Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PRAKTIK AKHIR

PENINGKATAN PERILAKU PEMBUDIDAYA PEMBESARAN


IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MELALUI DEMPOND
PEMBESARAN IKAN NILA DENGAN PAKAN TAMBAHAN AZOLLA
DI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :
RAGIL MUHAMMAD PRATAMA PUTRA
NRP. 52166111729

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERIKANAAN


JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Praktik Akhir yang berjudul “Peningkatan Perilaku Pembudidaya
Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Melalui Dempond Pembesaran
Ikan Nila Dengan Pakan Tambahan Azolla Di Kecamtan Cipedes Kota
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Lilis Supenti, S.Pi., MM., M.Si. selaku
pembimbing I dan Ibu Kamsiah, SP., M.Pd selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan proposal ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang


telah membantu khususnya kepada :
1. Ibu Yenni Nuraini S.Pi, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Penyuluhan
Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan
2. Ibu Nayu Nurmalia, S.Pd, M.Si, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan
Perikanan
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktik
Keahlian ini.

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
penulisan dimasa mendatang, semoga proposal ini dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya dan bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

PROPOSAL PRAKTIK AKHIR


KATA PENGANTAR
II. PENDAHULUAN .............................................................................................. 5
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 5

1.2. Tujuan .................................................................................................................... 7

1.3. Rumusan Masalah .................................................................................................. 7

III. DASAR PERENCANAAN ................................................................................ 8


2.1. Kondisi Potensi Wilayah di Kota Tasikmalaya ...................................................... 8

2.2. Kondisi Umum Wilayah Kecamatan Cipedes ........................................................ 8

2.2.1 Kondisi Sumber Daya Alam .......................................................................... 9


2.2.2 Kondisi Sumber Daya Manusia .................................................................. 12
2.3. Kondisi Umum Usaha Perikanan ......................................................................... 16

2.3.1. Kelompok Perikanan di Kecamatan Cipedes ............................................. 17


2.3.2. Kondisi Ekonomi Pelaku Usaha .................................................................. 19
2.4. Sistem Produksi Perikanan ................................................................................... 20

2.4.1. Pasokan Input ............................................................................................ 22


2.4.2. Proses Produksi Pembesaran..................................................................... 22
2.4.3. Pasca Produksi ........................................................................................... 26
2.5. Analisis Usaha...................................................................................................... 26

2.5.1. Responden Bapak Yayat dari Kelompok Mandiri....................................... 27


2.5.2. Rekapitulasi Analisis Usaha Responden..................................................... 31
2.6. Sistem Penyuluhan Perikanan .............................................................................. 33

2.6.1. Data Posluhkan .......................................................................................... 33


2.6.2. Ketenagaan Penyuluh Kecamatan Cipedes ............................................... 33
2.6.3. Data Program Pemerintah ......................................................................... 34
2.6.4. Sasaran Penyuluhan................................................................................... 34
2.6.5. Penyelenggaraan Penyuluhan ................................................................... 34
2.7. Analisis Masalah .................................................................................................. 36

2.7.1. Pohon Masalah .......................................................................................... 36


IV. METODOLOGI ............................................................................................... 39
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................... 39

3.2 Jenis, Sumber, Alat dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 39

3.3 Rencana Kegiatan Penyuluhan ............................................................................. 40

Dempond Pembesaran Ikan Nila ............................................................... 40


Prosedur Dempond Pembesaran Ikan Nila ................................................ 42
Budidaya Azolla .......................................................................................... 43
Program Kegiatan dalam Peningkatan Peran dan Fungsi Kelompok ......... 44
Temu Lapang Pembesaran Ikan Nila.......................................................... 47
3.4 Evaluasi Kegiatan Penyuluhan.............................................................................. 49

3.4.1. Adopsi dan Inovasi ..................................................................................... 50


3.5 Jadwal Kegiatan ................................................................................................... 51
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor perikanan memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional.
Ditinjau dari potensi sumberdaya alam, Indonesia dikenal sebagai negara maritim
terbesar di dunia karena memiliki potensi kekayaan sumberdaya perikanan yang
relatif besar. Sektor perikanan juga menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari
kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan, distribusi dan perdagangan. Oleh
karena itu, pembangunan sektor perikanan tidak dapat diabaikan oleh pemerintah
Indonesia (Triarso, 2012).

Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan sumberdaya hayati yang


dinyatakan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Dari 7000 spesies
ikan di dunia, 2000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Potensi lestari
sumberdaya perikanan laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton per tahun. Potensi
budidaya laut, terdiri dari potensi budidaya ikan (kakap, kerapu, gobia); udang,
moluska (kerangkerangan, mutiara, teripang); dan rumput laut, potensi luasan
budidayanya sebesar 2 juta ha (20% dari total potensi lahan perairan pesisir dan laut
berjarak 5 km dari garis pantai) dengan volume 46,73 juta ton per tahun. Sedangkan
potensi budidaya payau (tambak) mencapai 913.000 ha (Lasabuda, 2013)

Kecamatan Cipedes merupakan salah satu kecamatan dari 10 kecamatan


yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya dengan luas Kecamatan Cipedes 814,27
ha dan terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Cipedes, Kelurahan Panglayungan,
Kelurahan Nagarasari dan Kelurahan Sukamanah. Luas wilayah Kecamatan
Cipedes terdiri dari lahan sawah 225,1 ha dan lahan darat 589,17 ha. Kelurahan
Cipedes mempunyai potensi di bidang perikanan berupa kolam dengan total luas
kolam dari 4 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Cipedes yaitu sebesar 48,06 ha
berupa kolam pembenihan 0,02 ha dan kolam pembesaran sebesar 47,951 ha.
Jumlah penduduk di Kecamatan Cipedes pada bulan September 2019 yaitu 69.411
jiwa, terdiri dari 34.676 laki – laki dan 34.735 perempuan dan terdapat kelompok
perikanan aktif berjumlah 11 kelompok perikanan yang terdiri dari 150 RTP baik
dalam bidang budidaya pembesaran ikan, budidaya pebenihan ikan dan pengolahan
hasil perikanan.
Dari Praktek Keahlian yang telah dilaksanakan sebelumnya di Kecamatan
Cipedes didapatkan 150 RTP dengan bidang usaha yang berbeda – beda terdiri dari
30 orang pelaku usaha di bidang pembenihan ikan, 106 orang pelaku usaha di
bidang pembesaran ikan dan 14 orang pelaku usaha di bidang pengolahan hasil
perikanan yang tersebar di setiap kelurahan. Kecamatan Cipedes merupakan
kecamatan yang berada di daerah perkotaan sehingga usaha di bidang perikanan
merupakan usaha sampingan para pelaku usaha perikanan, masyarakat lebih
memilih usaha yang menghasilkan keuntungan cepat dibandingkan dengan usaha
di bidang budidaya perikanan yang menghasilkan keuntungan lama dan hal tersebut
menjadikan para pelaku usaha tidak terlalu fokus dalam mendalami usaha di bidang
perikanan tersebut. Salah satu permasalahan yang mendasar yang terdapat di
Kecamatan Cipedes dalam bidang budidaya perikanan yaitu tingginya biaya
produksi yang disebabkan oleh ketergantungan para pelaku usaha terhadap
pemberian pakan pellet dibandingkan dengan pakan alami sehingga keuntungan
yang di dapat belum optimal. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu peluang usaha
di bidang budidaya perikanan untuk lebih memperhatikan setiap proses produksi
terutama pada pemberian pakan ikan sehingga biaya produksi menjadi rendah dan
keuntungan menjadi meningkat.

Permasalahan kelompok budidaya perikanan di Kecamatan Cipedes


diantaranya kelompok belum menjadi kelas belajar, kurangnya kesaradan dalam
melaksanakan kewajiban sebagai anggota kelompok, administrasi kelompok belum
berjalan dengan baik. Melalui penyuluhnan perikanan dan juga kelembagaan
perikanan di harapkan pelaku utama dapat dikembangkan kemampuannya agar
mereka dapat mengelola usahanya secara produktif, efektif, efisien sehingga
mempunyai daya saing yang tinggi baik dalam bidang teknologi prduksi atau bisnis
perikanan. oleh karena iut, dalam Praktik Akhir ini penulis mengambil judul
“Peningkatan Perilaku Pembudidaya Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Melalui Dempond Pembesaran Ikan Nila Dengan Pakan Tambahan
Azolla Di Kecamtan Cipedes Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat”.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam Praktek Akhir di Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pelaku usaha pembesaran
ikan nila mengenai pakan tambahan azolla guna menekan biaya produksi
budidaya pembesaran ikan nila di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pembudidaya pembesaran
ikan nila terhadap budidaya azolla di Kecamatan Cipedes.
3. Meningkatkan peran dan fungsi kelompok sebagai wadah kelas belajar, sebagai
unit produksi, sebagai jasa penunjang serta kesatuan swadaya kelompok.

1.3. Rumusan Masalah


Rumusan masalah bedasarkan kegiatan Praktik Keahlian adalah sebagai
berikut:
1. Biaya produksi pembesaran ikan nila yang tinggi disebabkan oleh harga pakan
pellet yang tinggi.
2. Kurangnya pengetauan pembudidaya mengenai pakan tambahan azolla.
3. Beberapa fungsi kelompok masih belum berjalan dengan baik.
II. DASAR PERENCANAAN

2.1. Kondisi Potensi Wilayah di Kota Tasikmalaya


Kota Tasikmalaya menurut Badan Pusat Statistik tahun 2018 merupakan
salah satu kota yang ada di Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 10 kecamatan dan
69 kelurahan dengan luas wilayah 18.385,07 ha (183,85 Km2). Topografi wilayah
Kota Tasikmalaya sebagian besar merupakan dataran rendah.
Potensi sumberdaya perikanan Kota Tasikmalaya yang cukup melimpah
yaitu 19,49 ha kolam pembenihan, 621,23 ha kolam pembesaran, ± 51,42 ha
sawah/minapadi, perairan umum ( 7 situ ) 68 ha, dan ± 177,9 km sungai dengan
total potensi sumber daya alam 760.14 ha (sumber Dinas Pertanian dan Perikanan
2019). Potensi perikanan yang terdapat di Kota Tasikmalaya dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan, apabila dikelola dan dimanfaatkan secara optimal.
Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan professional,
kelembagaan, teknologi serta potensi pendukung lainnya sehingga dapat
mendorong percepatan pembangunan perikanan di Kota Tasikmalaya.

2.2. Kondisi Umum Wilayah Kecamatan Cipedes


Kecamatan Cipedes merupakan salah satu kecamatan dari 10 kecamatan
yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya dengan luas Kecamatan Cipedes 814,27
ha dan terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Cipedes, Kelurahan Panglayungan,
Kelurahan Nagarasari dan Kelurahan Sukamanah. Secara administratif Kecamatan
Cipedes teridir dari 76 Rukun Warga (RW) dan 360 Rukun Tetangga (BPS
Kecamatan Cipedes, 2018). Adapun peta Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Peta Kecamatan Cipedes


Keadaan iklim di Kecamatan Cipedes yaitu dengan suhu rata-rata 230 –
32oC Dengan derajat keasaman tanah (pH) 5,5 – 8 (Dinas Pertanian dan Perikanan
Kota Tasikmalaya). Sumber Daya Alam yang mendukung kegiatan perikanan yang
ada di Kecamatan Cipedes yaitu adanya kolam air tanah dan sungai diantaranya
bernama Sungai Ciloseh dan Sungai Citanduy yang mengaliri parit-parit sehingga
sampai ke area perkolaman dan persawahan masyarakat. Adapun batas – batas
wilayah Kecamatan Cipedes sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Indihiang
Sebelah Timur : Kab. Ciamis Dan Kec. Tawang
Sebelah Selatan : Kecmatan Cihideung
Sebelah Barat : Kecamatan Indihiang

2.2.1 Kondisi Sumber Daya Alam


Luas wilayah Kecamatan Cipedes yaitu 814,27 ha, terdiri dari lahan sawah
225,1 ha dan lahan darat 589,17 ha. Lahan darat terdiri dari pekarangan, bangunan,
tegal/kebun, pemukiman, kolam dll. Adapun penggunaan lahan secara rinci dapat
di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaanya di Kecamatan Cipedes


No Kelurahan Sawah (ha) Jml Darat (ha) Jml

Teknis Irigasi Peka Tegal/ Pemuki kolam Lain –


Sederh Ranga kebun man lain
ana n
1 Cipedes - 16,49 16,49 9,28 5 41,76 4,48 17,18 77.7

2 Panglayungan 17,58 0,6 18,18 8 4,4 72,34 3.8 11,32 99.86

3 Nagarasari 113,19 - 113,19 4,99 3,29 94,81 16,91 44,49 164,49

4 Sukamanah 77,24 - 77,24 10,42 20,4 183,37 22,87 10,06 247,12

JUMLAH 208.01 17.09 225,1 32.69 33.09 392.28 48,06 74.05 589,17

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Tasikmalaya, 2018

Pada Tabel 1. Luas lahan di bagi menjadi 2 kriteria yaitu luas lahan sawah
dan luas lahan darat, untuk luas lahan sawah di Kecamatan Cipedes terdapat luas
lahan sawah teknis dan luas lahan sawah irigasi sederhana dengan total luas sebesar
225,1 ha, sedangkan untuk luas lahan darat dibagi menjadi beberapa wilayah seperti
pekarangan, tegal/kebun, pemukiman, kolam dan lain-lain (Jalan dsb.) dengan luas
total lahan darat sebesar 589,17 ha. Terdapat 4 keluarahan yang memiliki potensi
lahan perikanan berupa kolam di Kecamatan Cipedes dengan luas kolam yang
terdapat di masing – masing kelurahan yaitu 4,48 ha di Kelurahan Cipedes, 3,8 ha
di Kelurahan Panglayungan, 16,91 ha di Kelurahan Nagarasari dan 22,87 ha di
Kelurahan Sukamanah. Total luas kolam dari 4 kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Cipedes yaitu sebesar 48,06 ha berupa kolam pembenihan 0,02 ha dan
kolam pembesaran sebesar 47,951 ha (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Tasikmalaya).

Dari Tabel 1. Dapat disimpulkan bahwa luas lahan persawahan lebih besar
dari luas lahan perikanan yang terdapat di Kecamatan Cipedes, dengan luas lahan
sawah sebesar 225,1 ha dan luas lahan perikanan berupa kolam sebesar 48,06 ha,
sedangkan dilihat dari pemanfaatan lahan darat yang terdapat di Kecamatan
Cipedes, pemukiman warga menjadi pemakai lahan terbesar dengan total luas
lahan sebesar 392,28 ha. Pemakaian lahan persawahan lebih besar dibandingkan
lahan perikanan yang ada di Kecamatan Cipedes, hal itu dikarenakan banyaknya
masyarakat yang mempunyai sawah sejak dulu dan bercocok tanam padi
dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai kolam, karena beras merupakan
kebutuhan pangan pokok bagi setiap masyarakat indonesia dibanding dengan
produk hasil perikanan, sehingga masyarakat lebih memilih untuk menjadi petani
padi.
Luas lahan perkarangan yang terdapat di Kecamatan Cipedes dapat
dimanfaatkan untuk usaha perikanan di bidang budidaya dan pengolahan dengan
memanfaatkan lahan pekarangan tersebut sebagai tempat produksi usaha perikanan.
Pada usaha budidaya perikanan pemanfaatan luas pekarangan di sekitar rumah
digunakan sebagai tempat untuk kolam terpal dan pada usaha pengolahan luas
pekarangan digunakan sebagai lahan untuk penjemuran produk perikanan seperti
penjemuran kerupuk ikan yang masih bergantung pada matahari untuk
menghilangkan kadar air pada produk olahan tersebut.

Berdasarkan data sekunder Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya


Tahun 2018, Kecamatan Cipedes memiliki rata-rata curah hujan sebesar 351.8
mm/tahun. Adapun data curah hujan di Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan
Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan (Hari)
Januari 371.60 16
Februari 404.20 16
Maret 531.00 22
April 244.60 13
Mei 414..40 18
Juni 160.00 13
Juli 322.20 16
Agustus 373.40 15
September 567.50 24
Oktober 712.70 23
November NA NA
Desember 119.90 13
Rata - rata 351.8 15
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan, 2018

Pada Tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Cipedes pada tahun


2018 memiliki curah hujan rata – rata sebesar 351,8 mm/tahun dengan curah hujan
tertinggi berada pada bulan oktober sebesar 712,70 mm selama 23 hari hujan dalam
satu bulan dan curah hujan terendah berada pada bulan desember yaitu sebesar
119,90 mm selama 13 hari hujan dalam satu bulan. Pada bulan november data
jumlah curah hujan berisi N/A yang artinya No Answer, singkatan ini digunakan
untuk menunjukan informasi kosong pada sebuah sel tabel karena tidak diperlukan
atau memang tidak ada.
Curah hujan dapat mempengaruhi persediaan air tanah Kecamatan Cipedes,
pada bulan kering masyarakat sulit melakukan kegiatan usahanya karena
kurangnya Sumber air baik itu dari sungai maupun sumber air tanah, selain itu
kekurangan air dalam proses budidaya perikanan dapat menurunkan kualitas air
yang masih tersisa pada kolam terutama menurunnya kadar oksigen dalam air
karena sirkulasi air yang kurang dan dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Untuk ketersediaan sumber air di Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketersediaan Sumber Air Setiap Kelurahan di Kecamatan Cipedes


Sumber Air
Nama
Lebar Saluran Air Tanah
Kelurahan Sungai
Irigasi (m)
Cipedes Citanduy 1 Ada
Panglayungan Citanduy 1.5 Ada
Nagarasari Citanduy 3 Ada
Sukamanah Ciloseh 3 Ada
Sumber : Data Primer, 2019
Pada Tabel 3. Kecamatan Cipedes memiliki 4 kelurahan yang memiliki
sumber air dari sungai citanduy, ciloseh dan air tanah untuk kegiatan budidaya
perikanan, dengan sungai ciloseh yang mengaliri Kelurahan Sukamanah dan sungai
citanduy yang mengaliri Kelurahan Cipedes, Kelurahan Panglayugan dan
Kelurahan Nagarasari. Dari sumber air tersebut dibuat saluran irigasi agar air dapat
distribusikan untuk keperluan sehari-hari. Lebar saluran irigasi berkisar antara 1,5
– 3 meter dengan ketinggian 0,75 – 1 meter. Kondisi air tanah di Kecamatan
Cipedes Cukup berlimpah, hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa masyarakat
yang menggali sumur sebagai sumber air untuk kegiatan usaha maupun untuk
pemenuhan kebutuhan sehari – hari .

2.2.2 Kondisi Sumber Daya Manusia


Jumlah penduduk di Kecamatan Cipedes pada bulan September 2019 yaitu
69.411 jiwa, terdiri dari 34.676 laki – laki dan 34.735 perempuan (Kecamatan
Cipedes, 2019). Adapun jumlah penduduk menurut umur di Kecamatan Cipedes
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Umur


Jumlah Penduduk
0-19 Tahun 20-64 Tahun >65 Tahun
(Orang)
27.778 37.347 4.286 69.411
Sumber Data : Data Sekunder Kecamatan Cipedes 2019

Pada Tabel 4. Penduduk yang mendominasi di Kecamatan Cipedes


berdasarkan usia adalah penduduk yang berusia 20 – 64 tahun dengan jumlah
penduduk sebanyak 37.347 orang atau 53,8 % dari jumlah penduduk di Kecamatan
Cipedes dan merupakan penduduk dengan usia yang cukup untuk memulai suatu
usaha baik di bidang perikanan maupun di bidang lainya. Sedangkan untuk melihat
kualitas penduduk dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang menentukan seberapa
besar kompetensi dan pengetauhan yang dimiliki. Adapun jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Cipedes dapat dilhat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
Tingkat Pendidikan
(Orang) (%)
Tidak Sekolah/Belum Sekolah 10.895 15.69
Belum Tamat SD 6.211 8,94
Tamat SD 18.198 26,21
Tamat SMP 14.725 21,21
Tamat SMA 14.887 21,44
DI/DII 1.242 1,78
DIII 1.107 1,59
DIV/S1 1.944 2,80
S2 185 0,32
S3 17 0,02
Jumlah 69.411 100
Sumber : Data sekunder Kecamatan Cipedes September 2019

Berdasarkan Tabel 5. Masyarakat di Kecamatan Cipedes dengan jumlah


tingkat pendidikan terbanyak yaitu masyarakat dengan tingkat pendidikan tamat SD
sebanyak 18.198 orang atau 26,21 % dari jumlah penduduk di Kecamatan Cipedes.
Penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD merupakan penduduk yang
mempunyai pendidikan terakhir SD dan tidak melanjutkan lagi pendidikan mereka
ke jenjang pendidikan berikutnya.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap skill dan pola pemikiran


seorang individu, pendidikan rendah membuat masyarakat kesulitan dalam melihat
suatu peluang usaha yang bisa dikembangkan di lingkungan mereka. Sementara
berdasarkan hasil obserbasi dan wawancara kepada responden, pendidikan rata-rata
yang dicapai oleh pelaku utama maupun pelaku usaha di Kecamatan Cipedes yaitu
masyarakat dengan lulusan Sekolah Dasar (SD) hingga lulusan Sarjana, hal tersebut
dikarenakan kemauan yang tinggi dan tuntutan ekonomi untuk melakukan usaha di
bidang perikanan terutama penduduk yang memiliki lulusan Sekolah Dasar.
Adapun tingkat pendidikan dan umur responden di Kecamatan Cipedes dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Umur dan Pendidikan Terakhir Responden
NO NAMA UMUR PENDIDIKAN
(Tahun) TERKAHIR
1 Yayat 42 SMA
2 Didin 47 SMP
3 Surya 43 SMP
4 Nanan 50 S1
5 Tatang 40 SD
6 Subana 57 SD
7 Momo 60 SD
8 Jojo 45 SD
9 Sugiharto 45 SMA
10 Teten 40 SMA
11 Iyan 50 SD
12 Kundang 57 SMA
13 Jajang 67 SMK
14 Tatang 49 SMA
15 Enur 65 SMP
16 Yayan 49 SLTP
17 Herdis 36 SMA
18 Wawan 49 SMP
19 Erik 61 SD
20 Budi 48 SD
21 Tedi 41 SMP
22 Dede 44 SMA
23 Lena 46 SMA
24 Nur 38 SMA
Rata – rata 48
Sumber : Data Primer 2019

Pada Tabel 6. Responden di Kecamatan Cipedes berjumlah 24 orang dengan


umur rata – rata para responden yaitu 48 tahun dan tingkat pendidikan responden
yaitu SD berjumlah 7 orang, SMP/SLTA berjumlah 6 orang, SMA berjumlah 10
orang dan S1 berjumlah 1 orang. Dari 24 responden terdapat 1 responden yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu Bapak Nanan dengan pendidikan
terakhirnya adalah S1. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, tingkat
pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan mereka pada saat di
lapangan, akan tetapi para responden juga berpendapat bahwa skill dan keahlian
yang digunakan pada saat di lapangan lebih banyak di dapat dari pengalaman
selama mereka bekerja dan terjun langsung kedalam usaha dan bisnis di bidang
perikanan. Pembelajaran pada saat pendidikan umum di sekolah merupakan hal
yang penting bagi para responden akan tetapi pengalaman kerja selama di lapangan
lebih penting terhadap peningkatan skill responden terhadap pekerjaan yang mereka
lakukan. Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis lapangan usahanya dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penduduk Berdasarkan Jenis Lapangan Usaha


Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Belum Bekerja 12.929 18,62
Pelajar/Mahasiswa 5.909 8,51
Tidak Bekerja 9.685 13,95
PNS 7.017 10,16
TNI 130 0,18
Polisi 289 0,41
Karyawan Swasta 4.959 7,14
Ibu Rumah Tangga 9.170 13,21
Tenaga Profesi 342 0,49
Pejabat Negara 31 0,04
Buruh Harian Lepas 8.090 11,65
Wiraswasta 7.922 11,41
Pensiunan 2.938 4,23
JUMLAH 69.411 100
Sumber : Data Sekunder Kecamatan Cipedes 2019

Pada Tabel 7. Terdapat penduduk yang belum bekerja dan tidak bekerja di
Kecamatan Cipedes yang memiliki persentase penduduk paling besar dari
keseluruhan penduduk di Kecamatan Cipedes dengan jumlah penduduk yang belum
bekerja sebesar 18,62 % atau sebanyak 12.929 orang dan jumlah penduduk tidak
bekerja sebesar 13,95 % atau sebanyak 9.685 orang. Penduduk yang belum bekerja
adalah penduduk yang masih dalam masa pengangguran dan belum mendapat
kesempatan bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan berbeda dengan penduduk
yang tidak bekerja, penduduk yang tidak bekerja adalah penduduk atau orang yang
tidak mencari pekerjaan karena sudah tidak dalam masa untuk bekerja atau merasa
tidak mungkin memperoleh pekerjaan. Berbeda dengan penduduk yang belum
bekerja dan tidak bekerja, penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai pejabat
negara di Kecamatan Cipedes berjumlah paling sedikit yaitu 0,04 % atau sebanyak
31 orang. Pejabat negara adalah pejabat yang lingkungan kerjanya berada pada
lembaga negara dan menjalankan fungsinya untuk dan atas nama negara, sebagai
contoh pejabat negara adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Menteri dan jabatan setingkat Menteri, Gubernur dan Wakil
Gubernur dan pejabat negara lainnya yaang ditentukan oleh Undang – Undang.
Pada Tabel 7. Berdasarkan data kependudukan di Kecamatan Cipedes tidak
terdapat data kependudukan untuk rumah tangga perikanan, rumah tangga
perikanan di Kecamatan Cipedes memiliki identitas sebagai buruh harian lepas dan
wiraswasta. Adapun rumah tangga perikanan di Kecamatan Cipedes dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rumah Tangga Perikanan di Kecamatan Cipedes
Jumlah Penduduk Persentase (%)
Keterangan
(Orang)
Jumlah RTP di Kecamatan Cipedes 306 0.44
Jumlah Non RTP di Kecamatan Cipedes 69.105 99.56
JUMLAH 69.411 100
Sumber : Laporan Penyuluh Perikanan Kecamatan Cipedes, 2018

Pada Tabel 8. Berdasarkan laporan penyuluh perikanan di Kecamatan Cipedes


tahun 2018, Penduduk bidang perikanan berjumlah 306 orang atau 0.44 % dari
jumlah penduduk di Kecamatan Cipedes dan rumah tangga perikanan tersebut
memiliki identitas pada KTP sebagai buruh harian lepas dan wiraswasta yang
melakukan usahanya sendiri maupun berkelompok untuk kegiatan budidaya atupun
pengolahan hasil perikanan.

2.3. Kondisi Umum Usaha Perikanan


Usaha perikanan yang terdapat di Kecamatan Cipedes yaitu Budidaya ikan
(pembesaran dan pembenihan) dan Pengolahan hasil perikanan dengan komoditas
ikan yang di budidaya yaitu ikan lele, nila dan gurame (Tabel 9.). Pada bulan
september 2019 Terdapat 11 kelompok perikanan dengan jumlah 150 RTP di
Kecamatan Cipedes sedangkan dari data penyuluh perikanan di tahun 2017 jumlah
RTP di Kecamatan Cipedes yaitu 1.047 orang (Data penyuluh perikanan
Kecamatan Cipedes). Penurunan tersebut diakibatkan oleh berkurangnya minat
pelaku terhadap usaha perikanan dikarenakan cuaca yang tidak menentu dan
mengakibatkan kematian pada ikan juga menurunnya produktifitas dari hasil
budidaya perikanan, pelaku usaha lebih memilih untuk mencari pekerjaan lainnya
yang mendapatkan keuntungan lebih cepat setiap harinya. Pembudidaya masih
mengeleluhkan menurunnya produktifitas karena tingkat mortalitas ikan yang
masih ada dan mengakibatkan nilai SR dalam budidaya perikanan rata – rata 63.5
% (Data SR terdapat di Lampiran 5.). Adapun peta potensi rumah tangga perikanan
di Kecamatan Cipedes dapat di lihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Potensi Rumah Tangga Perikanan

Usaha perikanan yang ada di Kecamatan Cipedes baik dibidang pembenihan,


pembesaran dan pengolahan dilakukan secara tradisional. Hal ini dapat dilihat dari
sarana dan prasarana yang digunakan oleh pembudidaya seperti masih sediktinya
kolam terpal dan lebih banyak menggunakan kolam tanah sebagai wadah budidaya,
dan rata - rata padat tebar yang masih rendah yaitu 14 ekor/m2 (data padat tebar
dapat di lihat pada Lampiran 5), selain itu usaha perikanan di bidang pengolahan
rata rata menggunkaan alat – alat tradisional dalam proses pengolahan nya seperti
dalam mengeringkan hasil olahan krupuk ikan yang masih bergantung pada sinar
matahari.

2.3.1. Kelompok Perikanan di Kecamatan Cipedes


Kecamatan Cipedes pada bulan September 2019 mempunyai 11 kelompok
perikanan aktif dari 25 kelompok perikanan (Lampiran 7), hal ini disebabkan
karena cuaca yang tidak menentu dan kekeringan di Kecamatan Cipedes yang
mengakibatkan produksi usaha di bidang perikanan menurun dan pelaku utama
lebih memilih mencari pekerjaan lain yang lebih menguntungkan.. Adapun data
kelompok perikanan aktif yang ada di Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada Tabel
9.
Tabel 9. Kelompok Perikanan di Kecamatan Cipedes
Ang Kelas
Tahun Bidang Usaha
Kelompok Kelurahan Ketua -gota Kelom
Berdiri Perikanan
(orang) pok
Berkah Jaya Alik 18 Budidaya Lele
Cipedes 2011 Madya
Mulyana
Mandiri Yayat S H 10 Budidaya Nila,
Cipedes 2012 Pemula
Gurame
Dikdik M 13 Budidaya Nila,
Karya Muda Panglayungan 2013 Pemula
Lele
Mekar Tani Panglayungan Uu Ruhiyat 21 2005 Madya Budidaya Nila
Minasuka Yayan 14 Budidaya Nila
Nagarasari 2014 Pemula
Heryanto
Cahaya Mekar Lena C 13 Pengolahan
Nagarasari 2018 Pemula
Patin, Gurame
Setiajaya Nagarasari Didin Jayana 10 2010 Madya Budidaya Nila,
Sukamaju Nagarasari Dede Ramlan 11 2011 Pemula Budidaya Nila
Harapan Jaya Endang 12 Budidaya Nila,
Sukamanah 2009 Pemula
Lele
Maju Jaya Sukamanah Haris S 17 2017 Pemula Budidaya Nila
Karya Sadaya Asep Endang 11 Budidaya Lele,
Sukamanah 2011 Madya
Gurame
JUMLAH 150
Sumber : Data Sekunder Penyuluh Perikanan Kecamatan Cipedes 2019

Data pada Tabel 9. maka dapat dilihat jika jumlah kelompok aktif yang ada
di Kecamatan Cipedes yaitu 11 kelompok. Kelas kelompok di Kecamatan Cipedes
ini rata-rata masih kelas pemula dan madya. Hal ini disebabkan oleh kelompok
belum memenuhi syarat untuk naik kelas berikutnya, contohnya dalam
menjalankan buku administrasi 7 dari 10 kelompok tidak menjalankan proses
administrasi kelompoknya. Adapun penilaian fungsi kelompok dapat dilihat pada
Tabel 10.

Tabel 10. Penilain Fungsi Kelompok di Kecamatan Cipedes


No Nama Kelompok Ketua Tahun Jumlah Rata- Kriteria
Berdiri rata
1. Berkah Jaya Alik Mulyana 2011 18 2,4 Cukup
2. Mandiri Yayat S H 2012 10 3,2 Baik
3. Karya Muda Dikdik M 2013 13 3,5 Sangat Baik
4. Mekar Tani Uu Ruhiyat 2005 21 3,2 Baik
5. Minasuka Yayan Heryanto 2014 14 2,3 Cukup
6. Cahaya Mekar Lena C 2018 13 3,2 Baik
7. Setiajaya Didin Jayana 2010 10 3,5 Sangat Baik
8. Sukamaju Dede Ramlan 2011 11 3,1 Baik
9. Harapan Jaya Endang 2009 12 2,8 Baik
10. Maju Jaya Haris S 2017 17 2,4 Cukup
11. Karya Sadaya Asep Endang 2011 11 3,6 Sangat Baik
Rata – rata keseluruhan penilaian fungsi kelompok 3
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan hasil identifikasi rata – rata kelompok di Kecamatan Cipedes
mengalami permasalahan yang sama yaitu permasalahan di anggota kelompoknya
yang kurang akan kesadaran dalam menjalankan usaha kelompok perikanan dan
tidak ikut serta dalam proses usaha budidaya di kelompok tersebut, mengakibatkan
produktifitas budidaya di kelompok yang menurun dan keuntungan yang sedikit.
Data penilaian kelompok selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 9.

2.3.2. Kondisi Ekonomi Pelaku Usaha


Pelaku usaha di Kecamatan Cipedes menggunakan modal pribadi dalam
memulai usaha. Pelaku usaha yang sudah berkelompok dan masuk register
kelompok perikanan mendapatkan bantuan dari Dinas berupa indukan dan peralatan
budidaya. Dari sampel rumah tangga perikanan yang diambil kondisi ekonomi
pelaku usaha di Kecamatan Cipedes, bidang usaha perikanan (pembesaran,
pembenihan dan pengolahan) menjadi salah satu penambah penghasilan sehari hari,
rata rata keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha bergantung pada produktifitas
usaha, dan cuaca yang juga berpengaruh terhadap proses budidaya dan pengolahan
perikanan. Kondisi cuaca yang baik dan sumber air yang mencukupi untuk proses
budidaya dapat mengurangi tingkat kematian dalam proses budidaya dan
menambah produktifitas hasil panen.

Tabel 11. Kondisi Ekonomi Responden Pelaku Usaha Perikanan


Analisis Usaha (Rp)
Segmen Usaha
Investasi Pendapatan Biaya Produksi Keuntungan
Pembesaran 179.657.411 12.755.750 8.167.103 4.602.389
Pembenihan 46.406.500 3.158.666 1.700.610 1.458.122
Pengolahan 56.247.500 4.500.000 2.427.947 2.082.052
JUMLAH 282.311.411 20.414.416 12.259.660 8.142.563
Sumber : Data Primer 2019

Pada Tabel 11. Jumlah rata – rata keuntungan pelaku usaha perikanan pada
3 segmen usaha yaitu sebesar Rp 4.602.389,- pada segmen pembesaran, Rp
1.458.122,- pada segmen pembenihan dan Rp 2.082.052,- pada segmen
pengolahan. Untuk lebih lengkapnya kondisi ekonomi pelaku perikanan sampel
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Produksi rendah menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh pelaku
usaha budidaya pembesaran ikan nila yang berada di Kecamatan Cipedes,
rendahnya produksi pada proses produksi menjadikan pendapatan dan keuntungan
yang diperoleh oleh pelaku usaha berkurang secara terus menerus jika
permasalahan tersebut tidak cepat diselesaikan. Banyak dari pembudidaya tidak
menyadari akar permasalan yang menjadi penyebab utama dari rendahnya
produktifitas pada proses produksi budidaya perikanan. Umumnya para
pembudidaya tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai penggunaan
teknologi modern dalam proses budidaya seperti teknologi budidaya secara intensif
dan menggunakan padat tebar yang tinggi, selain itu kurangnya monitoring
terhadap kualitas air dan pemberian pakan serta penerapan Bio Security yang belum
dilakukan pada saat proses produksi menyebabkan survival rate ikan rendah. Modal
menjadi salah satu akar permasalahan dalam bidang budidaya perikanan yang
berakibat pada padat tebar yang rendah dan pemberian pakan yang masih kurang
dikarenakan harga pakan pellet yang mahal dan para pelaku usaha belum
mengetahui secara luas mengenai inovasi pakan alternatif untuk pembesaran ikan
nila. Pada september 2019 di Keamatan Cipedes curah hujan rendah dan
mengakibatkan kekeringan yang cukup panjang dan menjadikan para pelaku usaha
budidaya kesulitan untuk mencari sumber air yang baik yang mengakibatkan proses
pemasaran berkurang.

2.4. Sistem Produksi Perikanan


Sistem produksi perikanan pelaku usaha di Kecamatan Cipedes meliputi 3
segmen yaitu segmen usaha pembesaran, pembenihan dan pengolahan hasil
perikanan. Pada segmen pembesaran diambil 16 sampel responden yaitu 10
responden pada komoditas pembesaaran ikan nila, 4 responden pada komoditas
pembesaran ikan gurame dan 2 responden pada komoditas pembesaran ikan lele.
Adapun sistem produksi budidaya pembesaran pelaku sampel dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Produksi Budidaya Pembesaran Ikan Oleh Responden
Luas Penebaran benih SR
Nama Komoditas wadah Jumlah Padat Ukuran (%)
(m2) (ekor) tebar (cm)
(ekor/ m2)
Yayat Samsul Nila 98 2000 20 8-11 50
Didin Jayana Nila 196 3000 15 8-12 60
Surya Nila 140 1800 12 3-5 40
Tatang T Gurame 140 1500 10 1-2 50
Enur Muhammad Gurame 280 2000 7 2-3 50
Nanan Turnama Nila 2.436 50.000 20 3-4 50
Tatang Hidayat Nila 1.722 30.000 16 3-4 60
Yayan Heryanto Gurame 375 30.000 5 3-5 50
Subana Nila 280 3000 10 3-5 80
Momo Lele 1.400 50.000 35 4-5 55
Jojo Lele 700 5.000 7 3-5 75
Sugiharto Nila 2800 2800 20 5-8 85
Teten Nilda 2240 40.000 18 1-2 52
Iyan Gurame 110 4000 14 1-2 75
Kundang Nila 980 9800 10 5-8 10
Jajang Nila 70 210 1 8-12 85
Rata – rata 873 14.694 36 3-5 58

Sumber : Data Primer 2019

Pada Tabel 13. produksi budidaya pembesaran oleh pelaku sampel di


Kecamatan Cipedes memiliki 3 komoditas pembesaran ikan yaitu 10 komoditas
pembesaran ikan nila, 4 komoditas pembesaran ikan gurame dan 2 komoditas
pembesaran ikan lele dengan nilai rata – rata SR 58 % yang berarti tingkat
kematian pada proses budidaya pembesaran ikan cukup tinggi, dan rata – rata padat
tebar berjumlah 36 ekor/ m2. Pada proses budidaya pembesaran ditemui banyaknya Commented [A1]: Menurut litelatur berapa padat tebar
yang sesui
kematian pada ikan yang disebabkan oleh pengelolaan kualitas air sehingga ikan
diserang oleh penyakit, selain itu penerapan biosecurity yang belum berjalan
menyebabkan ikan banyak yang mati oleh hama.
2.4.1. Pasokan Input
Kegiatan pembesaran ikan Nila yang ada di Kecamatan Cipedes
menggunakan kolam tanah. Pengolahan pasokan input meliputi perencanaan yang
akan dilakukan pada proses produksi. Berikut merupakan pasokan input dalam
bidang usaha budidaya pembesaran ikan nila yang ada di Kecamatan Cipedes.

1) Budidaya perikanan
Dalam budidaya yang ada di Kecamatn Cipedes terdapat tiga macam jenis
budidaya yaitu budidaya ikan nila, gurame dan lele. Adapun pasokan input pada
segemen budidaya perikanan adalah sebagai berikut.
(1) Tenaga kerja
Kegiatan usaha perikanan di Kecamatan Cipedes umumnya setiap
pembudidaya tidak memiliki tenaga kerja khusus melainkan proses budidaya
dilakukan secara perorangan dan mengikut sertakan setiap anggota dari kelompok
perikanan itu sendiri.
(2) Modal
Modal yang digunakan oleh pelaku usaha untuk melakukan kegiatan budidaya
perikanan adalah modal sendiri dan bantuan kelompok dari Dinas Pertanian dan
Perikanan Kota tasikmalaya berupa indukan dan peralatan yang berhubungan
dengan kegiatan usaha budidaya tersebut.
(3) Benih
Benih yang didapat oleh pembudidaya di Kecamatan Cipedes diperoleh dari
hasil pembenihannya sendiri atau diperoleh dari daerah lain atau pembudidaya
yang sudah dipercaya kualitas benihnya.

2.4.2. Proses Produksi Pembesaran


Proses produksi pembesaran ikan dilakukan dengan beberapa tahapan yang
setiap tahapan nya dilakukan oleh pelaku usaha dan anggota kelompok perikanan.
Terdapat 10 pelaku usaha sampel yang melakukan proses produksi pembesaran
ikan Nila di Kecamatan Cipedes. Adapun proses produksi pembesaran dengan
mengambil sampel komoditas ikan nila yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Persiapan lahan / lokasi pembesaran
Usaha budidaya pembesaran ikan nila tidak memerlukan persyaratan yang
ketat seperti ikan lain sebagai indikator lahan tersebut bisa digunakan untuk
pembesaran ikan nila berikut hal - hal yang harus dipertimbangkan:
(1) Lokasi berada pada daerah yang bebas banjir dan bebas pengaruh
pencemaran.
(2) Lokasi budidaya ikan nila harus jauh dari pemukiman penduduk dan
pabrik, tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
dekat dengan sarana sosial.
(3) Keasaman (pH) tanah berkisar 5-9.
(4) Sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.

Untuk membangun kolam (wadah budidaya) konstruksi pematang harus kuat


dibuat dari tanah, atau tembok. Luas kolam disesuaikan dengan padat tebar.
Kedalaman air antara 1 m – 1,25 m. Dua minggu sebelum dipergunakan kolam
harus dipersiapkan dengan baik, dasar kolam dikeringkan dan dijemur beberapa
hari, dibersihkan dari rerumputan, dicangkul dan diratakan serta tanggul dan pintu
air diperbaiki jangan sampai terjadi kebocoran (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Tasikmalaya).

Para pembudidaya di Kecamatan Cipedes belum memperhatikan kriteria


kolam untuk pembesaran ikan nila sehingga pada saat proses produksi, kematian
ikan cukup banyak yang diakibatkan oleh kualitas air pada kolam dan biosecurity
yang belum diterapkan.

2) Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah
yang bertujuan untuk menghindari terjadinya stres pada benih. Ukuran benih yang
ditebar seragam dan dalam kondisi sehat dengan ciri ciri benih yang sehat yaitu
tubuhnya berwarna cerah, gerakan lincah dan gesit, serta responsif terhadap
makanan. Padat tebar benih tergantung dari ukuran benih yang ditebar atau
berdasarkan pada target panen yang akan dicapai. Menurut Cahyo Saparinto dalam
bukunya menyebutkan, bahwa ukuran benih yang ditebar diusahakan seragam dan
kondisinya sehat. Padat tebar benih tergantung dari ukuran benih yang ditebar atau
berdasarkan pada target panen. Untuk pemeliharaan Ikan Nila secara tradisional
padat tebar ideal yaitu 4-8 ekor/m2 dengan ukuran tebar 15-20 gram/ekor. Dengan
ini penebaran benih yang dilakukan pembudaya dapat dikatakan sesuai dengan
pernyataan tersebut.
3) Pemeliharaan Benih
Pemeliharan benih yang dilakukan oleh pembudidaya Ikan Nila di Kecamatan
Cipedes dari benih ukuran 20 gram/ekor menjadi 167 gram/ekor (size 6)
membutuhkan waktu tiga bulan. Selama pemeliharaan itu, ikan diberi pakan
tambahan pellet sebanyak 3-5% dari bobot ikan. Frekuensi pemberian pakan
sebanyak dua kali dalam sehari, pakan pellet yang diberikan pada ikan dihitung
dalam satu kolam sebanyak 2 kg pakan yang dihabiskan setiap harinya. Selain
pakan pellet terdapat pembudidaya yang menggunakan pakan tambahan berupa
sisa makanan dapur. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden nilai FCR
yang diperoleh yaitu sebesar 1,2 yang berarti 1,2 kg pakan dapat menghasilkan 1
kg daging ikan. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sistem pemeliharaan
benih yang dilakukan oleh pembudidaya cukup baik untuk sistem tradisional.
4) Pengelolaan kualitas air
Dalam melakukan budidaya pengelolaan air merupakan hal sangat penting
dilakukan, kualitas air dapat mempengaruhi hasil panen ikan. Karena itu, pergantian
air dan pengecekan kualitas air harus dilakukan selama pemeliharaan. Pengelolaan
air yang dilakukan oleh pembudidaya Kecamatan Cipedes selama pemeliharaan
hanya melakukan pergantian air sebanyak satu kali. Menurut SNI 7550:2009
pengelolaan kualitas air dapat dilakukan paling tidak sebanyak tiga kali dalam satu
siklus pemeliharaan, hal ini dilakukan agar kotoran sisa pakan tidak menjadi racun
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan. Serta pengecekan kualitas
air harus dilakukan secara berkala agar kualitas air tetap terjaga dan layak
digunakan untuk budidaya.
5) Pengandalian Hama dan penyakit
Jenis hama yang sering ditemukan di kolam-kolam pembesaran ikan nila
berupa katak, kepiting, ular air, dan burung pemakan ikan. Belum terlaksananya
penerapan biosecurity menyebabkan hama dengan mudah menyerang ikan pada
proses budidaya. Pengendalian hama seperti katak, kepiting, ular air dilakukan
dengan cara mengambil hama tersebut secara manual menggunakan seser. Untuk
penyakit pada ikan menjadi salah satu kendala besar bagi usaha pembesaran ikan
nila, jika penyakit sudah menyerang ikan, kemungkinan penyakit tersebut menular
dengan cepat, media penularan penyakit selain dari air bisa melalui kontak antar
ikan dan melalui sarana budidaya yang tidak bersih. Beberapa jenis penyakit pada
ikan nila yang terdapat di Kecamatan Cipedes seperti penyakit pada kulit, penyakit
pada insang dan penyakit pada organ dalam Sehingga proses pencegahan lebih baik
dilakukan pada proses produksi tersebut dan mencegah resiko kegagalan sehingga
biaya operasional untuk penggunaan obat dapat dikurangi, hal ini akan
mengoptimalkan hasil yang diperoleh dan tentu saja rupiah yang didapat lebih
banyak.
Mengacu dari beberapa bakteri dan cendawan yang menyerang ikan seperti
telah disebutkan, faktor pemicunya bisa dikatakan hampir sama, yaitu kualias ar
yang buruk. Kondisi ini dapat menyebabkan organisme patogen yang semula hanya
berjumlah sedikit menjadi berkembang biak. Kualitas air yang buruk biasanya
disebabkan oleh tingginya kadar amoniak karena banyaknya sisa pakan dan kotoran
yang menumpuk di dasar kolam.
6) Panen ikan

Ikan yang sudah mencapai ukuran konsumsi yang sesuai dengan permintaan
pasar dipanen. Kolam yang akan dipanen airnya dikurangi terlebih dahulu secara
perlahan dan bertahap. Setelah air surut, ikan diambil dengan cara diseser, yaitu
menggunakan jaring yang dipegang oleh minimal 2 orang. Ikan yang sudah
terambil dimasukkan ke dalam bak penampung. Tujuan ikan dimasukkan ke dalam
bak penampung adalah untuk menjaga ikan tetap segar hingga saat packing.
Adapun jumlah rata-rata hasil panen yang didapatkan oleh pembudidaya selama
pemeliharaan 3 bulan yaitu sebanyak 3,268 ekor. Menurut Hardjamulia,
produktivitas Ikan Nila yang pada saat ini banyak dibesarkan di kolam, sawah, dan
KJA pada umumnya cukup tinggi. Banyak pembudidaya yang memelihara Ikan
Nila karena dalam hal lingkungan mempunyai sifat tahan (resistant), sehingga
pembudidaya lebih percaya akan keberhasilannya. Diperkirakan rata-rata
produktivitas umumnya Ikan Nila di kolam sebesar 800 kg/Ha atau 0,8 kg/m².
Dengan demikian produktivitas pembesaran Ikan Nila di Kecamatan Cipedes belum
optimal, produktivitas Ikan Nila dapat ditingkatkan lagi sesuai dengan referensi
yang ada.
2.4.3. Pasca Produksi
Proses pasca produksi pembesaran ikan nila di Kecamatan Cipedes
dilakukan oleh pembudidaya dengan menggunakan pengangkutan secara terbuka
yaitu ikan hasil panen diangkut oleh tengkulak dengan menggunakan jeigen yang
berisikan air dan menggunakan transportasi mobil pickup, akan tetapi jika hasil
produksi ikan nila sedikit pelaku usaha menjual hasil panen secara langsung kepada
konsumen baik itu tetangga atau pun di titipkan di pasar terdekat. Adapun alur
pemasaran pembenihan, pembesaran yang ada di Kecamatan Cipedes dapat dilihat
pada Gambar 8.

Pembudidaya Tengkulak Pengecer Konsumen


5.
Gambar 8. Jalur Pemasaran di Kecamatan Cipedes

Jalur pemasaran ini biasanya dari pembudidaya diambil langsung oleh


pengepul/tengkulak lalu dijual ke pelaku usaha budidaya pembesaran. Harga dari
pembudidaya ke pengepul tergolong murah. Harga penjualan ikan nila yang
ditawarkan tengkulak ke pembudidaya berkisar antara Rp.20.000/kg dengan size 6,
untuk penjualan langsung kepada konsumen yaitu Rp 23.000 – Rp 25.000 /kg.
Dengan harga ikan nila yang cukup rendah dibandingkan dengan biaya operasional
dan waktu budidaya ikan nila tersebut para pembudidaya harus berusaha untuk
mengoptimalkan proses budidaya ikan nila sehingga ikan yang di hasilkan banyak
dan berpengaruh terhadap hasil akhir atau pada saat panen. Para pembudidaya di
Kecamatan Cipedes belum mengetahui tentang sistem monitoring dan evaluasi
terhadap kualitas air serta pakan alternatif yang bisa diberikan untuk menekan biaya
produksi.

2.5. Analisis Usaha


Dalam usaha pembesaran ikan nila di Kecamatan Cipedes dilakukan analisis
usaha yang berguna untuk mengetahui sebuah usaha layak atau tidak untuk
dilanjutkan. Pelaku usaha pembesaran ikan nila di kecamatan cipedes rata rata
belum melakukan anlisis usaha sehingga usaha yang mereka jalankan belum bisa
dikatakan layak atau tidak. Berikut sampel RTP dari bidang usaha pembesaran ikan
nila Bapak Yayat pada segmen pembesaran.

2.5.1. Responden Bapak Yayat dari Kelompok Mandiri


Kolam yang digunakan berukuran 98 m² dan menggunakan padat tebar 20
ekor/m². Ukuran benih yang digunakan adalah 8-11 cm. Benih yang digunakan
adalah benih yang sehat, tidak cacat, dan gerakannya lincah. Berikut adalah analisis
biaya yang digunakan dalam kegiatan pembesaran Ikan Nila:
1) Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan suatu biaya awal yang harus disediakan oleh pelaku
usaha dalam proses budidaya untuk melakukan kegiatan produksi. Berikut biaya
investasi dan biaya penyusutan usaha pembesaran ikan nila Bapak Yayat dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Biaya Investasi dan Biaya Penyusutan Usaha Pembesaran Ikan Nila
Harga Jumlah Nilai
Jumlah JUE Penyusutan
No Uraian Satuan Harga/Nilai Sisa
Satuan (tahun) (Rp/Tahun)
(Rp) Awal (Rp)
1. Kolam 98 m² 357.142.857 35.000.000 30 0 1.166.666
2. Drum 3 100.000 300.000 2 0 150.000
3. Serok 2 30.000 60.000 1 0 60.000
4. Baskom 2 25.000 50.000 2 0 25.000
5. Timbangan 1 200.000 200.000 5 0 40.000
6. Cangkul 2 40.000 80.000 2 0 40.000
7. Ember 2 20.000 40.000 2 0 20.000
TOTAL BIAYA 35.730.000 1.501.666
Sumber : Data Olahan. 2019
Pada Tabel 18. Total biaya investasi pada usaha budidaya pembesaran ikan
nila adalah Rp 35.730.00,- itu merupakan biaya persiapan awal yang sudah
termasuk kolam dan peralatan budidaya lainnya. Setiap unit kolam atau peralatan
yang di investasikan memiliki biaya penyusutan maupun biaya perawatan setiap
kali proses produksi dilakukan, untuk biaya penyusutan per tahun sebesar Rp.
1.501.666, sedangkan untuk biaya penyusutan per bulan dapat dilihat sebagai
berikut :
 Per bulan =
Rp. 1.501.666 : 12 bulan = Rp.125.138
2) Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan setiap kali produksi dan jumlah
atau nominal biaya yang dikeluarkan sama setiap siklus produksinya. Berikut biaya
tetap pembesaran ikan nila Bapak Yayat dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Biaya Tetap Pembesaran Ikan Nila
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian
(Rp) (Rp)
1. Upah panen (1 orang) 60.000 60.000
2. Listrik (1 siklus) 60.000 60.000
3. Transportasi (1 orang) 100.000 100.000
4. Komunikasi 100.000 100.000
5. Penyusutan (1 siklus) 375.414 375.414
Total Biaya 695.414
Sumber : Data Olahan, 2019

Pada Tabel 19. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Bapak Yayat pada satu kali
siklus produksi berjumlah Rp 695.414,- biaya tetap terbesar dalam sekali siklus
pada proses budidaya pembesaran ikan nila Bapak Yayat adalah biaya penyusutan
yang merupakan biaya dari perawatan peralatan ataupun biaya untuk mengganti
peralatan yang sudah rusak dan tidak bisa di pakai. Untuk biaya variabel dapat
dilihat pada Tabel 20.

3) Biaya Variabel
Biaya variable merupakan biaya yang di keluarkan setiap siklus produksi dan
nominal biaya tidak menentu atau dapat berubah tergantung pada kuantitas yang
digunakan pada proses budidaya tersebut. Berikut biaya variable pembesaran ikan
nila Bapak Yayat dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Biaya Variabel Pembesaran Ikan Nila
Harga Jumlah
No. Uraian Jumlah
Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih 2000 ekor 300 600.000
2. Pellet 252 kg 7000 1.764.000
Total Biaya 2.364.000
Sumber : Data Olahan, 2019
Biaya variabel pada budidaya pembesaran ikan nila Bapak Yayat yaitu benih dan
pellet. Jumlah benih dan pellet yang digunakan pada saat proses produksi
pembesaran bisa berubah ubah sehingga biaya yang dikeluarkan tidak tetap pada
setiap siklus produksinya.
4) Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapat dari penjualan ikan setelah panen.
Pada proses budidaya pembesaran ikan nila Bapak Yayat dilakukan selama 90 hari
dengan tingkat kehidupan 50 % atau dengan kata lain tingkat kematian mencapai
50 %. Benih yang ditebar sebanyak 2000 ekor dengan angka kematian mencapai
50% maka hasil panen ikan nila Bapak Yayat yaitu sebanyak 1000 ekor atau 320
kg ( 1 kg 5 ekor) dengan harga jual ikan Rp. 23.000/kg dan pendapatan dari hasil
penjualan berjumlah Rp. 4.600.000,-. Berikut perhitungan pendapatan Bapak Yayat
setelah penjualan dilakukan :
Pendapatan = 200 kg x Rp.23.000/kg
= Rp. 4.600.000,-
5) Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan selama satu siklus
pembesaran ikan nila. Berikut biaya produksi pada pembesaran ikan nila oleh
Bapak Yayat :
Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp. 695.414 + Rp. 2.364.000
= Rp3.059.414
6) Keuntungan
Keuntungan usaha yang diperoleh Bapak Yayat para proses budidaya ikan
nila di Kecamatan Cipedes adalah sebagai berikut :
Keuntungan usaha = Pendapatan – Total Biaya Produksi

= Rp 4.600.000 - Rp 3.059.414
= Rp. 1.540.586

7) Reveneu Cost Ratio (R/C)


Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang
pengukurannya di arahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta
menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan R/C ini bisa dilihat
kelayakan suatu usaha.
R/C = Pendapatan
Biaya Produksi

= Rp. 4.600.000
Rp. 3.059.000

= 1,50
Nilai R/C ratio >1 menunjukkan bahwa pendapatan sebesar Rp. 4.600.000
lebih besar dari biaya operasional yaitu sebesar Rp. 3.059.000 ,- sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan karena dengan biaya produksi Rp. . 3.059.000 ,- sudah
diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.540.586,. Sehingga apabila menanamkan
modal lebih besar lagi akan diperoleh keuntungan yang lebih besar pula.
8) Break Event Point (BEP)
Biaya Tetap
BEPUnit = Biaya Variabel
Harga Jual−
Unit
𝑅𝑝.695.414
= 𝑅𝑝.2.364.000
𝑅𝑝.23.000−
320

𝑅𝑝.695.414
= 𝑅𝑝.15.612

= 44 kg

Biaya Tetap
BEP (Rp) = Biaya Variabel
1−
Penjualan
𝑅𝑝.695.414
= 𝑅𝑝.2.364.000
1−
𝑅𝑝.4.600.000

𝑅𝑝.695.414
= 0.48

= Rp. 1.427.954
Berdasarkan perhitungan BEP (Break Event Point) rupiah dan unit, titik
impas terjadi apabila dengan pendapatan sebesar Rp. 1.427.954 dengan penjualan
ikan sebanyak 44 kg. Titik impas merupakan suatu tolak ukur seorang pelaku usaha
dimana pada proses produksi dapat di perhitungkan apakah penjualan tersebut
untung atau rugi dan apakah penjualan tersebut mengalami titik impas (tidak utung
dan tidak rugi).
9) Return Of Investement (ROI)
Return of Investement (ROI) merupakan nilai keuntungan yang diperoleh
pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu
tertentu, dari analisis usaha tersebut maka ROI yang diperoleh sebesar:

𝑅𝑝.1.540.586
ROI = 𝑅𝑝.3.059.414
𝑥 100%

= 50%

Dengan keuntungan yang diperoleh dalam 1 kali siklus dapat


mengembalikan modal sebesar 50%. Artinya harus menjalankan 2 kali siklus untuk
modal yang ditanam dapat dikembalikan.

10) Analisis Pay Back Periode (PP)


Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali dengan
satuan waktu (hari/bulan/tahun). Jika payback periode ini lebih dari yang
dipersyaratkan maka proyek dapat dikatakan menguntungkan demikian juga
sebaliknya. Dalam menghitung payback periode yang dibandingkan adalah
investasi awal (initial investment) dengan taksiran kas bersih (operational net cash
inflow) per tahun.
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
PP =
𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)

𝑅𝑝.35.730.000
= 𝑅𝑝.4.621.758

= 7,7

Artinya, lamanya investasi usaha dapat dikembalikan setelah 7 tahun 7 bulan


produksi.
2.5.2. Rekapitulasi Analisis Usaha Responden
Dalam usaha budidaya perikanan (pembenihan dan pembesaran) dan usaha
pengolahan perikanan di Kecamatan Cipedes dilakukan perhitungan analisis usaha
yang diguanakan untuk mengetahui layak atau tidaknya sebuah usaha untuk di
jalankan. Adapun rekapitulasi analisis usaha sampel responden di Kecamatan
Cipedes berdasarkan segmen pembesaran dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Analisis Usaha Responden Pembesaran Ikan
Nama Komo Investasi Pendapatan Biaya Keun BEP BEP PP R/C ROI
ditas produksi tungan (rupiah) (unit) (%)
Yayat Nila 35.730.000 4.600.000 3.059.414 1.540.586 1.427.954 44 7.7 1.5 50
Didin Nila 70.380.000 8.280.000 3.562.333 4.717.667 1.497.221 57 4.9 2.3 132
Surya Nila 35.395.000 3.312000 2.415.916 896.084 1.458.158 63 3.5 1.3 37
Tatang T Gurame 50.405.000 11.250.000 5.530.460 5.719.540 3.306.194 110 2.9 2.1 103
Enur Gurame 90.540.000 15.000.000 9.375.250 5.624.750 7.055.437 235 5.3 1.6 59
Nanan Nila 522.497.000 50.000.000 34.118.250 15.881.750 16.506.914 820 11 1.4 46
Tatang Nila 615.505.000 37.800.000 24.145.000 13.655.000 12.650.000 569 15 1.5 56
Yayan Gurame 134.503.571 15.000.000 10.381.785 4.618.215 8.237.919 274 29 1.4 44
Subana Nila 70.495.000 6.600.000 3.051.249 3.548.751 1.735.415 68 6.6 2.1 116
Momo Lele 500.570.000 9.500.000 4.612.083 4.887.917 6.684.062 367 5.5 2.5 96
Jojo Lele 250.578.000 6.750.000 5.399.000 1.357.000 5.098.000 318 15 1.2 25
Sugiharto Nila 224.440.000 11.500.000 9.106.665 2.393.335 7.713.330 321 23 1.2 26
Teten Lele 179.540.000 14.000.000 9.728.054 4.471.946 6.070.135 253 13 1.4 45
Iyan Lele 9.090.000 5.000.000 2.076.527 2.923.473 1.659.444 114 2.2 1.2 27
Kundang Nila 78.900.000 4.600.000 3.609.722 990.278 2.659.305 103 19 1.2 27
Jajang Nila 15.950.000 900.000 501.944 411.944 229.888 11 9.6 1.7 82
Rata – rata 179.657.411 12.755.750 8.167.103 4.602.389 5.249.336 234 11 1.6 60

Sumber : Data Primer 2019

Pada Tabel 22. Analisis usaha responden sampel segmen pembesaran di


Kecamatan Cipedes memiliki nilai rata – rata keuntungan sebsesar Rp 4.602.389,-
dan melebihi UMR Kota Tasikmalaya, akan tetapi tidak semua pelaku usaha
memiliki keuntungan yang besar. Dari 16 responden sampel 11 responden memiliki
keuntungan di atas UMR Kota Tasikmalaya, sedangkan 5 responden sampel
keuntungannya di bawah UMR Kota Tasikmalaya. Pada segmen Budidaya
pembesaran berdasarkan responden sampel di Kecamatan Cipedes, Keuntungan
tertinggi diperoleh oleh Bapak Nanan dalam usaha pembesaran ikan nila yang
memperoleh Rp 15.881.750,- dalam sekali siklus pembesaran dan mempunyai nilai
ROI sebesar 46 %, sedangkan responden yang memiliki keuntungan rendah pada
segmen pembesaran yaitu Bapak Jajang dalam usaha pembesaran ikan nila yang
memperoleh keuntungan Rp 411.944,- dalam sekali siklus dan mempunyai nilai
ROI sebesar 82 %. Banyak faktor yang mempengeruhi keuntungan yang di dapat
oleh para pelaku usaha dimulai dari luas wadah budidaya, padat tebar ikan, dan
tingkat kematian pada ikan.
Dari hasil rekapitulasi analisis usaha pada responden sampel dapat
disimpulkan bahwa nilai keuntungan yang di peroleh oleh pelaku usaha dipengaruhi
berbagai faktor mulai dari luas lahan yang digunakan, padat tebar pada proses
budidaya dan tingkat mortalitas yang dipengaruhi oleh kualitas air dan pemberian
pakan yang baik mempengaruhi kelangsungan hidup ikan. Keuntungan yang kecil
belum tentu bisa dibilang rugi tergantung dari proses produksi yang dilakukan oleh
pelaku usaha.

2.6. Sistem Penyuluhan Perikanan


Sistem penyuluhan perikanan di Kecamatan Cipedes sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan lima unsur pokok sistem penyuluhan perikanan, meskipun
begitu masih ada beberapa hal yang menadi hambatan bagi penyuluhan di
Kecamatan Cipedes terutama di aspek sumber daya manusia yang masih sulit
meluangkan waktu untuk menerima penyuluhan.

2.6.1. Data Posluhkan


Pos penyuluhan perikanan di Kota Tasikmalaya telah terbentuk sebanyak 1
unit. Posluh dibentuk dari, oleh dan untuk kelompok, dikelola oleh penyuluh
perikanan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pelaku utama dan pelaku
usaha. Posluhkan Kota Tasikmalaya berada di JL. Letda Lily Rochli, Kecamatan
Cipedes, Kota Tasikmalaya.

2.6.2. Ketenagaan Penyuluh Kecamatan Cipedes


Berdasarkan UU Republik Indonesia tahun 2006 BAB VI mengenai tenaga
penyuluh bahwa penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta,
dan/atau penyuluh swadaya. Pengangkatan dan penempatan penyuluh PNS
disesuaikan dengan kebutuhan dan formasi yang tersedia berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Keberadaan penyuluh swasta dan penyuluh swadaya bersifat
mandiri untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Adapun
ketenagaan penyuluh di Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Data Ketenagaan Penyuluh di Kecamatan Cipedes


No Nama Jenis Penyuluh Bid. Keahlian
1 Eva Ravela Nopianti S,S.Pi PPB Perikanan
Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan Tabel 24. ketenagaan penyuluh yang ada di Kecamatan Cipedes
hanya ada satu orang yang mencakup dari 4 kelurahan yaitu kelurahan Cipedes,
Kelurahan Panglayungan, Kelurahan Nagarasari dan Keluarahan Sukamanah.

2.6.3. Data Program Pemerintah


Dalam rangka mengembangkan berbagai komoditas perikanan di
Kecamatan Cipedes, diperlukan adanya peningkatan produksi/produktivitas,
peningkatan luas areal panen dan meningkatkan populasi. Untuk mendukung
tercapainya hal tersebut maka ditetapkan sasaran intensifikasi dari berbagai
komoditas dan sasaran pembinaan kelompok tani ikan.
Pada tahun 2018 terdapat kebijakan pemerintah bidang perikanan yang
diterapkan di Kecamatan Cipedes diantaranya penyediaan benih, induk,pakan,
obat-obatan, peralatan, penembokan kolam, dan penembokan jaringan irigasi
melalui kegiatan bantuan pemerintah daerah, provinsi maupun dari Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Selain itu juga, pemerintah juga memfasilitasi para
pembudidaya ikan melalui kegiatan pembinaan/pelatihan/study banding guna
menunjang produktivitas perikanan di Kecamatan Cipedes.

2.6.4. Sasaran Penyuluhan


Sasaran penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha yang di
Kecamatan Cipedes. Jumlah pelaku utama dan pelaku usaha yang ada di Kecamatan
Cipedes yaitu 306 RTP dibidang pembenihan, pembesaran dan pengolahan, lebih
dari 70 % diantaranya masih berbentuk usaha skala kecil (rata-rata pemilikan kolam
± 671 m2) dengan aksesibilitas permodalan yang terbatas, sehingga bidang usaha
perikanan masih sebatas untuk pemenuhan kebutuhan keluarga (subsistem),
demikian juga dengan lahan sawah teknis belum dimanfaatkan secara optimal untuk
pemeliharaan ikan (minapadi).

2.6.5. Penyelenggaraan Penyuluhan


Penyelenggaraan penyuluhan di Kecamatan Cipedes masih banyak
terhambat oleh sasaran yang masih sulit untuk melakukan perkumpulan bersama
kelompok dikarenakan waktu yang tidak relevan untuk kumpul. Adapun
penyelenggaraan penyuluhan di Kecamatan Cipedes sebagai berikut:
1) Perencanaan Penyuluhan
Perencanaan kegiatan penyuluhan perikanan di Kecamatan Cipedes
dilakukan oleh tim penyuluh yang bertanggung jawab untuk membina kelompok di
Kecamatan tersebut. Kegiatan penyuluhan perikana tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah atau hambatan yang dihadapi oleh pelaku utama yang
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan secara
langsung kepada pelaku utama terkait mengenai masalah atau hambatan yang
dihadapinya. Kemudian dilakukan juga observasi ke lokasi usaha yang dijalankan
untuk mengamati dan menentukan masalah yang dihhadapi pelaku utama baik dari
segi teknis maupun dari segi manajerialnya. Setelah diketahui permasalahannya,
kemudianditetukan solusi upaya untuk pemecahan masalah atau kendala yang
dihadapi tersebut.
2) Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan disesuaikan dengan permasalahan atau hambatan yang
dihadapi oleh sasaran seperti cara mengatasi hama dan penyakit , mengenai
pemberian pakan pellet pengganti pakan alternative, pentingnya koordinasi antar
anggota kelompok, dan mengenai pentingnya pengisian buku administrasi
kelompok.
3) Metoda Penyuluhan
Metode penyuluhan di Kecamatan Cipedes dipilih berdasarkan sasaran, tujuan,
materi, waktu, sarana dan biaya yang tersedia. Metode penyuluhan yang digunakan
meliputi metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan individu
menggunakan anjangsana.
4) Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan yang
dilaksanakan, perlu dilakukan evaluasi untuk setiap jenis kegiatan penyuluhan yang
dilakukan. Evaluasi penyuluhan dapat dilakukan sebelum pelaksanaan, saat
pelaksanaan penyuluhan berlangsung dan sesudah pelaksanaan penyuluhan
berlangsung. Selain itu, evaluasi kegiatan penyuluhan dapat dilihat sejauh mana
sasaran menerapkan materi yang disampaikan pada usaha yang dijalankannya.
Evaluasi penyuluhan yang dilaksanakan di Kecamatan Cipedes dilakukan
setiap satu bulan sekali yaitu dengan cara rapat rutin atau pertemuan rutin kelompok
yang dihadiri oleh penyuluh Kecamatan Cipedes dan seluruh anggota kelompok.
5) Pembiayaan
Sumber biaya kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Kecamatan Cipedes
yaitu APBN (kementrian), APBD I (pemerintah provinsi) dan APBD II (pemerintah
kota).

2.7. Analisis Masalah


Hasil dari identifikasi potensi wilayah yang dilakukan di Kecamatan
Cipedes terhadap penetapan masalah, analisis masalah menggunakan diagram Tree
Analysis (Pohon Masalah). Tree Analysis ini menunjukan sebuah dampak atau
akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya efek atau akibat.

Analisis permasalahan dalam usaha budidaya perikanan di Kecamatan


Cipedes dibagi menjadi 3 aspek yaitu, aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek
sosial. Adapun untuk permasalahn teknis secara umum dalam usaha budidaya
perikanan yang berada di Kecamatan cipedes adalah produktifitas yang masih
rendah pada saat panen sehingga keuntungan yang di peroleh oleh pelaku usaha
berkurang dan biaya produksi yang tinggi menjadi salah satu penyebab keuntungan
rendah.

2.7.1. Pohon Masalah


Pohon masalah berfungsi sebagai alat untuk menganalisis suatu
permasalahan sehingga terlihat rinci dimulai dari permsalahan umum sampai ke
akar suatu permasalahan, dan disajikan dengan jelas, di Kecamatan Cipedes sendiri
permasalahan yang paling mendasar adalah biaya produksi yangn tinggi
diakbiatkan oleh harga pakan pellet yang tinggi dan para pelaku usaha belum
mengetahui tentang penerapan pakan alami pada budidaya pembesaran ikan nila.
Berikut adalah pohon masalah budidaya pembesaran ikan nila di Kecamatan
Cipedes. Untuk lebih jelasnya permasalahan teknis pada aspek budidaya
pembesaran ikan di Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada Gambar 9.
Produksi Rendah

Teknik Budidaya Masih Mortalitas Pada Proses


Pertumbuhan Lambat
Tradisional Budidaya

kurangnya
pengetahuan pelaku pengelolaan pakan
pemanfaatan lahan penglolaan kualitas air
utama terhadap masih rendah dan
budidaya belum optimal belum optimal
penggunaan teknologi harga pellet mahal
modern

pembudidaya belum
belum adanya
mengetahui inovasi
penerapan Biosecurity
pakan alternatif

Gambar 9. Pohon Masalah Budidaya pembesaran Aspek Teknis

Pada Gambar 9. Aspek teknis pada permasalahan budidaya pembesaran


adalah rendahnya produksi ikan yang berakibat pada rendahnya penghasilan pelaku
usaha di Kecamatan Cipedes. Kurangnya pengetahuan mengenai teiknik budidaya
modern dan pemanfaatan lahan yang belum optimal menjadi salah satu akar
permasalahan yang terjadi pada usaha budidaya perikanan selain itu pengelolaan
kualitas air yang belum optimal menyebabkan mortalitas pada proses pembesaran
ikan serta kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan kurang baik mengakibatkan
pertumbuhan benih yang lambat, disamping itu harga pakan pellet yang mahal
menjadi salah satu faktor permasalahan utama pada saat proses budidaya
berlangsung yang menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan keuntungan yang
rendah. Adapun permasalahan budidaya pembesaran ikan nila pada aspek ekonomi
di Kecamatan Cipedes dapat dilihat pada Gambar 10.

keuntungan
rendah

Minimnya informasi
Keterbatasan modal mengenai pemasaran
biaya produksi tinggi
usaha
luas

Gambar 10. Pohon Masalah Budidaya Pembesaran Aspek Ekonomi


Pada Gambar 10. Permasalahan umum dalam budidaya pembesaran dalam
aspek ekonomi di Kecamatan Cipedes adalah keuntungan yang rendah, adapun akar
permasalahan dari permasalahan umum tersebut adalah keterbatasan modal yang
dimiliki oleh pelaku usaha, biaya produksi yang tinggi dan minimnya informasi
mengenai pemasaran secara luas sehingga distribusi produk hasil budidaya masih
belum tersebar secara maksimal di pasaran. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh
pelaku usaha mengakibatkan kuantitas pakan pellet yang dibeli sedikit, sedangkan
harga pellet yang tinggi menjadikan para pembudidaya menekan biaya produksi
dengan cara memberikan pakan pellet yang terbatas pada proses budidaya.

fungsi kelompok belum


berjalan dengan baik

Belum menjadikan
Kurangnya sosialisasi
Struktur organisasi yang kelompok sebagai
mengenai fungsi
belum terorganisir sumber informasi dan
kelompok
inovasi

Gambar 13. Pohon Masalah Aspek sosial pada kelompok perikanan

Pada Gambar 13. Pohon permasalahan pada aspek sosial di Kecamatan


Cipedes yaitu fungsi kelompok yang belum berjalan dengan baik yang berakibat
pada kegiatan budidaya yang kurang terkontrol. Peran sosial anggota kelompok
yang belum berjalan dan kesadaran dari setiap anggota kelompok menjadikan
kelompok perikanan tidak berjalan dengan baik.

Dari hasil identifikasi permasalahan di Kecamatan Cipedes, permasalahan


yang dialami oleh pelaku usaha perikanan berakibat pada rendahnya keuntungan
yang di dapat oleh pelaku usaha sehingga usaha di bidang perikanan menjadi sulit
untuk di jalankan. Kekeringan yang berkepanjangan berpengaruh besar baik di
bidang budidaya perikanan maupun di bidang usaha pengolahan hasil perikanan,
dalam bidang budidaya perikanan kekeringan menyebabkan kurangnya sumber air
dan buruk nya kualitas air yang menjadi media hidup ikan, ikan mengalami
kematian dan produktifitas berkurang.
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Akhir akan dilaksanakan mulai tanggal 2 Maret 2020
sampai dengan tanggal 15 Mei 2020 bertempat di wilayah Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.

3.2 Jenis, Sumber, Alat dan Teknik Pengumpulan Data


Data yang diambil dalam kegiatan ini terdiri dari dua jenis data yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan
menggunakan perangkat kuisoner hasil observasi secara langsung maupun
wawancara dengan narasumber terutama dengan pelaku usaha yang berada di lokasi
selama kegiatan praktek. Dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil
studi literatur selama di lokasi praktek maupun di kampus sebelum kegiatan praktek
dilaksanakan.
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti atau
dari rumah tangga perikanan (RTP). Data ini belum mengalami modifikasi atau
pengolahan lebih lanjut. Sumber untuk memperoleh data primer adalah semua yang
tergabung dalam kelompok pembudidaya, penyuluh perikanan, pedagang, dan
pihak yang mendukung kegiatan perikanan.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan langsung dari objek yang
diteliti. Data ini biasanya berbentuk dokumen, baik yang belum atau sudah
mengalami modifikasi serta pengolahan lebih lanjut. Untuk memperoleh data
sekunder ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Data sekunder didapatkan dari
pengumpulan data dan informasi berupa dokumen wilayah, monografi dan data
penunjang lainnya. Sumber untuk memperoleh data diambil dari instansi terkait
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Gunugkidul, studi literatur, dan internet.
Alat pengambilan data yang digunakan untuk menggali data dalam kegiatan
praktek ini adalah kuisioner. Jenis pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner
berupa instrumen evaluasi pre-test (lampiran ...) dan post-test (lampiran...) dalam Commented [A2]: Kasih borangg di lampiran nanti
setiap kegiatan yang akan dilakukan mengenai sistem produksi, sistem usaha, dan
sistem penyuluhan perikanan.
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam kegiatan praktek yaitu
melalui kuisoner dan wawancara, observasi dan studi pustaka. Kuisoner adalah
teknik pengumpulan data berupa lembar pertanyaan dengan tujuan mengetahui
pengetahuan para pelaku utama/pelaku usaha tersebut. Wawancara yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara bertatap langsung dengan sumber data. Observasi
merupakan kegiatan pengamatan langsung terkait dengan sistem penyuluhan,
sistem produksi dan sistem usaha perikanan dilokasi praktek.

3.3 Rencana Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan Praktik Akhir yang akan dilaksanakan di Kecamatan Cipedes dengan
sasaran pelaku usaha budidaya pembesaran ikan nila. Materi yang akan
disampaikan disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan sasaran
penyuluhan. Berdasarkan hasil pengamatan langsung saat praktik keahlian
mengenai permasalahan yang terdapat pada usaha budidaya pembesaran ikan nila,
materi yang akan diberikan pada saat praktik akhir meliputi : dempond pembesaran
nila, Budidaya pakan tambahan azola dan peningkatan fungsi kelompok

Dempond Pembesaran Ikan Nila


Tingginya biaya produksi pembesaran ikan nila di Kecamatan Cipedes
disebabkan oleh ketergantungan penggunaan pakan pellet. Oleh sebab itu, perlu
dilakukannya pengenalan teknologi baru melalui pemberian pakan azolla sebagai
pakan tambahan untuk menekan biaya produksi pada budidaya pembesaran ikan
nila di Kecamatan Cipedes.
1) Tujuan
Memperkenalkan teknologi inovasi yaitu budidaya azolla sebagai pakan
tambahan agar menekan biaya produksi, cara budidaya azolla sebagai pakan
tambahan dan meningkatkan keuntungan dalam usaha budidaya.
2) Waktu dan Lokasi
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan dengan metode kolam
percontohan (dempond) yaitu pada minggu kedua bulan Maret sampai minggu
kedua pada bulan Mei tahun 2020. Lokasi yang akan digunakan untuk
melakukan dempond yaitu kolam budidaya salah satu anggota kelompok
pembudidaya ikan nila di Kecamatan Cipedes.
3) Sasaran
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan dengan metode kolam
percontohan (dempond) pembesaran ikan nila, sasaran penyuluhan adalah
kelompok pembudidaya dan pelaku usaha di Kecamatan Cipedes yang
membutuhkan binaan pada suatu informasi teknologi pada usaha pembesaran
ikan nila. Sasaran kegiatan penyuluhan sekitar 15 orang atau satu kelompok
4) Materi
Materi yang akan diberikan kepada pembudidaya ikan nila dalam segmen
pembesaran yaitu materi mengenai budidaya azolla serta azolla sebagai pakan
tambahan guna menekan biaya produksi ikan nila di Kecamatan Cipedes.
Materi tentang budidaya azolla juga meliputi manfaat, kegunaan dan dosis serta
cara penggunannya.
5) Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan yang digunakan adalah demonstrasi kolam percontohan
yang merupakan metode penyuluhan melalui pendekatan kelompok. Metode
pendekatan kelompok digunakan dengan metode damonstrasi percontohan
dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembudidaya dan
masyarakat tentang kegiatan pembesaran dengan pakan tambahan azolla pada
usaha pembesaran ikan nila.
6) Media Penyuluhan
Media yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah pemaparan materi
menggunakan media informasi seperti folder/leaflet dan peta singkap. Media
lainnya adalah kolam percontohan yang menjadi objek utama dalam kegiatan
penyuluhan perikanan dengan metode dempond.
7) Rancangan Anggaran Biaya
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan perikanan dengan metode kolam
percontohan (dempond) pembesaran ikan nila ini perlu disusun rancangan
anggaran biaya selama proses Praktik Akhir agar kegiatan penyuluhan dapat
berjalan dengan lancar. Adapun rancangan anggaran biaya dari kegiatan ini
dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Rancangan Anggaran Biaya Dempond Pembesaran Ikan Nila
No Bahan Satuan Jumlah Harga Total
Satuan (Rp) Harga (Rp)
1. Surat undangan Lembar 20 500 10.000
2. Print materi dempond Lembar 20 2000 40.000
3. Print Kuisioner Lembar 13 1000 13.000
4. Sewa kolam Unit 2 200.000 400.000
5. Benih Ekor 500 450 225.000
6. Tenaga kerja Orang 1 150.000 150.000
7. Tranportasi - - - 50.000
8. Konsumsi Buah 20 5.000 100.000
9. Pakan Kg 200 7.000 1.400.000
10. Vitamin Buah 1 30.000 30.000
11. Pupuk Organik Kg 25 1.000 25.000
12. Pembuatan Spanduk Buah 2 75.000 150.000
ukuran 2x3 m
Jumlah 2.518.000
Sumber : Data Hasil Olahan,2020
Rancangan anggaran biaya terebut hanya sebagai pedoman dan sewaktu-
waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

Prosedur Dempond Pembesaran Ikan Nila


Prosedur kegiatan dempond yaitu persiapan yang meliputi perizinan dan
koordinasi dengan penyuluh dan pelaku usaha budidaya perikanan Kecamatan
Cipedes, menentukan lokasi dempond, menyiapkan alat dan media untuk kegiatan
penyuluhan pada saat pertemuan kelompok dan menyiapkan alat dan bahan untuk
kegiatan dempond. Berikut teknik pembesaran ikan nila meliputi :
1) Persiapan kolam
Pengeringan dilakukan kolam selama 3-7 hari hingga permukaan tanah
mengalami retak-retak.
2) Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran dilakukan dengan kapur tohor dengan dosis 25-50 gr/m2. Waktu
pengapuran, pengapuran dilakukan saerah dengan hembusan angin agar
kapur tidak terbawa oleh hembusan angin. Pemupukan dilakukan dengan
pupuk postal dengan dosis 200-250 gr/m2 yang dilakukan di dasar dan daerah
pematang.
3) Pengisian air
Kolam diisi hingga ketinggian ±100 cm, dan didiamkan hingga 3 hari
sebelum ditebar benih ikan.
4) Penebaran benih
Lakukan aklimatisasi benih di kolam budidaya selama ± 5-15 menit.
Aplikasikan adat tebar benih sesuai dengan kondisi lingkungan dan ukuran
ikan. Padat tebar ikan nila pada kolam air tenang mencapai 10 ekor m2
5) Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari dengan dosis disesuaikan
dengan biomas ikan.
6) Monitoring
Lakukan pengontrolan secara berkala pada pengontrolan kualitas air maupun
pertumbuhan ikan melalui sampling dengan waktu sampling berkisar 7 hari
sekali.
7) Pengendalian hama dan penyakit
Lakukan pencegahan melalu pengelolaan kualitas air, menjaga kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan, melakukan sanitasi serta disinfeksi wadah
dan alat yang digunakan selama pemeliharaan. Dan lakukan pengobatan
dilakukan apabila ikan sudah terserang penyakit yang menyerang ikan.
8) Panen dan pasca panen
Lakukan panen dan distribusi pada suhu rendah yaitu pagi hari/sore hari.
Selama pengangkutan suhu dipertahankan rendah berkisar 21℃-25℃,
lakukan pemberokan selama ±24 jam terhadap ikan yang akan dikirim
melalui perjalanan lebih dari 12 jam. Panen dilakukan pada saat ikan nila
berumur 2-3 bulan atau pada saat bobot dari ikan nila mencapai 250 gr/ekor
(size 4).

Budidaya Azolla
Prosedur budiaya azolla meliputi persiapan sebelum dempond kolam ikan
nila sehingga saat mulai proses produksi, azolla siap digunakan untuk pakan
tambahan. Berikut teknik budidaya azolla meliputi :
1) Persiapan Kolam
Kolam lalu diisi air dengan ketinggian 10-20 cm. Untuk kolam
terpal, perlu ditambahkan lumpur pada bagian dasarnya agar
menyerupai habitat aslinya yaitu di sawah atau rawa. Lumpur sisa
panen ikan bisa dijadikan alternatif pilihan.
2) Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk dilakukan 3-7 hari sebelum bibit azolla ditaburkan
agar pupuk dapat terfermentasi dengan sempurna. Ketika
memberikan pupuk kandang, yang harus diperhatikan adalah aroma
bau airnya. Jika air bau, itu berarti pupuk belum terfermentasi
dengan sempurna. Jika menemui kondisi yang seperti ini, jangan
memasukkan bibit Azolla ke dalam media budidaya karena bisa
menyebabkan Azolla mati.
3) Penebaran bibit azolla
Sebelum menebar bibit, pastikan kolam tidak berbau dan pupuk
telah terfermentasi dengan sempurna. Takaran bibit yang digunakan
adalah sebanyak 50-70 gram per meter persegi, kemudian didiamkan
hingga kurang lebih 2 minggu dengan tetap menjaga ketinggian air.
4) Panen azolla
Umumnya Azolla bisa dipanen 14 hari setelah tanggal
pembibitannya. Pemanenan dilakukan saat Azolla sudah kelihatan
menumpuk dan menebal menutupi seluruh permukaan kolam. Agar
tanaman azolla tetap berkembang, sebaiknya Azolla dipanen
secukupnya atau sekitar 50% saja, agar kedepannya Azolla bisa
dipanen setiap 1-2 minggu sekali.

Program Kegiatan dalam Peningkatan Peran dan Fungsi Kelompok


Program kegiatan dengan melakukan pertemuan kelompok dalam
peningkatan peran dan fungsi kelompok. Kecamatan Cipedes ini mempunyai 11
kelompok perikanan yang terdiri dari kelompok budidaya pembesaran ikan,
kelompok budidaya pembenihan ikan dan kelompok pengolah hasil perikanan.
Dalam menjalankan usahanya dibidang perikanan, masyarakat di Kecamatan
Cipedes masih menggunakan teknologi secara tradisional baik dibidang
pembesaran, pembenihan dan pengolahan. Di dalam setiap kelompok terdapat
fungsi kelompok yaitu kelompok sebagai wahana belajar, sebagai wahana
kerjasama, sebagai unit usaha/produksi, sebagai kegiatan swadaya dan swadana,
sebagai unit jasa penunjang, dan sebagai organisasi kegiatan bersama. Diharapkan
dengan adanya pembinaan kelompok pada pelaku utama perikanan di Kecamatan
Cipedes dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap
setiap anggota kelompok.
1) Tujuan
Memberikan pengetahuan kepada pembudidaya ikan nila tentang manfaat,
peran serta fungsi kelompok berdasarkan Kepmen KP Nomor 14/MEN/2012. Commented [A3]: Pelajari kepment itu

Diharapkan dengan adanya kegiatan penyuluhan tentang peran dan fungsi


kelompok ini, para pembudidaya dapat menerapkannya sehingga kegiatan usaha
dapat berjalan efektif.
2) Waktu
Pelaksanaan pertemuan kelompok yaitu pada minggu pertama bulan Maret
sampai dengan minggu kedua bulan Mei tahun 2019. Kegiatan penyuluhan tentang
peran fungsi kelompok dilakukan antara 3-4 kali atau sesuai dengan kondisi di
lapangan.
3) Lokasi
Kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah pembudidaya atau tempat
perkumpulan kelompok perikanan di Kecamatan Cipedes. Rumah pembudidaya
yang biasanya digunakan untuk kegiatan pertemuan adalah rumah ketua kelompok
atau bahkan di saung kelompok.
4) Sasaran
Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, sasaran yang ingin diberikan materi
adalah kelompok pembudidaya ikan nila di Kecamatan Cipedes. Sasaran
penyuluhan menyesuaikan kondisi di lapangan.
5) Materi
Materi yang akan diberikan kepada kelompok pembudidaya ikan nila dalam
mengembangkan kelompok adalah dengan cara dengan memberikan materi
tentang pentingnya kelompok, peran dan fungsi kelompok dalam usaha
pembesaran ikan nila.
6) Metode penyuluhan
Metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah dan diskuis, diharapkan
kegiatan penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap pelaku utama khususnya dibidang pengembangan
kelompok.
7) Media penyuluhan
Media yang akan digunakan dalam kegiatan pertemuan kelompok adalah,
leaflet, folder dan peta singkap dll. Kegiatan penyuluhan tentang peran dan fungsi
kelompok akan dilaksanakan bersama-sama dengan penyuluh peikanan di
Kecamatan Cipedes.
8) Rancangan Anggaran Biaya
Dalam pelaksanaan kegiatan pertemuan kelompok, perlu disusun rancangan
anggaran biaya agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Rancangan anggaran
biaya tersebut digunakan untuk mengetahui kebutuhan biaya yang berkaitan
dengan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Rancangan
anggaran biaya juga dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan yang akan datang. Adapun rancangan anggaran dari kegiatan
sosialisasi kelompok dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Rancangan Anggaran Biaya Pertemuan Kelompok.
No Bahan Jumlah Harga Total
Satuan (Rp) Harga (Rp)
1. Surat Undangan 20 500 10.000
2. Print Materi 30 3.000 90.000
3. Konsumsi 20 5.000 100.000
4. Print banner 1 150.000 150.000
5. Transportasi - 50.000 50.000
Jumlah 400.000
Sumber : Data Hasil Olahan, 2020
9) Prosedur
Sebelum melakukan kegiatan pertemuan kelompok terlebih dahulu dilakukan
koordinasi dengan penyuluh perikanan di Kecamatan Cipedes dan ketua kelompok
pada tahap perencanaan, pada tahap pelaksanaan yaitu mempersiapkan media,
materi dan semua perlengkapan yang akan digunakan serta pelaksanaan pertemuan
kelompok. Peningkatan kinerja kelompok dilakukan dengan memberikan materi
berupa peran dan fungsi kelompok. Metode yang dilakukan dalam penyampaian
materi yaitu pertemuan kelompok dan anjangsana.
10) Evaluasi
Kegiatan ini dievaluasi berdasarkan pengetahuan dan sikap pembudidaya.
Evaluasi dilakukan pada saat sebelum pemberian materi dengan melakukan
wawancara terkait dengan kuesioner pre test dan setelah pemberian materi juga
terkait kuesioner post test. Kuesioner tersebut berupa soal yang berkaitan dengan
materi.

Temu Lapang Pembesaran Ikan Nila


Kegiatan temu lapang sebagai salah satu metode pemberdayaan pelaku
utama melalui pertemuan kelompok dengan penyuluh serta anggota kelompok
lainnya yang mewakili untuk saling tukar menukar informasi tentang inovasi
teknologi yang telah diterapkan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada saat panen
atau pada tahapan proses budidaya untuk menyampaikan pesan terkait dengan
penerapan inovasi teknologi.
1) Tujuan
Memberikan pengetahuan dan informasi tentang perkembangan inovasi
teknologi yang sudah diterapkan pada saat proses budidaya berlangsung dan saling
bertukar informasi antar pembudidaya bahkan antara pembudidaya dengan
penyuluh setempat.
2) Waktu dan lokasi
Pelaksanaan temu lapang yaitu dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Mei
2020 dan bertempat di rumah ketua kelompok dan lokasi budidaya pembesaran
ikan nila.
3) Sasaran
Dalam pelaksanaan temu lapang, sasaran yang ingin dituju adalah kelompok
pembudidaya ikan nila yang ada di Kecamatan Cipedes. Sasaran penyuluhan juga
bersifat tentative dengan melihat kondisi di lapangan.
4) Materi
Materi yang akan diberikan kepada kelompok pembudidaya ikan nila yaitu
tentang pengaruh azolla sebagai pakan tambahan yang telah diterapkan pada salah
satu kelompok pembudidaya ikan nila yang ada di Kecamatan Cipedes.
5) Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan adalah temu lapang.
6) Media Penyuluhan
Media yang digunakan dalam kegiatan temu lapang berupa folder, tayangan
slide. Kegiatan penyuluhan tentang evaluasi pengaruh penerapan inovasi teknologi
akan dilaksanakan bersama-sama dengan perwakilan kelompok yang ada di
Kecamatan Cipedes.
7) Rancangan Anggaran Biaya
Dalam pelaksanaan kegiatan temu lapangan, perlu disusun rancangan anggaran
biaya agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Rancangan anggaran biaya
tersebut digunakan untuk mengetahui kebutuhan biaya yang berkaitan dengan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Rancangan anggaran biaya
juga dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang
akan datang. Adapun rancangan anggaran buatan dari kegiatan temu lapang dapat
dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Rancangan Anggaran Biaya Temu Lapang
No Bahan Jumlah Harga Total
Satuan Harga (Rp)
(Rp)
1. Surat undangan 20 500 10.000
2. Print Folder 30 3000 90.000
3. Konsumsi 30 5000 150.000
4. Print Banner 1 150.000 150.000
5. Transportasi - 50.000 50.000
6. ATK - 50.000 50.000
JUMLAH 505.000
Sumber : Data Hasil Olahan, 2020
8) Prosedur
Prosedur yang dilakukan sebelum melakukan temu lapang yaitu terlebih dahulu
dilakukan koordinasi dengan penyuluh perikanan di Kecamatan Cipedes,
selanjutnya dilakukan koordinasi dengan ketua kelompok budidaya dan anggota
kelompok budidaya di Kecamatan Cipedes. Di dalam pelaksanaan temu lapang ,
diperlukan pimpinan sidang atau moderator, pembicara, narasumber dan penulis.
Moderatornya adalah ketua kelompok atau perwakilann yang ditunjuk, kemudian
pembicara ialah peneliti yang akan mengemukakan materi bahasan. Materi yang
akan di disampaikan adalah membandingkan hasil dari dempond dengan kegiatan
budidaya yang dilakukan oleh pelaku utama.
9) Evaluasi
Evaluasi hasil temu lapang yaitu untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi
tenkologi yang sudah diterapkan di pembudidaya. Keberhasilan kegiatan temu
lapang ini yaitu dengan cara melihat tingkatatan adopsi serta perubahan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dari sasaran.

3.4 Evaluasi Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan penyuluhan yang akan dievaluasi pada saat Praktik Akhir di
Kecamatan Cipedes yaitu kegiatan dempond pembesaran ikan nila yang dilakukan
sesuai CBIB, dempond budidaya Azolla sebagai pakan alami tambahan, serta
kegiatan peningkatan peran dan fungsi kelompok.
Hasil dari evaluasi digunakan untuk penentuan rencana kegiatan selanjutnya.
Evaluasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum (pre test) yang dilakukan bersamaan
dengan tahap pengumpulan data terhadap responden, dan sesudah (post test)
dilakukan pada minggu terakhir kegiatan Praktek Akhir (PA) dengan menggunakan
Skala Likert yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sehingga
dapat diketahui mengenai inovasi yang diterapkan. Dari hasil evaluasi kemudian
dihitung nilai perubahannya dan peningkatannya menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
 Perubahan = Post Test (%) - Pre Test (%)
 Peningkatan = Post Test (%) - Pre Test (%) x 100 %
Pre Test (%)
Perubahan pengetahuan dan sikap pembudidaya Ikan Nila diukur dengan
cara nilai post test dikurangi dengan nilai pre test. Peningkatan penilaian dihitung
dalam bentuk persen (%), dengan cara nilai post test dikurangi nilai pre test
kemudian dibagi dengan nilai pre test dan dikalikan dengan 100 %. Adapun
instrumen evaluasi yang akan digunakan disajikan pada Lampiran (). Commented [A4]: Lampiran
3.4.1. Adopsi dan Inovasi
Menurut (Totok Mardikanto, 2009) Adopsi, dalam proses penyuluhan pada
hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi atau perubahan
perilaku baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang
setelah menerima yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.
Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar tahu tetapi sampai benar benar
dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam
kehidupan dan usahanya.
Tahapan Adopsi:
1) Awareness, atau kesadaran yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi
yang ditawarkan oleh penyuluh.
2) Interest, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginannya
untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/ jauh tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkanoleh penyuluh.
3) Evaluation, atau penilaian erhadap baik/ buruk manfaat inovasi yang telah
diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4) Trial, Atau mencobadalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya,
sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
5) Adoption, atau menerima/ menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan atau diamatinya sendiri.

Inovasi, upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan,


pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan perubahan perilaku
masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup yang mencakup banyak aspek
baik ekonomi, budaya, ideologi, maupun pertahanan dan keamanan.
3.5 Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama Praktik Akhir (PA) dapat
dilihat pada Tabel 29 berikut :

Tabel 29. Jadwal Rencana Kegiatan Praktik Akhir


Waktu
(2 Maret-17 Mei)
Maret April Mei
No Kegiatan
Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pelaporan dan koordinasi kegiatan Praktik
1
Akhir kepada lembaga terkait
Mengunjungi dan besosialisasi dengan
kelompok yang akan dijadikan sasaran
2 sekaligus melakukan silaturahmi dan sosialisasi
tentang kegiatan yang akan dilakukan bersama
penyuluh
Evaluasi awal dan penyuluhan Peran dan Fungsi
3
Kelompok
Melakukan Dempond (Kolam Percontohan)
4 Pembesaran ikan nila
Melakukan budiaya azolla untuk inovasi
5 kegiatan praktek akhir
Pertemuan kelompok mengenai peran dan
6
fungsi kelompok
Temu lapang tentang kegiatan yang telah
7 dilakukan mengenai efisiensi biaya produksi

Evaluasi akhir kegiatan Praktik Akhir selama di


8
lapangan
Pembuatan draft 1 laporan praktek akhir
9
Catatan : Jadual menyesuaikan dengan kondisi dilapangan

Anda mungkin juga menyukai