Anda di halaman 1dari 6

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

1. Pengertian Benturan Kepentingan


Benturan kepentingan adalah situasi dimana terdapat konflik kepentingan
seseorang yang memanfaatkan kedudukan dan wewenang yang dimilikinya (baik
dengan sengaja maupun tidak sengaja) untuk kepentingan pribadi, keluarga atau
golongannya sehinggatugas yang diamanatkan tidak dapat dilaksanakan dengan
obyektif dan berpotensi menimbulkan kerugian.
2. Jenis Benturan Kepentingan
Beberapa jenis benturan kepentingan antara lain:
a. Menerima gratifikasi atau pemberian atau penerimaan hadiah atas suatu
keputusan atau jabatannya.
b. Menggunakan barang milik negara atau jabatannya untuk kepentingan pribadi
atau golongan
c. Menggunakan informasi rahasia jabatan untuk kepentingan pribadi atau
golongan
d. Memberikan akses yang khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti
prosedur yang seharusnya
e. Dalam proses pengawasan dan pembinaan tidak mengikuti prosedur karena
adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi
f. Bekerja diluar pekerjaan pokoknya secara melawan hukum
g. Memberikan informasi yang lebih dari yang ditentukan, keistimewaan
maupun peluang dengan cara melawan hukum bagi calon penyedia barang
atau jasa
h. Kebijakan dari pegawai yang berpihak akibat pengaruh, hubungan dekat,
ketergantungan, atau pemberian gratifikasi
i. Pemberian ijin atau persetujuan dari pegawai yang diskriminatif
j. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/
pengaruh dari pegawai lainnya
k. Pemilihan rekan kerja oleh pegawai berdasarkan keputusan yang tidak
profesional
l. Melakukan komersialisasi pelayanan public
m. Melakukan pengawasan tidak sesuai norma, standard an prosedur yang telah
ditetapkan karena adanya pengaruh atau harapan dari pihak yang diawasi
n. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang
dinilai
o. Menjadi bawahan daripihak yang dinilai.
3. Sumber Benturan Kepentingan
a. Penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan
yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan
b. Perangkapan jabatan, yaitu pegawai menduduki dua atau lebih jabatan public
sehingga tidak bisa menjalankan jabatanya secara professional, independen
dan akuntabel selain yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
c. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh pegawai dengan pihak
tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun
hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya
d. Gratifikasi, yaitu pemberin dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang,
rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya
e. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi
pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan pegawai yang disebabkan karena
struktur dan budaya organisasi yang ada
f. Kepentingan pribadi, yaitu keinginan atau kebutuhan pegawaai mengenai
suatu hal yang bersifat pribadi.
4. Prinsip Dasar
a. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setiap pegawai dilingkungan
Kementerian Perhubungan diwajibkan:
1) Mendasarkan pada peraturan perundang-undangan, kebijakan dan standar
operating procedure (SOP) yang berlaku
2) Mendasarkan pada profesionalitas, integritas, objektivitas, independensi,
transparansi dan tanggung jawab
3) Tidak memasukan unsur kepentingan pribadi dan golongan
4) Tidak dipengaruhi hubungan aliansi
5) Menciptakan dan membina budaya organisasi yang tidaktoleran terhadap
benturan kepentingan.
b. Setiap pegawai dilingkungan Kementerian Perhubungan harus menghindarkan
diri dari sikap, perilaku dan tindakan yang dapat mengakibatkan benturan
kepentingan.
c. Setiap terjadi benturan kepentingan, maka pegawai diwajibkan:
1) Mengungkapkan kejadian atau keadaan benturan kepentingan yang
dialami atau diketahui kepada pemberi tugas atau atasan langsung atau
kepala unit kerja
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait
3) Mengundurkan diri dari penugasan terkait.
d. Pimpinan unit kerja dan aatasan langsung harus mengendalikan dan
menangani benturan kepentingan secara memadai.
5. Pencegahan Terjadinya Benturan Kepentingan
Dalam rangka mencegah terjadinya situasi benturan kepentingan, maka setiap
pegawai kementerian komunikasi informastika dilarang:
a. Ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi terjadinya
benturan kepentingan
b. Memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa pada keluarga,
kerabat, kelompok atau pihak lain atas beban APBN
c. Memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki benturan kpentingan,
kecuali sesuai dengan ketentuaan perundang-undangan
d. Melakukan transaksi atau menggunakan harta atau asset barang milik negara
untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan
e. Menerima, memberi, menjanjikan hadiahatau hiburan dalam bentuk apapu
yang berkaitan dengan kedudukannya, termasuk dalam rangka hari raya
keagamaan atau acaralainnya
f. Mengijinkan mitra usaha atau pihak ketiga memberika sesuatu dalam bentuk
apapun kepada pegawai kemeterian komunikasi dan informatika
g. Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi atau bukan
haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan atau hal-hal yang dapat
menimbulkan potensi benturan kepentingan
h. Bersikap diskriminatif dan tidak adilserta melakukan kolusi untuk
menenangkan satu atau beberapa pihak dalam pelaksanaan pengadaan barang
atau jasa dilingkungan kemeterian komunikasi dan informatika
i. Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
kegiatan pengadaan barang atau jasa dilingkungan kementerian komunikasi
dan informatika, yang pada saat dilaksanakanperbuatan untuk seluruhdan
sebagian yang bersangkutan sedang ditugaskan untuk melaksanakan
pengurusan dan pengawasan terhadap kegiatan yang sama.
6. Penanganan Benturan Kepentingan
a. Pada prinsipnya seluruh pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
harus menghindarkan diri dari sikap, perilaku, dan tindakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya benturan kepentingan
b. Dalam pengambilan keputusan atau tindakan terkait tugas dan fungsinya itu,
pegawai harus mendasarkan diri pada:
1) Peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku
2) Kode etik pegawai
3) Profesionalitas, integritas, obyektifitas, independensi, transparansi,
responsibilitas
4) Prinsip-prinsip pelayanan prima
5) Tidak memasukan unsur golongan prima
6) Tidak dipengaruhhi hubungan aliansi.
c. Dalam hal pegawai terlibat ataumemiliki potensi untuk terlibat secara
langsung dalam situasi benturan kepentingan, maka pegawai yang
bersangkutan wajib melaporkan kepada atasan langsung dengan
mencantumkan identitas jelas pelapor dan melampirkan bukti-bukti terkait
d. Pegawai atau pihak-pihak lainnya yang tidak memiliki keterlibatan secara
langsung, namun mengetahui adanya potensi benturan kepentingan, dapat
melaporkan melalui “Sistem Pelaporan Pengaduan Orang dalam /Whistle
Blowing System”.
e. Apabila pegawai berada dalam situasi benturan kepentingan, maka untuk
mencegah terjadinya tindakan yang mengarah kepada penyimpangan, pegawai
tersebut dapat melakukan beberapa tindakan berikut:
1) Pengurangan (divestasi) kepentingan pribadi
2) Penarikan diri (recusal) dari proses pengambilan keputusan
3) Membatasi akses informasi
4) Mutasi
5) Pengalihan tugas dan tanggung jawab
6) Pengunduran diri dari jabatan.
7. Langkah Tindak Lanjut
a. Untuk melaksanakan pedoman penanganan benturan kepentinngan secara
efektif seluruh pimpinan unit kerja wajib melakukan identifikasi terhadap
potensi adanya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
dilingkungan unit kerjanya
b. Selanjutnya pimpinan unit kerja menyusun strategi penanganan benturan
kepentingan di lingkungan unit kerja nya dengan mengacu pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dank ode etik pegawai kementerian
komunikasi dan informatika, serta mempertimbangkan karakteristik
pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja
c. Seluruh ketentuan dan kebijakan terkait penanganan benturan kepentingan ini
agar disosialisasikan kepada seluruh pegawai dilingkungan unit kerja masing-
masing.
8. Pemantauan dan Evaluasi
Pelaksanaan ketentuan dan kebijakan mengenai penangan benturan
kepentingan perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala untuk menjaga agar
tetap efektif dan relevan dengan lingkungan yang terus berubah.

Anda mungkin juga menyukai