Anda di halaman 1dari 9

RESUME FISIKA MODERN

KELOMPOK 8

ANNISA FEBRIANI (18034104)

M. FIKHRI PRIVANDI (18034125)

SUCI ANWAR (18034142)

DOSEN PEMBIMBING: SILVI YULIA SARI S.Pd,M.Pd

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
GEJALA-GEJALA KUANTUM

A. Kuantisasi dan perilaku zarah kuantum cahaya

1.Kuantisasi besaran fisika

Telah kita ketahui kalor merambat dengan 3 cara yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi.
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk pancaran gelombang elektromagnetik oleh
suatu benda ke lingkungan sekitarnya. Benda apapun di alam semesta ini selalu
memancarkan radiasi Energi matahari sampai di bumi dengan cara radiasi gelombang
elektromagnetik. Demikian juga jika kita dekat dengan api ( benda yang lebih panas ) maka
maka tubuh kita terasa hangat,ataupun disekitar pembakar alkohol suhu udara disekitarnya
akan lebih tinggi .

Radiasi ini dinamakan radiasi termal Berdasarkan eksperimen laju kalor radiasi termal
suatu benda dipengaruhi oleh :

a. Suhu benda : semakin tinggi suhu suatu benda semakin besar laju radiasi kalor

b. Sifat permukaan benda : semakin kasar suatu benda semakin banyak memancarkan radiasi
dibandingkan permukaan halus

c. Luas permukaan benda : Permukaaan yang luas akan lebih banyak memancarkan radiasi

d. Jenis material : untuk jenis benda yang berbeda logam misalnya mempunyai laju radiasi
kalor yang berbeda.

2. Radiasi benda hitam sempurna

Max Planck (1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang mencetuskan gagasan
awal tentang teori kuantum. Ini lahir dari upayanya untuk menjelaskan teka-teki fisika yang
berkaitan dengan pancaran tenaga (energi) gelombang elektromagnet oleh benda (hitam)
panas. Pemecahannya ia temukan pada 1901 dengan anggapan bahwa "tenaga gelombang
elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam bentuk catu-catu tenaga (diskrit) yang
sebanding dengan frekuensi gelombang elektromagnet".

Satu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya).
Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun,
para fisikawan seangkatannya memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika
yang jauh melainkan sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.

Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya


sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah
satunya, berkaitan dengan "efek fotolistrik", yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron
dari permukaan logam bila disinari cahaya (gelombang elektromagnet).

Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh


kuanta-kuanta cahaya yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut
Einstein, foton. Dengan demikian, cahaya (gelombang elektromagnet) yang mulanya
dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula sebagai partikel oleh Einstein.

Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard,
kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika
Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan peristiwa itu.

Gelombang partikel

Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum
Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa
"bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah
yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu".
Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.

Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan
untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia
kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga
berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas
yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.

Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya
yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua
persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua
persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul
di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang ,
baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.

Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk
partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie.
Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan
berat) dan lajunya. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan
massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang
gelombangnya sekitar 0,7 mm.

Tantangan Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika
Perancis, Annales de Physique. Namun, luput dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para
penguji de Broglie hanya terkesan dengan penalaran matematikanya tetapi tidak
mempercayai segi fisikanya.

Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada


Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih
daripada permainan matematika dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah
nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori
Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck
(1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada
teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H.
Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922 dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan
logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron
dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga sama dengan
elektron semula.

Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun
1925 dalam sebuah makalah ringkas dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie.
Namun sayang, para fisikawan eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap
data percobaan mereka - apalagi oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali
belum dikenal.

Pada ujung abad ke-19, pancaran benda sempurna hitam merupakan sesuatu yang
belum dapat diterangkan dengan memuaskan. Maksudnya belum ada keterangan teoretik
tentang bentuk spektrum RT=RT(0) dari radiasi yang terpancar oleh suatu benda sempurna
hitam yang berada dalam suhu T. Dalam ungkapan diatas : RT adalah radiasi spektral, yaitu
jumlahnya energi yang dipancarkan per satuan waktu dalam bentuk radiasi dengan satuan
selang frekuensi (Δυ=1) oleh satuan permukaan benda sempurna hitam yang suhunya T (o K)
, υ adalah frekuensi radiasi thermal oleh benda sempurna hitam. Bentuk grafik RT=RT(υ)
adalah seperti dibawah. Satuan RT adalah Watt/m2 Hz sedangkan satuan υ adalah Hz.
Pancaran radiasi oleh benda seperti diatas, yaitu yang disebabkan oleh suhu benda itu,
dinamakan radiasi termal (thermal radiation). Telaah tentang radiasi ermal diajukan untuk
mengetahui hakekatnyaradiasi energi dalam hubungannya dengan suhu 53 T suatu benda.
Dalam hal ini ingin dihindarkan pengaruh dari benda itu sendiri (macam bahan, halus dan
warna permukaan, bentuk dan lain-lain). Bagaimanakah dapat dibuat suatu pemancar panas
(thermal radiator) yang memenuhi keinginan diatas? Ternyata bahwa pemancar yang ideal
adalah lubang suatu rongga. Sifat dari radiasi energi termal yang dipancarkan ternyata paling
mendekati pemancar panas yang sifat-sifat pemancarannya tidak dipengaruhi oleh benda
yang memancar.

Benda hitam adalah benda dimana radiasi elektromagnetik yang jatuh akan diserap
seluruhnya, pengertian benda hitam sempurna dapat dianalogikan dengan suatu lubang kecil
pada sebuah dinding berongga :Seberkas sinar masuk pada lubang sebuah dinding berongga,
sinar ini dipantulkan berkali-kali oleh dinding rongga dan setiap kali dipantulkan
intensitasnya berkurang karena sebagian sinar diserap oleh dinding sampai suatu saat
energinya menjadi kecil hampir mendekati nol. Jadi dapat dikatakan sinar yang mengenai
lubang tidak keluar lagi itulah sebabnya lubang itu dinamakan benda hitam.

3. . Efek foto listrik

Di tahun 1888 Hallwachs melaporkan pengamatannya bahwa satu keeping Zn yang netral
akan bermuatan positif setelah disinari dengan cahaya ultraviolet. Sebelum itu Hertz pun
telah mengamati bahwa pelucututan muatan antara dua buah elektroda akan meningkat
apabila cahaya ultraviolet mengenai elektrodanya. Lenard kemudian menunjukkan bahwa
cahaya ultraviolet meningkatkan pelucutan muatan antara dua elektroda karena cahaya itu
menyebabkan elektron meninggalkan permukaan katoda.Gejala – gejala di atas memberi
kesimpulan bahwa : Cahaya ultraviolet yang mengenai permukaan logam mendesak keluar
muatan listrik negatif dari permukaan keeping logam. Gejala itu disebabkan oleh suatu efek
yang dinamakan EFEK FOTO LISTRIK.

Dalam percobaan fotto-elektrik itu ditemukan fakta – fakta ekperimental sebagai berikut :

a. potrnsial pemberhenti Vo untuk bahan anoda tertentutidak bergantung dari


intensitas cahaya yang menyinari bahan anoda
b.Potensial pemberhenti Vo bergantung dari frekuensi ! dari cahaya yang
menyinari anoda. Dalam Gb. 6 lengkung ib terhadap Vo dibuat untuk keadaan
dengan anoda yang sama, dan 3 frekuensi yang berlainan.
c.Untuk satu macam bahan anoda, langsung potensial pemberhenti Vo sebagai
fungsi dari frekuensi ! cahaya, merupakan garis yang lurus .

Kajian Teoritik Einsten Tentang Efek Fotolistrik

Dengan demikian harus dicari suatu suatu penjelasan teoritik yang tidak berpijak pada
konsep gelombang cahaya. Postulat atau hipotesa Einstein mengandaikan bahwa :

a. Cahaya terdiri dari paket – paket energi ( foton ) yang bergerak dengan
kecepatan C ).
b. Bahwa apabila frekuensi cahaya adalah ! maka energi foton adalah ! = h!
c. Dalam proses fotolistrik satu foton disebabkan sepenuhnya oleh elektron pada
permukaan logam.

4.Efek Compton

Efek Compton merupakan satu aspek saja dari mode interaksi antara sinar-X dengan
materi. Compton melakukan penyidikannya ini dengan mempelajari bagaimana sinar-x itu
dihambur oleh keping Carbon (C, Z=6) Apakah keistimewaan dari hasil penemuan Compton
ini? Efek fotolistrik mendukung secara eksperimental gagasan bahwa cahaya itu merupakan
suatu aliran paket-paket energi yang dinamakan foton. Dalam bentuk hipotesa gagasan itu
dituangkan dalam hipotesa einsten tentang efek fotolistrik. Hipotesa tentang foton ini, dan
analisa mengenai perilaku dan sifatnya, dinamakan teori kuantum cahaya dari Einsten.

