Oleh :
RAGIL MUHAMMAD PRATAMA PUTRA
NRP. 52166111729
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Praktik Akhir yang berjudul “Peningkatan Perilaku Pembudidaya
Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Melalui Dempond Pembesaran
Ikan Nila Dengan Pakan Tambahan Azolla Di Kecamtan Cipedes Kota
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Lilis Supenti, S.Pi., MM., M.Si. selaku
pembimbing I dan Ibu Kamsiah, SP., M.Pd selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan proposal ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
penulisan dimasa mendatang, semoga proposal ini dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
JUMLAH 208.01 17.09 225,1 32.69 33.09 392.28 48,06 74.05 589,17
Pada Tabel 1. Luas lahan di bagi menjadi 2 kriteria yaitu luas lahan sawah
dan luas lahan darat, untuk luas lahan sawah di Kecamatan Cipedes terdapat luas
lahan sawah teknis dan luas lahan sawah irigasi sederhana dengan total luas sebesar
225,1 ha, sedangkan untuk luas lahan darat dibagi menjadi beberapa wilayah seperti
pekarangan, tegal/kebun, pemukiman, kolam dan lain-lain (Jalan dsb.) dengan luas
total lahan darat sebesar 589,17 ha. Terdapat 4 keluarahan yang memiliki potensi
lahan perikanan berupa kolam di Kecamatan Cipedes dengan luas kolam yang
terdapat di masing – masing kelurahan yaitu 4,48 ha di Kelurahan Cipedes, 3,8 ha
di Kelurahan Panglayungan, 16,91 ha di Kelurahan Nagarasari dan 22,87 ha di
Kelurahan Sukamanah. Total luas kolam dari 4 kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Cipedes yaitu sebesar 48,06 ha berupa kolam pembenihan 0,02 ha dan
kolam pembesaran sebesar 47,951 ha (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Tasikmalaya).
Dari Tabel 1. Dapat disimpulkan bahwa luas lahan persawahan lebih besar
dari luas lahan perikanan yang terdapat di Kecamatan Cipedes, dengan luas lahan
sawah sebesar 225,1 ha dan luas lahan perikanan berupa kolam sebesar 48,06 ha,
sedangkan dilihat dari pemanfaatan lahan darat yang terdapat di Kecamatan
Cipedes, pemukiman warga menjadi pemakai lahan terbesar dengan total luas
lahan sebesar 392,28 ha. Pemakaian lahan persawahan lebih besar dibandingkan
lahan perikanan yang ada di Kecamatan Cipedes, hal itu dikarenakan banyaknya
masyarakat yang mempunyai sawah sejak dulu dan bercocok tanam padi
dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai kolam, karena beras merupakan
kebutuhan pangan pokok bagi setiap masyarakat indonesia dibanding dengan
produk hasil perikanan, sehingga masyarakat lebih memilih untuk menjadi petani
padi.
Luas lahan perkarangan yang terdapat di Kecamatan Cipedes dapat
dimanfaatkan untuk usaha perikanan di bidang budidaya dan pengolahan dengan
memanfaatkan lahan pekarangan tersebut sebagai tempat produksi usaha perikanan.
Pada usaha budidaya perikanan pemanfaatan luas pekarangan di sekitar rumah
digunakan sebagai tempat untuk kolam terpal dan pada usaha pengolahan luas
pekarangan digunakan sebagai lahan untuk penjemuran produk perikanan seperti
penjemuran kerupuk ikan yang masih bergantung pada matahari untuk
menghilangkan kadar air pada produk olahan tersebut.
Pada Tabel 7. Terdapat penduduk yang belum bekerja dan tidak bekerja di
Kecamatan Cipedes yang memiliki persentase penduduk paling besar dari
keseluruhan penduduk di Kecamatan Cipedes dengan jumlah penduduk yang belum
bekerja sebesar 18,62 % atau sebanyak 12.929 orang dan jumlah penduduk tidak
bekerja sebesar 13,95 % atau sebanyak 9.685 orang. Penduduk yang belum bekerja
adalah penduduk yang masih dalam masa pengangguran dan belum mendapat
kesempatan bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan berbeda dengan penduduk
yang tidak bekerja, penduduk yang tidak bekerja adalah penduduk atau orang yang
tidak mencari pekerjaan karena sudah tidak dalam masa untuk bekerja atau merasa
tidak mungkin memperoleh pekerjaan. Berbeda dengan penduduk yang belum
bekerja dan tidak bekerja, penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai pejabat
negara di Kecamatan Cipedes berjumlah paling sedikit yaitu 0,04 % atau sebanyak
31 orang. Pejabat negara adalah pejabat yang lingkungan kerjanya berada pada
lembaga negara dan menjalankan fungsinya untuk dan atas nama negara, sebagai
contoh pejabat negara adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Menteri dan jabatan setingkat Menteri, Gubernur dan Wakil
Gubernur dan pejabat negara lainnya yaang ditentukan oleh Undang – Undang.
Pada Tabel 7. Berdasarkan data kependudukan di Kecamatan Cipedes tidak
terdapat data kependudukan untuk rumah tangga perikanan, rumah tangga
perikanan di Kecamatan Cipedes memiliki identitas sebagai buruh harian lepas dan
wiraswasta. Adapun rumah tangga perikanan di Kecamatan Cipedes dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rumah Tangga Perikanan di Kecamatan Cipedes
Jumlah Penduduk Persentase (%)
Keterangan
(Orang)
Jumlah RTP di Kecamatan Cipedes 306 0.44
Jumlah Non RTP di Kecamatan Cipedes 69.105 99.56
JUMLAH 69.411 100
Sumber : Laporan Penyuluh Perikanan Kecamatan Cipedes, 2018
Data pada Tabel 9. maka dapat dilihat jika jumlah kelompok aktif yang ada
di Kecamatan Cipedes yaitu 11 kelompok. Kelas kelompok di Kecamatan Cipedes
ini rata-rata masih kelas pemula dan madya. Hal ini disebabkan oleh kelompok
belum memenuhi syarat untuk naik kelas berikutnya, contohnya dalam
menjalankan buku administrasi 7 dari 10 kelompok tidak menjalankan proses
administrasi kelompoknya. Adapun penilaian fungsi kelompok dapat dilihat pada
Tabel 10.
Pada Tabel 11. Jumlah rata – rata keuntungan pelaku usaha perikanan pada
3 segmen usaha yaitu sebesar Rp 4.602.389,- pada segmen pembesaran, Rp
1.458.122,- pada segmen pembenihan dan Rp 2.082.052,- pada segmen
pengolahan. Untuk lebih lengkapnya kondisi ekonomi pelaku perikanan sampel
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Produksi rendah menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh pelaku
usaha budidaya pembesaran ikan nila yang berada di Kecamatan Cipedes,
rendahnya produksi pada proses produksi menjadikan pendapatan dan keuntungan
yang diperoleh oleh pelaku usaha berkurang secara terus menerus jika
permasalahan tersebut tidak cepat diselesaikan. Banyak dari pembudidaya tidak
menyadari akar permasalan yang menjadi penyebab utama dari rendahnya
produktifitas pada proses produksi budidaya perikanan. Umumnya para
pembudidaya tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai penggunaan
teknologi modern dalam proses budidaya seperti teknologi budidaya secara intensif
dan menggunakan padat tebar yang tinggi, selain itu kurangnya monitoring
terhadap kualitas air dan pemberian pakan serta penerapan Bio Security yang belum
dilakukan pada saat proses produksi menyebabkan survival rate ikan rendah. Modal
menjadi salah satu akar permasalahan dalam bidang budidaya perikanan yang
berakibat pada padat tebar yang rendah dan pemberian pakan yang masih kurang
dikarenakan harga pakan pellet yang mahal dan para pelaku usaha belum
mengetahui secara luas mengenai inovasi pakan alternatif untuk pembesaran ikan
nila. Pada september 2019 di Keamatan Cipedes curah hujan rendah dan
mengakibatkan kekeringan yang cukup panjang dan menjadikan para pelaku usaha
budidaya kesulitan untuk mencari sumber air yang baik yang mengakibatkan proses
pemasaran berkurang.
1) Budidaya perikanan
Dalam budidaya yang ada di Kecamatn Cipedes terdapat tiga macam jenis
budidaya yaitu budidaya ikan nila, gurame dan lele. Adapun pasokan input pada
segemen budidaya perikanan adalah sebagai berikut.
(1) Tenaga kerja
Kegiatan usaha perikanan di Kecamatan Cipedes umumnya setiap
pembudidaya tidak memiliki tenaga kerja khusus melainkan proses budidaya
dilakukan secara perorangan dan mengikut sertakan setiap anggota dari kelompok
perikanan itu sendiri.
(2) Modal
Modal yang digunakan oleh pelaku usaha untuk melakukan kegiatan budidaya
perikanan adalah modal sendiri dan bantuan kelompok dari Dinas Pertanian dan
Perikanan Kota tasikmalaya berupa indukan dan peralatan yang berhubungan
dengan kegiatan usaha budidaya tersebut.
(3) Benih
Benih yang didapat oleh pembudidaya di Kecamatan Cipedes diperoleh dari
hasil pembenihannya sendiri atau diperoleh dari daerah lain atau pembudidaya
yang sudah dipercaya kualitas benihnya.
2) Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah
yang bertujuan untuk menghindari terjadinya stres pada benih. Ukuran benih yang
ditebar seragam dan dalam kondisi sehat dengan ciri ciri benih yang sehat yaitu
tubuhnya berwarna cerah, gerakan lincah dan gesit, serta responsif terhadap
makanan. Padat tebar benih tergantung dari ukuran benih yang ditebar atau
berdasarkan pada target panen yang akan dicapai. Menurut Cahyo Saparinto dalam
bukunya menyebutkan, bahwa ukuran benih yang ditebar diusahakan seragam dan
kondisinya sehat. Padat tebar benih tergantung dari ukuran benih yang ditebar atau
berdasarkan pada target panen. Untuk pemeliharaan Ikan Nila secara tradisional
padat tebar ideal yaitu 4-8 ekor/m2 dengan ukuran tebar 15-20 gram/ekor. Dengan
ini penebaran benih yang dilakukan pembudaya dapat dikatakan sesuai dengan
pernyataan tersebut.
3) Pemeliharaan Benih
Pemeliharan benih yang dilakukan oleh pembudidaya Ikan Nila di Kecamatan
Cipedes dari benih ukuran 20 gram/ekor menjadi 167 gram/ekor (size 6)
membutuhkan waktu tiga bulan. Selama pemeliharaan itu, ikan diberi pakan
tambahan pellet sebanyak 3-5% dari bobot ikan. Frekuensi pemberian pakan
sebanyak dua kali dalam sehari, pakan pellet yang diberikan pada ikan dihitung
dalam satu kolam sebanyak 2 kg pakan yang dihabiskan setiap harinya. Selain
pakan pellet terdapat pembudidaya yang menggunakan pakan tambahan berupa
sisa makanan dapur. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden nilai FCR
yang diperoleh yaitu sebesar 1,2 yang berarti 1,2 kg pakan dapat menghasilkan 1
kg daging ikan. Dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sistem pemeliharaan
benih yang dilakukan oleh pembudidaya cukup baik untuk sistem tradisional.
4) Pengelolaan kualitas air
Dalam melakukan budidaya pengelolaan air merupakan hal sangat penting
dilakukan, kualitas air dapat mempengaruhi hasil panen ikan. Karena itu, pergantian
air dan pengecekan kualitas air harus dilakukan selama pemeliharaan. Pengelolaan
air yang dilakukan oleh pembudidaya Kecamatan Cipedes selama pemeliharaan
hanya melakukan pergantian air sebanyak satu kali. Menurut SNI 7550:2009
pengelolaan kualitas air dapat dilakukan paling tidak sebanyak tiga kali dalam satu
siklus pemeliharaan, hal ini dilakukan agar kotoran sisa pakan tidak menjadi racun
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan. Serta pengecekan kualitas
air harus dilakukan secara berkala agar kualitas air tetap terjaga dan layak
digunakan untuk budidaya.
5) Pengandalian Hama dan penyakit
Jenis hama yang sering ditemukan di kolam-kolam pembesaran ikan nila
berupa katak, kepiting, ular air, dan burung pemakan ikan. Belum terlaksananya
penerapan biosecurity menyebabkan hama dengan mudah menyerang ikan pada
proses budidaya. Pengendalian hama seperti katak, kepiting, ular air dilakukan
dengan cara mengambil hama tersebut secara manual menggunakan seser. Untuk
penyakit pada ikan menjadi salah satu kendala besar bagi usaha pembesaran ikan
nila, jika penyakit sudah menyerang ikan, kemungkinan penyakit tersebut menular
dengan cepat, media penularan penyakit selain dari air bisa melalui kontak antar
ikan dan melalui sarana budidaya yang tidak bersih. Beberapa jenis penyakit pada
ikan nila yang terdapat di Kecamatan Cipedes seperti penyakit pada kulit, penyakit
pada insang dan penyakit pada organ dalam Sehingga proses pencegahan lebih baik
dilakukan pada proses produksi tersebut dan mencegah resiko kegagalan sehingga
biaya operasional untuk penggunaan obat dapat dikurangi, hal ini akan
mengoptimalkan hasil yang diperoleh dan tentu saja rupiah yang didapat lebih
banyak.
Mengacu dari beberapa bakteri dan cendawan yang menyerang ikan seperti
telah disebutkan, faktor pemicunya bisa dikatakan hampir sama, yaitu kualias ar
yang buruk. Kondisi ini dapat menyebabkan organisme patogen yang semula hanya
berjumlah sedikit menjadi berkembang biak. Kualitas air yang buruk biasanya
disebabkan oleh tingginya kadar amoniak karena banyaknya sisa pakan dan kotoran
yang menumpuk di dasar kolam.
6) Panen ikan
Ikan yang sudah mencapai ukuran konsumsi yang sesuai dengan permintaan
pasar dipanen. Kolam yang akan dipanen airnya dikurangi terlebih dahulu secara
perlahan dan bertahap. Setelah air surut, ikan diambil dengan cara diseser, yaitu
menggunakan jaring yang dipegang oleh minimal 2 orang. Ikan yang sudah
terambil dimasukkan ke dalam bak penampung. Tujuan ikan dimasukkan ke dalam
bak penampung adalah untuk menjaga ikan tetap segar hingga saat packing.
Adapun jumlah rata-rata hasil panen yang didapatkan oleh pembudidaya selama
pemeliharaan 3 bulan yaitu sebanyak 3,268 ekor. Menurut Hardjamulia,
produktivitas Ikan Nila yang pada saat ini banyak dibesarkan di kolam, sawah, dan
KJA pada umumnya cukup tinggi. Banyak pembudidaya yang memelihara Ikan
Nila karena dalam hal lingkungan mempunyai sifat tahan (resistant), sehingga
pembudidaya lebih percaya akan keberhasilannya. Diperkirakan rata-rata
produktivitas umumnya Ikan Nila di kolam sebesar 800 kg/Ha atau 0,8 kg/m².
Dengan demikian produktivitas pembesaran Ikan Nila di Kecamatan Cipedes belum
optimal, produktivitas Ikan Nila dapat ditingkatkan lagi sesuai dengan referensi
yang ada.
2.4.3. Pasca Produksi
Proses pasca produksi pembesaran ikan nila di Kecamatan Cipedes
dilakukan oleh pembudidaya dengan menggunakan pengangkutan secara terbuka
yaitu ikan hasil panen diangkut oleh tengkulak dengan menggunakan jeigen yang
berisikan air dan menggunakan transportasi mobil pickup, akan tetapi jika hasil
produksi ikan nila sedikit pelaku usaha menjual hasil panen secara langsung kepada
konsumen baik itu tetangga atau pun di titipkan di pasar terdekat. Adapun alur
pemasaran pembenihan, pembesaran yang ada di Kecamatan Cipedes dapat dilihat
pada Gambar 8.
Pada Tabel 19. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Bapak Yayat pada satu kali
siklus produksi berjumlah Rp 695.414,- biaya tetap terbesar dalam sekali siklus
pada proses budidaya pembesaran ikan nila Bapak Yayat adalah biaya penyusutan
yang merupakan biaya dari perawatan peralatan ataupun biaya untuk mengganti
peralatan yang sudah rusak dan tidak bisa di pakai. Untuk biaya variabel dapat
dilihat pada Tabel 20.
3) Biaya Variabel
Biaya variable merupakan biaya yang di keluarkan setiap siklus produksi dan
nominal biaya tidak menentu atau dapat berubah tergantung pada kuantitas yang
digunakan pada proses budidaya tersebut. Berikut biaya variable pembesaran ikan
nila Bapak Yayat dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Biaya Variabel Pembesaran Ikan Nila
Harga Jumlah
No. Uraian Jumlah
Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih 2000 ekor 300 600.000
2. Pellet 252 kg 7000 1.764.000
Total Biaya 2.364.000
Sumber : Data Olahan, 2019
Biaya variabel pada budidaya pembesaran ikan nila Bapak Yayat yaitu benih dan
pellet. Jumlah benih dan pellet yang digunakan pada saat proses produksi
pembesaran bisa berubah ubah sehingga biaya yang dikeluarkan tidak tetap pada
setiap siklus produksinya.
4) Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapat dari penjualan ikan setelah panen.
Pada proses budidaya pembesaran ikan nila Bapak Yayat dilakukan selama 90 hari
dengan tingkat kehidupan 50 % atau dengan kata lain tingkat kematian mencapai
50 %. Benih yang ditebar sebanyak 2000 ekor dengan angka kematian mencapai
50% maka hasil panen ikan nila Bapak Yayat yaitu sebanyak 1000 ekor atau 320
kg ( 1 kg 5 ekor) dengan harga jual ikan Rp. 23.000/kg dan pendapatan dari hasil
penjualan berjumlah Rp. 4.600.000,-. Berikut perhitungan pendapatan Bapak Yayat
setelah penjualan dilakukan :
Pendapatan = 200 kg x Rp.23.000/kg
= Rp. 4.600.000,-
5) Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan selama satu siklus
pembesaran ikan nila. Berikut biaya produksi pada pembesaran ikan nila oleh
Bapak Yayat :
Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp. 695.414 + Rp. 2.364.000
= Rp3.059.414
6) Keuntungan
Keuntungan usaha yang diperoleh Bapak Yayat para proses budidaya ikan
nila di Kecamatan Cipedes adalah sebagai berikut :
Keuntungan usaha = Pendapatan – Total Biaya Produksi
= Rp 4.600.000 - Rp 3.059.414
= Rp. 1.540.586
= Rp. 4.600.000
Rp. 3.059.000
= 1,50
Nilai R/C ratio >1 menunjukkan bahwa pendapatan sebesar Rp. 4.600.000
lebih besar dari biaya operasional yaitu sebesar Rp. 3.059.000 ,- sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan karena dengan biaya produksi Rp. . 3.059.000 ,- sudah
diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.540.586,. Sehingga apabila menanamkan
modal lebih besar lagi akan diperoleh keuntungan yang lebih besar pula.
8) Break Event Point (BEP)
Biaya Tetap
BEPUnit = Biaya Variabel
Harga Jual−
Unit
𝑅𝑝.695.414
= 𝑅𝑝.2.364.000
𝑅𝑝.23.000−
320
𝑅𝑝.695.414
= 𝑅𝑝.15.612
= 44 kg
Biaya Tetap
BEP (Rp) = Biaya Variabel
1−
Penjualan
𝑅𝑝.695.414
= 𝑅𝑝.2.364.000
1−
𝑅𝑝.4.600.000
𝑅𝑝.695.414
= 0.48
= Rp. 1.427.954
Berdasarkan perhitungan BEP (Break Event Point) rupiah dan unit, titik
impas terjadi apabila dengan pendapatan sebesar Rp. 1.427.954 dengan penjualan
ikan sebanyak 44 kg. Titik impas merupakan suatu tolak ukur seorang pelaku usaha
dimana pada proses produksi dapat di perhitungkan apakah penjualan tersebut
untung atau rugi dan apakah penjualan tersebut mengalami titik impas (tidak utung
dan tidak rugi).
9) Return Of Investement (ROI)
Return of Investement (ROI) merupakan nilai keuntungan yang diperoleh
pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu
tertentu, dari analisis usaha tersebut maka ROI yang diperoleh sebesar:
𝑅𝑝.1.540.586
ROI = 𝑅𝑝.3.059.414
𝑥 100%
= 50%
𝑅𝑝.35.730.000
= 𝑅𝑝.4.621.758
= 7,7
kurangnya
pengetahuan pelaku pengelolaan pakan
pemanfaatan lahan penglolaan kualitas air
utama terhadap masih rendah dan
budidaya belum optimal belum optimal
penggunaan teknologi harga pellet mahal
modern
pembudidaya belum
belum adanya
mengetahui inovasi
penerapan Biosecurity
pakan alternatif
keuntungan
rendah
Minimnya informasi
Keterbatasan modal mengenai pemasaran
biaya produksi tinggi
usaha
luas
Belum menjadikan
Kurangnya sosialisasi
Struktur organisasi yang kelompok sebagai
mengenai fungsi
belum terorganisir sumber informasi dan
kelompok
inovasi
Budidaya Azolla
Prosedur budiaya azolla meliputi persiapan sebelum dempond kolam ikan
nila sehingga saat mulai proses produksi, azolla siap digunakan untuk pakan
tambahan. Berikut teknik budidaya azolla meliputi :
1) Persiapan Kolam
Kolam lalu diisi air dengan ketinggian 10-20 cm. Untuk kolam
terpal, perlu ditambahkan lumpur pada bagian dasarnya agar
menyerupai habitat aslinya yaitu di sawah atau rawa. Lumpur sisa
panen ikan bisa dijadikan alternatif pilihan.
2) Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk dilakukan 3-7 hari sebelum bibit azolla ditaburkan
agar pupuk dapat terfermentasi dengan sempurna. Ketika
memberikan pupuk kandang, yang harus diperhatikan adalah aroma
bau airnya. Jika air bau, itu berarti pupuk belum terfermentasi
dengan sempurna. Jika menemui kondisi yang seperti ini, jangan
memasukkan bibit Azolla ke dalam media budidaya karena bisa
menyebabkan Azolla mati.
3) Penebaran bibit azolla
Sebelum menebar bibit, pastikan kolam tidak berbau dan pupuk
telah terfermentasi dengan sempurna. Takaran bibit yang digunakan
adalah sebanyak 50-70 gram per meter persegi, kemudian didiamkan
hingga kurang lebih 2 minggu dengan tetap menjaga ketinggian air.
4) Panen azolla
Umumnya Azolla bisa dipanen 14 hari setelah tanggal
pembibitannya. Pemanenan dilakukan saat Azolla sudah kelihatan
menumpuk dan menebal menutupi seluruh permukaan kolam. Agar
tanaman azolla tetap berkembang, sebaiknya Azolla dipanen
secukupnya atau sekitar 50% saja, agar kedepannya Azolla bisa
dipanen setiap 1-2 minggu sekali.