Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PROKSIMAT DAN ASAM OKSALAT PADA PELEPAH DAUN

TALAS BENENG LIAR DI KAWASAN GUNUNG KARANG, BANTEN

Nuniek Hermita*, Eltis Panca Ningsih dan Andi Apriany Fatmawaty


Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta Km.4 Pakupatan Serang, Fax.0254 8285293.
*e-mail: nuniekhermita@untirta.ac.id

Diterima: 01/10/2017 Direvisi: 27/11/2017 Disetujui: 16/12/2017

ABSTRAK

Talas beneng (Xanthasoma undipes K.Kock) atau dikenal juga Tall elephant ear
merupakan talas lokal khas dari Gunung Karang, Provinsi Banten. Tanaman ini
tergolong dalam genus Xanthosoma dan telah dikembangkan sebagai sumber
pangan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi dan
kandungan asam oksalat pada pelepah daun talas beneng yang tumbuh secara liar
pada ketinggian tempat yang berbeda-beda. Penelitian dilaksanakan mulai bulan
Maret sampai Juni 2017. Penelitian ini berupa penelitian lapangan yang dilakukan
di sekitar Kawasan Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Pengambilan sampel pelepah talas beneng dilakukan pada ketinggian yang
berbeda yaitu pada ketinggian 400 dan 800 m di atas permukaan laut (dpl).
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif. Parameter
yang diamati meliputi analisis proksimat dan asam oksalat. Analisis proksimat
yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kadar air, abu, protein,
lemak, dan karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketinggian 400
m dpl pelepah talas beneng memiliki kandungan air (92.24%), abu (0.30%),
protein (0.30%), lemak (0%), karbohidrat (7.16%) dan asam oksalat (0.217%).
Pada ketinggian 800 m dpl pelepah talas beneng memiliki kandungan air
(92.38%), abu (0.74%), protein (0.21%), lemak (0%), karbohidrat (6.67%) dan
asam oksalat (0.117%). Pada ketinggian 400 m dpl pelepah talas beneng memiliki
kandungan protein, karbohidrat dan asam oksalat lebih tinggi dibandingkan
dengan ketinggian 800 m dpl.

Kata kunci: Asam oksalat, pelepah, proksimat, talas beneng

PROKSIMATE AND OXALID ACID ANALYSIS OF WILD TALAS


BENENG LEAF IN GUNUNG KARANG AREA, BANTEN

ABSTRACT

Talas beneng (Xanthasoma undipes K.Kock) or also known as Tall elephant ear is
a typical local taro from Gunung Karang area, Banten Province, it belong to the

95
N. Hermita, E.P. Ningsih dan A.A. Fatmawaty

genus Xanthosoma and has been used as a source of local food. This study aims to
determine the nutrient and oxalic acid content of wild taro leaves different
altitude. It was 400 and 800 m above sea level (asl). The research was conducted
from March to June 2017. Parameters observed in this study are proximate and
oxalic acid analysis. Proximate analysis conducted in this study include analysis
of water content, ash, protein, fat, and carbohydrates. The results showed that at
400 m asl taro bark had water content (92.24%), ash (0.30%), protein (0.30%),
fat (0%), carbohydrate (7.16%) and oxalic acid (0.217%). On the other hand, at
800 m asl the taro bark has water content (92.38%), ash (0.74%), protein
(0.21%), fat (0%), carbohydrate (6.67%) and oxalic acid (0.117%). Taro bark
found at an 400 m asl contains higher concentration of protein, carbohydrates
and oxalic acid than that of 800 m asl.

