Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA

DISUSUN OLEH :

Fahri Azhar Yasa C100150063

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hukum tata negara merupakan sekumpulan peraturan hukum yang


mengatur organisasi dari pada negara, hubungan antar alat
perlengkapan Negara dalam garis vertical dan horizontal, serta
kedudukan warga Negara dan hak-hak asasinya. Pada masa lalu,
istilah “teori hukum tata negara” sangat jarang sekali terdengar.
Hukum Tata Negara yang dipelajari oleh mahasiswa adalah Hukum
Tata Negara dalam arti sempit, atau Hukum Tata Negara Positif. Hal
ini dipengaruhi oleh watak rejim orde baru yang berupaya
mempertahankan tatanan ketatanegaraan pada saat itu yang memang
menguntungkan penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya.
Pemikiran Hukum Tata Negara baik secara langsung maupun tidak
langsung menjadi terhegemoni bahwa tatanan ketatanegaraan
berdasarkan Hukum Tata Negara Positif pada saat itu adalah
pelaksanaan dari Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Akibatnya, pembahasan sisi teoritis dari Hukum Tata
Negara menjadi ditinggalkan, bahkan dikekang karena dipandang
sebagai pikiran yang “anti kemapanan” dan dapat mengganggu
stabilitas nasional.
Padahal dari sisi keilmuan, Hukum Tata Negara dalam bahasa
Belanda dikenal dengan istilah staatsrecht atau hukum negara (state
law) yang meliputi 2 pengertian, yaitu staatsrecht in ruimere zin
(dalam arti luas), dan staatsrecht in engere zin (dalam arti sempit).
Staatsrecht in engere zin atau Hukum Tata Negara dalam arti sempit
itulah yang biasanya disebut Hukum Tata Negara atau
Verfassungsrecht yang dapat dibedakan antara pengertian yang luas
dan yang sempit. Hukum Tata Negara dalam arti luas (in ruimere zin)
mencakup Hukum Tata Negara (verfassungsrecht) dalam arti sempit
dan Hukum Administrasi Negara (verwaltungsrecht). Pada masa lalu,
Prof. Dr. Djokosoetono lebih menyukai penggunaan verfassungslehre
daripada verfassungsrecht. Istilah yang tepat untuk Hukum Tata
Negara sebagai ilmu (constitutional law) adalah Verfassungslehre atau
teori konstitusi. Verfassungslehre inilah yang nantinya akan menjadi
dasar untuk mempelajari verfassungsrecht. Di sisi lain, istilah
“Hukum Tata Negara” identik dengan pengertian “Hukum Konstitusi”
sebagai terjemahan dari Constitutional Law (Inggris), Droit
Constitutionnel (Perancis), Diritto Constitutionale (Italia), atau
Verfassungsrecht (Jerman). Dari segi bahasa, Constitutional Law
memang biasa diterjemahkan menjadi “Hukum Konstitusi”. Namun,
istilah “Hukum Tata Negara” jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, kata yang dipakai adalah Constitutional Law. Oleh karena itu,
Hukum Tata Negara dapat dikatakan identik atau disebut sebagai
istilah lain belaka dari “Hukum Konstitusi”.

1.2 Tujuan Penelitian


Untung mengkeaji lebih dalam mengenai :
1. Latar belakang Tata Negara
2. Sejarah Hukum Tata Negara

1.3 Manfaat Penelitian


Untung memperoleh manfaat mengenai :
1. Latar belakang Tata Negara
2. Sejarah Hukum Tata Negara

BAB II

LANDASAN TEORI
B. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE
1946 - 1949

1. Perancangan dan pengesahan UUD 1945.

Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, yaitu 18 agustus 1945 di


tetapkanlah UUD Negara republik Indonesia, yang lebih di kenal dengan
nama UUD 1945. Persiapan penyusunan UUD 1945 telah di lakukan
sejak bulan mei 1945 dengan di bentuknya badan penyelidikan usaha-
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 april
1945.
Setelah badan ini di lantik oleh panglima tentara jepang (saiko sjikikan),
kemudian pada tanggal 29 mei sampai 1 juli 1945 di adakan siding
pertama untuk mendengarkan pandangan umum dari anggota. Pada
sidang pertama ini pokok pembicaraannya adalah tentang dasar
Negara Indonesia. Kemudian pada tanggal 31 mei 1945, melanjutkan
pembicaraan tentang dasar Negara Indonesia,daerah Negara dan
kebangsaan Indonesia. Pada hari terakhir tanggal 1 juni 1945 ir.soekarno
berpidato mengenai dasar Indonesiamerdeka yang terdiri dari :

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahtraan social
Pada akhir sidang pertama bentuk panitia kecil yang beranggota 9
orang yaitu : Ir.soekarno, Drs.Muh.Hatta, Abikusnu tjokrosujoso
abdulkaharmuzakir, H.A.Salin.Mr.Acahmad soebardjo, Wachid hasjin
dan Muh.yamin untuk merumuskan pandangan umum dan pendapat para
anggota. Panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil merumuskan
piagam Jakarta.
2. Sifat UUD 1945
Oleh pembentukan UUD 1945 di masukan untuk bersifat
sementara. Hal tersebut dapat di lihat dari ketentuan pasal 3 ayat 2 aturan
tambahan yang menyebutkan : “ dalam 6 bulan sesudah MPR di bentuk,
majelis itu bersidang untuk menetapkan UUD”. Demikian pula ketentuan
dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa salah satu tugas MPR adalah
menetapkan UUD.
3. Kelembagaan Negara dan sistem pemerintahan
Bila dilihat ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945, maka
tampak bahwa yang memegang kekuasaan yang tertinggi dan sebagai
pelaku kedaulatan rakyat adalah MPR (pasal 1ayat 2). Sebagaian
kekuasaan itu oleh MPR disalurkan kepada lembaga-lembaga lain yang
ada di bawahnya. Dengan demikian maka lembaga-lembaga lain seperti
DPR, Presiden, BPK, DPA dan MA berada di bawah majelis
(Untergeordnet).
Persetujuan Linggarjati
Ditandatangani 25 maret 1947, yang isinya antara lain :
1. Belanda mengakui pemerintahan republic Indonesia berkuasa defacto
atas jawa, Madura dan Sumatra
2. Pemerintah akan bekerja sama untuk dala waktu singkat membentuk
suatu Negara federasi yang berdaulat dan demokratis bernama “
RepublikIndonesia serikat” RIS akan terdiri dari Negara
republic : Indonesia (jawa, Madura dan Sumatra), Kalimantan dan
Negara Indonesia timur.
3. Republik Indonesia serikat akan bergabung dengan belanda dalam
bentuk : UNI : dan sebagai kepala UNI adalah Ratu belanda.
4. Pembentukan RIS dan UNI di usahakan terlaksana sebelum tanggal 1
januari 1949.
Persetujuan Renville
Isi dari persetujuan Renville antara lain :
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai
kedaulatan diserahkan kepada republik Indonesia serikat, yang harus
segera di bentuk.
2. Sebelum RIS di bentuk, belanda dapat serahkan sebagin dari
kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara.
3. RIS sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat akan menjadi peserta
yang sejajar dengan kerajaan belanda dalam UNI Nederland/Indonesia
dengan ratu belanda sebagai kepala UNI.
4. Republik Indonesia akan menjadi Negara bagian dari RIS.
Persetujuan inipun tidak dapat di laksanakan oleh belanda, dan pada
tanggal 19 desember 1948 belanda melakukan “aksi militer II” dan
berhasil menduduki ibu kota republik Indonesia Yokyakarta serta
menahan Presiden soekarno dan wakil presiden Muh. Hatta serta beberap
pejabat Negara lainnya.
Atas tindakan belanda menimbulkan reaksi divorum internasional, dan
Karena itu dewan keamanan PBB pada tanggal 28 januari 1949
Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konfrensi Meja Bundar di adakan pada tanggal 23 Agustus 1949
sampai 2 Nopember 1949 di Den Haag, yang di ikuti oleh Belanda,
Republik Indonesia BFO (Byeenkomst voor Vederal Overleg) yang di
awasi oleh UNCI (United Nations Commisions
for Indonesia). Delegasi RI dan BFO membentuk Panitia Perancang
Konstitusi RIS yang bertugas untuk merancang naskah Konstitusi RIS.

C. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE


1949 - 1950
Republik Indonesia serikat (RIS) berdiri tanggal 27 desember 1949,
dan sesuai dengan perjanjian KMB maka Negara RI hanya merupakan
bagian dari RIS , demikian pula UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara
bagian RI, dan wilayahnya sesuai dengan Pasal 2 KRIS adalah daerah
yang disebut dalam Persetujuan Renville 17 Januari 1948.
Kekuasaan Negara RIS dilakuakan oleh pemerintah berasama-sama
dengan DPR dan senat (Pasal 1 ayat 2 KRIS). Lembaga Perwakilan
Rakyat menurut KRIS menganut sisitem bicameral yang terdiri dari
Majelis Tinggi dan Majelis Rendah. Kekuasaan perundang-undangan
federal menurut pasal 127 KRIS dilakukan oleh pemerintah bersama-
sama dengan DPR dan senat. Bentuk Negara federasi dan system
parlementer yang di anut KRIS tidak sesuai dengan jiwa proklamasi
maupun kehendak sebagian besar rakyat di beberapa daerah/Negara
bagian, karena itu kemudian di adakan persetujuan antara pemerintah RI
dengan RIS, untuk merubah bentuk Negara Federal menjadi bentuk
Negara Kesatuan.

C. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE


1950 – 1959

UU Federal No. 7 Tahun 1950 terdiri atas 2 pasal yaitu:


I. Berisi ketentuan perubahan KRIS menjadi UUDS dengan diikuti
naskah UUDS selengkapnya.
II. 1. Tentang UUDS berlaki Tanggal 17 Agustus 1950
2. Aturan Peralihan; bahwa alat-alat perlengkapan Negara sebelum
pengundangan undang-undang ini tetap berlaku.
UUDS sifatnya adalah sementara, hal ini dapat dilihat dari pasal 134
UUDS yang menentukan bahwa; konstituante bersama-sama
pemerintahsecepatnya menetapkan UUD RI. Konstituante di beri tugas
untuk menetapkan UUD yang tetap namun tidak mampu dicapai karena
tidak pernah mencapai quorum, 2/3 dari jumlah anggota seperti yang
ditentukan. Dan akhirnya pada tanggal 5 juli 1959 presiden soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya: Pembubaran Konstituante,
UUD1945 berlaku kembali,dan pembentukan MPRS/DPRS dan DPAS
dalam waktu sesingkat-singkatnya.
D. SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA PERIODE
1959 – Sekarang

Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi menjadi tiga
bagian yakni:
a. Masa antara 1959 - 1966
dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka asas ketatanegaraan
dan system pemerintahan mengalami perubahan, yaitu dari asas
Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin. Inti dari Demokrasi
Terpimpin adalah permusyawaratan tetapi suatu permusyarawatan yang
“dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan” bukan oleh perdebatan dan
penyiksaan yang di akhiri dengan pengadaan kekuatan dan peerhitungan
suara pro kontra. Dengan sistim presidensiil yang di anut oleh UUD
1945, maka presiden adalah pemegang kekuasaan eksekutif (pemerintah)
tertinggi (concentration of power and responsibility upon president),
yang dalm pelaksanaan kekuasaan dibantu oleh wapres dan mentri-
mentri (Pasal 4 dan 17 UUD 1945) . Kemudian meletuslah TRI TURA
akibat dari stabilitas politik dan keamanan yang tidak baik yang isinya:
1. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen UUD 1945
2. Pembubaran PKI
3. Penurunan harga barang

b. Masa antara 1966 – 1999


Pada masa ini presiden soekarno mengeluarkan Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 untuk menanggapi TRI TURA,
yang memberi wewenang kepada Jendral Soeharto, Panglima Komando
Staf Angkatan Darat untuk mengendalikan situasi. Yang mana dengan
keluarnya Supersemar dan ketetapan lainnya mengangkat Jendral
Soeharto sebagai pejabat presiden berdasarkan TAP MPRS No>
XLIX/MPRS/1968
TAP MPRS No> XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR
GR mengenai Sumber Tertib Hukum Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia, yang terdiri dari:
 UUD 1945
 Ketetapan MPRS/MPR
 UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden dan,
 Peraturan Pelaksana Lainnya Seperti:
1. Peraturan Mentri
2. Instruksi Mentri
3. dan lain-lainnya
Dalam Perkembangan sejarah ketatanegaraan pada masa Soeharto
berkuasa dikeluarkan pula keputusan DPR GR tanggal 16 Desember
1967 yang isinya:
a. Adanya anggota MPR/DPR yang diangkat, disamping yang dipilih
melalui pemilu
b. Yang diangkat adalah perwakilan ABRI dan Non ABRI, untuk Non
ABRI harus Non Massa
c. Jumlah anggota yang di angkat untuk MPR adalah 1/2dari seluruh
jumlah anggota.
Dikatakan pada pemerintahan Soeharto Asas Kedaulatan Rakyat
sebagaimana di tentukan dalam UUD 1945 tidak pernah dilaksanakan,
yang dilaksanakan adalah kedaulatan penguasa.

D. Masa 1988 – sekarang


Pemerintahan Habibie disebut sebagai permerintahan Tradisional,
yang menurut mulyoto Mulyosudarmo terdapat dua pemahaman tentang
pemerintah transisi. Pertama, pemerintahan transisi digunakan untuk
“merujuk pemerintahan sementara” yang masa jabatannya di batasi
sampai terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu. Kedua,
pemerintahan transisi merupakan pemerintahan otoriter dan sentralistik
menjadi pemerintahan yang desentralistik dan demokratis. Pemerintahan
KH. Abdurachman Wahid tuntutan reformasi berjalan lambat dan gejolak
disintegrasi bangsa berbagai daerah belum berhasil di atasi, terakhir
adalah terjadinya skandal Bulloggate dan Bruneigate, yang berakibat
pada tanggal 1 Februari Tahun 2001 DPR mengeluarkan memorandum
I dan di ikuti Memorandum II pada tanggal 30 April 2001.
Konflik antara Presiden dan DPR berlanjut, dan Presiden pada
akhirnya mengeluarkan Maklumat yang berisi:
1. Pembekuan MPR/DPR
2. Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu dalam
waktu satu tahun
3. Membekukan Partai Golkar
P_emilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi dan
pemerataan kekuatan, misalnya PDIP dan Golkar hanya menguasai 20%
dan 23% kursi. Hal tersebut di akibatkan karena:
1. Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun 1999
menjadi 550 kursi tambahan di perebutkan
2. Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38 kursi
yang diperebutkan dalam pemilu 2004
3. Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004 dimana
kehilangan44 kursi di DPR, hal ini berarti bahwa 132 kursi yang akan di
prebutkan.

BAB III
KESIMPULAN

PERIODE 1946 – 1949


 Perancangan dan pengesahan UUD 1945.
pada tanggal 29 mei sampai 1 juli 1945 di adakan siding
pertama untuk mendengarkan pandangan umum dari
anggota. Pada sidang pertama ini pokok pembicaraannya
adalah tentang dasar Negara Indonesia. Kemudian pada
tanggal 31 mei 1945, melanjutkan pembicaraan tentang
dasar Negara Indonesia,daerah Negara dan
kebangsaan Indonesia. Pada hari terakhir tanggal 1 juni
1945 ir.soekarno berpidato mengenai
dasar Indonesiamerdeka yang terdiri dari :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahtraan social

 Sifat UUD 1945


Oleh pembentukan UUD 1945 di masukan untuk bersifat
sementara

 Kelembagaan Negara dan sistem pemerintahan


Sebagaian kekuasaan itu oleh MPR disalurkan kepada
lembaga-lembaga lain yang ada di bawahnya. Dengan
demikian maka lembaga-lembaga lain seperti DPR,
Presiden, BPK, DPA dan MA berada di bawah majelis
(Untergeordnet).
 Persetujuan Linggarjati
 Persetujuan Renville
Konferensi Meja Bundar (KMB)
Delegasi RI dan BFO membentuk Panitia Perancang
Konstitusi RIS yang bertugas untuk merancang naskah
Konstitusi RIS.

PERIODE 1949 - 1950


Kekuasaan Negara RIS dilakuakan oleh pemerintah
berasama-sama dengan DPR dan senat (Pasal 1 ayat 2
KRIS). Lembaga Perwakilan Rakyat menurut KRIS
menganut sisitem bicameral yang terdiri dari Majelis Tinggi
dan Majelis Rendah.
PERIODE 1950 – 1959

UU Federal No. 7 Tahun 1950 terdiri atas 2 pasal yaitu:


I. Berisi ketentuan perubahan KRIS menjadi UUDS dengan
diikuti naskah UUDS selengkapnya.
II. 1. Tentang UUDS berlaki Tanggal 17 Agustus 1950
2. Aturan Peralihan; bahwa alat-alat perlengkapan Negara
sebelum pengundangan undang-undang ini tetap berlaku.

PERIODE 1959 – Sekarang

Periode berlakunya UUD 1945 pada masa ini akan dibagi


menjadi tiga bagian yakni:
a. Masa antara 1959 - 1966
Kemudian meletuslah TRI TURA akibat dari stabilitas
politik dan keamanan yang tidak baik yang isinya:
1. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekwen
UUD 1945
2. Pembubaran PKI
3. Penurunan harga barang

b. Masa antara 1966 – 1999


Pada masa ini presiden soekarno mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 untuk
menanggapi TRI TURA, yang memberi wewenang kepada
Jendral Soeharto, Panglima Komando Staf Angkatan Darat
untuk mengendalikan situasi. Yang mana dengan keluarnya
Supersemar dan ketetapan lainnya mengangkat Jendral
Soeharto sebagai pejabat presiden berdasarkan TAP MPRS
No> XLIX/MPRS/1968

E. Masa 1988 – sekarang


Konflik antara Presiden dan DPR berlanjut, dan
Presiden pada akhirnya mengeluarkan Maklumat yang
berisi:

 Pembekuan MPR/DPR
Mengembalikan kedaulatan rakyat dan melaksanakn pemilu
dalam waktu satu tahun
Membekukan Partai Golkar
 Pemilu 2004 menunjukan terjadinya perubahan dominasi
dan pemerataan kekuatan, misalnya PDIP dan Golkar hanya
menguasai 20% dan 23% kursi. Hal tersebut di akibatkan
karena:
 Pertambahan kursi di DPR, dari 500 pada pemilu Tahun
1999 menjadi 550 kursi tambahan di perebutkan
 Dikosongkannya kursi ABRI di DPR, hal ini berarti ada 38
kursi yang diperebutkan dalam pemilu 2004
 Merosotnya perolehan suara PDIP dalam pemilu 2004
dimana kehilangan44 kursi di DPR, hal ini berarti bahwa
132 kursi yang akan di prebutkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, cet. Kelima,
(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983), hal. 22
[2]
Djokosoetono, Hukum Tata Negara, Himpunan oleh Harun Alrasid, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982).
[3]
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 95
[4]
Bandingkan dengan Bagir Manan, Perkembangan UUD 1945, (Yogyakarta: FH-UII Press, 2004),
hal. 5.
[5]
Moh. Mahfud MD., Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2001), hal. 155 – 157.
[6]
UUD 1945 Terlalu Summier? Kepala Biro Pendidikan FH UI Sarankan Perubahan, Harian Merdeka,
18 Maret 1972, dalam Harun Alrasid, Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah Oleh MPR,
Revisi Cetakan Pertama, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2003), hal. 44-55.
[7]
Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani, Pokok-pokok Usulan Amandemen Undang-
Undang Dasar 1945 dan Pemilihan Presiden Secara Langsung.
[8]
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun
1945, Makalah Disampaikan dalam Simposium yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman dan HAM, 2003, hal. 1.
[9]
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim; Op. Cit, hlm. 96
[10]
Abdulah Zaini, Op.Cit,hlm.167
[11]
Abdulah Zaini, Op.Cit,hlm. 183
[12]
Bondan Gunawan S, 200, Indonesia Menggapai Demokrasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm.
33
[13]
A. Ramlan Surbakti, 1998, Reformasi Kekuasaan Presiden, Gramedia, Jakrta, hlm. 84

Anda mungkin juga menyukai