Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lansia
adalah orang yang berusia diatas 60 tahun yang mengalami proses menua. Dimana
proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun
sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa pada lansia
(Depkes RI,1992).
Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran.
Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan
sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa
kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami
dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti
penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang
memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad
berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang
berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan , penolakan, dan
keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan
demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
(James C. Chalhoun, 1995)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
 Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
 Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
 Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
 Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang
berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok
bagi kehidupannya sehari-hari. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum
dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan
orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang
berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut
menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun
demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang
untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini
digunakan batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia.

1.1.2 Teori Penuaan


1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam
biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses
penuaan. Tiap spesies didalam nukleusnya mempunyai suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.

b. Teori Non Genetik


1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan molekul, fragmen molekul atau dengan
elektron bebas tak berpasangan untuk organisme aerobik radikal
bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi. Radikal bebas ini
sangat merusak karena sangat aktif sehingga dapat terikat dengan
moekul dan mengubah fungsi molekul tersebut. Radikal bebas
juga sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel dan dengan
gugus SH. Radikal bebas yang tidak terikat merusak dan
mengganggu fungsi sel dan dapat menimbulkan penyakit
degenerative dan mempercepat penuaan. Namun enzim tertentu
bisa menangkal radikal bebas seperti superoxide dismentase,
haem, glutation peroksidase, juga senyawa non enzimatik sperti
vitamin C, provit A, vitamin E, walaupun telah ada system
penangkal masih ada radikal bebas tetap lolos. Bahkan makin
lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga
proses perusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama
makin banyak sel mati.

2) Teori Menua Akibat Metabolisme


Berkurangnya intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan
intake kalori tersebut antara lain disebabkan menurunnya salah
satu/beberapa proses metabolisme sehingga terjadi penurunan
hormon yang merangsang proliferasi sel seperti insulin dan
hormon pertumbuhan.

3) Teori Dipakai dan Aus


Setelah menginjak usia dewasa, sel dan jaringan tidak tumbuh lagi.
Selanjutnya terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang
sering dipakai. Bila tidak ada perbaikan atau pergantian sel atau
jaringan maka proses tersebut diakhiri dengan kematian.

c. Teori Fisiologis
1) Teori Organ Tunggal
Penuaan terjadi akibat deferiorasi progresif pembuluh darah
karena aterosklerosis. Penuaan terjadi akibat kegagalan fungsi
kelenjar tiroid sehingga terjadi perlambatan proses metabolisme.

2) Teori Adaptasi & Stress


Penuaan sebagai efek kumulatif dari berbagai stress sepanjang
hidup yang tidak sepenuhnya teratasi dan meninggalkan residual
(sisa).

3) Teori Imunologik
Kemampuan respon imun setiap orang berbeda dan perbedaan ini
diperbesar bila mereka menjadi tua, karena proses penuaan
menimbulkan abnormalitas system imun yang member konstribusi
pada sebagian besar penyakit, baik akut maupun kronis pada
lansia.

1.1.3 Proses aging


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua (Nugroho, 2000). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan –
perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus.
Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka
timbullah berbagai masalah.Berikut perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
:

a. Perubahan-perubahan Fisiologis (Watson Roger, 2003)

1. Keadaan Umum
Penurunan secara progresif proses fisiologis akibat keseimbangan yang
mudah rusak dan gangguan mempertahankan homeostatis. Adanya stressor
fisik dan emosi menyebabkan lansia mudah terserang penyakit karena
penurunan fungsi fisiologis. Lansia lebih banyak menggunakan istirahat
daripada beraktifitas.

2. Integumen
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b.Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
3. Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram
dan menjadi tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
4. Neurologik
Lensa kehilangan elastisitas, gerak mata menurun, pendegaran menurun,
perubahan keseimbangan dan ekulibrum, penurunan sensasi rasa,
penurunan persepsi bau, jumlah nerves ending menurun.

5. Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk
atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.

6. Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah

7. Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.

8. Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.