Hasil pengamatan compton sangat menarik. hasil pengukuran untuk berbagai sudut
hamburan, yaitu ! = 0o , ! = 45o , ! = 90o, dan ! = 135o . Titik-titik eksperimental dinyatakan
dengan titik-titik tebal, sedangkan garis yamg ditarik merupakan perkiraan mengenai bentuk
lengkung : " !
Apakah andaian yang dibuat untuk puncak yang tak berubah apabila ! berpindah
Pertama, Bahwa hamburan sinar- X terjadi karena sinar itu berinteraksi dengan elektron
bebas yang berada dalam bahan penghambur.

Kedua, puncak yang tak berubah apabila ! berpindah.

Analsis perilaku sistem fisika diatas: Sinar-X adalah suatu gelombang elektromagnetik,
artinya bahwa ia merupakan gangguan medan listrik dan medan magnet yang merambat
dalam ruang. Suatu elektron bebas akan dipengaruhi oleh medan listrik yang berosilasi do
tempat elektron. Oleh karena itu elektron melakukan gerak osilasi harmonik dengan frekuensi
yang sama dengan frekuensi sinar-X yang datang. Menurut teori elektromagnetik klasik,
suatu elektron yang berosilasi akan memancarkan gelombang elektromagnetik dengan
frekuensi yang sama dengan frekuensi osilasi elektron tersebut. Jadi elektron menjadi
pemancar gelombang e.m dengan frekuensi yang sama ( jadi juga panjang gelombang yang
sama) dengan sinar-X yang menggerakkannya. Dengan demikian terlihat seolah-olah sinar-X
yang datang terhambur kesemua arah. Jadi dengan demikian dapat diterangkan puncak yang
kedudukannya tidak berpindah dengan perubahan sudut hambur ! . Hamburan seperti ini
dikenal dengan nama hamburan Thomson.

5. Sinar-x dan Diffraksi sinar-x

Metode difraksi sinar-X adalah salah satu cara untuk mempelajari keteraturan atom atau
molekul dalam suatu struktur tertentu. Jika struktur atom atau molekul tertata secara teratur
membentuk kisi, maka radiasi elektromagnetik pada kondisi eksperimen tertentu akan
mengalami penguatan. Pengetahuan tentang kondisi eksperimen itu dapat memberikan
informasi yang sangat berharga tentang penataan atom atau molekul dalam suatu struktur
(Dunitz, 1995). Sinar-X dapat terbentuk bilamana suatu logam sasaran ditembaki dengan
berkas elektron berenergi tinggi. Dalam eksperimen digunakan sinar-X yang monokromatis.
Kristal akan memberikan hamburan yang kuat jika arah bidang kristal terhadap berkas sinar-
X (sudut θ) memenuhi persamaan Bragg, seperti ditunjukkan dalam persamaan berikut
(Callister, 2003). 2d sin θ = nλ dimana : d = jarak antar bidang dalam kristal θ = sudut deviasi
n = orde (0,1,2,3,…..) λ = panjang gelombang Difraksi sinar-X dapat memberikan informasi
tentang struktur polimer, termasuk tentang keadaan amorf dan kristalin polimer. Polimer
dapat mengandung daerah kristalin yang secara acak bercampur dengan daerah amorf.
Difraktogram sinar-X polimer kristalin menghasilkan puncak-puncak yang tajam, sedangkan
polimer amorf cenderung menghasilkan puncak yang melebar. Pola hamburan sinar-X juga
dapat memberikan informasi tentang konfigurasi rantai dalam kristalit, perkiraan ukuran
kristalit, dan perbandingan daerah kristalin dengan daerah amorf (derajat kristalinitas) dalam
sampel polimer (Jenkins, 1995; Iguchi, 1999).
Difraktogram polimer semikristalin

6. Produksi pasangan

Produksi pasangan adalah salah satu efek interaksi suatu penyinaran pada suatu benda
atau materi.Sinar gamma dengan tingkat energi yang besar ( beberapa MeV ) bila
menghantam sebuah inti atom dapat mengubah energi tersebut menjadi massa yang bergerak
dengan kecepatan tertentu E=mc². Dalam waktu yang bersamaan muncul dari inti atom yang
dikenai sinar gamma sepasang partikel yang satu positron yang bermuatan positif dan yang
lain elektron bermuatan negatif. Foton yang baru dihasilkan ini harus mempunyai energi yang
besarnya minimal massa kedua partikel tersebut dalam keadaan tenang atau sebelum disinar;
besarnya kurang lebih 2.0,51 MeV ( besar energi minimal Foton ). Energie Foton yang
berlebih akan diubah menjadi energi kinetik kedua partikel tersebut.
Telah diterangkan bahwa pada efek foto listrik, foton bila ditembakkan kepada logam, maka
dapat menyerahkan seluruh energinya atau sama sekali tidak. Kalau menyerahkan seluruh
energinya, berarti untuk mengeluarkan elektron dari dalam logam dan untuk tenaga elektron
meninggalkan logam.

Juga telah diterangkan pada Compton, foton yang mempunyai frekuensi tinggi ditembakkan
langsung pada elektron terluar maka energinya untuk menghamburkan foton baru.
Pada produksi pasangan, bila sebuah foton dengan frekuensi tinggi mendekati inti atom berat
maka foton tersebut lenyap dan menjelma menjadi sebuah elektron dan sebuah positron
(elektron positif). Jadi ada perubahan energi elektromagnit menjadi energi diam.

h v = -e0 + +e0

Jumlah muatan elektron (-e) dan positron (+e) adalah nol. Energi kinetik elektron maupun
positron masing-masing adalah :

E = m0C2 = 0,51 MeV


Produksi pasangan ditunjukkan untuk membuat pasangan partikel dan anti-partikelnya,
terutama pasangan elektron dan positron. Untuk menciptakan antiproton, O. Chamberlain dan
Emilio Segre menumbukkan dua proton dalam kecepatan tinggi, begitu juga ketika Bruce
Cork menemukan antineutron. Hal yang berbeda terjadi pada produksi pasangan elektron dan
positron. Elektron dan positron tecipta saat sebuah photon yang melewati inti atom yang pasif
dan energinya dikonversikan ke dalam materi. Kehadiran inti atom diperlukan sehingga
hukum kekekalan momentum dapat terpenuhi. Elektronnya tercipta sendiri, bukan milik
atom. Lalu, muncullah positron dan elektron dari ketiadaan. Reaksinya dituliskan :
γ + γ → e– + e+
Energi photon yang hilang dalam proses ini dirubah menjadi energi relativistik positron
E+ dan elektron E– dengan persamaan:
hv = E+ + E–
= 2moc2 + [E+ + E–]
Karena K+ dan K- selalu positif maka untuk melakukan produksi pasangan, photon harus
memiliki energi sekurang-kurangnya 2moc2=1,02 MeV atau 1,64 X 10-13 J.agar dapat
mendekati inti berat sehingga terjadi produksi pasangan berupa elektron dan positron. Foton
tersebut termasuk dalam sinar gamma inti atom.secara perlambang :
Foton = electron + positron

Proses diatas hanya dapat terjadi jika terdapat sebuah atom di sekitar electron yang memasok
momentum pental yang diperlukan,proses kebalikannya ,

Electron + positron = foton

Elektron bila bertemu dengan positron maka keduanya musnah (anihilasi) dan menjelma
menjadi foton sinar gamma.Pada proses produksi pasangan maupun kebalikannya ini tetap
berlaku hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan momentum.

Kembali pada produksi pasangan tersebut di atas, karena foton berubah menjadi elektron dan
positron, maka dengan sendirinya foton yang ditembakkan harus mempunyai energi lebih
tinggi dari 1,02 MeV. Setelah terjadi produk pasangan ini, maka mengalami penurunan
intensitas. Perubahan ini tergantung dari sifat dan tebal bahan dengan analisis sebagai berikut
:

xD I = -k I D

dI = -k I dx

I = I0 e-kx

I0 = intensitas awal foton

I = intensitas setelah menembus bahan tebal x

x = tebal bahan

k = tetapan absorbsi bahan terhadap foton tertentu

Berarti selama perjalanan dalam media, energinya turun secara eksponensial. Apabila tebal
media x dipilih sedemikian rupa sehingga intensitasnya tinggal separo yaitu , maka tebal ini
disebut tebal lapisan separo harga (Half Value Layer = H.V.L). Teori ini banyak digunakan
dalam perhitungan penlindung radiasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://anjelchsuyudono201043033.wordpress.com/2013/09/02/fisika-moderen-produksi-
pasangan/

Beiser, Arthur. Konsep Fisika Modern. 1992. Jakarta: Erlangga.

https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi_pasangan

staff.uny.ac.id/sites/default/files/Difraksi%20sinar-X.pdf

http://wiyahatul.blogspot.com/2013/05/max-planck.html

Anda mungkin juga menyukai