Anda di halaman 1dari 246

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA

PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ


PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN
AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

JUEMI
___________________________

NIM : 114 08 060

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2010
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga
http// www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

Fatchurrohman, M.Pd.
Dosen STAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : Sdri. JUEMI
Kepada Yth.
Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan


seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : JUEMI
NIM : 11408060
Jurusan : Pendidkan Agama Islam
Judul : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ
PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA
TAHUN AJARAN 2009/2010

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.


Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan
digunakan sebagaiamana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Salatiga, 10 Agustus 2010
Pembimbing

Fatchurrohman, M.Pd.
NIP.19710309 200003 1 001

KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga
http// www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Saudara JUEMI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408060 yang


berjudul UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI
KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010 telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari : _____________________ ang
bertepatan dengan tanggal : __________________ dan telah diterima sebagai
bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga, ------------------------

Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag


NIP. 195808271983031002 NIP. 196602151991031001

Penguji I Penguji II

_________________________ ________________________
NIP. 195312231982031005 NIP. 196810171993032002

Pembimbing

Fatchurrohman, M.Pd.
NIP.19710309 200003 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : JUEMI, A. Ma.

NIM : 11408060

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Ambarawa, 10 Agustus 2010


Yang menyatakan,

Juemi
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

ِ‫ ا‬ِ‫ا‬ْ‫ُ ط‬‫َ ا‬َ ًِ ِْِُِََْ‫ ط‬َ ْَ

( ‫)رواه‬
”Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke syurga”. (HR. Muslim)

Persembahan :
1. Untuk kedua orang tuaku yang senantiasa
menyayangi.
2. Suami dan anakku tercinta.
3. Dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan.
4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan.
5. Civitas akademik STAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang

Maha Pengasih dan Penyayang, kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya berlimpah

kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I.). Shalawat dan salam. Semoga berlimpah kepada Nabi

Muhammad SAW.

Adapun skripsi ini berjudul ”UPAYA PENINGKATAN HASIL

BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ

PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN

2009/2010”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah

membantu. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak. Dr. Imam Sutomo. M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak. Drs. Joko Sutopo, selaku Progdi PAI Ekstensi STAIN Salatiga.

3. Bapak Fatchurrohman, S. Ag., M.Pd., yang dengan sabar membimbing dan

memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen atas ketulusannya memberikan ilmu serta tauladan

khasanah.

5. Kedua orang tuaku yang doanya senantiasa teriring dalam setiap langkah

hidupku.
6. Kepala Sekolah, Guru dan segenap keluarga besar MI Kranggan Kecamatan

Ambarawa yang telah memberi kesempatan untuk penelitian.

7. Suami dan keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya serta

tidak bosan-bosan memberi motivasi dan perhatian. Mengingat keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi.

Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan demi perbaikan ke arah yang lebih baik, dan diterima dengan hati

lapang. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis
ABSTRAK

Juemi. 2010. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA


PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA
KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN
2009/2010.
Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.
Kata Kunci : Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Team Quiz.
Penelitian dilaksanakan berlatar belakang bahwa penggunaan metode
ceramah yang menyebabkan pembelajaran kurang menyenangkan, juga siswa
diposisikan sebagai subjek pembelajaran yang pasif sehingga berakibat pada hasil
belajar siswa yang kurang maksimal. Maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III MI Kranggan
Ambarawa Tahun Ajaran 2009 / 2010.
Temuan penelitian menunjukkan peningkatan di setiap siklusnya.
Pada pra siklus ketuntasan mencapai 38,4 % siswa
Pada siklus I dicapai prosentase ketuntasan sebesar 46,2 %
Pada siklus II dicapai prosentase ketuntasan sebesar 84,6%
Pada siklus III dicapai prosentase ketuntasan sebesar 92,3 %
Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas III
MI Kranggan Ambarawa Tahun Ajaran 2009 / 2010. Pada pokok bahasan
mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.
Mengacu pada temuan tersebut maka Metode Quiz dapat menjadi pilihan
metode untuk membelajarkan materi SKI.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………… ii

PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………….. v

KATA PENGANTAR …………………………………………….. vi

ABSTRAK ………………………………………………………... viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………… ix

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ……………………………… xi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… xii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………... 3

C. Tujuan Penelitian ………………………………. 3

D. Manfaat Penelitian ……………………………... 4

E. Hipotesis Penelitian …………………………… 5

F. Definisi Operasional …………………………… 5

G. Metode Penelitian ……………………………… 6

H. Sistematika Penulisan ………………………….. 10


BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar …………………………………………. 13

B. Mata Pelajaran SKI …………………………….. 40

C. Strategi Belajar Mengajar ……………………… 45

D. Strategi Quiz ……………………………………. 64

E. Penerapan Metode Team Quiz dalam

Pembelajaran SKI ……………………………… 66

BAB III : DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ………………………….......... 68

B. Deskripsi Siklus I ……………………………… 68

C. Deskripsi Siklus II ……………………………... 74

D. Deskripsi Siklus III …………………………….. 78

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus …………… 82

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………….. 89

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ……. 91

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………. 94

B. Saran-Saran …………………………………….. 95

C. Kata Penutup …………………………………... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL


Gambar 3.1 : Denah Tempat Duduk Pada Siklus I

Gambar 3.2 : Denah Tempat Duduk Pada Siklus II

Gambar 4.1 : Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III

Tabel 4.1 : Nilai Siswa Pra Siklus

Tabel 4.2 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I

Tabel 4.3 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II

Tabel 4.4 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus III


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Siklus I

Lampiran 2 : Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Siklus II

Lampiran 3 : Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Siklus III

Lampiran 4 : Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus I

Lampiran 5 : Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus II

Lampiran 6 : Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus III

Lampiran 7 : Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus I

Lampiran 8 : Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus II

Lampiran 9 : Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus III

Lampiran 10 : Nilai Hasil Belajar Pra Siklus

Lampiran 11 : Nilai Hasil Belajar Siklus I

Lampiran 12 : NiIai Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 13 : Nilai Hasil Belajar Siklus III

Lampiran 14 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 15 : Surat Keterangan Penelitian dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Kranggan Ambarawa
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu dan teknologi membawa pengaruh pada tuntunan

bahwa pendidikan diasumsikan mampu menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Dinamisasi zaman melaju dengan cepat menuntut dunia

pendidikan untuk selalu melakukan pembaharuan dalam mengatasi masalah-

masalah pendidikan.

Mutu pendidikan dapat terwujud jika proses pembelajaran di

selenggarakan secara efektif, artinya dapat berlangsung secara lancar, terarah

dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu komponen dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi adalah pengembangan strategi mengajar. Strategi

tersebut menuntut kreatifitas guru yang lebih tinggi dan hendaknya

menyenangkan bagi siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pendidikan akan memberi pengaruh melalui kewibawaan dalam

bentuk sikap. Perilaku edukatif dan keilmuannya yang dialihkan kepada siswa

dengan metode yang tepat guna dan berhasil guna. Jadi prinsipnya dalam

proses pembelajaran tersebut harus terjadi hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara siswa dan guru. Namun kenyataannya yang dihadapi

tidaklah demikian dalam proses pembelajaran tidak berlangsung komunikatif,

sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah dan pembelajran yang efektif

sulit terwujudkan. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan proses pembelajaran

1
belum maksimal, seperti halnya pelaksanaan dalam proses pembelajaran mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), masih ditemukan rendahnya

penguasaan materi atau pemahaman materi, hal ini disebabkan juga kurangnya

keaktifan dan minat siswa dalam proses pembelajaran.

Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam Pendidikan Agama

Islam adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang

merupakan pelajaran yang diajarkan semenjak kelas III Madrasah Ibtidaiyah.

Pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran yang menurut pengalaman

peneliti mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sebagai gambaran

bahwa pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa Kabupaten Semarang,

dimana peneliti mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa

masih mengalami kesulitan untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu 50 pada tiga kali tes formatif terakhir nilai rata-rata kelas bahkan

hanya mencapai nilai 4,6 saja.

Salah satu usaha guru yaitu dengan melalui pemilihan metode yang

baik, pembelajaran dengan metode yang benar berarti membantu guru agar

tercapai peningkatan efektivitas dalam mengelola kelas. Metode yang tepat

akan sangat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dengan lebih baik

sehingga hasil belajar yang diharapkan juga akan lebih baik pula.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata

pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di

sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang

digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja.


Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila

guru yang memberikan meteri tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan

kondisi atau keadaan siswa, selain itu metode tersebut membuat siswa kurang

kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi

kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh pada minat siswa untuk

mengikuti proses belajar.

Di sini akan dicobakan suatu strategi pembelajaran yang memerankan

siswa bermain team Quiz dalam kelompok. Kelompok siswa diberi kegiatan

dengan memilih topik materi yang dapat dibahas dalam kelompoknya.

Diharapkan dengan kegiatan ini akan membantu mengaktifkan siswa,

menumbuhkan semangat siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba mengadakan penelitian

tindakan kelas dengan judul "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA

SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA KABUPATEN

SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010".

B. Rumusan Masalah

1. Apakah melalui pembelajaran team Quiz dapat meningkatkan perhatian

pada materi SKI pada siswa kelas III MI Kranggan tahun ajaran

2009/2010?

2. Apakah melalui pembelajaran team Quiz dapat meningkatkan motivasi

belajar pada siswa kelas III MI Kranggan tahun ajaran 2009/2010?


3. Bagaimana pembelajaran team Quiz yang dapat meningkatkan belajar

pada siswa kelas III MI Kranggan tahun ajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mendasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian

tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah melalui metode team Quiz dapat meningkatkan

perhatian pada materi SKI siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun

ajaran 2009/ 2010?

2. Untuk mengetahui apakah melalui metode team Quiz dapat meningkatkan

motivasi belajar pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun

pelajaran 2009/2010?

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode team Quiz dapat

meningkatkan hasil belajar kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun ajaran

2009/2010?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dirumuskan manfaatnya baik secara teroritis maupun

praktis :

1. Teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai wacana pengembangan keilmuan

pada pendidikan SKI dan metode pembelajaran terkait usaha perbaikan

kualitas pendidikan.
2. Praktis

a. Guru dapat menerapkan metode team Quiz pada mata pelajaran SKI

sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar.

b. Sebagai masukan pengambilan kebijakan oleh pemerintah untuk

pembinaan kepada guru terutama dalam hal penerapan strategi

pembelajaran dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode team Quiz dapat

meningkatkan motivasi, perhatian dan hasil belajar mata pelajaran SKI pada

siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun ajaran 2009/2010.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama

penulis dalam penggunaan kata pada judul, maka akan dijelaskan dalam

definisi istilah sebagai berikut :

1. Strategi Team Quiz

Strategi team Quiz adalah suatu pembelajaran menggunakan sistem

Quiz, misalnya siswa membuat atau menjawab pertanyaan dengan waktu

yang telah ditentukan atau saling berlomba adu kecepatan (Melsilbermen,

2007 : 163).
2. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi

juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif

mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup

panjang. Berapa lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan

pasti, tetapi perubahan itu hendaknya berlangsung merupakan akhir dari

suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari berbulan-bulan

ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengeyampingkan

perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan motivasi, kelelahan,

adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya

hanya berlangsung sementara.

Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti

: perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah / berfikir

ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, atapun sikap. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri individu

tersebut setelah mengalami proses belajar.

Indikator dari hasil belajar adalah :

a. Nilai hasil belajar siswa

b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran

c. Perhatian siswa dalam pembelajaran


Keaktifan dan perhatian merupakan indikator adanya minat siswa

untuk mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar tidak akan tercapai

secara maksimal bila siswa tidak mempunyai minat untuk belajar.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah terjemahan research design, artinya

rencana atau prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi

untuk menjawab permasalahan penelitian. Rancangan penelitian berisi

gambaran tentang; kapan penelitian dilakukan, dari mana data diperoleh

dalam kondisi bagaimana subjek yang diteliti, bagaimana mengolah data

dan melaporkannya (Hadeli, 2006 : 57).

2. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas III MI Kranggan

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang pada mata pelajaan SKI.

3. Siklus Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahapan yaitu

tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi yang

diikuti perencanaan ulang.


4. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dan hasilnya kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan lembar

soal berbentuk pilihan ganda, lembar observasi, dokumen nilai sebelum

penerapan strategi Quiz.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian.

Data digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan. Dalam

penelitian ini cara mengumpulkan data menggunakan metode teknik :

a. Observasi

Observasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksanaan

PTK untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama

tindakan perbaikan itu berlangsung dengan menggunakan alat bantu

atau tidak (Basrowi Suwandi, 2008:139) Metode observasi atau

pengamatan lansung pada penelitian ini untuk menyelidiki upaya yang


dilakukan guru untuk meningkatkan perhatian, motivasi dan hasil

belajar dengan strategi pembelajaran aktif.

b. Dokumentasi

Dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian akan

menyediakan kerangka bagi data yang mendasar. Termasuk

kedalamannya adalah :

1) Koleksi dan analisis buku teks.

2) Kurikulum dan pedoman pelaksanaannya.

3) Arsip penerimaan murid baru.

4) Catatan rapat dan catatan tentang siswa.

5) Rencana pelajaran dan catatan guru.

6) Hasil karya siswa.

7) Kumpulan dokumen pemerintah, (SKL).

8) Koleksi arsip guru berupa buku harian, catatan peristiwa penting

(logs), dan kenang-kenangan dari siswa angkatan lama (Rociati

Wiriatmadja, 2008 : 121)

Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk

menggali data tentang hasil belajar pada mata pelajaran SKI melalui

nilai ulangan harian dan dokumen berkaitan dengan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran SKI.

c. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa

pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran


tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini

dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan

tertentu dalam waktu tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, Azwan Zain,

1997: 120).

Tes formatif juga digunakan untuk mengetahui tingkat belajar

siswa. Isi tes sesuai dengan materi pembelajaran.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah,

membuang dan amenggolongkan data untuk menjawab ua permasalahan

pokok, yaitu :

a. Tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini.

b. Seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut.

Di dalam analisis data terdapat langkah mereduksi data, yaitu

kegiatan pemilihan, penyederhanaan serta transformasi data kasar dari

catatan pengamatan. Hasil reduksi berupa data yang murni diuraikan

secara singkat, yang digolongkan sesuai tema yang ada (Basrowi,

Suwandi, 2008 : 131)

Analisis digunakan untuk menguji lebih dalam tentang hasil belajar

dalam mata pelajaran SKI kelas III MI Kranggan Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang tahun ajaran 2009 / 2010 menggunakan strategi

pembelajaran aktif sehingga mampu melukiskan gambaran keadaan yang

diteliti.
H. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian Muka, pada bagian ini memuat antara judul skripsi, abstrak, surat

penyataan peneliti, nota pembimbing, pengesahan, motto persembahan,

kata pengantar, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi, yang merupakan materi skripsi secara keseluruhan

terdiri lima bab dengan uraian sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan memuat latar belakang masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesis Penelitian,

Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : Membahas kajian pustaka tentang hasil belajar pada mata

pelajaran SKI pokok bahasan Mengambil Ibrah dari Kenabian

dan Kerosulan Muhammad SAW dan strategi Quiz,

pembahasannya mencakup :

1. Teori belajar beserta teori hasil belajar.

2. Membahas tentang sejarah Kerosulan Muhammad SAW.

3. Metode team Quiz yang menjelaskan langkah-langkah

penggunaan Metode team Quiz serta pengertian strategi

secara umum.

BAB III : Membahas laporan pelaksanaan penelitian. Pada bab ini

membahas waktu dan tempat penelitian juga dijelaskan

diskripsi pelaksanaan.
BAB IV : Berisi tentang analisis peningkatan hasil belajar pada mata

pelajaran SKI pokok bahasan sejarah Kerosulan Nabi

Muhammad SAW siswa MI Kranggan kelas III Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Semarang menggunakan Metode Team

Quiz.

BAB V : Penutup yang meliputi simpulan dan keseluruhan pembahasan

dalam skirpsi, saran-saran dan penulis kaitannya dengan hasil

penelitian pada penelitian ini, dan terakhir kata penutup.

3. Bagian akhir skripsi yang berisi antara lain daftar kepustakaan sebagai

rujukan penulis membuat landasan teori pada penelitian ini, dan

lampiran berkaitan dengan penelitian.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan

itu bersifat relatif, konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara

proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni

belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang

diproses (Chalidjah Hasan, 1994 : 84).