9. Perkemihan.
a. sirkulasi ginjal menurun
b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

10. Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate),
dan menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
b. Perubahan Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
 Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
 Kesehatan umum
 Tingkat pendidikan
 Keturunan (Hereditas)
 Lingkungan

Kenangan (Memory).
 Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
 Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion).
 Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
 Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.

c. Perubahan Psikososial ( Nugroho, 2000)

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas


dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
 Kehilangan finansial (income berkurang).
 Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya).
 Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
 Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)


c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

d. Perubahan Spiritual (Nugroho, 2000)


1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. (Maslow,
1970)
2. Lansia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zetner,1970)
3. Perkembangan Spiritual pada usia 70 tahun adalah universal, perkembangan
yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan (Folwer, 1978)
II. Konsep Dasar Rheumatoid Artritis
A. Definisi
Penyakit Reumathoid arthritis adalah penyakit inflamasi non-
bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai
sendi serta jaringan ikat sendi secarasimetris. Reumatoid arthritis adalah
gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2001).
Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rheumatoid artritis (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas,
dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)

B . Etiologi
Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor
system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, Rheumatoid artritis diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma
atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderita.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita
rheumatoid arthritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat yang bersamaan, oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis
yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam.
2. Poliarthritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi -
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi -sendi
interfalangs distal.
3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generalisasi tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Hal ini berbeda
dengan kekakuan pada osteoartritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Arthritis erosif, peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi
ditepi tulang.
5. Deformitas,kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan
perjalanan penyakit. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
6. Nodul-nodul rheumatoid, biasanya pada sendi siku atau disepanjang
permukaan ekstensor dari lengan. Adanya nodula-nodula ini
biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
7. Manifestasi ekstra artikular, rheumatoid juga menyerang jantung,
paru-paru, mata dan pembuluh darah dapat rusak. (Price & wilson,
1995)

Manifestasi Ekstra-artikular dari Rheumatoid Arthritis


Kulit Nodula subkutan
Vaskulitis, menyebabkan bercak-bercak coklat
Lesi-lesi ekimotik
Jantung Perikarditis
Tamponade perkardium (jarang)
Lesi peradangan pada miokardium dan katup jantung
Paru-paru Pleuritis dengan atau tanpa efusi
Peradangan paru-paru
Mata Skleritis
Sistem saraf Neuropati perifer
Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom
terowongan karpal, neuropati saraf ulnaris, paralisis
peronealis, dan abnormalitas vertebra servikal.
Sistemik Anemia (sering)
Osteoporosis generalisata
Sindrom Felty
Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitissika)
Amiloidosis (jarang)

2.2.4 WOC (Terlampir)

2.2.5. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servi kal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.2.6. KRITERIA DIAGNOSTIK


Kriteria diagnostik Rheumatoid artritisadalah terdapat poli - arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki
serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan
nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA)
adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
pada satu sendi.
3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan)
pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :


a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan
berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes serologi
· Sedimentasi eritrosit meningkat
·Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
· Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
·Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
·Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
3. Aspirasi sendi
·Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

2.2.7. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,


mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan
fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain
:
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi
inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat
destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses
autoimun.
2 . Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu
dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
3 . Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic
dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif daripada
kompres dingin.
4 . Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
dalam minyak ikan.

5 . Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai
tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk
menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

A. Anamnesa

a. Identitas : meliputi nama, umur, jenis kelamin. Pada kasus RA


biasanya terjadi pada usia 25-50 tahun, insiden puncak
pada usia 40-60 tahun
b. Keluhan utama : terdapat kekakuan yang biasanya terjadi pada pagi hari.
c. Riwayat penyakit sekarang : gampang lelah, anoreksia, BB menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga :-
e. Pola aktivitas dan istirahat : ditemukan nyeri sendi karena gerakan,
nyeri tekan, dan kekakuan pada pagi hari.
f. Pola nutrisi : penurunan nafsu makan dan berat badan

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Tingkat Kesadaran : Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma
Tanda-Tanda Vital : Puls = Temp= RR= Tensi=
1. Kepala : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
2. Mata, Telinga, Hidung: Pada
umumnya tidak akan tampak perubahan
3. Leher : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
4. Dada & Punggung : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
5. Abdomen & Pinggang: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
6. Ekstremitas Atas & Bawah : kerusakan dari struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran
sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher
angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama
dalam melakukan gerakan ekstensi.
7. Sistem Immune : biasanya terjadi penurunan.
8. Genetalia : Pada umumnya tidak akan tampak
perubahan
9. Sistem Reproduksi : Pada umumnya tidak akan tampak
perubahan
10. Sistem Persyarafan : Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan. Pembengkakan
sendi simetris.
11. Sistem Pengecapan : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
12. Sistem Penciuman : Pada umumnya tidak akan tampak perubahan
13. Tactil Respon : biasanya terjadi penurunan

C. Status Kognitif/Afektif/Sosial

1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

2. Mini-Mental State Exam (MMSE)

3. Inventaris Depresi Beck

4. APGAR Keluarga

INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)
========================================================

Nama Klien : ………………………. Tanggal :…………………


Jenis Kelamin : L / P Umur : ……tahun TB / BB: Cm / Kg

Agama : ……………. Suku : ………………… Gol Darah :

Tahun Pendidikan : …………SD, ………..SLTP, ………..SLTA, …….….PT

Alamat : ……………………………………………………………

Skore Kriteria

Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar


kecil, berpakaian dan mandi.
A

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu


dari fungsi tersebut.
B

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi dan satu fungsi tambahan.
C

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
D

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
E

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
F
tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat


diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
Lain-Lain

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ )

(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula.)

==========================================================

Skore

+ - No. Pertanyaan Jawaban

1. Tanggal berapa hari ini? Hari Tgl Th.

2. Hari apa sekarang ini ?

3. Apa nama tempat ini ?

4. Berapa nomor telepon Anda ?

4.a. Dimana alamat Anda ?

(tanyakan bila tidak memiliki telepon)

5. Berapa umur Anda ?

6. Kapan Anda lahir ?

7. Siapa presiden Indonesia sekarang ?


8. Siapa presiden sebelumnya ?

9. Siapa nama kecil ibu Anda ?

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3


dari setiap angka baru, semua secara menurun
?

Jumlah kesalahan total

Keterangan :

1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan intelektual Ringan

3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan intelektual Sedang

4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan intelektual Berat

MINI - MENTAL STATE EXAM ( MMSE )

(Menguji Aspek – Aspek Kognitif dari Fungsi Mental)


==========================================================

Nilai

Maksimum Pasien Pertanyaan

Orientasi

5 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang) ?


5 Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah -
sakit) (lantai) ?

Registrasi

3 Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing.


Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah
mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang
benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya.
Jumlahkan percobaan dan catat.

Percobaan : ………..

Perhatian dan
Kalkulasi

5 Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran.

Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke


belakang.

Mengingat

3 Minta untuk mengulang ketiga objek diatas.

Berikan 1 poinuntuk setiap kebenaran.

Bahasa

9 Nama pensil dan melihat ( 2 poin )

Mengulang hal berikut : “Tak ada jika, dan, atau tetapi”(


1poin )
Nilai Total

Kaji Tingkat Kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis Apatis Sumnolen Suporus


Coma

Keterangan :

Nilai maksimal 30, Nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut

APGAR KELUARGA

Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial

No Uraian Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga


(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
Adaptation
sesuatu menyusahkan saya.

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
Partnership
masalah dengan saya.
3. Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
Growth
melakukan aktivitas atau arah baru.

4. Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) saya


mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-
Affection
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.

5. Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya


menyediakan waktu bersama-sama.
Resolve

Penilaian :

Pertanyaan – pertanyaan yang dijawab ;

 Selalu : skore 2
 Kadang – kadang : skore 1
Total
 Hampir tidak pernah : skore 0

Dari : Smilkstein G : 1982


3.2 ANALISA DATA

Data Interprestasi Masalah


No ( Sign / Symptom ) ( Etologi ) ( Problem )
1. Keluhan Agen pencedera (virus, Nyeri Akut atau Kronis
nyeri,ketidaknyamanan, bakteri)
kelelahan ↓
Menginfeksi sendi

Merusak lapisan sendi
(membrane sinovium)

Inflamasi sendi

Nyeri

Resiko cidera
2. Kesulitan dalam Kerusakan kartilago dan
malakukan pergerakan tulang

Kelemahan otot

Kesulitan dalam bergerak

Resiko cedera
Gangguan mobilitas
3. Keengganan untuk Deformitas skeletal Fisik
mencoba bergerak/ ↓
ketidakmampuan untuk Membrane sinovium
dengan sendiri bergerak hipertropi
dalam lingkungan fisik. ↓
Membatasi rentang gerak, Menghambat aliran sendi
ketidakseimbangan ↓
koordinasi, penurunan Kekakuan sendi
kekuatan otot/ kontrol dan ↓
massa (tahap lanjut). Gangguan mobilitas fisik
Perubahan fungsi dari
bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri
sendiri, fokus pada
kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Defisit Perawatan
4. Kerusakan musculoskeletal diri
Ketidakmampuan untuk ↓
mengatur kegiatan sehari- Ketidakmampuan mengatur
hari ADL

Keterbatasan pemenuhan
ADL

Defisit perawatan diri Gangguan Citra Tubuh
5. Perubahan kemampuan atau Perubahan
Perubahan pada gaya untuk melakukan tugas Penampilan Peran
hidup/ kemapuan fisik ↓
untuk melanjutkan peran, Perubahan gaya hidup
kehilangan pekerjaan, ↓
ketergantungan pada orang Perubahan peran
terdekat. ↓
Perubahan pada Berpikiran negative tentang
keterlibatan sosial; rasa diri sendiri
terisolasi. ↓
Perasaan tidak berdaya, Gangguan body image
putus asa.
Kurang Pengetahuan
6. Gangguan dalam mengingat Mengenai Penyakit,
Pertanyaan/ permintaan ↓ Prognosis, Dan
informasi, pernyataan Kurang informasi mengenai Kebutuhan
kesalahan konsep. penyakit Pengobatan.
Tidak tepat mengikuti ↓
instruksi/ terjadinya Kurang pengetahuan
komplikasi yang dapat
dicegah.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut atau Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan
otot.
3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri,
ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut/ Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan : Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang
Kriteria hasil : - Menyebutkan nyeri mereda
- Skala nyeri rendah
- Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah sendi
ekstremitas
Intervensi dan Rasional:
a. Intervensi : Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
Rasional: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
b. Intervensi : Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan
Rasional : Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri.
c. Intervensi : Tempatkan / pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi
d. Intervensi : Motivasi klien untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah,
hindari gerakan yang menyentak.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
e. Intervensi : Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
f. Intervensi : Berikan masase yang lembut
Rasional : meningkatkan relaksasi atau mengurangi nyeri
g. Intervensi : motivasi klien dalam penggunaan teknik manajemen stres, misalnya
relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi,
pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping
h. Intervensi : Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
i. Intervensi : Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
Rasional : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot atau spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
j. Intervensi : Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
Rasional : sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
k. Intervensi : Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut

2. 2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan


otot.
Tujuan : Klien menyatakan cidera lebih sedikit dan rasa takut cidera
berkurang

Kriteria hasil : - Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko


cidera
- Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan
pengamanan untuk mencegah cidera.
- Meningkatkan aktivitas harian bila memungkinkan
Intervensi dan Rasional :
a. Intervensi : Observasi keadaan klien setiap 30 menit
Rasional : Memberikan informasi kepada perawat untuk mengetahui keadaan
klien
b. Intervensi : Berikan nasehat kepada keluarga klien untuk mendampingi klien
Rasional : Dampingan keluarga lebih memberikan rasa aman kepada klien
daripada perawat karena keluarga lebih lama berada disisi klien.
c. Intervensi : Modifikasi lingkungan klien dari bahaya yang memicu klien untuk
cidera.
Rasional : Penataan atau modifikasi lingkungan yang aman dapat
menghindarkan klien dari resiko cidera
k. Intervensi : Berikan posisi yang nyaman pada klien
Rasional : Pemberian posisi yang nyaman pada klien dapat mnurangi pasien
gelisah dan sering bergerak.
l. Intervensi : Ajarkan klien untuk mnggerakkan persendian atau latihan otot
ringan
Rasional : Latihan menggerakkan otot dapat melemaskan otot dan menguatkan
otot sehingga otot tidak kaku dan klien dapat terhindar dari cidera
sdikit demi sedikit.
m. Intervensi : Dekatkan barang-barang klien dengan klien
Rasional : Meletakkan barang-barang klien dekat dengan klien memudahkan
klien menjangkau barang tersebut sehingga klien terhindar dari
resiko cidera.

3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan


Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Tujuan : Individu melaporkan dapat menggerakkan ekstremitasnya
Kriteria hasil : - Memperlihatkan penggunaan alat-alat untuk
meningkatkan mobilitas
- Menunjukkan tindakan yang memperlihatkan
peningkatam mobilitas
Intervensi dan Rasional:
a. Intervensi : Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit
pada sendi
Rasional : Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau
resolusi dari peoses inflamasi
b. Intervensi : Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
c. Intervensi : Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga latihan
resistif dan isometris jika memungkinkan
Rasional : Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi
d. Intervensi : Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze
Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi
kulit
e. Intervensi : Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat,
brace
Rasional : Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor
f. Intervensi : Gunakan bantal kecil atau tipis di bawah leher
Rasional : Mencegah fleksi leher
g. Intervensi : Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
h. Intervensi : Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi
roda.
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan atau jatuh
i. Intervensi : Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi tentang program latihan.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan atau aktivitas
yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasikan alat
j. Intervensi : Berikan matras busa atau pengubah tekanan.
Rasional : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas
k. Intervensi : Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Rasional : Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Doenges E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Evelin. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Leeckenotte.A.G.(1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client
Care, hal.1248
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta
Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai