Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Mirza Arroyyan

NPM : 1706049200
Program Studi : S1 Hukum Reguler
Kelas : Hukum Organisasi Perusahaan B (Ibu Nadia Maulisa)

PENGATURAN DIREKSI PADA PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA


DAN BRUNEI DARUSSALAM

Pengaturan mengenai Direksi Perseroan terbatas di Indonesia

Direksi dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


(yang selanjutnya disebut sebagai UU PT) merupakan suatu organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar (AD).1 Dari
definisi tersebut dapat dilihat kegiatan Direksi, yang dijelaskan lebih lanjut pada Bab VII
mulai dari Pasal 92 sampai dengan Pasal 107. Pasal-pasal tersebut menjelaskan mengenai
pengangkatan, pemberhentian, hak dan kewajiban, tanggung jawab, serta hal-hal
mengenai kepengurusan terkait dengan Perseroan Terbatas (PT). Berikut ini akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai pengaturan Direksi dalam PT menurut UU PT yang
berlaku secara positif di Indonesia.

Pertama, perihal pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian Direksi. Direksi


diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam keputusannya yang
mengacu pada tata cara pencalonan dan pengangkatan Direksi yang tercantum di dalam
AD.2 Direksi yang diangkat haruslah seseorang yang cakap untuk melakukan suatu
perbuatan hukum, serta dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah a)
dinyatakan pailit; b) menjadi anggota Direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau c) dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. 3 Lalu,
Direksi dapat diberhentikan pula sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan

1
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No.40 Tahun 2007, LN No.106 Tahun
2007, TLN No.4756, Ps.1.
2
Ibid., Ps.94.
3
Ibid., Ps.93.
menyebutkan alasannya, setelah Direksi yang bersangkutan diberitahukan terlebih dahulu
tentang rencana pemberhentian dan diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan
diri secara tertulis di dalam RUPS tersebut.4 Pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian ini mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS, kecuali ditentukan lain menurut
keputusan RUPS.5

Kedua, mengenai tugas dan wewenang Direksi. Secara umum, tugas dan
wewenang utama dari Direksi adalah melakukan hal-hal berikut:6

1. Pengelolaan (managing) kegiatan perusahaan sehingga tujuan utama untuk


mencari laba dapat terwujud. Maksud dan tujuan dari suatu PT terdapat di dalam
AD PT yang bersangkutan, yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.7
2. Pencatatan atau pembuatan pembukuan (administration) atas seluruh kekayaan
(assets) perusahaan.
3. Tindakan hukum yang mewakili perusahaan (representing as an agent) untuk
kepentingan perusahaan, contohnya perbuatan hukum perdata dalam hal
melakukan suatu perjanjian atau perwakilan perusahaan di dalam ataupun di luar
pengadilan.8 Kewenangan mewakili PT yang dimiliki oleh Direksi bersangkutan
dikecualikan jika terdapat suatu keadaan dimana terjadi perkara di pengadilan
antara Direksi dengan PT atau benturan kepentingan di antara keduanya.9

Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi wajib untuk mempertimbangkan batas-batas


kewenangan perusahaan dan dirinya sendiri sebagai perwakilan dari PT yang
bersangkutan, berkaitan dengan otoritas tindakan Direksi dalam lalu lintas hukum.
Terdapat beberapa doktrin terkait hal demikian, yaitu10 a) Ultra Vires, yaitu larangan
untuk melakukan tindakan hukum atas nama PT yang bersangkutan melebihi apa yang
menjadi kewenangan PT yang ditetapkan berdasarkan bidang usahanya sesuai dengan
AD PT tersebut; 2) Duty of Care, sebuah prinsip kehati-hatian dalam tindakan yang

4
Ibid., Ps.105.
5
Ibid., Ps.94.
6
Agus Sardjono, et al., Pengantar Hukum Dagang, cet.4 (Depok: Rajawali Pers, 2018), hlm.81.
7
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Ps.2.
8
Ibid., Ps.98.
9
Ibid., Ps.99.
10
Sardjono, Pengantar Hukum Dagang, hlm. 82.
dilakukan dalam pengurusan PT yang bersangkutan; 3) Fiduciary Duty, kepercayaan
sepenuhnya terhadap Direksi PT yang bersangkutan atas segala tindakannya, selama tidak
bertentangan dengan AD disamping ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban
umum, dan/atau kesusilaan; 4) Duty of Skill, kewajiban Direksi untuk melakukan
tindakan hukum serta manajemen dengan kemampuannya yang terbaik dalam pengurusan
PT; serta 5) Duty of Loyalty, tindakan Direksi harus semata-mata dilakukan untuk
kepentingan PT yang bersangkutan.

Ketiga, pertanggungjawaban Direksi dalam tindakan hukum yang dilakukannya.


Direksi wajib melakukan segala sesuatu tindakan pengurusan PT dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab.11 Jika terjadi kerugian PT yang disebabkan oleh Direksi yang
bersangkutan atas kelalaian atau kesalahannya, ia diwajibkan untuk bertanggung jawab
secara penuh untuk itu. Namun, terdapat pengecualian untuk ketentuan tersebut bilamana
Direksi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukanlah karena kesalahan atau
kelalaiannya; bahwa ia telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT; bahwa ia tidak mempunyai
benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan
yang mengakibatkan kerugian; dan bahwa ia telah mengambil tindakan preventif untuk
menghindari timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.12

Pengaturan mengenai Direksi Perseroan Terbatas di Brunei Darussalam

Peraturan perundang-undangan terkait PT di Brunei Darussalam yang berlaku


secara positif adalah Laws of Brunei Chapter 39, yaitu Companies Act. Pengaturan
tentang Direksi pada PT juga dijelaskan di dalamnya, terutama pada Section 138 sampai
dengan Section 149. Istilah PT disebut sebagai Corporations atau Sendirian Berhad (Sdn
Bhd) dan Direksi disebut sebagai Directors. Dalam Section 2 Companies Act Brunei,
Direksi didefinisikan sebagai “any person occupying the position of director of a
corporation by whatever name called and includes a person in accordance with whose
directions or instruction the directors of a corporations are accustomed to act and an
alternate or substitute director.” Disini terlihat bahwa Direksi merupakan seseorang yang

11
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-Bentuk
Perusahaan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), hlm.74.
12
Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Ps.97.
memberikan arahan atau instruksi bagi tindakan perusahaannya. Menurut peraturan
perundang-undangan tersebut pula, suatu PT diharuskan untuk memiliki sedikitnya 2
orang Direksi, dimana salah satunya harus merupakan penduduk (ordinary resident) dari
Brunei Darussalam. 13

Direksi sebagai salah satu organ yang terdapat di dalam PT dapat diangkat dan
diberhentikan dengan keadaan tertentu. Pengangkatan seorang Direksi dalam sebuah PT
di Brunei Darussalam dapat dilakukan atas suatu keputusan dari General Meeting of
Shareholders (RUPS), dimana RUPS inilah yang melakukan pengangkatan terhadap
seorang atau beberapa Direksi. Dalam pengangkatannya, terdapat suatu persyaratan yang
menentukan layak atau tidaknya seseorang menjadi Direksi, yaitu a) seseorang tersebut
sudah memiliki kecakapan hukum (full legal capacity);14 b) seseorang tersebut memiliki
persetujuan dari dirinya sendiri untuk menjadi seorang Direksi, tanpa paksaan dari pihak
lain; c) seseorang tersebut memiliki persetujuan dari sejumlah pemegang saham yang
ditentukan dalam RUPS; serta d) tidak pernah dinyatakan pailit dalam waktu 5 tahun
sebelumnya.15 Selanjutnya, Direksi yang berada di sebuah PT yang bersangkutan harus
memiliki sejumlah saham PT tersebut, yang jumlahnya ditentukan sebelumnya di dalam
RUPS. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut tidak dipenuhi oleh Direksi dari PT yang
bersangkutan, posisinya dianggap kosong dan terdapat pengenaan sanksi berupa denda
bagi Direksi tersebut.16 Selanjutnya adalah penggantian dan pemberhentian seorang atau
suatu jajaran Direksi, yang tentunya tetap berdasarkan keinginan dari RUPS. Namun,
dalam hal penggantian Direksi, Direksi yang lama tidak dapat secara langsung
diberhentikan kecuali sudah terdapat suatu kandidat Direksi yang baru.17

13
Brunei Darussalam, Companies Act, Laws of Brunei Chapter 39, Enacment No.25 of 1956,
Revised Edition 2015, Sect.2.
14
Ibid., Sect.138.
15
Ibid., Sect.141A.
16
Ibid., Sect.140.
17
Ibid., Sect.143A.

Anda mungkin juga menyukai