Untuk mengetahui taraf keberhasilan belajar peserta didik berpesan

pada kurikulum yang berlaku dan telah disempurnakan antara lain bahwa

suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan

berhasil apabila indikatornya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai

tidaknya indikator perlu mengadakan tes formatif setiap selesai

menyajikan suatu bahasan kepada siswa.

Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauhmana siswa telah

menguasai indikator yang ingin dicapai . Fungsi penilaian ini adalah untuk

memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses

belajar mengajar dan melaksanakan progam remedial bagi siswa yang

belum berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan

13
pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi indikator yang

ingin dicapai. (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 1997: 119)

Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari:

a. Motivasi yakni dorongan untuk berbuat

b. Bahan belajar, yakni materi yang dipelajari

c. Alat bantu belajar, yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa

melakukan kegiatan belajar

d. Suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang

menunjang belajar

e. Kondisi subjek belajar ialah keadaan jasmani dan mental untuk

melakukan kegiatan belajar. (Oemar Hamalik, 2003 : 53)

Perubahan tingkah laku sebagai bukti/indikator belajar. Bukti

bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah

lakunya tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur

objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau

unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah. Unsur

objektif inilah yang tampak, sedangkan unsur subjektifnya. tidak tampak

kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu. Misalnya, seorang yang

sedang berpikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang

berpikir, sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak.

Tingkah laku manusia terdiri dan sejumlah aspek. Hasil belajar

akan tampak pada siap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun


aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial jasmani, budi pekerti

(etika), sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan

belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek

tingkah laku tersebut.

Prinsip-prinsip perubahan tingkah laku, ada sejumlah unsur yang

menjadi ciri setiap perubahan tingkah laku, ialah:

a. Tingkah laku dimotivasi. Seseorang mau berbuat sesuatu karena

adanya tujuan yang hendak dicapainya. Perubahan tingkah laku

dimulai dari dalam organisme yang bermotivasi, dan keadaan ini

timbul berkat kebutuhan pada organisme tersebut.

b. Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang

terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek, yakni adanya

keadaan tegang tenion atau ketakpuasan dalam diri seseorang, dan

kesadaran bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan itu.

Ini berarti, pencapaian tujuan adalah pengurangan ketegangan dan

pemuasan kebutuhan seseorang.

c. Tujuan yang disadari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya

dalam upayanya mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya ialah

tingkah laku bersifat selektif dan regulatif Seseorang memilih

perbuatan/tindakan yang hanya mengacu ke arah pancapaian tujuan

yang dapat memuaskan kebutuhannya.


d. Lingkungan menyediakan kesempatan untuk bertingkahlaku tertentu,

dan atau membalas, tingkah laku seseorang. Ini berarti, lingkungan

sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan,

dan disisi lainnya dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara

tertentu.

e. Tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme.

Persepsi, pengalaman dan konsepsi yang dimiliki seseorang

mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dan

lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/individu lain.

f. Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organisme manusia.

Kapasitas itu berupa inteligensi dan kemampuan sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Seseorang mampu melakukan suatu perbuatan

sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri.

Prinsip-prinsip tersebut, dapat dilakukan penilaian terhadap

perubahan tingkah laku sebagai basil belajar, yakni:

a. Kebutuhan-kebutuhan apa yang ada pada diri organisme yang

memungkinkan tumbuhnya tingkah laku yang bermotivasi?

b. Motivasi apa yang mendasari perubahan tingkah laku itu?

c. Tujuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang?

d. Apakah lingkungan menyediakan kesempatan untuk melakukan

tingkah laku tertentu?

e. Proses-proses apa yang mempengaruhi tingkah laku itu?


f. Kapasitas dan kemampuan apa yang mempengaruhi tingkah laku

seseorang?

Untuk memahami lebih dalam tentang belajar, berikut ini disajikan

beberapa teori belajar, yaitu:

a. Teori belajar Behaviorisme

Teori belajar ini dikemukakan oleh Watson berpendapat bahwa

pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat di

amati, yaitu berupa tingkah laku.

1) Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap

perangsang dan luar.

2) Belajar adalah melatih reaksi-reaksi itu terhadap perangsang yang

sudah tertentu. Reaksi itu harus dapat diamati dan diukur

(Chalidjah Hasan, 1994 : 94).

b. Teori belajar R. Gagne

Belajar adalah suatu proses untuk motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang diperoleh dari interaksi.

Mulai dari masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan

lingkungan, tapi baru dalam bentuk Sensori-Motor Coordination

kemudian mulai belajar berbicara dan menggunakan bahasa.

Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk

belajar. Gagne berkata bahwa The Domains of Learning ada lima

yaitu:
1. Keterampilan

2. Informasi verbal

3. Kemampuan intelektual

4. Strategi kognitif

5. Sikap. (Chalidjah Hasan, 1994 : 96)

c. Teori belajar Daya

Teori belajar menurut konsepsi ahli ilmu jiwa daya disebut juga

Vermogons-psychology atau The Faculty psychology, menurut teori ini

manusia mempunyai daya-daya : daya menngenal, daya mengingat,

daya fantasi. Daya ini agar menjadi tajam harus dilatih untuk

memecahkan soal. Daya ingatan lebih tinggi kalu digunakan untuk

mengingat (Chalidjah Hasan, 1994 : 92)

Dari beberapa teori di atas dapat dirumuskan bahwa belajar dapat

melalui latihan dan pengalaman langsung, tergantung pada kompetensi

yang ingin diberikan. Interaksi secara langsung dengan lingkungan akan

menghasilkan hasil belajar yang lebih kuat pada diri peserta didik.

Terlebih lagi jika peserta didik aktif dan partisipatif dalam menemukan

pengetahuannya.

2. Tipe-tipe dalam belajar

Belajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, dimana perbuatan

belajar itu sendiri mencakup beberapa segi. Menurut Robert M. Gagne

dalam buku The Conditions of Learning (1970) (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2003: 160-161).


Kedelapan tipe belajar merupakan tipe belajar yang memiliki

hirarki dan yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks,

yaitu:

a. Belajar tanda-tanda (Signal Learning)

Individu belajar mengenal dan memberi respons kepada tanda-

tanda seperti : melirik kepada orang lewat, memusatkan pendengaran

kepada suara yang datang, memalingkan muka dan cahaya yang

menyorot.

b. Belajar perangsang jawaban (stimulus-respons learning)

Belajar ini adalah upaya untuk membentuk hubungan antara

perangsang dengan jawaban, misal : berhenti pada waktu lampu

merah, menjawab pertanyaan yang diberikan guru , dan lain-lain.

c. Belajar rangkaian (Chaining Learning)

Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang

membentuk satu kesatuan, misal mencuci pakaian, berbelanja, mandi,

dan sebagainya.

d. Asosiasi Verbal (Verbal Association)

Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan sesuatu yang

bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya.


e. Belajar membedakan (Diserimination Learning)

Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan antara

benda yang satu dengan benda lainnya melaiui pengelompokan

terhadap objek objek yang konkrit maupun yang bersifat abstrak.

f. Belajar konsep (Concept Learning)

Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan

konsep-konsep, seperti konsep : warna merah, atau putih, sifat jujur

atau culas, kondisi seperti aman, bahagia dan sebagainya.

g. Belajar aturan-aturan (Rute learning)

Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di

sekolah, di rumah, maupun aturan dalam perdagangan, pemerintahan

balikan ilmu pengetahuan.

Aturan yang ada di rumah atau di sekolah misal berkenan

dengan disiplin, aturan dipemerintahan berkenan dengan undang-

undang, sedangkan aturan dalam pengetahuan berkenan dengan dalil-

dalil atau aksioma.

h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving Learning)

Tip belajar ini individu dehadapkan kepada masalah-masalah yang

harus dipecahkan. Baik masalah yang sederhana maupun yang sangat

kompleks. Melalui pemecahan masalah ini manusia mampu

berkembang lebih cepat dan lebih tinggi dari makhluk lainnya, karena

dengan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi menandakan


bahwa manusia memiliki kemampuan berfikir yaitu kemampuan untuk

menggunakan rasio atau intelek.

