Anda di halaman 1dari 2

Nama : Khofifah Nur Rohmah

Kelas : XI IPS 1

PENTINGNYA MENJAGA POLA HIDUP SEHAT

6 bulan yang lalu saat saya melakukan pemeriksaan ke dokter karena mengecek sesuatu yang
mengganjal bagi saya. Tentang kecurigaan saya selama 2 minggu terakhir, dan akhirnya pada saat saya
konsultasi dengan dokter dan dokter menyarankan saya untuk melanjutkan pemeriksaan ke rumah sakit.
Setelah di rumah sakit saya disuruh untuk menemui dokter poli bedah, lalu saya menjalani pemeriksaan
lagi. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter men- diagnosa bahwa ini adalah benjolan yang juga disebut
"fam mamae" dan cara pengobatannya yaitu dengan cara oprasi. Saya menangis terkejut dan juga tidak
percaya saya akan melakukan oprasi. Setelah mengatur jadwal ternyata oprasi saya akan dilakukan
setelah 3 hari pemeriksaan.

Dan pada tanggal 26 agustus 2019, saat itu saya sedang berada disekolah dan ibu saya menjemput saya,
katanya ada pihak dari rumah sakit yang men-telfon saya akan oprasi besok dan harus dirawat inap hari
ini. Saya pun menangis dan meminta doa kepada teman teman saya agar semuanya lancar. Setelah
sampai di rumah sakit saya melakukan pemeriksaan di lab dengan cara pengambilan darah untuk
memastikan apakah benar benjolan atau bukan. Pada pukul 5 sore akhirnya saya sudah mendapatkan
kamar inap dan jadwal oprasi. Oprasi akan dimulai pagi pagi pukul 6. Saya juga baru pertama kali
merasakan infus san yang dari dulu sangat saya takuti karena sakit. Dan memang benar rasanya memang
sakit sekali. Disisi lain saya juga sangat senang dan bersyukur karna ibu saya yang selalu menemani saya,
dari saat pemeriksaan dokter sampai akhirnya saya dirawat pun yang menemani adalah ibu saya. Lalu ibu
saya menelpon kakak saya untuk membawa baju baju dan perlengkapan lainnya. Pada malam hari pukul
7 ada suster datang dan membawa makanan juga obat untuk saya dan memberitahukan bahwa saya
akan menjalani oprasi sekitar jam 6 pagi, dan suster menyuruh saya untuk berpuasa pada pukul 12
malam.

Saya dibangunkan ibu saya subuh subuh dan saya masih mengantuk sekali, rasanya ingin tidur kembali.
Tetapi ibu saya mengingatkan saya bahwa oprasi saya akan dimulai pagi pagi dan saya harus segera
bersiap. Setelah mandi dan sholat saya menunggu panggilan dari suster. Ibu saya menyuruh saya untuk
terus berdoa dan jangan terlalu tegang. Di detik detik pukul 6 saya sudah tegang dan tangan saya selalu
memegang tangan ibu saya. Namun ternyata sudah pukul 7 suster belum juga ke kamar inap saya. Dan
pada pukul 8 pagi ada 2 orang suster laki laki dan langsung membawa brangkas saya ke lantai bawah.
Katanya oprasi saya akan segera dimulai. Suster menyuruh saya membuka seluruh pakaian dan
mengganti nya dengan baju oprasi. Lalu saya disuruh masuk ke ruang tunggu oprasi dan disana ibu saya
mulai menangis dan ayah saya mencium kening saya lalu berkata "jangan tegang, jangan lupa baca doa
doa" saya mengangguk juga tersenyum. Rasanya ingin menangis tapi tidak keluar air mata.

Sudah sekitar 20 menit saya menunggu sendirian, suster datang dan bilang "jangan tegang yaa sebentar
lagi oprasi nya dimulai, tarik nafas dulu" lalu suster mendorong brangkas saya menuju ruang oprasi.
Setelah saya masuk ruang oprasi, saya kembali tegang. Karena saya baru pertama kali masuk ruang
oprasi, begitu dingin dan didepan saya ada begitu banyak lampu lampu besar. Lalu suster memasangkan
tensi darah dibagian kaki saya, dan saya mendengar setiap nada tekanan darah saya. Tensi nya berjalan
otomatis. Lalu tidak lama dokter datang dan akan mengecek benjolan saya, karena pada saat akan
membuat ciri tiba tiba saja benjolan saya tidak ada. Dokter Toha bilang "gak jadi ya oprasi nya benjolan
nya udah gak ada" katanya menghibur saya. Lalu mengecek kembali benjolan saya ternyata masih ada.
Dokter sudah berdatangan, saya terus membaca doa didalam hati saya. Dan dokter bius saya datang dan
bilang "berdoa dulu, saya akan bius tarik nafas ya" dan setelah itu gelap dan saya tidak ingat apa apa.
Yang saya ingat saya sudah mendengar suara beberapa suster dan telinga saya seperti ada yang
mencapitnya, lalu saya memberikan kode bahwa saya sudah sadar. Saya merasakan sakit dibagian
payudara saya, rasa sakitnya tidak bisa saya jelaskan. Lalu suster membawa saya kembali ke kamar rawat
inap saya. Disana saya mendengar suara ayah dan ibu saya. Saya mendengar ayah berkata "jangan
nangis, oprasi nya udah selesai".

Pada pukul 11 ibu saya mulai memberi saya minum, dan meminta saya untuk sedikit sedikit membuka
mata saya. Rasanya begitu sangat pusing sekali mungkin efek dari obat bius masih bekerja. Dan pada
pukul 12 siang saya sudah sadar total meskipun masih ada rasa pusing. Setelah makan dan meminum
obat akhirnya rasa pusingnya tidak terlalu kuat. Lalu mulai berdatangan orang orang yang menjenguk
saya, termasuk teman teman sekolah saya waktu smp dan teman kelas saya. Saya begitu bersyukur
ternyata masih banyak orang yang menyayangi saya, mengkhawatirkan saya.

Pada pukul 6 sore suster datang membawa berkas berkas yang harus di tanda tangani ibu saya, dan juga
mengatakan jika saya bisa pulang malam ini tergantung kondisi saya. Ibu saya menanyakan kepada saya
ingin langsung pulang atau besok saja. Karena saya takut akan dikasih lagi suntikan anti nyeri yang
ternyata sangat sakit, jadi saya memutuskan untuk pulang malam ini. Lalu ibu saya menyuruh saya untuk
belajar bangun dari tempat tidur jika ingin segera pulang. Dengan semangat saya mencoba bangun dan
tidur meskipun sangat nyilu dan sedikit takut terkena luka oprasi. Dan akhirnya pada pukul 8 malam saya
sudah di boleh kan pulang dan sudah konsultasi dengan dokter. Katanya setelah 3 hari saya harus check
up lagi dan membawa hasil lab saya. Jadwal check up saya sekali setiap seminggu dan dokter yang akan
menentukan jika luka nya sudah kering maka saya tidak perlu chek up lagi.

Dan dari sana saya mulai belajar memahami betapa indah nya nikmat sehat, betapa mahal nya sehat.
Sulit sekali menjaga pola hidup sehat. Semakin buruk pola hidup kita makan semakin cepat penyakit
mendatangi kita. Begitu kira kira menurut saya. Bagi saya ini adalah pengalaman yang tak akan saya
lupakan. Tentang betapa panik nya saya, ibu dan ayah. Rasa sedih, takut dan khawatir sudah saya lalui
pasca oprasi. Dan saya sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup, masih diberi kesempatan
untuk membuka mata kembali. Mulai dari sekarang saya akan membiasakan pola hidup sehat. Karena ini
untuk saya dan diri saya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai