PENDAHULUAN
1
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi bencana kepada masyarakat.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian bencana tsunami?
2. Bagaimana peran perawat dalam manajemen bencana tsunami?
1.3 TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian bencana tsunami.
2. Untuk mengetahui peran perawat dalam manajemen bencana tsunami.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
berada dilokasi kejadian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat resiko dari
suatu wilayah atau daerah dimana terjadinya bencana (Depkes RI,
2007).
sebagai perawat kita dapat turut berperan dalam tahap pra bencana.
Peran perawat dalam fase ini yaitu (Kurniayanti, 2012):
a. Perawat mengikuti pelatihan dan pendidikan yang berhubungan
dengan penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut ini:
1) Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
Seorang perawat merupakan salah satu tonggak pertolongan para
korban bencana Tsunami. Oleh karena itu, seorang perawat harus
berusaha menjaga keselamatan diri sendiri namun tetap tidak
mengabaikan keselamatan orang lain karena jika perawat tersebut tidak
dapat menjaga dirinya sendiri siapa yang akan menjaga dan merawat
para korban Tsunami.
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain
Pelatihan yang dapat diperoleh oleh seorang perawat dalam
meningkatkan skill nya tidak hanya dapat diperoleh dari pelatihan
namun dapat diasah dengan tanggap terhadap keluarganya dan
memberikan pertolongan pertama pada keluarganya jika membutuhkan.
Perawat yang sudah terbiasa melakukan kegiatan pertolongan pada
5
keluarganya juga mudah untuk menerapkan pertolongan diluar
kerluarganya sendiri.
3) Perawat dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance
Perawat atau perawat wajib mengetahui nomor telepon darurat untuk
keadaan daruruat dalam kebencanaan. Dalam hal ini, perawat juga
harus dapat merekomendasikan nomor darurat tersebut kepada para
korban sehingga jika sewaktu waktu jika terjadi sesuatu dapat langsung
mendapat pertolongan baik setelah keadaan menjadi normal atau pun
setelah bencana.
6
didirikan dilokasi kejadian tidak memungkinkan untuk menangani
korban tersebut maka perawat dapat merekomendasikan dan
membantu pemindahan pasien ke rumah sakit yang memiliki
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian. Setelah dilakukan
perawatan pada korban bencana Tsunami maka perawat melakukan
evaluasi apakah tindakan yang dilakukan tepat atau tidak sehingga
tigkat kesehatan korban dapat meningkat.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, serta peralatan kesehatan. Selain memberikan perawatan kepada
korban perawat juga harus memastikan ketercukupan logistic bagi
korban seperti persediaan obat, makanan, pakaian, makanan khusus
bayi serta peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya. Perawat menempatkan pasien yang memiliki
penyakit menular dan pasien dengan kondisi jiwa yang sedang
terganggu ke tempat isolasi sehingga pasien yang memiliki penyakit
menular tidak menimbulkan potensi penularan penyakit yang sama
pada korban lain dan pasien yang memiliki gangguan jiwa tidak
membahayakan dirinya sendiri, korban lain dan lingkungan
disekitarnya.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu
makan,insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater. Jika tindakan konseling dan terapi kejiwaan
yang dilakukan perawat tidak menimbulkan respon positif bagi
7
korban, perawat dapat bekerjasama dengan profesi lain yang lebih
ahli dibidang tersebut seperti psiokolog dan psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi. Bagi
masyarakat yang tidak mengungsi perawat dapat mengecek tingkat
kesehatan dan kecukupan gizi secara berkala
8
tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar
praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga
sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal
bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi
bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih
banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan
lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan
lambat.
Pertolongan pada korban bencana dilakukan setelah keadaan bencana
stabil. Setelah bencana stabil, setiap tim yang sudah dibentuk mulai
melakukan survey ditempat bencana dan melakuakan pengkajian terhadap
kerusakan-kerusakan infrastruktur, begitu juga peraawat sebagai bagian dari
tim kesehatan.
Perawat juga melakukan pengkajian untuk memutuskan pertolongan
pertama apa yang akan dilakukan. Pasien diseleksi untuk mendapatkan
penanganan segera dan akan lebih efektif jika sudah dilakukan
penggolongan triase.
1. Penggolongan Triage
Triage adalah suatu sistem selesi penderita yang menjamin supaya tidak
ada penderita yang tidak mendapat perawatan.
a. Golongan I (Label Hijau). Penderita tidak luka sehingga tidak
memerlukan tindakan bedah
b. Golongan II (Label Kuning). Penderita dengan luka ringan dan
memerlukan tindakan bedah minor
c. Golongan III (Label Merah). Penderita mengalami luka berat/syok.
d. Golongan V (Label Hitam). Penderita meninggal dunia
9
Komunikasi terapeutik juga bisa diterapkan di lokasi bencana.
Mengingat banyaknya beban yang dipendam oleh para korban, maka
sentuhan kejiwaan melalui komunikasi terapeutik dapat dilakukan
sekaligus menerapkan ilmu yang telah ditimba di kampus. Explore
feeling dapat dilakukan supaya Tindakan kreatif lain seperti personal
coaching, grup therapy, SEFT (spiritual and emotional freedom
technique), dan jenis terapi lainnya.
b. Perawat dapat membuat komunitas untuk sharing dan berbagi
informasi baik formal maupun informal. Tujuannya adalah supaya
informasi kebencanaan yang dimiliki dapat diketahui juga oleh
masyarakat.
c. Membantu dalam penanganan pada pasien yang mengalami penyakit
menular
3. Peran perawat pada fase postimpact
Bencana tsunami pasti memberikan bekas khusus pada keadaan fisik
dan psikologis serta kehidupan sosial masyarakat yang mengalami
bencana tersebut. Selama masa perubahan dan penyesuaian dengan
kehidupan baru sebagai dampak dari bencana tsunami tersebut perawat
dapat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal
dengan memberikan dorongan moril dan memberikan pendapat yang
positif setelah terjadi bencana. Dan memberikan semangat untuk
menjalani kehidupan kepada korban yang mengalami kecacatan fisik
akibat bencana.
4. Jenis Kegiatan Siaga Bencana
Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan
pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal
yang menjadi perhatian penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa
dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap bencana:
10
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para
relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu
adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil
dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun
tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan
bersama perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di
tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai
dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan
profesi keperawatan.
b. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai
bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain
sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh
perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko
bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini
adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi
para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan
bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
c. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa
berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat.
Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang
sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan
mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam
penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental
yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya
bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan
11
keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak,
cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka
kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada
masa bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain,
dimana anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu,
dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri mereka akan kembali
seperti sedia kala.
d. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta
benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang
patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa
menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas
dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat
melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan
yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang
harus dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:
1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan
bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut
perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen
masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati
12
dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana.
Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu
meringankan beban penderitaan korban bencana.
3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal
yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat
bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan
dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia.
Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk
mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam.
Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan
medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak.
Oleh karena itu, perawat harus mengerti konsep siaga bencana.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi
kapan datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan
menimbulkan kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya
pertolongan melalui tindakan tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh
perawat, maupun unit instalansi-instalansi yang lain.
3.2 SARAN
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam
melakukan kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu
memiliki kemampuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan
melalui aksi siaga bencana.
14
DAFTAR PUSTAKA
15