3. Prinsip-prinsip dalam belajar

Dalam belajar terdapat prinsip-prinsip yang mencirikan adanya

sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, yaitu:

a. Belajar merupakan bagian dan perkembangan

Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda

tetapi berhubungan erat, dalam perkembangan dituntut belajar dan

dengan belajar ini perkembangan individu lebih cepat.

b. Belajar berlangsung seumur hidup

Kegiatan belajar dimulai sejak lahir sampai menjelang

kematian sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar

dilakukan individu baik secara sadar maupun tidak, disengaja atau

tidak, direncanakan ataupun tidak.

d. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor — faktor bawaan, faktor

lingkungan, kematangan serta usaha dan individu sendiri dengan

berbekal potensi yang tinggi dan didukung faktor lingkungan yang

menguntungkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003 : 165).

Dalam pembelajaran terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar

hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan prinsip-prinsip tersebut

sebagai batasan bagaimana belajar itu dilakukan.


4. Tipe hasil belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi

tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif

(berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor

(kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri

sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan

membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai

ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab

itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari

proses pengajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah

laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui

tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran

berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup

ketiga aspek tersebut.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga

aspek tersebut.

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif

1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge)

Pengtahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

Knowledge dan Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan

termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual di samping

pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali


seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan

lain-lain.

Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu

dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa

cara untuk dapat menguasai/menghafal, misalnya dibaca berulang-

ulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim

dikenal dengan “jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk

tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe

hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe basil belajar ini

penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe

hasil belajar lain yang lebih tinggi. Setidak-tidaknya pengetahuan

hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk

menguasai tipe hasil belajar lainnya.

Contoh seseorang yang ingin mempelajari dan menguasai

keterampilan bermain piano, maka yang bersangkutan harus

menguasai dan hafal dulu tangga-tangga nada. Tingkah laku

operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain:

menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan,

memilih, mengidentifikasikan, mendefinisikan.

2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari

tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan

kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.


Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara

konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan

mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang

baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan

rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu

persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum,

rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu

masalah (situasi tertentu). Dengan perkataan lain, aplikasi bukan

keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental.

Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan

instruksional biasanya menggunakan kata-kata: menghitung,

memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan,

menggunakan, menghubungkan, mengerjakan, mengubah,

menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain.

4) Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu

integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-

bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki.

Analisis merupakan tipe basil belajar yang kompleks, yang

memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni


pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan

bagi para siswa sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi.

Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur

analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka

seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata

operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain:

menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan,

membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan,

memilih alternatif dan lain-lain.

5) Tipe hasil belajar sintesis

Sintsis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan

pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian

yeng bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan

unsur atau bagian menjadi satu integritas.

Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan

hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Pada berpikir sintesi

adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah

berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis. maka berpikir

kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih

mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional biasanya

tercermin dalam kata-kata mengkategorikan, menggabungkan,

menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi,


mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan,

menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.

6) Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai

sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang

dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan

terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan

sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada

pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat

tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.

Membandingkan kriteria dengan suatu yang nampak/aktual/

terjadi mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai

sesuatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang

mendahuluinya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata

menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan

menyarankan, mengeritik, menyimpulkan, mendukung,

memberikan pendapat, dan lain-lain.

b. Tipe hasil belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan peruhahannya

bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil

belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru
lebih banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe

hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran motivasi belajar,

menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain.

Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang

afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus

nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe

hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana

sampai tingkatan yang kompleks.

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik

dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus. kontrol dan seleksi

gejala atau rangsangan dari luar.

2) Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk

kctepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus

dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Valuing (penilaian) yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di

dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau


pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai

tersebut.

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai

lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai,

organisasi dari pada sistem nilai.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini

termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan skill, kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6

tingkatan keterampilan yakni:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dan keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks.


6) Kemampan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi

seperti an ekspresif, interpretatif.

Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak ber

diri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam

kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya

dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan peilakunya. Carl Rogers

berpendapat bahwa seseorang yang teleh menguasai tingkat kognitif maka

perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan.

Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar

kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang

afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif

dan psikomator diabaikan.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

berasal dan dirinya (intemal) maupun dari luar dirinya (ekstemal). Hasil

belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali artinya

dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal

mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai

berikut.
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh

atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh

yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,

terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan

dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang

dimiliki.

b) Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan

penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor yang berasal dan luar diri (eksternal)

1) Faktor sosial yang terdiri atas:

a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah

c) Lingkungan masyarakat

d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kesenian.
3) Fakfor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi

baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hasil belajar

siswa.

6. Beberapa Karakteristik Siswa dalam Belajar

Adapun karakteristik anak dalam belajar adalah sebagai berikut.

a. Cepat dalam belajar

Anak tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat

menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang

diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk

memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima

pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak

memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang

tergolong sebagai anak jenius (sangat cerdas). Dalam kelompoknya

anak-anak tersebut berada pada tingkat paling atas. Anak yang

tergolong super cerdas ini sering mengalani kesulitan dalam

penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan di sekolah

menggunakan ukuran ratà-rata atau biasa-biasa saja, sedangkan anak

yang tergolong super cerdas ini termasuk anak yang luar biasa. Oleh

karena itu, salah satu cara untuk membantu mereka ialah dengan

menempatkan mereka pada kelompok khusus atau diberi tugas-tugas


tambahan sebagai pengayaan baik yang sifatnya horizontal maupun

vertikal.

b. Lambat dalam belajar

Anak yang tergolong lambat dalam belajar pada umumnya

lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang

diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak

golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai

salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada

umumnya anak-anak golongan lambat belajar memiliki taraf

kecerdasan dibawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan

perhatian khusus, antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas

khusus atau pelajaran tambahan dalam program pengajaran remidial.

c. Anak yang kreatif

Anak kreatif ini umumnya dari golongan cepat, tapi banyak

pula dari golongan normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukkan

kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis,

kesenian, olah raga, organisasi dan kegiatan lainnya. Mereka selalu

ingin memecahkan persoalan-persoalan berani menanggung resiko

yang sulit sekalipun kadang-kadang destruktif di samping konstruktif,

lebih senang belajar sendiri dan percaya pada diri sendiri. Dalam

kegiatan belajar mengajar anak golongan kreatif lebih mampu

menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikannnya.


7. Memantapkan hasil belajar

Hasil belajar yang berupa rangkaian kata-kata dapat dimantapkan

dengan banyak ulangan atau latihan soal-soal, akan tatapi hasil belajar

yang mengandung makna tidak banyak dipengaruhi oleh interferensi.

Bila sesuatu sungguh-sungguh dipahami, maka ulangan dan latihan

soal-soal tidak seberapa memegang peranan, yang perlu ialah adanya ide-

ide tempat pelajaran baru itu berakar sehingga diintegrasikan dengan apa

yang telah dipelajari.

8. Penilaian hasil Belajar

Penilaian adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran

yang meliputi:

a. Tujuan pembelajaran

b. Metode pembelajaran

c. Penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran

(pengumpulan data-data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan

pertimbangan untuk mebuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang

dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prosedur penilaian

hasil belajar.

a. Persiapan

Menyusun kisi-kisi (Blue Print), ini dapat digunakan sebagai

guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut, melalui


instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan dalam

proses belajar mengajar.

b. Penyusunan alat ukur

Pada tahap ini guru menentukan jenis alat ukur yang akan

digunakan berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut dan aspek atau

ranah apa yang hendak diukur.

Alat penilaian ada 2 jenis, yakni penilaian dengan tes dan

penilaian bukan dengan tes. Peniiaian dengan tes ada 3 macam, yakni:

1) Educational test: untuk mengukur kemampuan siswa di sekolah.

2) Mental test/tes intelegensi: untuk mengukur intelegensi seseorang.

3) Aptitude test: untuk mengetahui bakat seseorang

Tes lisan dan tertulis, bentuk tes tersebut banyak digunakan oleh guru

karena penting untuk mengukur ketercapaian tujuan-tujuan

pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2003: 143-16)

Keuntungan penggunaan tes lisan (oral test), ialah sebagai

berikut:

a. Tes ini memberikan pengalaman melakukan ekspresi secara lisan

pada para siswa.

b. Siswa mendapat manfaat tertentu dengan mendengarkan

respons/jawaban dari siswa lainnya.

c. Pertanyaan-pertanyaan lisan yang dijawab oleh siswa lebih banyak

dan lebih luas dibandingkan dengan yang dapat ditulis oleh siswa

terhadap pertanyaan tertulis dalam jangka waktu yang sama.


d. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa segera dapat diketahui

dan diperbaiki pada waktu itu juga.

e. Tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu

membaca dan menulis sesuatu jawaban.

f. Pengaruh faktor-faktor dari luar pada waktu ujian, misalnya sulit

menyatakan pendapat secara lisan, dapat dihindari.

Tetapi sebagai alat penilaian, tes tertulis dalam beberapa hal

lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan dengan tes

lisan.

a. Semua murid menjawab sejumlah daftar pertanyaan yang sama,

guru akan mempunyai dasar yang jelas untuk memperbandingkan

hasil-hasil tes murid.

b. Jawaban-jawaban tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tertulis, dapat

dinilai lebih objektif daripada jawaban-jawaban lisan.

c. Dengan tes objektif tertulis, setiap murid menjawab sejumlah besar

pertanyaan di dalam suatu jangka waktu tertentu di dalam kelas.

Sedangkan dalam tes lisan murid-murid hanya berkesempatan

menjawab sedikit pertanyaan, samplingnya terbatas, kurang

reliabel.

d. Kesulitan dan pentingnya pertanyaan-pertanyaan yang dijawab

oleh murid yang berbeta-beda adalah sama. Angka yang didapat

akan menjadi dasar perbandingan.


e. Tes tertulis memberikan catatan mengenai hasil belajar murid yang

dapat dianalisis secara teliti untuk maksud-maksud diagnostik.

f. Tes harus dinilai seobjektif mungkin.

g. Murid harus memiliki kesempatan yang cukup untuk

menyelenggarakannya.

h. Gunakan pertanyaan-pertanyan lebih dari satu tipe dengan maksud

memperluas skope pengukuran (complion, multiple choice, true

false, essay, matching).

i. Susunlah pertanyaan-pertanyaan dari tingkat yang mudah sampai

ketingkat yang sulit.

j. Lengkapi dengan punjuk-punjuk dan kunci scoring agar murid

mengahui dengan tepat bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu akan

diskor.

Pada pokoknya ada dua jenis pertanyaan ialah jenis objektif

dan jenis subjektif. Dalam jenis objektif penilaian dilakukan secàra

mekanis dan objektif, dari pada jenis subjektif kadang-kadang

penilaian dilakukan secara intuitif dan subjektif.

Baik tes bentuk objektif maupun tes bentuk essay masing-

masing ada kebaikan dan kelemahannya. Akan tapi perlu dikahui

bahwa jenis tes essay dapat dipergunakan sebagai alat untuk

mengetahui kepandaian anak dalam menyusun buah pikiran mereka

untuk menyimpulkan sesuatu, sehingga karenanya dapatlah dikatakan


yang tertinggi. Lagi pula dalam memeriksa tes essay itu tidak dapat

dinilai antara benar dan salah, karena ada beberapa tingkat kebenaran.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa alat penilaian yang

bukan termasuk tes. Dalam praktiknya alat-alat ini sering digunakan

bersama-sama tergantung pada tujuan penilaian dan aspek yang akan

dinilai, sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang

perkembangan seorang anak.

Check list mempunyai berbagai tujuan dalam fungsinya sebagai

alat penilalan. Check list sering sekali digunakan untuk menilai

perbuatan yang kompleks atau tugas-tugas tertentu walaupun kadang-

kadang bentuknya sederhana sekali, yaitu hanya terdiri dari item-item

yang dapat dijawab denganya atau tidak. Akan tetapi menyusun item-

item itulah yang sukar.

Perlu diketahui bahwa dalam check list harus dimasukkan

komponen yang esensial dan keterampilan yang hendak dinilai itu,

misalnya mengenai hubungan sosial, kesehatan pada umumnya mental

hygien, serta pemeliharaan alat-alat sekolah.

Dengan check list, guru akan dapat segera mengetahui keadaan

anak dalam situasi tertentu, karena secara keseluruhannya, apakah ia

orang teliti, ceroboh, cepat marah atau sportif.

Rating scale agak berbeda dari check list, karena rating scale

menunjukkan tingkat-tingkat yang dicapai oleh murid, yang terdiri dari


lebih dari dua kategori, sedangkan check list hanya terdiri dari dua

kategori saja, ya atau tidak.

Rating scale mempermudah penilaian mengenai sifat-sifat atau

karakteristik yang bersifat kuantitatif. Karena itu rating scale ini

mempunyai 3 bentuk: descriptive scale, numerical scale, dan graphic

scale. Murid yang dinilai ditempatkan dalam satu tingkat ukuran yang

telah ditentukan. Sifat-sifat yang hendak dinilai itu hendaknya

dimanifestasikan ke dalam tingkah laku yang dapat diobservasi

sehingga dengan mudah dapat disusun alat panilainya.

Tujuan dari rating scale ialah untuk menyimpulkan/

merangkum, mengorganisasi dan menjumlahkan suatu akumulasi

daripada observasi-observasi terhadap tingkah laku anak-anak.

Jadi perbedaan pokok antara check list dan rating scale ialah

pada bentuknya saja, yaitu rating scale menunjukkan letak kedudukan

murid pada ukuran murid, sedangkan bentuk check list, hanya

menunjukkan apakah murid itu mempunyai sikap atau sifat tertentu

atau tidak,

Kartu partisipasi harian ialah kartu penilaian untuk memiliki

partisipasi dan kegiatan sehari-hari, misalnya: dalam diskusi.

Pengukuran terhadap hasil belajar dilaksanakan dengan

cara/bentuk tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran

tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi


sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif dan kombinasi ketiga

model.

a. Evaluasi sumatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran

atau kegiatan belajar mengajar. Model/bentuk evaluasi ini

bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang dapat dicapai oleh

siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus

menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi

sumatif berfungsi menyediakan informasi untuk membuat

keputusan untuk menentukan kelulusan, atau untuk menentukan

suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau perlu

dilakukan pengulangan program pembelajaran.

b. Evaluasi formatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan

pembelajaran. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk

memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar.

Bila terdapat kelemahan dalam proses belajar mengajar, maka

dapat segera dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi diagnostik, yakni untuk

perbaikan. yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial.

c. Evaluasi reflektif iaiah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari

pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi


mengenai tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan pelajaran

oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan. kemungkinan

keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak.

Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan).

d. Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bintuk reflektif

dan bentuk sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk

mengetahui keefektifan proses belajar mengajar, misalnya dalam

bentuk desain pra-postes. Dengan demikian dapat diketahui

kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran itu terhadap

keberhasilan belajar siswa.

B. Mata Pelajaran SKI

1. Pengertian

Kehidupan dan peradaban manusia diawal milenium ketiga ini

mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia

berpacu mengembangkan pendidikan baik dibidang ilmu-ilmu sosial, ilmu

alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Namun bersamaan dengan itu

muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

misalnya krisis politik, ekonomi. sosial, hukum, etnis, agama, golongan

dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas Pendidikan Agama Islam

termasuk di dalamnya mata pelajaran SKI di madrasah sebagai pemberi

nilai spiritual terhadap kehidupan keberagaman masyarakat dipertanyakan.

Seolah-olah SKI dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah itu.


Kenyataanya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi

beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas dengan

muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut

pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian.

Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan

(kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan

(psikomotorik). Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata

pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk

mempraktikkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu

lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode

yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan

pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.

Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya

kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di madrasah,

sebab SKI di madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan

dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Apalagi dalam

pelaksanaan SKI tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan yang

mendorong dilakukanya penyempurnaan terus-menerus.

Dalam implementasi kurikulnrn SKI selama ini juga lebih

didominasi usaha pencapaian kemampuan kognitif, kurang

mengakomodasikan kebutuhan afektif dan psikomoorik. Dengan

pertimbangan ini maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah

Ibtidaiyah yang berbasis pada kompetensi dasar (basic competency).


Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam

mengembangkan kurikulurn SKI Madrasah Ibtidaiyah sesuai, dengan

kebutuhan masyarakat.

Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madiasah ibtidaiyah adalah

salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan

untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memalami, menghayati

sejarah Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of

life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Mata pelajaran SKI Madrasah Ibtidaiyah ini meliputi sejarah Arab

pra Islam, sejarah Rasulullah SAW. Dan al-Khulafaurrasyidin. Hal lain

yang lebih mendasar ialah terletak pada kemampuan menggali nilai.

makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada.

