Benturan kepentingan adalah situasi dimana terdapat konflik kepentingan seseorang yang memanfaatkan kedudukan dan wewenang yang dimilikinya (baik dengan sengaja maupun tidak sengaja) untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongannya sehinggatugas yang diamanatkan tidak dapat dilaksanakan dengan obyektif dan berpotensi menimbulkan kerugian. 2. Jenis Benturan Kepentingan Beberapa jenis benturan kepentingan antara lain: a. Menerima gratifikasi atau pemberian atau penerimaan hadiah atas suatu keputusan atau jabatannya. b. Menggunakan barang milik negara atau jabatannya untuk kepentingan pribadi atau golongan c. Menggunakan informasi rahasia jabatan untuk kepentingan pribadi atau golongan d. Memberikan akses yang khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya e. Dalam proses pengawasan dan pembinaan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi f. Bekerja diluar pekerjaan pokoknya secara melawan hukum g. Memberikan informasi yang lebih dari yang ditentukan, keistimewaan maupun peluang dengan cara melawan hukum bagi calon penyedia barang atau jasa h. Kebijakan dari pegawai yang berpihak akibat pengaruh, hubungan dekat, ketergantungan, atau pemberian gratifikasi i. Pemberian ijin atau persetujuan dari pegawai yang diskriminatif j. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/ pengaruh dari pegawai lainnya k. Pemilihan rekan kerja oleh pegawai berdasarkan keputusan yang tidak profesional l. Melakukan komersialisasi pelayanan public m. Melakukan pengawasan tidak sesuai norma, standard an prosedur yang telah ditetapkan karena adanya pengaruh atau harapan dari pihak yang diawasi n. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai o. Menjadi bawahan daripihak yang dinilai. 3. Sumber Benturan Kepentingan a. Penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan b. Perangkapan jabatan, yaitu pegawai menduduki dua atau lebih jabatan public sehingga tidak bisa menjalankan jabatanya secara professional, independen dan akuntabel selain yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan c. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh pegawai dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya d. Gratifikasi, yaitu pemberin dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya e. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan pegawai yang disebabkan karena struktur dan budaya organisasi yang ada f. Kepentingan pribadi, yaitu keinginan atau kebutuhan pegawaai mengenai suatu hal yang bersifat pribadi. 4. Prinsip Dasar a. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setiap pegawai dilingkungan Kementerian Perhubungan diwajibkan: 1) Mendasarkan pada peraturan perundang-undangan, kebijakan dan standar operating procedure (SOP) yang berlaku 2) Mendasarkan pada profesionalitas, integritas, objektivitas, independensi, transparansi dan tanggung jawab 3) Tidak memasukan unsur kepentingan pribadi dan golongan 4) Tidak dipengaruhi hubungan aliansi 5) Menciptakan dan membina budaya organisasi yang tidaktoleran terhadap benturan kepentingan. b. Setiap pegawai dilingkungan Kementerian Perhubungan harus menghindarkan diri dari sikap, perilaku dan tindakan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan. c. Setiap terjadi benturan kepentingan, maka pegawai diwajibkan: 1) Mengungkapkan kejadian atau keadaan benturan kepentingan yang dialami atau diketahui kepada pemberi tugas atau atasan langsung atau kepala unit kerja 2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait 3) Mengundurkan diri dari penugasan terkait. d. Pimpinan unit kerja dan aatasan langsung harus mengendalikan dan menangani benturan kepentingan secara memadai. 5. Pencegahan Terjadinya Benturan Kepentingan Dalam rangka mencegah terjadinya situasi benturan kepentingan, maka setiap pegawai kementerian komunikasi informastika dilarang: a. Ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi terjadinya benturan kepentingan b. Memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa pada keluarga, kerabat, kelompok atau pihak lain atas beban APBN c. Memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki benturan kpentingan, kecuali sesuai dengan ketentuaan perundang-undangan d. Melakukan transaksi atau menggunakan harta atau asset barang milik negara untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan e. Menerima, memberi, menjanjikan hadiahatau hiburan dalam bentuk apapu yang berkaitan dengan kedudukannya, termasuk dalam rangka hari raya keagamaan atau acaralainnya f. Mengijinkan mitra usaha atau pihak ketiga memberika sesuatu dalam bentuk apapun kepada pegawai kemeterian komunikasi dan informatika g. Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi atau bukan haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan atau hal-hal yang dapat menimbulkan potensi benturan kepentingan h. Bersikap diskriminatif dan tidak adilserta melakukan kolusi untuk menenangkan satu atau beberapa pihak dalam pelaksanaan pengadaan barang atau jasa dilingkungan kemeterian komunikasi dan informatika i. Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam kegiatan pengadaan barang atau jasa dilingkungan kementerian komunikasi dan informatika, yang pada saat dilaksanakanperbuatan untuk seluruhdan sebagian yang bersangkutan sedang ditugaskan untuk melaksanakan pengurusan dan pengawasan terhadap kegiatan yang sama. 6. Penanganan Benturan Kepentingan a. Pada prinsipnya seluruh pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus menghindarkan diri dari sikap, perilaku, dan tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan b. Dalam pengambilan keputusan atau tindakan terkait tugas dan fungsinya itu, pegawai harus mendasarkan diri pada: 1) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku 2) Kode etik pegawai 3) Profesionalitas, integritas, obyektifitas, independensi, transparansi, responsibilitas 4) Prinsip-prinsip pelayanan prima 5) Tidak memasukan unsur golongan prima 6) Tidak dipengaruhhi hubungan aliansi. c. Dalam hal pegawai terlibat ataumemiliki potensi untuk terlibat secara langsung dalam situasi benturan kepentingan, maka pegawai yang bersangkutan wajib melaporkan kepada atasan langsung dengan mencantumkan identitas jelas pelapor dan melampirkan bukti-bukti terkait d. Pegawai atau pihak-pihak lainnya yang tidak memiliki keterlibatan secara langsung, namun mengetahui adanya potensi benturan kepentingan, dapat melaporkan melalui “Sistem Pelaporan Pengaduan Orang dalam /Whistle Blowing System”. e. Apabila pegawai berada dalam situasi benturan kepentingan, maka untuk mencegah terjadinya tindakan yang mengarah kepada penyimpangan, pegawai tersebut dapat melakukan beberapa tindakan berikut: 1) Pengurangan (divestasi) kepentingan pribadi 2) Penarikan diri (recusal) dari proses pengambilan keputusan 3) Membatasi akses informasi 4) Mutasi 5) Pengalihan tugas dan tanggung jawab 6) Pengunduran diri dari jabatan. 7. Langkah Tindak Lanjut a. Untuk melaksanakan pedoman penanganan benturan kepentinngan secara efektif seluruh pimpinan unit kerja wajib melakukan identifikasi terhadap potensi adanya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dilingkungan unit kerjanya b. Selanjutnya pimpinan unit kerja menyusun strategi penanganan benturan kepentingan di lingkungan unit kerja nya dengan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dank ode etik pegawai kementerian komunikasi dan informatika, serta mempertimbangkan karakteristik pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja c. Seluruh ketentuan dan kebijakan terkait penanganan benturan kepentingan ini agar disosialisasikan kepada seluruh pegawai dilingkungan unit kerja masing- masing. 8. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan ketentuan dan kebijakan mengenai penangan benturan kepentingan perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala untuk menjaga agar tetap efektif dan relevan dengan lingkungan yang terus berubah.