Keywords: Bread, oxalic acid, proximate, talas beneng

PENDAHULUAN Pemanfaatan talas pada umumnya


dapat dimanfaatkan melalui umbi
Talas Beneng merupakan salah satu
menjadi berbagai olahan makanan
biodiversitas lokal yang banyak
seperti kripik dan kue brownis sedang-
tumbuh secara liar di sekitar kawasan
kan untuk daunnya dapat dimanfaatkan
Gunung Karang Kabupaten
sebagai sayuran (Setyowati et al.
Pandeglang, Provinsi Banten. Talas
2007). Sampai saat ini, pemanfaatan
beneng mempunyai ukuran yang besar
talas beneng hanya terfokus pada umbi
dengan kadar protein dan karbohidrat
talas beneng. Dewasa ini usaha
tinggi serta warna kuning yang menarik
pengolahan umbi talas semakin ber-
sehingga berpotensi untuk dikem-
kembang seperti keripik talas ataupun
bangkan menjadi aneka produk pangan
tepung talas yang dapat digunakan
dalam upaya menunjang ketahanan
sebagai bahan baku talas, roti, dodol,
pangan (BPTP Provinsi Banten, 2012).
dan cookies (Muttakin dan Nurcahyati,
Namun, disisi lain umbi talas beneng
2010). Mengingat potensi yang dimiliki
juga memiliki kandungan asam oksalat
oleh talas beneng sebagai sumber
yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil
pangan alternatif, maka perlu dilakukan
penelitian Kartina et al. (2015), bahwa
penelitian lebih lanjut mengenai
kadar asam oksalat talas beneng hasil
pelepah talas beneng. Hal ini dilakukan
budidaya lebih rendah diban-dingkan
karena hingga saat ini bagian lain dari
dengan yang tumbuh secara liar.
tanaman talas beneng berupa pelepah

96 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 2 No. 2 Desember 2017


ANALISIS PROKSIMAT DAN ASAM OKSALAT PADA PELEPAH
DAUN TALAS BENENG LIAR DI KAWASAN GUNUNG KARANG, BANTEN

daun belum termanfaatkan. Pelepah rendah (beku). Ketinggian tempat


daun talas beneng hanya dibuang, diduga mempengaruhi kandungan gizi
jarang digunakan dan terkadang dan asam oksalat pada pelepah talas
dibiarkan busuk begitu saja, dan ini beneng. Penelitian tentang kandungan
sangat disayangkan sekali jika tidak gizi dan asam oksalat pada pelepah
diman-faatkan. Untuk itulah perlu daun talas beneng dengan ketinggian
dicari suatu usaha pemanfaatan pelepah tempat yang berbeda belum dilakukan,
daun talas beneng guna meningkatkan sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
manfaat pelepah daun talas beneng
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
sebagai bahan pangan dengan mutu
dijadikan sebagai salah satu informasi
akan gizi dan nutrisi yang baik, seperti
mengenai kandungan gizi pelepah talas
produk makanan olahan. Namun
beneng, terutama kandungan gizi dan
sebelum diolah lebih lanjut, harus
asam oksalat yang esensial sehingga
dilakukan pengujian terlebih dahulu
dapat menjadi olahan produk makanan.
terhadap kandungan gizi dan komposisi
Selain itu juga dapat menjadi alternatif
bahan kimianya. Apabila telah
dalam diversifikasi pangan dengan
diperoleh nilai gizi yang baik dari
memanfaatkan pelepah daun talas
pelepah daun talas beneng kemudian
beneng yang belum dimanfaatkan
perlu dicari lagi cara untuk usaha
hingga saat ini.
pengolahannya agar lebih berdaya
guna. METODE

Talas Beneng dikenal banyak Penelitian telah dilaksanakan pada


tumbuh di sekitar kawasan Gunung bulan Maret sampai Mei 2017 di
Karang, Kabupaten Pandeglang sekitar kawasan Gunung Karang,
Provinsi Banten dengan kondisi Kabupaten Pandeglang, Provinsi
lingkungan beragam pada berbagai Banten. Pengumpulan data dilakukan
ketinggian tempat yang berbeda. dengan cara survei eksploratif yaitu
Menurut Setyowati et al. (2007), wawancara dan pengambilan langsung
bahwa tanaman talas beneng dapat sampel di lapangan dengan ketinggian
hidup pada dataran rendah sampai tempat 400 - 800 m dpl. Wawancara
ketinggian 2700 m dpl namun tidak dilakukan terhadap tokoh masyarakat
tahan terhadap temperatur sangat dan masyarakat pengguna tumbuhan

p-ISSN : 2528 – 0201 │ 97


N. Hermita, E.P. Ningsih dan A.A. Fatmawaty

talas beneng. Selanjutnya sampel yang sering dijadikan parameter mutu suatu
diambil diuji di Laboratorium bahan pangan, karena air berbanding
Saraswanti Indo Genetech (SIG), terbalik dengan kadar padatan di dalam
Bogor. Hasil yang didapatkan bahan pangan tersebut. Air merupakan
kemudian dianalisis menggunakan komponen penting dalam bahan pangan
analisis deskriptif kuantitatif terhadap karena air dapat mempengaruhi penam-
parameter pengamatan. Adapun pakan, tekstur, serta cita rasa makanan
parameter yang diamati pada pelepah (Winarno, 1992).
daun talas beneng adalah kandungan
Berdasarkan hasil penelitian kan-
air, abu, protein, lemak, karbohidrat,
dungan air pada pelepah daun talas
dan asam oksalat.
beneng yang tumbuh secara liar untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN ketinggian 400 m dpl sebesar 92.24%
dan ketinggian 800 m dpl sebesar
Kandungan Proksimat
92.38%. Kandungan kadar air pada

Analisis proksimat merupakan pelepah talas beneng cukup tinggi, hal

analisis kandungan makro zat dalam ini di karenakan tumbuhan talas beneng

suatu bahan makanan. Analisis termasuk jenis tumbuhan herba (terna)

proksimat adalah analisis yang dapat yang memiliki batang berair atau ber-

dikatakan berdasarkan perkiraan saja, batang lunak karena tidak membentuk

tetapi sudah dapat menggambarkan kayu. Dengan tingginya kadar air pada

komposisi bahan yang dimaksud pelepah talas beneng, maka dalam

(Sumartini dan Kantasubrata 1992). penyimpanannya harus hati-hati sebab

Analisis proksimat yang dilakukan akan mudah terkena jamur. Hal ini

dalam penelitian ini meliputi analisis sesuai dengan penelitian Widiyanto

kadar air, abu, protein, lemak, dan (2011), bahwa kandungan air yang

karbohidrat. terdapat pada onggok segar cukup


tinggi sehingga perlu dilakukan penge-
Air ringan terlebih dahulu untuk menghin-
dari pembusukan. Sedangkan menurut
Penetapan kadar air merupakan cara
Elvira (2012) bahwa kadar air yang
untuk mengukur banyaknya air yang
tinggi pada talas maka talas mudah
terdapat dalam bahan pangan. Kadar air
rusak selama penyimpanan, maka

98 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 2 No. 2 Desember 2017


ANALISIS PROKSIMAT DAN ASAM OKSALAT PADA PELEPAH
DAUN TALAS BENENG LIAR DI KAWASAN GUNUNG KARANG, BANTEN

untuk mempermudah penggunaan dan 0.74% (Tabel 1). Adanya perbedaan


memperpanjang umur simpanannya, nilai kadar abu pelepah daun talas
maka talas diolah menjadi tepung atau beneng bisa disebabkan oleh keadaan
diekstrak patinya sehingga diperoleh alam tempat tumbuhnya tanaman talas
pati talas. beneng. Hal ini sesuai dengan
penelitian Nafitri (2013), mengatakan
Abu
bahwa perbedaan kadar abu yang lebih

Abu merupakan garam yang dien- tinggi diduga akibat karena adanya

dapkan dalam dinding sel dan lumen. perbedaan jenis tanah yang menjadi

Endapan yang khas adalah berbagai tempat tumbuh. Brady (1990) dalam

garam-garam logam, seperti karbonat, Tan (1994) menyatakan bahwa ada

silikat, oksalat, dan fosfat (Sjöström, perbedaan konsentrasi bahan anorganik

1998). Hasil penelitian nilai kadar abu antara jenis tanah yang satu dengan

yang diperoleh dari pelepah daun talas tanah yang lainnya, sehingga nutrisi

beneng yang tumbuh liar untuk yang diserap oleh tumbuhan juga

ketinggian 400 m dpl sebesar 0.30% berbeda.

dan ketinggian 800 m dpl sebesar

Tabel 1. Kandungan Gizi Dan Asam Oksalat Pada Pelepah Tanaman Talas
Beneng yang Tumbuh Secara Liar (%)
Asam
Ketinggian Tempat Air Abu Protein Lemak Karbohidrat
Oksalat
Ketinggian 400 m dpl 92.24 0.30 0.30 0 7.16 0.217
Ketinggian 800 m dpl 92.38 0.74 0.21 0 6.67 0.117

Protein tumbuh secara liar untuk ketinggian


400 m dpl sebesar 0.30% dan
Pengukuran kadar protein meru-
ketinggian 800 m dpl sebesar 0.21%
pakan salah satu cara pengukuran
(Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1,
massa sel secara tidak langsung yang
diketahui kadar protein pelepah daun
didasarkan atas pengukuran komponen
talas beneng di ketinggian 800 m dpl
sel berupa protein. Hasil penelitian
lebih rendah dibanding dengan
kadar protein yang diperoleh pada
ketinggian 400 m dpl. Hal ini di
pelepah daun talas beneng yang
karenakan asupan intensitas cahaya

p-ISSN : 2528 – 0201 │ 99


N. Hermita, E.P. Ningsih dan A.A. Fatmawaty

yang diterima oleh tumbuhan talas untuk menurunkan kolesterol dan


beneng lebih sedikit pada dataran mencegah penyakit jantung.
tinggi, dengan adanya kerapatan
Sebagian besar lemak nabati
vegetasi dari tajuk pohon dan juga
mengandung asam lemak rantai
kelembaban di dataran tinggi cukup
panjang. Lemak merupakan bentuk
tinggi. Menurut Tedianto (2012) bahwa
simpanan energi paling utama dalam
semakin tinggi tempat biasanya suhu,
tubuh disamping sebagai sumber gizi
pancaran sinar matahari dan jumlah
esensial. Asam lemak dikatakan
konsentrasi CO2 semakin berkurang
esensial karena dibutuhkan tubuh,
sehingga menyebabkan proses
sedangkan tubuh tidak dapat
fotosintesis terhambat dan protein yang
mensintesisnya, sebab baik dalam
dihasilkan semakin berkurang, selain
tubuh hewan dan manusia tidak dapat
itu kelembaban tanah didataran tinggi
menambahkan ikatan rangkap pada
lebih tinggi maka kandungan protein
karbon ke-6 dan ke-3 pada asam lemak
semakin rendah.
yang ada dalam tubuhnya (Almatsier,
Lemak 2002). Burr dan Burr (1929) dalam
Almatsier (2002) mengemukakan
Lemak merupakan komponen yang
bahwa asam lemak esensial bagi tubuh
heterogen dan hampir terdapat dalam
adalah asam linoleat (18:2 ω-6) dan
semua bahan pangan dengan kan-
asam linolenat (18:3 ω-3). Kedua asam
dungan yang berbeda-beda (Winarno,
lemak ini dibutuhkan untuk pertum-
1992). Hasil penelitian kadar lemak
buhan dan fungsi normal semua
pada pelepah daun talas beneng yang
jaringan. Berdasarkan hasil penelitian
telah tumbuh secara liar untuk
Almatsier (2002) dikemukakan bahwa
ketinggian 400 m dpl sebesar 0% dan
makanan tanpa lemak menunjukkan
ketinggian 800 m dpl sebesar 0%
gejala ekzema dermatitis yang dapat
(Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa
dicegah atau disembuhkan dengan
pada pelepah daun talas beneng tidak
pemberian asam linoleat (18:2 ω-6) ke
terdapat kandungan lemak sehingga
dalam makanan. Kekurangan asam
baik bila digunakan untuk asupan
lemak omega-3 (18:2 ω-3)
makanan bagi yang sedang menja-
menimbulkan gangguan saraf dan
lankan program diet, dan juga baik
penglihatan. Adanya pola konsumsi

100 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 2 No. 2 Desember 2017


ANALISIS PROKSIMAT DAN ASAM OKSALAT PADA PELEPAH
DAUN TALAS BENENG LIAR DI KAWASAN GUNUNG KARANG, BANTEN

makanan seimbang setiap harinya dapat sedangkan enzim nitrat reduktase,


mencegah terjadinya kekurangan asam etilen, peroksidase dan beberapa enzim
lemak esensial. lain menurun aktivitasnya (Suryawati,
2007 dalam Tedianto, 2012).
Karbohidrat
Tingginya kandungan karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan
pada ketinggian tempat 400 m dpl
penting di alam karena merupakan
dimungkinkan karena kenaikan suhu
sumber energi utama yang semuanya
yang diakibatkan intensitas cahaya
berasal tumbuh-tumbuhan bagi
matahari yang meningkat, sehingga
organisme heterotrof. Hasil penetapan
kebutuhan fotosintesis akan cahaya
kadar karbohidrat pada pelepah daun
terpenuhi optimal dan karbohidrat yang
talas beneng yang telah tumbuh secara
dihasilkan juga meningkat. Hal ini juga
liar untuk ketinggian 400 m dpl sebesar
sesuai dengan Tedianto (2012) menya-
7.16% dan ketinggian 800 m dpl
takan bahwa suhu berpengaruh ter-
sebesar 6.67% (Tabel 1). Kandungan
hadap fisiologi tumbuhan antara lain
karbohidrat pada pelepah daun talas
mempengaruhi kerja enzim. Suhu yang
beneng di dataran rendah (400 m dpl)
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
diketahui lebih tinggi dibandingkan
menghambat proses pertumbuhan.
dengan ketinggian tempat 800 m dpl.
Kandungan karbohidrat berbanding Asam Oksalat
terbalik dengan kandungan airnya,
Penyebab kegatalan pada talas
semakin tinggi jumlah karbohidrat
hingga kini belum dapat dipastikan dari
maka kandungan airnya semakin
mana asalnya. Banyak yang menga-
rendah. Kadar air dalam tanaman
takan bahwa rasa gatal yang timbul
dipengaruhi oleh kelembaban tanah,
pada talas disebabkan oleh senyawa
udara, suhu, curah hujan dan kadar air
yang berbentuk jarum (raphide), yakni
dalam tanah. Pada kadar air yang
kalsium oksalat yang menyebabkan
rendah terjadi penurunan aktivitas
iritasi bagi yang mengkonsumsinya.
beberapa enzim pada tanamaan dan
(Bradbury dan Nixon, 1998; Paul et al.,
peningkatan aktivitas enzim hidrolisis.
1999).
Enzim amilase meningkat untuk
mengubah karbohidrat menjadi gula

p-ISSN : 2528 – 0201 │ 101


N. Hermita, E.P. Ningsih dan A.A. Fatmawaty

Oksalat (C2O42+) di dalam talas semakin panjang umur panen, maka


terdapat dalam bentuk yang larut air kadar oksalatnya semakin rendah,
(asam oksalat) dan tidak larut air demikian pula sebaiknya. Pengaruh
(biasanya dalam bentuk kalsium intensitas cahaya yang rendah dapat
oksalat atau garam oksalat). Kalsium mempengaruhi kadar oksalat menjadi
oksalat adalah persenyawaan garam lebih rendah dibandingkan intensitas
antara ion kalsium dengan ion oksalat. cahaya yang tinggi sehingga laju
Senyawa ini terdapat dalam bentuk fotosintesis yang terjadi cenderung
kristal padat non volatil, bersifat tidak lebih kecil. Hal ini sesuai dengan
larut dalam air namun larut dalam asam pernyataan Rahman dan Kawamura
kuat (Schumm,1978). (2011) bahwa diduga penghambatan
laju fotosintesis dari tingginya cekaman
Kadar asam oksalat pada pelepah
salinitas dapat menghambat sintesis
daun talas beneng yang telah tumbuh
oksalat.
secara liar untuk ketinggian 400 m dpl
sebesar 0.217% dan ketinggian 800 m SIMPULAN
dpl sebesar 0.117% (Tabel 1). Adanya
Hasil penelitian menunjukkan
perbedaan kadar asam oksalat pada
bahwa pada ketinggian 400 m dpl
talas beneng ini dapat disebabkan oleh
pelepah talas beneng memiliki
perbedaan ketinggian tempat tumbuh
kandungan air (92.24%), abu (0.30%),
talas beneng. Hasil penelitian
protein (0.30%), lemak (0%),
kandungan asam oksalat pelepah daun
karbohidrat (7.16%) dan asam oksalat
talas beneng dengan ketinggian 400 m
(0.217%). Pada ketinggian 800 m dpl
dpl mempunyai kadar oksalat lebih
pelepah talas beneng memiliki
tinggi dibandingkan dengan ketinggian
kandungan air (92.38%), abu (0.74%),
800 m dpl. Hal ini berbanding terbalik
protein (0.21%), lemak (0%),
dengan umbi talas beneng bahwa
karbohidrat (6.67%) dan asam oksalat
semakin tinggi tempat tumbuhnya
(0.117%). Pada ketinggian 400 m dpl
semakin rendah kandungan kadar
pelepah talas beneng memiliki
oksalat pada umbi talas beneng. Hal ini
kandungan protein, karbohidrat dan
karena kesuburan tanah sangat mem-
asam oksalat lebih tinggi dibandingkan
pengaruhi suplai dan siklus hara dan
dengan ketinggian 800 m dpl.

102 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 2 No. 2 Desember 2017


ANALISIS PROKSIMAT DAN ASAM OKSALAT PADA PELEPAH
DAUN TALAS BENENG LIAR DI KAWASAN GUNUNG KARANG, BANTEN

UCAPAN TERIMA KASIH Bradbury, J.H. dan Nixon, R.W. 1998.


The Acridity of Raphides from the
Ucapan terima kasih ditujukan Edible Aroids. J. Sci. Food Agric,
Vol. 76 (4): 608 – 616.
kepada: (1) Dirjen Dikti pada
Kartina, A.M., R. Pancasasti, W.
Kementerian Riset dan Tekhnologi Ichwanuddin dan N. Hermita. 2015.
Pendidikan Tinggi, yang telah Pengaruh Elevasi Terhadap Kadar
Asam Oksalat Talas Beneng
membiayai penelitian kami pada tahun (Xanthosoma undipes K.Koch) di
2017; (2) LPPM Universitas Sultan Sekitar Kawasan Gunung Karang
Provinsi Banten. Laporan Penelitian
Ageng Tirtayasa, yang telah MP3EI.
memfasilitasi selama pelaksanaan
Muttakin, S. dan E. Nurcahyati. 2010.
penelitian; (3) Rektor Universitas Potensi Pengolahan Talas Beneng
dalam Mendukung Diversivikasi
Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah
Pangan Lokal. Koran Radar Banten.
memberikan dukungan selama BPTP Banten.
pelaksanaan penelitian dan Nafitri, M. dan G. Lukmandaru. 2013.
(4) Masyarakat Provinsi Banten Sifat Kimia Bambu Hitam
(Gigantochloa sp.) pada Perbedaan
khususnya masyarakat di sekitar Arah Aksial dan Ketinggian Tempat
kawasan Gunung Karang Kabupaten Tumbuh. Prosiding Seminar
Nasional MAPEKI XVI.
Pandeglang yang telah ikut Balikpapan, 6 November 2013. Hal:
berpartisipasi membantu dalam 353 – 359.
pelaksanaan penelitian. Paull R.E., C.S. Tang, K. Gross dan G.
Uruu. 1999. The Nature of the Taro
DAFTAR PUSTAKA Acridity Factor. Postharvest Biology
and Technology, Vol. 16 (1): 71 –
78.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Rahman, M.M. dan O. Kawamura.
Jakarta. 2011. Oxalate Accumulation in
Forage Plants: Some Agronomic,
Burr, G.O. dan M.M. Burr. 1929. A Climatic and Genetic Aspects.
New Deficiency Disease Produced Asian-Australia Journal of Animal
by the Rigid Exclusion of Fat from Science, Vol. 24 (3): 439 – 448.
Diet. Dalam. Almatsier, S. 2002.
Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Setyowati, M., I. Hanarida dan Sutoro.
Pustaka Utama. Jakarta. 2007. Karakteristik Umbi Plasma
Nutfah Tanaman Talas (Colocasia
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian esculenta). Buletin Plasma Nutfah,
(BPTP) Provinsi Banten. 2012. Vol. 13 (2): 49 – 55.
Talas Beneng. Banten.
Sjöström, E. 1998. Kimia Kayu; Dasar-
dasar dan Penggunaan. Edisi 2.

p-ISSN : 2528 – 0201 │ 103


N. Hermita, E.P. Ningsih dan A.A. Fatmawaty

Terjemahan. H. Sastrohamidjojo (Cucurbita moschata) Berdasarkan


Gadjah Mada University Press. Penanda Morfologi dan Kandungan
Yogyakarta. Protein, Karbohidrat, Lemak, pada
Berbagai Ketinggian Tempat. Tesis.
Sumartini, S. dan J. Kantasubrata. Program Pascasarjana Universitas
1992. Analisis Proksimat 1 dan 2. Sebelas Maret. Surakarta.
Kursus Teknik Kimia Pangan.
Bandung, 13 – 21 Januari 1992. Tedianto. 2012. Karakterisasi Labu
P3KT-LIPI. Bandung. Kuning (Cucurbita moschata)
Berdasarkan Penanda Morfologi dan
Elvira, S. 2012. Ilmu Pangan: Talas Kandungan Protein, Karbohidrat,
Andalan Bogor. http://ilmupangan. Lemak, pada Berbagai Ketinggian
blogspot.com/2012/06/talas- Tempat. Tesis. Program
andalan-bogor_427.html. (Diakses Pascasarjana Universitas Sebelas
pada tanggal 27 September 2017). Maret. Surakarta.
Brady, N.C. 1990. The Nature and Widiyanto. 2011. Super Absorben
Properties of Soils. Dalam. Tan, K. Hasil Pencangkokan dan Penautan
H. 1994. Environmental Soil Silang Fraksi Nonpati Onggok
Science. Marcel Dekker Inc. New dengan Akrilamida. Skripsi.
York. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Insitut Pertanian
Schumm, W. 1978. Chemistry.
Bogor. Bogor.
Interscience Publisher Inc. New
York. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan
Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Suryawati. 2007. Dalam. Tedianto.
Jakarta.
2012. Karakterisasi Labu Kuning

104 │ Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 2 No. 2 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai