Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY. S DENGAN DM TIPE 2 DI RUANG IMC.C


RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO

DISUSUN OLEH :
ANISHA M. G. SONGGIGILAN
19014104002

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO 2019
LAPORAN PENDAHUALUAN

A. DEFINISI
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular dan neuropati.

Klasifikasi diabetes mellitus


1) Klasifikasi Klinis:
a. DM
- Tipe I : disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun
- Tipe II : Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati:
o Tipe II dengan obesitas
o Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa
c. Diabetes Kehamilan
2) Klasifikasi Resiko Statistik:
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
Berpotensi menderita kelainan glukosa

B. ETIOLOGI

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat dan
keluarga Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
2 yaitu: (Sudoyo Aru, 2009)

 <140 mg/dL = Normal


 140-<200 md/dL = toleransi glukosa tergangggu
 >200 mg/dL = diabetes
C. TANDA DAN GEJALA

Manifestasi klinis dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut (Brunner dan
Suddarth, 2002):

1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolaritas menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidpsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
3. Polifagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4. Penurunan Berat Badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
5. Malaise atau Kelemahan
Cepat lelah dan otot-otot menjadi lemah akibat gangguan aliran darah pada klien
diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi, sehingga badan cepat lelah, kurang
bertenaga, bahkan sering mengantuk.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa ( GDP ) : lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP ( post prandial ) : lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari.
Urine reduksi normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine
a. Warna hijau ( + )
b. Warna kuning ( ++ )
c. Warna merah bata ( +++ )
d. Warna coklat ( ++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict dan
ansipatik ( paper strip ).
3. Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes melitus
yaitu
a. Kelompok usia dewasa tua ( > 40 tahun )
b. Kegemukan
c. Tekanan darah tinggi
d. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
e. Riwayat keluarga diabetes melitus
f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
g. Dislipidemia

F. PENATALAKSANAAN
 Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut: Karbohidrat : 60-70%, Protein : 10-15% , Lemak : 20-25%
 Olahraga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal.
 Terapi Obat
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga)
belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu
dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam
bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
 Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan
untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya
antara lain :
1) Neucrotomi
2) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum
3) Amputasi

G. PENGKAJIAN
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian
dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
1. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain
a. Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah pada
rongga mulut
b. Cervical Control :-
c. Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
d. Oxygenation : Kanula, tube, mask
e. Circulation :Tanda dan gejala schok dan Resusitasi: kristaloid,
koloid, akses vena.
f. Hemorrhage control : -
g. Disability : pemeriksaan neurologis GCS
h. A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon
thd
rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk
bersespon thd
nyeri
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan
atau penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
a. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
b. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
c. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
4. Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK),
penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas,
riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit)
atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus:
Poliuria, polidipsia, polifagia, penurunanberat badan, pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

H. DIAGNOSA
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
b. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
c. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
d. Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energi berat akibat kadar gula
darah tinggi.

I. KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1.Kaji status nutrisi dan
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan kebiasaan makan
kebutuhan tubuh b.d selama…x24 jam di 2.Anjurkan pasien untuk
gangguan keseimbangan harapkan Kebutuhan mematuhi diet yang
insulin, makanan dan nutrisi klien dapat telah diprogramkan.
aktivitas jasmani. terpenuhi dengan 3.Timbang berat badan
kriteria hasil setiap seminggu sekali
1. Berat badan dan 4.Identifikasi perubahan
tinggi badan ideal pola makan.
2. pasien mematuhi 5.Kerja sama dengan tim
dietnya kesehatan lain untuk
3. kadar gula darah pemberian insulin dan
normal diet diabetik.

2 Defisit Volume Cairan Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan


b.d Kehilangan volume tindakan keperawatan intake dan output yang
cairan secara aktif, selama ...x 24 jam di akurat
Kegagalan mekanisme harapkan volume cairan 2. Monitor status hidrasi
pengaturan sesuai dengan ( kelembaban membran
kebutuhan tubuh dengan mukosa, nadi adekuat,
kriteria hasil : tekanan darah ortostatik
Tidak ada tanda tanda ), jika diperlukan
dehidrasi, Elastisitas3. Monitor vital sign
turgor kulit baik, 4. Monitor masukan
membran mukosa makanan / cairan dan
lembab, tidak ada rasa hitung intake kalori
haus yang berlebihan harian
5. Monitor status nutrisi
6. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan 1.Kaji luas dan keadaan
jaringan berhubungan tindakan keperawatan luka serta proses
dengan adanya gangren selama…x24 jam di penyembuhan.
pada ekstrimitas. harapkan klien dapat
pemberian vasodilator
akan meningkatkan 2.Rawat luka dengan baik
dilatasi pembuluh darah dan benar :
sehingga perfusi membersihkan luka secara
jaringan dapat abseptik menggunakan
diperbaiki dengan larutan yang tidak iritatif,
criteria hasil angkat sisa balutan yang
1. Berkurangnya menempel pada luka dan
oedema sekitar luka. nekrotomi jaringan yang
mati.
2. pus dan jaringan 3.Kolaborasi dengan
berkurang dokter untuk pemberian
Rencana insulin,
3. Adanya jaringan pemeriksaan kultur pus
granulasi. pemeriksaan gula darah
pemberian anti biotik.

4 Keletihan b.d Setelah dilakukan 1. Kaji status fisiologis


metabolism fisik untuk asuhan keperawatan pasien yang
produksi energi berat selama ...x24 jam, menyebabkan
akibat kadar gula darah diharapkan keletihan kelelahan
tinggi. pada pasien dapat 2. Kaji konsumsi nutrisi
dikurangi dengan pasien untuk sumber
kriteria hasil : energi dan kebutuhan
metabolik yang
memadai
3. Anjurkan pasien
mengungkapkan
perasaan secaraverbal
mengenai keterbatasan
yang dialami
Daftar Pustaka

Adi, Soebagijo Soelistijo. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Jakarta: PB. Perkeni
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing Diagnosis,
Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.
Noor, Restyana Fatimah. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 4 Nomor 5,
Februari 2015.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai