DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
BAB II
LANDASAN TEORI
B. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE
1946 - 1949
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahtraan social
Pada akhir sidang pertama bentuk panitia kecil yang beranggota 9
orang yaitu : Ir.soekarno, Drs.Muh.Hatta, Abikusnu tjokrosujoso
abdulkaharmuzakir, H.A.Salin.Mr.Acahmad soebardjo, Wachid hasjin
dan Muh.yamin untuk merumuskan pandangan umum dan pendapat para
anggota. Panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil merumuskan
piagam Jakarta.
2. Sifat UUD 1945
Oleh pembentukan UUD 1945 di masukan untuk bersifat
sementara. Hal tersebut dapat di lihat dari ketentuan pasal 3 ayat 2 aturan
tambahan yang menyebutkan : “ dalam 6 bulan sesudah MPR di bentuk,
majelis itu bersidang untuk menetapkan UUD”. Demikian pula ketentuan
dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa salah satu tugas MPR adalah
menetapkan UUD.
3. Kelembagaan Negara dan sistem pemerintahan
Bila dilihat ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945, maka
tampak bahwa yang memegang kekuasaan yang tertinggi dan sebagai
pelaku kedaulatan rakyat adalah MPR (pasal 1ayat 2). Sebagaian
kekuasaan itu oleh MPR disalurkan kepada lembaga-lembaga lain yang
ada di bawahnya. Dengan demikian maka lembaga-lembaga lain seperti
DPR, Presiden, BPK, DPA dan MA berada di bawah majelis
(Untergeordnet).
Persetujuan Linggarjati
Ditandatangani 25 maret 1947, yang isinya antara lain :
1. Belanda mengakui pemerintahan republic Indonesia berkuasa defacto
atas jawa, Madura dan Sumatra
2. Pemerintah akan bekerja sama untuk dala waktu singkat membentuk
suatu Negara federasi yang berdaulat dan demokratis bernama “
RepublikIndonesia serikat” RIS akan terdiri dari Negara
republic : Indonesia (jawa, Madura dan Sumatra), Kalimantan dan
Negara Indonesia timur.
3. Republik Indonesia serikat akan bergabung dengan belanda dalam
bentuk : UNI : dan sebagai kepala UNI adalah Ratu belanda.
4. Pembentukan RIS dan UNI di usahakan terlaksana sebelum tanggal 1
januari 1949.
Persetujuan Renville
Isi dari persetujuan Renville antara lain :
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai
kedaulatan diserahkan kepada republik Indonesia serikat, yang harus
segera di bentuk.
2. Sebelum RIS di bentuk, belanda dapat serahkan sebagin dari
kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara.
3. RIS sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat akan menjadi peserta
yang sejajar dengan kerajaan belanda dalam UNI Nederland/Indonesia
dengan ratu belanda sebagai kepala UNI.
4. Republik Indonesia akan menjadi Negara bagian dari RIS.
Persetujuan inipun tidak dapat di laksanakan oleh belanda, dan pada
tanggal 19 desember 1948 belanda melakukan “aksi militer II” dan
berhasil menduduki ibu kota republik Indonesia Yokyakarta serta
menahan Presiden soekarno dan wakil presiden Muh. Hatta serta beberap
pejabat Negara lainnya.
Atas tindakan belanda menimbulkan reaksi divorum internasional, dan
Karena itu dewan keamanan PBB pada tanggal 28 januari 1949
Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konfrensi Meja Bundar di adakan pada tanggal 23 Agustus 1949
sampai 2 Nopember 1949 di Den Haag, yang di ikuti oleh Belanda,
Republik Indonesia BFO (Byeenkomst voor Vederal Overleg) yang di
awasi oleh UNCI (United Nations Commisions
for Indonesia). Delegasi RI dan BFO membentuk Panitia Perancang
Konstitusi RIS yang bertugas untuk merancang naskah Konstitusi RIS.
Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi tiga
bagian yakni:
a. Masa antara 1959 - 1966
dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka asas ketatanegaraan
dan system pemerintahan mengalami perubahan, yaitu dari asas
Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin. Inti dari Demokrasi
Terpimpin adalah permusyawaratan tetapi suatu permusyarawatan yang
“dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” bukan oleh perdebatan dan
penyiksaan yang di akhiri dengan pengadaan kekuatan dan peerhitungan
suara pro kontra. Dengan sistim presidensiil yang di anut oleh UUD
1945, maka presiden adalah pemegang kekuasaan eksekutif (pemerintah)
tertinggi (concentration of power and responsibility upon president),
yang dalm pelaksanaan kekuasaan dibantu oleh wapres dan mentri-
mentri (Pasal 4 dan 17 UUD 1945) . Kemudian meletuslah TRI TURA
akibat dari stabilitas politik dan keamanan yang tidak baik yang isinya:
1. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945
2. Pembubaran PKI
3. Penurunan harga barang
BAB III
KESIMPULAN
Pembekuan MPR/DPR
Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu
dalam waktu satu tahun
Membekukan Partai Golkar
Pemilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi
dan pemerataan kekuatan, misalnya PDIP dan Golkar hanya
menguasai 20% dan 23% kursi. Hal tersebut di akibatkan
karena:
Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun
1999 menjadi 550 kursi tambahan di perebutkan
Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38
kursi yang diperebutkan dalam pemilu 2004
Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004
dimana kehilangan44 kursi di DPR, hal ini berarti bahwa
132 kursi yang akan di prebutkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, cet. Kelima,
(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983), hal. 22
[2]
Djokosoetono, Hukum Tata Negara, Himpunan oleh Harun Alrasid, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982).
[3]
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 95
[4]
Bandingkan dengan Bagir Manan, Perkembangan UUD 1945, (Yogyakarta: FH-UII Press, 2004),
hal. 5.
[5]
Moh. Mahfud MD., Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2001), hal. 155 – 157.
[6]
UUD 1945 Terlalu Summier? Kepala Biro Pendidikan FH UI Sarankan Perubahan, Harian Merdeka,
18 Maret 1972, dalam Harun Alrasid, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah Oleh MPR,
Revisi Cetakan Pertama, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2003), hal. 44-55.
[7]
Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani, Pokok-pokok Usulan Amandemen Undang-
Undang Dasar 1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung.
[8]
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun
1945, Makalah Disampaikan dalam Simposium yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman dan HAM, 2003, hal. 1.
[9]
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim; Op. Cit, hlm. 96
[10]
Abdulah Zaini, Op.Cit,hlm.167
[11]
Abdulah Zaini, Op.Cit,hlm. 183
[12]
Bondan Gunawan S, 200, Indonesia Menggapai Demokrasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm.
33
[13]
A. Ramlan Surbakti, 1998, Reformasi Kekuasaan Presiden, Gramedia, Jakrta, hlm. 84