1.Definisi Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu : 1.Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki. 2.Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3.Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. 4.Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki. 5.Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. 6.Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. 2.Tahap – tahap Perkembangan Remaja Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja: A.Remaja awal (early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan - perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih- lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa. B.Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan- kawan. C.Remaja akhir (late adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang- orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa(rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu: A.Masa remaja awal (10-12 tahun) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. Tampak dan merasa ingin bebas. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak). B.Masa remaja tengah (13-15 tahun) Tampak dan ingin mencari identitas diri. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. Timbul perasaan cinta yang mendalam. C.Masa remaja akhir (16-19 tahun) Menampakkan pengungkapan keebasan diri. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. Dapat mewujudkan perasaan cinta. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. 3.Karakteristik Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini: 1.Transisi Biologis Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinyaalat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. 2.Transisi Kognitif Pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. 3.Transisi Sosial pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial- emosional dalam perkembangan remaja. 4.Pendorong Masa remaja merupakan masa dimana remaja ingin mengetahui dan mencoba segala halbaik positif maupun negatif. Peran orang tua sangat penting di masa ini , agar anak bisamenempatkan dirinya ke tempat dimana semestinya dia tempati. Peran orang tuasangatlah penting bagi perlindungan remaja terhadap pergaulan bebas, karena orang tua merupakan orang pertama yang mendidik anak mereka dari mulai dini hingga dewasa. Jadi orang tua berhak memberikan perlindungan terhadap anak dengan cara mendidik dengan pendidikan yang baik dan mengarahkan anak agar tidak terjerumus pergaulan bebas yang akan dihadapi anak mereka saat remaja nanti, serta orang tua harus memberi pengertian tentang pergaulan bebas dan dampak buruk yang akan dialaminya apabila ia terjerumus dalam pergaulan bebas sehingga saat remaja, dia tidak akan terjerumus karena telah mengetahui dampak buruk dari perbuatan tersebut. Peran orang tua sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak remajanya. Jika orang tua selalu memaksakan kehendaknya, anak remaja akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri secara dewasa. Akibatnya mereka akan bertumbuh menjadi remaja yang secara emosional tidak dewasa, tergantung, dan terombang-ambing. Jika orang tua memberikan perlindungan yang berlebihan, terdapat kecenderungan anak remajanya, akan kehilangan indepedensinya. Sebaliknya jika orang tua terlalu memberikan kebebasan, anak remajanya akan bertumbuh menjadi generasi “hura-hura,” tanpa tujuan hidup yang jelas. Sebagai orang tua harus tahu jadwal kegiatan sang anak bila ada waktu kosong berilah sang anak less tambahan atau less bakat yang dimilikinya kemudian ajaklah anak-anak berlibur diakhir pekan supaya pemikiran lebih fresh. 5.Hambatan Banyak hambatan yang terjadi dalam komunikasi pada remaja antara lain : 1.Sikap Defensif Sederhananya, defensif memiliki makna bertahan. Sikap ini biasanya akan muncul ketika seseorang berlaku tidak jujur, menyembunyikan sesuatu, tidak menerima, dan kehilangan sikap empati terhadap lawan bicara. Orang yang defensif selalu mengalami hambatan dalam komunikasi karena dalam berkomunikasi cenderung untuk lebih banyak bertahan dan melindungi diri daripada berusaha memahami pesan yang disampaikan orang lain. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang berlaku defensif, baik yang bersifat situasional, misalnya perilaku komunikasi orang lain yang terlalu agresif, maupun yang bersifat personal, seperti sikap rendah diri, ketakutan, kecemasan, pengalaman yang buruk, dan sebagainya. 2.Sikap yang Tertutup Hambatan dalam komunikasi interpersonal akan terjadi apabila satu pihak atau kedua pihak yang berkomunikasi tidak saling terbuka. Sikap ini akan timbul ketikaseseorang menilai pesan yang disampaikan orang lain berdasarkan motif pribadinya. Artinya, setiap pesan akan dinilai berdasarkan desakan dari dalam diri yang bersangkutan, misalkan karena merasa diri benar dan orang lain salah, merasa berkuasa atau ingin berkuasa, ingin bertahan dalam zona nyaman, egois, karena keyakinan, dan sebagainya. Pak Fulan, sebagaiman dalam kisah di atas, terlihat sangat tertutup dan kaku kepada istrinya karena ia merasa berkuasa dan tidak layak diperintah ini dan itu. Sekarang coba Anda bayangkan, satu faktor saja sudah menjadi hambatan dalam komunikasi, bagaimana jika ketiganya bergabung? Ternyata, bergabungnya tiga sikap ini dalam proses komunikasi akan melahirkan sikap saling tidak mengerti, tidak menghargai, dan pada akhirnya akan menghancurkan hubungan interpersonal. Selain hambatan dalam komunikasi yang telah dijelaskan di atas, seperti yang diungkapkan Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, lalu A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001),masih ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, di antaranya sebagai berikut. Mendengar; Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar. Mengabaikan dan menilai sumber informasi; Kita cenderung mengabaikan informasi yang diutarakan oleh seorang anak kecil. Persepsi yang berbeda; perbedaan persepsi antara si pemberi pesan dengan penerima pesan akan menghambat komunikasi bahkan melahirkan pertengkaran. Pengaruh emosi; Pada keadaan marah, seseorang sulit menerima informasi. informasi apa pun yang diberikan tidak akan ditanggapinya. Gangguan; Gangguan iini bisa berupa suara yang bising saat berkomunikasi, jarakyang terlalu jauh, dan lain-lain. 3.Tidak Ada Kepercayaan (Trust) Sikap percaya adalah syarat pertama dalam membangun komunikasi yang baik.Ketika kepercayaan itu hilang, hilang pula efektivitas dari sebuah proses komunikasi. Sebagai contoh, ketika kita tidak percaya kepada seorang teman , mungkin karena ia tidak jujur atau kita merasa kalau ia akan berkhianat, biasanya kita pun akan menjaga jarak dengan dia, tidak terlalu membuka diri, berbicara pun hanya seperlunya. Akibatnya, hubungan komunikasi yang terjalin menjadi sangat dangkal dan tidak akrab. 6. Strategi Berkomunikasi dengan Remaja Strategi untuk berkomunikasi dengan remaja memang tidak mudah. Komunikasi, baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pendidikan anak , juga meupakan sumber rangsangan untuk membentuk kepribadian anak.Apabila komunikasi antara perawat dan remaja dapat berlngsung dengan baik , maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima informasi. Sebaliknya apabaila komunikasi ini terputus maka kemungkinan besar kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan. Maka yang harus dilakukan perawat untuk mendapatkan komunikasi yang efektif antara lain : •Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk anak,mendekat dan mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting menumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai. •Mendengar aktif yaitu kemampuan orang tua untuk meguraikan perasaan anakdengan tepat jadi orang tua mengerti perasaan ank, yang dikirim anak lewat bahasa verbal maupun nonverbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif antara lain : menolong anak tidak takut terghadap perasaan (positif – negatif), mengembangkan hubungan ya g sangat erat dengan orang tua, memudahkan anak memecahkan masalahnya, dan meninggkatkan tangungjawab anak. •Komunikasi dengan empatik adalah “berusaha mengerti lebih dauhulu, baru dimengerti”. Dalam mendengarkan empatik, kita sebagai orang tua berusaha masuk kedalam kerangka pikiran dan perasaan anak remaja. Sebagai orang tua, tidak hanya mendengarkan dengan telinga, tapi dengan mata dan hati. 7.Aplikasi Malnutrisi 1. Menjelaskan tentang triguna makanan dan contoh makanan 2. Menjelaskan kecukupan nilai gizi bagi tubuh sesuai usia 3. Memperkenalkan tentang teori Restraint (teori tentang mengontrol makanan/diet) 4. Memperkenalkan tentang macam-macam penyimpangan pola makan sepertianoreksia dan bulimia. 5. Mengajarkan tentang gaya hidup yang sehat dan menyusun menu makanan sehat 6. Mengajarkan pemilihan makanan yang tepat termasuk jika berada di sekolah. 7. Pengukuran tinggi badan dan berat badan secara periodik 8. Program latihan teratur 9. Mengajarkan tentang kesehatan mental. Kehamilan pada remaja 1. Memperkenalkan pada keluarga tentang fase perkembangan remaja dan tugas perkembangan anak remaja. 2. Memperkenalkan pada keluarga tentang tugas perkembangan keluarga dengan anakremaja. 3. Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhipsikologis dan sosial remaja. 4. Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga. 5. Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan sebagai perubahan dalam kehidupan agar dapat bertanggung jawab. 6. Membiasakan komunikasi terbuka. 7. Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggung jawab. 8. Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan. Ketergantungan Obat 1. Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugasyang akan dilaluinya. 2. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga. 3.Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok. 4. Membantu mengenali cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif. 5. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya. 6. Membantu remaja dan keluarga mengenal masalah-masalah ketergantungan zat dan dampaknya. 7. Membantu memilih alternatif rekreasi yang sehat. 8. Pendidikan kesehatan mengatasi manajemen stress. Perilaku Kekerasan 1. Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan dilaluinya. 2. Mengajarkan stimulus kontrol dan manajemen marah yang sederhana pada remaja dan keluarga. 3. Menjelaskan pada keuarga tanda dan gejala remaja yang mengalami perilaku kekerasan. 4. Membantu remaja untuk memunculkan potensi yang dimiliki. 5. Membantu cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif. 6. Membantu cara menyalurkan hobi yang berkaitan dengan penyaluran energi. 8.Contoh Dialog Fase-Fase komunikasi terapeutik 1.Fase Pra-interaksi : -Mengumpulkan data tentang klien -Menyiapkan peralatan yang akan digunakan -Membuat rencana perytemuan dengan klien ( kegiatan waktu dan tempat) -Menganalisa profesional diri dan keterbatasan 2.Orientasi -Memberikan salam dan tersenyum pada klien -Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien -Menyediakan kepercayaan penerimaan, dan komunikasi terbuka -Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan -Mengidentifikasi masalah klien 3.Kerja -Memberi kesempatan klien bertanya -Menanyakan keluhan utama -Memulai kegiatan dengan cara yang baik -Melakukan kegiatan sesuai rencana 4.Terminasi -Menciptakan realitas perpisahan -Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi hasil dan proses -Mengakhiri kegiatan dengan baik CONTOH DIALOG Seorang remaja datang dengan penuh luka di tubuhnya karena terjatuh dari motor yang di sebabkan oleh balapan liar. Setelah di lakukan tindakan UGD dan dipindahkan di ruang perawatan, datanglah seorang perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik. P : ass. . selamat siang dek K : wss. . siang sus P : perkenalkan nama saya suster sitti juleha biasa dipanggil suster leha,klw boleh tau nama adik siapa? K ; oh iya sus nama saya rojali P : Bagaimana keadaan adik sekarang? K : sudah agak baikan sust P : begini dek tujuan saya kesini untuk mengganti perban adik,apakah adik setuju untuk melakukan penggantian perban sekarang? K : setuju suster saya sudah siap kok P : Baiklah kita butuh 10-20 menit untuk menggantik perban adik..baik dik sekarang sudah selesai.. K : ia sust terimakasih banyak P : kalau boleh tau apa yang menyebabkan adik kecelakaan? K : gara-gara balapan liar sust P : kenapa sampai ikut balapan liar. .? K : Maklumlah sus, anak mudah, gaul gitu P : trus dengan keadaan ade yang seperti ini skarang, apakah ade msih ingin balapan liar lagi? K : saya kapok suster, ternyata akibatnya bisa sangat buruk, untung saya tidak meninggal P : kenapa tidak meluangkan waktu untuk membantu oramg tua, kan lebih baik daripada balapan liar? K : saya tidak betah tinggal di rmah sus, soalnya ibu dan ayah saya sering bertengkar, lebih baik saya pergi saja biar tidak stress sus P : ohh bgtu yahh, tapi kalau bisa saya sarankan sebaiknya ade menenangkan orang tua ade, kan ade skarang sudah mulai – mulai beranjak dewasa pasti ade bisa menenagkan mereka K : masalahnya saya tdak tau apa yang harus saya lakukan P : ade menasehati dan bersikap dewasa semampu ade, insyaallah mereka akan tersentuh den akan sadar bahwa tindakan mereka tdak baik untuk perkembangan ade. K : baik sus, nanti akan saya coba lakukan P : baiklah de’ klau begitu saya keruangan dulu yaaahh, kalau ada perlu sesuatu silakan hubungi saya atau suster – suster yang lain. insyaallah Saya besok akan kembali untuk mengganti perban ade’. K : baik suster terima kasih banyak