktor- https://doi.org/10.1021/jf0116606.
faktor yang Berhubungan dengan Risiko Putra RJS, Achmad A, P HR. 2017. Kejadian
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Buaran, Efek Samping Potensial Terapi Obat Anti
Serpong. Jurnal Kedokteran Yarsi. vol 24 Diabetes Pasien Diabetes Melitus
(3) : 186-202. Berdasarkan Algoritma Naranjo.
Franz MH, Boucher JL, Evert AB. 2014. Pharmaceutical Journal of Indonesia. vol
Evidence-Based Diabetes Nutrition 2(2): 45-50.
Therapy Recommendations are Effective: Prabhu S. 2013. Genetic and Biochemical Risk
The Key is Individualization. Diabetes Factors for Type 2 Diabetes Mellitus.
Metab Syndr Obes. vol 7: 65- Indian Journal of Biotechnology. vol
72. https://doi.org/10.2147/DMSO.S451 12(4): 447-450.
40. Rimbawan dan Siagian A. 2004. Indeks
Hakim BH, Abdullah AZ, Hanis M. 2009. Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar
Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus Swadaya. hal 57-80.
Vol 6, Juni 2018 Biogenesis 35

Silverthorn DU. 2002. Fisiologi Manusia: Tirosh A, Shail I, Afek A, Dubnov-Raz G,


Sebuah Pendekatan Terintegrasi. Edisi 6. Ayalon N, Gordon B, Derazne E, Tzur D,
Jakarta: Penerbit EGC. Shamis A, Vinker S, Rudich A. 2011.
Singh M and Shin S. 2009. Changes in Adolescent BMI Trajectory and Risk of
Erythrocyte Aggregation and Diabetes versus Coronary Disease. N Engl
Deformability in Diabetes mellitus: A J Med. vol 364:1315-1325.
Brief Review. Indian J Exp Biol. vol 4(1): https://doi.org/10.1056/NEJMoa1006992.
7-15. Wijaya IN, Faturrohmah A, Yuda A,
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Mufarrihah, Soesanto TG, Kartika D,
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. hal. 250. Agustin WW, Putri HPNS. 2015. Profil
Stapley L. 2001. The History of Diabetes Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes
Mellitus. Trends in Endocrinology & Melitus di Puskesmas Wilayah Surabaya
Metabolism. vol 12(6): 277. Timur. Jurnal Farmasi Komunitas. vol
https://doi.org/10.1016/S1043- 2(1): 23-28.
2760(01)00453-2. Zhao R, Li Q, Long L, Li J, Yang R, Gao D.
Tamariz LJ, Young JH, Pankow JS, Yeh 2006. Antidiabetic Activity of Flavone
HC, Schmidt MI, Astor B, Brancati FL. from Ipomoea batatas Leaf in Non‐
2008. Blood Viscosity and Hematocrit as Insulin Dependent Diabetic Rats. Int J
Risk Factors for Type 2 Diabetes Mellitus: Food Sci Tech. vol 42(1): 80-85.
The Atherosclerosis Risk in Communities https://doi.org/10.1111/j.1365-
(ARIC) Study. Am J 2621.2006.01215.x.
Epidemiol. https://doi.org/10.1093/aje/kw
n243.

Anda mungkin juga menyukai