Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana. Bencana-
bencana yang terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa bumi, tanah
longsor, banjir, angin puting beliung, kekeringan, gunung meletus, bom
nuklir maupun kebakaran. Bencana-bencana tersebut banyak menelan
banyak korban dan kerugian.
Salah satu bencana di Indonesia yang membuat dunia terhentak adalah
Tsunami di Aceh (26 Desember 2004) yang disebabkan oleg gempa bumi
tektonik dengan keterangan korban tewas mencapai 115.229 orang. Pada
saat itu semua kalangn turun menjadi relawan baik dari kalangan medis
maupun non medis , baik dari dalam maupun luar negeri. Mereka bahu
membahu melakukan evakuasi, pertolongan kegawatdaruratan dan
membangun barak-barak pengungsian.
Fenomena yang terjadi di tempat pengungsian adalah hampir semua
tim relawan di lokasi pengungsian hanya melakukan tindakan evakuasi,
search and rescue (SAR), pemenuhan konsumsi dan logistik, serta tindakan
medis yang dilakukan kepada korban yang cidera.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang terjun ke daerah bencana,
seorang mahasiswa keperawatan tentu akan memandang luas makna
bencana. Dalam ilmu keperawatan jiwa, bencana itu tidak hanya
menyebabkan sakit secara fisik saja. Secara holistic (holism, listening,
intuitive,and care), bencana dapat merusak kondisi biologis, sosial, dan
utamanya mental atau kejiwaan seseorang. Trauma yang dialami akan
menjadi masalah tersendiri yang membutuhkan pemikiran khusus agar
permasalahan kejiwaan korban bencana dapat diatasi dengan baik. Dan di
situlah perawat ikut terlibat dalam berbagai kegiatan, baik dari dinas
pemerintah, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun

1
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi bencana kepada masyarakat.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian bencana tsunami?
2. Bagaimana peran perawat dalam manajemen bencana tsunami?

1.3 TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian bencana tsunami.
2. Untuk mengetahui peran perawat dalam manajemen bencana tsunami.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TSUNAMI


Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan “tsu” berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami
adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena
adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB No.8 Tahun
2011).
Menurut Bakornas PB (2007), Tsunami dapat diartikan sebagai
gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan
impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsive tersebut bisa berupa gempa
bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Gelombang laut yang
mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900km/jam, terutama
diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Kecepatan
gelombang Tsunami bergantung pada kedalaman laut
Jadi Tsunami adalah kumpulan ombak yang mempunyai ciri-ciri
pergerakan tersendiri, kadang-kadang mempunyai ketinggian ombak yang
tinggi, dan jarak ombak panjang oleh itu tsunami disebut juga ombak
raksasa.

2.2 DAMPAK TSUNAMI

Bencana Tsunami menimbulkan dampak dalam kehidupan manusia.


Salah satu dampak tersebut yaitu berpengaruh terhadap segi kesehatan.
Adapun dampak bencana terhadap kesehatan yaitu terjadinya krisis
kesehatan, yang menimbulkan :
1. Korban massal: Bencana yang terjadi dapat mengakibatkan korban
meninggal dunia, patah tulang, luka-luka, trauma dan kecacatan dalam
jumlah besar.
2. Pengungsian: Pengungsian ini dapat terjadi sebagai akibat dari rusaknya
rumah-rumah mereka atau adanya bahaya yang dapat terjadi jika tetap

4
berada dilokasi kejadian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat resiko dari
suatu wilayah atau daerah dimana terjadinya bencana (Depkes RI,
2007).

2.3 PENANGGULANGAN BENCANA TSUNAMI


1. Pra bencana tsunami

sebagai perawat kita dapat turut berperan dalam tahap pra bencana.
Peran perawat dalam fase ini yaitu (Kurniayanti, 2012):
a. Perawat mengikuti pelatihan dan pendidikan yang berhubungan
dengan penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut ini:
1) Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
Seorang perawat merupakan salah satu tonggak pertolongan para
korban bencana Tsunami. Oleh karena itu, seorang perawat harus
berusaha menjaga keselamatan diri sendiri namun tetap tidak
mengabaikan keselamatan orang lain karena jika perawat tersebut tidak
dapat menjaga dirinya sendiri siapa yang akan menjaga dan merawat
para korban Tsunami.
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain
Pelatihan yang dapat diperoleh oleh seorang perawat dalam
meningkatkan skill nya tidak hanya dapat diperoleh dari pelatihan
namun dapat diasah dengan tanggap terhadap keluarganya dan
memberikan pertolongan pertama pada keluarganya jika membutuhkan.
Perawat yang sudah terbiasa melakukan kegiatan pertolongan pada

5
keluarganya juga mudah untuk menerapkan pertolongan diluar
kerluarganya sendiri.
3) Perawat dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance
Perawat atau perawat wajib mengetahui nomor telepon darurat untuk
keadaan daruruat dalam kebencanaan. Dalam hal ini, perawat juga
harus dapat merekomendasikan nomor darurat tersebut kepada para
korban sehingga jika sewaktu waktu jika terjadi sesuatu dapat langsung
mendapat pertolongan baik setelah keadaan menjadi normal atau pun
setelah bencana.

2. Saat bencana tsunami

Pada fase ini peran perawat adalah sebagai berikut (Kurniayanti,2012) :


a. Bertindak cepat
b. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun secara pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok
yang menanggulangi terjadinya bencana
Saat terjadi bencana terdapat kondisi kegawat daruratan yag ditimbulkan
dari bencana Tsunami. Pada fase ini perawat dapat berperan dengan cara :
a. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawat harian. Peran
perawat yaitu menentukan pemberian asuhan keperawatan untuk
korban yang memungkinkan untuk hidup sehingga meminimalkan
korban dan mengefisienkan waktu dalam penanganan korban.
b. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari. Pasien yang masih memerlukan perawatan harus
dilakukan pemantauan kesehatan secara intensif melalui konsultasi
medis dan cek kesehatan yang salah satunya difasilitasi oleh seorang
perawat.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS. Jika penanganan pasien di posko yang

6
didirikan dilokasi kejadian tidak memungkinkan untuk menangani
korban tersebut maka perawat dapat merekomendasikan dan
membantu pemindahan pasien ke rumah sakit yang memiliki
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian. Setelah dilakukan
perawatan pada korban bencana Tsunami maka perawat melakukan
evaluasi apakah tindakan yang dilakukan tepat atau tidak sehingga
tigkat kesehatan korban dapat meningkat.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, serta peralatan kesehatan. Selain memberikan perawatan kepada
korban perawat juga harus memastikan ketercukupan logistic bagi
korban seperti persediaan obat, makanan, pakaian, makanan khusus
bayi serta peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya. Perawat menempatkan pasien yang memiliki
penyakit menular dan pasien dengan kondisi jiwa yang sedang
terganggu ke tempat isolasi sehingga pasien yang memiliki penyakit
menular tidak menimbulkan potensi penularan penyakit yang sama
pada korban lain dan pasien yang memiliki gangguan jiwa tidak
membahayakan dirinya sendiri, korban lain dan lingkungan
disekitarnya.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu
makan,insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater. Jika tindakan konseling dan terapi kejiwaan
yang dilakukan perawat tidak menimbulkan respon positif bagi

7
korban, perawat dapat bekerjasama dengan profesi lain yang lebih
ahli dibidang tersebut seperti psiokolog dan psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi. Bagi
masyarakat yang tidak mengungsi perawat dapat mengecek tingkat
kesehatan dan kecukupan gizi secara berkala

3. Sesudah (Pasca) Bencana Tsunami

Salah satu fase penting sesudah terjadinya Tsunami adalah fase


rekonstruksi (pembangunan kembali). Pada fase ini peran perawat yang
dapat dilakukan adalah :
a. Perawatan pada pasien Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Korban bencana Tsunami memungkinkan untuk mengalami trauma
akan bencana tersebut. Kehilangan orang-orang yang disayangi,
perubahan kehidupan dapat menimbulkan depresi bagi para korban.
Diperlukan penanganan untuk mengatasi trauma bagi para korban
salah satunya menggunakan metode Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD).
b. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerjasama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
Recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

2.4 PERAN KEPERAWATAN BENCANA TSUNAMI


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut
Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh
perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki.
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan
keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.

8
tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar
praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga
sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal
bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi
bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih
banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan
lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan
lambat.
Pertolongan pada korban bencana dilakukan setelah keadaan bencana
stabil. Setelah bencana stabil, setiap tim yang sudah dibentuk mulai
melakukan survey ditempat bencana dan melakuakan pengkajian terhadap
kerusakan-kerusakan infrastruktur, begitu juga peraawat sebagai bagian dari
tim kesehatan.
Perawat juga melakukan pengkajian untuk memutuskan pertolongan
pertama apa yang akan dilakukan. Pasien diseleksi untuk mendapatkan
penanganan segera dan akan lebih efektif jika sudah dilakukan
penggolongan triase.
1. Penggolongan Triage
Triage adalah suatu sistem selesi penderita yang menjamin supaya tidak
ada penderita yang tidak mendapat perawatan.
a. Golongan I (Label Hijau). Penderita tidak luka sehingga tidak
memerlukan tindakan bedah
b. Golongan II (Label Kuning). Penderita dengan luka ringan dan
memerlukan tindakan bedah minor
c. Golongan III (Label Merah). Penderita mengalami luka berat/syok.
d. Golongan V (Label Hitam). Penderita meninggal dunia

2. Peran perawat didalam posko pengungsian dan bencana


a. Trauma Healing : Tindakan keperawatan dapat diterapkan di lokasi
pengungsian. Sebagai contohnya praktik komunikasi terapeutik.

9
Komunikasi terapeutik juga bisa diterapkan di lokasi bencana.
Mengingat banyaknya beban yang dipendam oleh para korban, maka
sentuhan kejiwaan melalui komunikasi terapeutik dapat dilakukan
sekaligus menerapkan ilmu yang telah ditimba di kampus. Explore
feeling dapat dilakukan supaya Tindakan kreatif lain seperti personal
coaching, grup therapy, SEFT (spiritual and emotional freedom
technique), dan jenis terapi lainnya.
b. Perawat dapat membuat komunitas untuk sharing dan berbagi
informasi baik formal maupun informal. Tujuannya adalah supaya
informasi kebencanaan yang dimiliki dapat diketahui juga oleh
masyarakat.
c. Membantu dalam penanganan pada pasien yang mengalami penyakit
menular
3. Peran perawat pada fase postimpact
Bencana tsunami pasti memberikan bekas khusus pada keadaan fisik
dan psikologis serta kehidupan sosial masyarakat yang mengalami
bencana tersebut. Selama masa perubahan dan penyesuaian dengan
kehidupan baru sebagai dampak dari bencana tsunami tersebut perawat
dapat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal
dengan memberikan dorongan moril dan memberikan pendapat yang
positif setelah terjadi bencana. Dan memberikan semangat untuk
menjalani kehidupan kepada korban yang mengalami kecacatan fisik
akibat bencana.
4. Jenis Kegiatan Siaga Bencana
Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan
pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal
yang menjadi perhatian penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa
dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap bencana:

a. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik


Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,

10
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para
relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu
adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil
dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun
tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan
bersama perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di
tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai
dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan
profesi keperawatan.
b. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai
bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain
sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh
perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko
bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini
adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi
para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan
bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
c. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa
berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat.
Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang
sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan
mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam
penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental
yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya
bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan

11
keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak,
cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka
kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada
masa bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain,
dimana anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu,
dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka akan kembali
seperti sedia kala.
d. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta
benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang
patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa
menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas
dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat
melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan
yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang
harus dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan
bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut
perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen
masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati

12
dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana.
Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu
meringankan beban penderitaan korban bencana.
3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal
yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat
bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan
dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia.
Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk
mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam.
Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan
medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak.
Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi
kapan datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan
menimbulkan kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya
pertolongan melalui tindakan tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh
perawat, maupun unit instalansi-instalansi yang lain.

3.2 SARAN
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam
melakukan kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu
memiliki kemampuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan
melalui aksi siaga bencana.

14
DAFTAR PUSTAKA

Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam


keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2009.

Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik


Penanggulangan Bencana.
http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 15
November 2012

Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap


Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_
dalam_tanggap_bencana.docx. Diakses tanggal 15 November 2012

Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana.


Diakses tanggal 15 November 2012

15

Anda mungkin juga menyukai