Oleh karena itu tema-tema tertentu indikator keherhasilan belajar akan

sampai pada pencapaian ranah efektif, jadi SKI tidak saja merupakan

transfer of knowledge, tetapi merupakan pendidikan nilai value education.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di Madrasah Itidaiyah

sebagai berikut:

a. Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan kepada

peserta didik.

b. Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.


c. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak

mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.

d. Membekali peserta didik untuk mcmbentuk kepribadiannya

berdasarkan tokoh-tukoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang

luhur.

Sedangkan pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi

sebagai berikut:

a. Fungsi edukatif

Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan

menegakkan prinsip. sikap hidup yang luhur dan Islami dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Fungsi keilmuan

Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai

tentang Islam dan kebudayaannya.

c. Fungsi transformasi

Sejarah merupakan salah satu sumbr yang sangat penting dalam

rancang transformasi masyarakat.

3. Ruang Lingkup

Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama

Islam dan kebudayaan history Islami and Islami culture. Oleh karena itu

kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-

raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama. sains

dan teknologi. Aktor sejarah yang diangkat meliputi nabi, sahahat dan
khalifah, ulama, intelektual dan filosuf. Faktor-faktor sosial dimunculkan

guna penyempurnaan pengetahuan peserta didik tentang SKI.

Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa

dan periode sejarah yang ada sebagai berikut:

a. Di tingkat Madrasab Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah Arab pra Islam,

sejarah Rasulullah SAW dan al-Khulafaurrasyidin.

b. Di tingkat MTs dikaji tentang Dinasti Umaiyah, Abbasiyah dan al-

Ayubiyah

c. Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradahan Islam di Andalusia.

gerakan pembahaman di dunia dan perkembangan Isam di Indonesia

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi mata pelajaran SKI berisi sekumpulan

kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh

SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Kemampuan ini berorientasi pada aspek

efektif dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat

keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang

tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran

dan kemampuan dasar umum yang harus dicapai di Madiasah Ibtidaiyah

yaitu:

1. Kemampuan mengenal, mengidentifikasi, sejarah masyarakat Arab

pra Islam, sejarah kelahiran, dan sejarah kerasulan Nabi Muhammad

SAW, serta dapat mengambil ibrahnya:


2. Kemampuan mengenal, meneladani dakwah Nabi Muhammad SAW,

dan para sahahatnya serta mengenal kepribadianya, mengidentifikasi

penstiwa isra’ miraj, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif,

dan dapat merigambil hikmah serta mampu rncneladani kesabaranva;

3. Keampuan mengenal, mengidentifikasi peristiwa hijrah Nabi

Muhammad SAW ke Madinah, dapat mengambil hikmah dan

meneladani kesabaranya, keperwiraanya dan peristiwa Fathu Makkah,

serta menghayati peristiwa wafatnya Rasulullah SAW.

4. kemampuan mengidentifikasi dan meneladani nilai-nilai positif

sejarah Khulafaurrasyidin. (Tim Standar Isi, 2006 : 45-46)

C. Strategi Balajar Mengajar

1. Pengertian strategi belajar mengajar

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari

komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan

intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa

yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu,

jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar

yang tersedia.

Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar

mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapainya tujuan-

tujuan belajar yang berbeda. Atau, kalau dikatakan secara terbalik, untuk
mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan

belajar yang tertentu pula.

Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara

eksplisit dengan tindakan intruksional tertentu dinamakan instructional

effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan

tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring, yang tercapainya karena

siswa “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu, seperti

kemampuan berpikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima

pendapat orang lain, dinamakan nurturant effect. Untuk mencapai tujuan-

tujuan itu guru biasanya memilih satu atau lebih strategi belajar-mengajar.

Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid

di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam

hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dan rentetan perbuatan guru-

murid dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan

prosedur instruksional.

Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari

perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar.

Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk

mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat

pula untuk mencapai tujuan belajar. (J.J. Hasibuan dan Moejiono, 1988 :

3).
2. Klasifikasi strategi belajar mengajar

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan strategi belajar-mengajar. Di bawah ini dikemukakan

beberapa di antaranya yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan

untuk memahami, dan pada gilirannya untuk dapat memilih secara lebih

tepat serta menggunakannya secara lebih efektif di dalam penciptaan

sistem lingkungan belaja-mengajar. Hal ini sesuai dengan prinsip CBSA

yang mementingkan peranan aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar,

sehingga mengajar dikonsepsikan sebagai penyediaan kondisi untuk

membelajarkan siswa.

1. Pengaturan guru dan siswa

Dan segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh

seorang guru atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan

apakah hubungan guru-murid terjadi secara tatap muka ataukah dengan

perantara media, baik media cetak ataupun visual. Sedangkan dari segi

siswa dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar),

kelompok kecil (5—7 orang siswa), atau pengajaran perorangan.

2. Struktur peristiwa belajar-mengajar

Struktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup,

dalam arti segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat: dapat

juga bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus, materi, serta prosedur

yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara

kegiatan belajar-mengajar berlangsung.


3. Peranan guru-murid di dalam mengolah pesan pengajaran yang

menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” (telah diolah secara

tuntas oleh guru sebelum disampaikan) dinamakan bersifat

ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan oleh siswa

dinamakan heuristik.

Ada dua sub strategi di dalam strategi heuristik yang akhir-

akhir ini sering dikemukakan orang, yaitu penemuan discovery dan

inkuiri inquiry

4. Proses pengolahan pesan

Peristiwa belajar-mengajar yang bertolak dari yang umum

untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus

dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan

strategi belajar mengajar yang ditandai oleh proses berpikir yang

bergerak dan khusus ke umum dinamakan strategi belajar-mengajar

yang bersifat induktif.

5. Tujuan belajar

Robert M. Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar

(sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang

ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian

disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang

merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan

sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk


pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut

adalah:

a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting

dan sistem lingkungan skolastik).

a. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir

seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk

kemampuan memecahkan masalah.

b. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan

fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.

c. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara

lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka,

dan sebagainya.

d. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas

emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat

disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku

terhadap orang, barang, atau kejadian.

Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan,

bahkan mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga

daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar

yang sesuai.
3. Macam-macam metode mengajar

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran

dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk

keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya

adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara

klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan

keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai

otoritas terakhir.

b. Metode Tanya Jawab

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan

yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik

pengajuan yang tepat akan:

1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah

yang sedang dibicarakan.

3) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab

berpikir itu sendiri adalah bertanya.

4) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang

dibahas.
Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom

1) Pertanyaan pengetahuan recall question atau knowledge question

Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang

sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah

dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun

pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa,

sebutkan.

Contoh:

- Apa nama ibu kota Argentina?

- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?

2) Pertanyaan pemahaman comprehension question

Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan

dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah

diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan

atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva

dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan.

Contoh:

- Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari

pariwisata?

- Bandingkan antara nyamuk Culex dengan Anopheles.

- Informasi apa yang dapat kita peroleh dan kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan application question

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban

tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-

aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.

Contoh:

- Berdasarkan batasan yang telah, diutarakan tadi, maka

persamaan mana yang memenuhi syarat?

- Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang

termasuk Protozoa?

4) Pertanyaan analisis analysis question

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan

jawaban dengan cara:

a) Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.

b) Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang

suatu kesimpulan atau generalisasi.

c) Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau

membuat generalisasi dan atau berdasarkan informasi yang ada.

Contoh:

- Identifikasi motif:

Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama

bentuknya?
- Menganalisa kesimpulan atau generalisasi:

Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat.

DapatkahSaudara menunjukkan bukti-buktinya?

5) Pertanyaan sintesis synthesis question

Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak

tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk

mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis

menuntut siswa untuk:

a) Membuat ramalan atau prediksi:

Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka?

b) Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:

Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan

serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang

Anda tampilkan untuk mengatasinya?

6) Pertanyaan evaluasi evaluation question

Pertanyaan semacam ini menghendaki siswa untuk

menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya

terhadap suatu isu yang ditampilkan.

Contoh:

- Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan

murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau

sekolah terbuka?
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara

mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan

yang dihendaki. Oleh karena itu aspek teknik dan pertanyaan harus

pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan

secara efektif dalam proses belajar-mengajar.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan

pertanyaan antara lain:

1) Kejelasan dan kaitan pertanyaan

Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak

kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari

kebiasaan-kebiasaan yang jelek dalam bertanya.

2) Kecepatan dan selang waktu

Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta

tidak tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai diucapkan,

berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa

untuk berpikir: sementara itu, sambil memonitor kelas, apakah

sudah ada yang siap menjawab.

3) Arah dan distribusi. penunjukan

Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah

diberi kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk

menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara

merata ke seluruh kelas.


4) Teknik reinforcement.

Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada

siswa serta meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-

mengajar sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang

lebih baik.

5) Teknik menuntun dan menggali prompting and probing

(Lihat jenis pertanyaan menuntun dan menggali)

c. Metode Diskusi

Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu

yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka menganai

tujuan atau sasaran yang sudah tertantu melalui cara tukar-menukar

informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran

dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,

membuat kesimpulan atau menyusul berbagai alternatif pemecahan

atas suatu masalah.

1) Jenis-jenis diskusi

a) Whole group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group

yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dan 15 orang.


b) Buzz group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa

kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar

siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan

mudah. Diskusi diadakan ditengah pelajaran atau diakhir

pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan

pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan.

Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap

individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-

beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interprestasi

dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan

demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki

pengertian, persepsi, informasi, interprestasi sehingga dapat

dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.

c) Panel

Suatu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang,

mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan

semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini

secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga

secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu

panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.


d) Sundicate group

Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa

kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing

kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru

menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas: ia

menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap

kelompok syndicate diberi tugas untuk mempelajari suatu

aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-

sumber informsi lain.

Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca

bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa

kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno

untuk didiskusikan lebih lanjut.

e) Brain Storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai

segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya.

Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok

belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa

percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang

ditemukannya yang dianggap benar.

f) Simposium

Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dan

suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta


simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti

dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan

juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya

dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

g) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya,

dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan

tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang

cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis,

bukan yang bersifat faktual.

h) Colloquium

Seseorang atau beberapa orang manusia sumber

menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar-

mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia

sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau

tambahan dan siswa atau mahasiswa lain.

Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau

mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.

i) Fish bowl

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua

mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.

Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan

dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.


Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,

seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk

fish bowl.

Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok

pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk

duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan

berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi

setelah selesai berbicara.

d. Metode Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar

yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi

serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar

yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah.

Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode

ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan

waktu untuk berlatih.

Peranan guru atau instruktor dalam kerja kelompok. Dalam

kerja kelompok peranan guru atau instruktor adalah sebagai:

1) Manager

Membantu para peserta mengorganisasi diri, tempat duduk, serta

bahan yang diperlukan.


2) Observer

Mengamati dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat

mengarahkan serta membantunya bila perlu. Ia perlu memberikan

balikan kepada kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan,

serta perasaan dan norma-norma yang terjadi dalam kelompok.

3) Advisor

Memberikan saran-saran tentang penyelesaian tugas bila

diperlukan. Tetapi pemberian saran ini jangan berarti instruktor

yang menyelesaikan tugas buat peserta. Berikan saran itu dengan

mengajukan Pertanyaan-pertanyaan, bukan pemberian informasi

secara langsung.

4) Evaluator

Nilailah proses kelompok yang terjadi bersama-sama

dengan kelompok. Penilaian ini hendaklah selalu penilaian

kelompok, bukan penilaian terhadap individu.

e. Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura

saja dan kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah,

dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja.

Prinsip-prinsip simulasi

1) Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat

kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga

berbeda.
2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-

masing.

3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas,

dibicarakan oleh siswa dan guru.

4) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu.

5) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis.

6) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap.

7) Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu.

Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi

itu dapat berbentuk: role playing, psikodrama, sosiodrama, dan

permainan. Menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching,

simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam

kelompok role playing. Bentuk-bentuk role playing yang lain adalah

sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.

Kebaikan metode simulasi

1) Menyenangkan, sehingga, siswa secara wajar terdorong untuk

berpartisipasi.

2) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi.

3) Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan

lingkungan yang sebenarnya.

4) Memvisualkan hal-hal yang abstrak.

5) Tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik.

6) Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa.


7) Menimbulkan respons yang positif dari siswa yang lamban, kurang

cakap dan kurang motivasi.

8) Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses,

kemajuan simulasi.

Kelemahan metode simulasi

1) Efektivitasnya dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan

oleh riset.

2) Validitas simulasi masih banyak diragukan orang.

3) Menuntut imanjinasi dari guru dan siswa.

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat

efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan seperti:

1) Bagaimana cara membuatnya?

2) Terdiri dan apa?

3) Bagaimana cara mengaturnya?

4) Bagaimana proses bekerjanya?

5) Bagaimana proses mengerjakannya?

Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang

guru, atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau

seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses,

misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue,

dan sebagainya.
Keuntungan metode demonstrasi

1) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap

penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal

yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada

proses belajar, dan tidak tertuju kepada hal lain.

2) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan

hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa

memperoleh persepsi yang jelas dan hasil pengamatannya.

3) Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan

memperoleh peagalaman praktek untuk mengembangkan

kecakapan dan keterampilan.

4) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat

dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

4. Komponen-komponen

Komponen-komponen dalam perbuatan mengajar itu adalah:

a. Mengajar sebagai ilmu teaching as a science

Mengajar dalam kaitan sebagai ilmu mengacu kepada adanya suatu

sistem ekspalanasi dan prediksi yang mendasarinya.

b. Mengajar sebagai teknologi teaching as a technology

Mengajar dalam kaitan sebagai teknologi dilihat sebagai prosedur kerja

dengan mekanisme dan perangkat alat yang dapat dan harus diuji

secara empiris.
c. Mengajar sebagai suatu seni teaching as an art

Hakikat seninya terwujud dalam kenyataan bahwa aplikasi prinsip,

mekanisme dan alat yang termaksut terjadi secara unik memerlukan

pertimbangan-pertimbangan situasional, bahkan penyesuain-

penyesuain transaksional, yang banyak dituntut oleh perasaan dan

naluri jadi tidak semata-mata bertolak dan sekumpulan dali! dan rumus

yang bersifat individual.

d. Pilihan nilai (wawasan kependidikan guru)

Bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan yang dianut

guru. Wawasan kependidikan guru yang dimaksud terpulang pada

tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada

rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi

konsepsual filofisnya yang mendasar.

e. Mengajar sebagai keterampilan teaching as a skill

Mengajar merupakan suatu proses penggunaan seperangkat

keterampilan secara terpadu.

D. Strategi Quiz

Strategi team Quiz merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif.

Sedangkan pembelajaran aktif menurut (Melsilbermen, 2009 : 163),

pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Langkah-

langkah dalam penerapan strategi team Quiz sebagai berikut:


1. Pilihlah topik yang disampaikan dalam 3 segmen

2. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya kelompok A, B, C.

3. Sampaikan kepada siswa tentang format pembelajaran, kemudian mulai

presentasi. Batasi presentasi maksimai 10 menit.

4. Setelah presentasi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan meteri yang baru saja disampaikan. Kelompok B

dan C menggunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka.

5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika

kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut

kepada kelompok C.

6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C jika kelompok C

tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.

7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan presentasi materi kepada kelompok

B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk

kelompok A.

8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya lanjutkan pembelajaran

ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya.

9. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan

sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.

Setiap strategi memiliki kelebihan masing-masing. Tetapi semuanya

mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memberikan suasana belajar yang

kondusif dan aktif. Sehingga tujuan pembelajaran dicapai dengan cara yang
menyenangkan bagi siswa. Strategi team Quiz juga memiliki keunggulan

yaitu:

1. Siswa aktif dalam pembelajaran, karena siswa benar-benar mencari sendiri

informasi tentang materi.

2. Membina kerja sama antar anggota kelompok.

3. Menciptakan suasana yang kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk

terus belajar.

4. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang bersumber dan hal

yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya, yaitu Quiz yang sering

dilaksanakan oleh masyarakat.

Strategi team Quiz juga memiliki kekurangan yaitu:

1. Menuntut kreativitas dan keaktifan dari guru dan siswa.

2. Waktu yang digunakan dibatasi.

3. Kurang tepat jika diterapkan pada kelas yang jumlah muridnya banyak.

4. Belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah karena belum mengenal dan

memahaminya lebih seksama.

E. Penerapan Metode Team Quiz dalam Pembelajaran SKI

Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaharuan

pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun

sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangakan, hanya perwujudannya

yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena

itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar

mampu menerapkannya secara efektif.


Cara belajar siswa aktif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran

yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari

kegiatan belajar. Pada hakekatnya keaktifaan belajar terjadi dan terdapat pada

semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis

kegiatanya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk

kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatau, menulis

laporan, memecahkan masalah memberikan prakarsa/gagasan, menyusun

rencana dan sebagainya. Keaktifan itu ada yang dapat diamati, dan ada pula

yang tak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut

keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui

asimilasi, dan akomodasai kognitif untuk mengembangkan pengetahuan,

tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan

(motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai

dalam pembentukan sikap (Oemar Hamalik, 1995 : 137). Dalam hal ini

metode team Quiz tepat digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran SKI

karena keaktifan, perhatian serta motivasi juga hasil belajar yang dicapai

mengalami peningkatan. Metode team Quiz merupakan strategi yang dapat

meningkatkan tanggungjawab belajar siswa dalam situasi yang menyenangkan

sehingga siswa tidak merasa tegang ataupun jenuh dalam menerima pelajaran

khusunya mata pelajaran SKI yang materinya memuat cerita yang bersifat

hafalan dan siswa dituntut untuk banyak membaca dan mengerti serta

memahami isi dari materi tersebut.


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subyek Penelatian

Penelitian dengan penggunaan strategi Quiz ini dilaksanakan di MI

Kranggan Kec. Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010

pelajaran SKI pokok bahasan sejarah kerosulan Nabi Muhammad S.A.W.

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 3-30 Mei 2010. Subyek penelitian

meliputi siswa kelas III yang berjumlah 13 siswa dengan komposisi 7 siswa

laki-laki dan 6 siswa perempuan. Usia rata-rata siswa 11 tahun. Latar belakang

orang tua siswa yaitu sebagai ibu rumah tangga, karyawati dan sebagian kecil

pedagang dan pegawai.

B. Diskripsi Siklus I

Mata Pelajaran : SKI

Kelas/Semester : III / 2

Standar Kompetensi : 1. Mengenal peristiwa kerasulan Muhammad SAW.

Kompetensi Dasar :1.1. Mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan

Muhammad SAW.

68
Indikator :

1. Menceritakan Nabi Muhammad S,A.W. dalam

berdagang.

2. Menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W.

dalam berdagang.

3. Menceritakan pertemuan Nabi Muhammad S.A.W.

dengan Pendeta Bukhairah.

4. Menceritakan kebijaksanaan Nabi Muhammad

S.A.W. dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad.

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menceritakan Nabi Muhammad S.A.W.

dalam berdagang.

2. Siswa dapat menjelaskan tata cara Nabi Muhammad

S.A.W. dalam berdagang.

3. Siswa dapat meneladani kebijaksanaan Nabi

Muhammad S.A.W. dalam peristiwa peletakan hajar

Aswad.

4. Siswa dapat menceritakan perternuan Nabi

Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah.

Materi pembelajaran : Masa kemandirian Muhammad SAW.

Metode pembelajaran : Team Quiz

Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2

Penilaian : Tes Tertulis


Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi:

a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Senin tanggal

26 Mei 2010

b. Menyusun indikator yang akan tercapai setelah pembelajaran.

c. Membuat instrumen penelitian yaitu:

1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan

motivasi pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai

instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar

mengikuti proses pembelajaran.

2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata

pelajaran SKI.

d. Menyiapkan alat pembelajaran.

e. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan

tindakan di kelas.

1) Pra pembelajaran : menata tempat duduk siswa

2) Kegiatan awal (5 menit) : membuka pelajaran dengan do’a belajar

3) Kegiatan inti (50 menit)

a) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok dan (membagi

materi menjadi dua bagian.

b) Guru mempresentasikan semua materi.


c) Pada pembelajaran pertama, kelompok I memberi pertanyaan

dari materi bagian I kepada kelompok II dan III.

d) Dalam sesi tanya jawab berlaku : bila kelompok yang dituju

tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar ke kelompok lain.

e) Pembelajaran kedua, giliran kelompok II memberi pertanyaan

dari materi bagian II kepada kelompok III dan I dengan aturan

yang sama.

f) Pembelajaran ketiga, kelompok III memberi pertanyaan dan

materi bagian III kepada kelompok I dan II dengan aturan yang

sama.

g) Jika pembacaan selesai, perolehan nilai masing-masing

kelompok dijumlah untuk mengetahui pemenangnya.

4) Kegiatan Akhir (15 menit)

a. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan materi

yang belum dikuasai siswa.

b. Guru mengadakan evaluasi.

c. Pembelajaran ditutup dengan salam.

2. Tindakan

a. Pra pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata menjadi

tiga dengan bentuk letter U, seperti pada gambar 3.1


Meja guru
Papan tulis

Gambar 3.1 Denah Tempat duduk pada siklus I

b. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru mengucapkan salam.

2) Guru bersama siswa membaca doa belajar.

c. Kegiatan inti (70 menit)

1) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran

kepada siswa.

2) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok.

3) Guru meminta siswa untuk menempati kursi masing-masing sesuai

dengan kelompoknya.

4) Guru membagi pembelajaran materi dalam tiga bagian.

5) Kemudian guru mempresentasikan semua materi.

6) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I menjadi

penanya untuk materi bagian I. Pertanyaan dan kelompok I

ditujukan untuk kelompok II.


7) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru

bicara.

8) Bila kelompok II tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk

kelompok III.

9) Setelah kelompok I selesai memberi pertanyaan untuk kelompok

II, kelompok I melanjutkan dengan memberi pertanyaan kepada

kelompok III. Bila kelompok III tidak bisa menjawab pertanyaan

dilempar untuk kelompok II.

10) Jika tanya jawab pada pembelajaran pertama selesai, dilanjutkan

dengan pembelajaran kedua dengan materi bagian II dan menunjuk

kelompok II sebagai penanya.

11) Aturan main seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok II

memberi pertanyaan untuk kelompok III dan I.

12) Setelah kelompok II selesai dengan pertanyaannya, dilanjutkan

pembelajaran ketiga dengan materi bagian III dan guru menunjuk

kelompok III sebagai penanya. Dan proses seperti pada

pembelajaran pertama. Kelompok III memberi pertanyaan untuk

kelompok I dan kelompok II.

13) Setelah pembacaan soal selesai, nilai yang diperoleh dari masing-

masing kelompok dijumlah. Karena pada pelaksanaan kuis ada dua

kelompok yang nilainya sama, maka kemudian guru membuat soal

lemparan untuk kedua kelompok tersebut.


14) Kelompok yang berhak menjawab adalah kelompok yang lebih

dahulu mengacungkan tangannya.

15) Kelompok yang mampu menjawab menjadi pemenang.

16) Strategi kuis telah selesai.

17) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

d. Kegiatan akhir (15 menit)

1) Guru membagikan soal-soal evaluasi.

2) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi

dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, ditemukan beberapa

hambatan pada pelaksanaan strategi Quiz yaitu:

a. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa

untuk berkomunikasi antar kelompok.

b. Ada beberapa siswa yang berbicara sendiri ketika presentasi materi.

c. Ada beberapa siswa yang kurang siswa yang kurang aktif.

d. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat dipahami,

sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersautan menanggapi

maksud soal tersebut.

e. Waktu pembelajaran melebihi batas yang direncanakan, waktu

bertambah 20 menit. Pada awal perencanaan 70 menit menjadi 90

menit.
4. Refleksi

Dari penemuan beberapa hambatan diatas dijadikan bahan refleksi

diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi:

a. Bagaimana mengubah tempat duduk agar semua anggota kelompok

dapat berkomunikasi dengan mudah

b. Bagaimana mengaktifkan seluruh siswa agar benar-benar terlibat

dalam penerapan strategi Quiz, sehingga perhatian siswa terfokus pada

pembelajaran.

c. Bagaimana agar soal mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan

kegaduhan yang tidak terkendali.

d. Bagaimana agar waktu tepat sesuai jam pelajaran.

C. Siklus II

Mata pelajaran : SKI

Kelas/Semester : III / 2

Standar Kompetensi : 2. Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Kompetensi Dasar : 2.1. menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi

Muhammad SAW.

Indikator :

1. Menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W.

sebagai anak yaTeam.


2. Mencontoh Nabi Muhammad S.A.W. yang tidak

bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk.

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menceritakan kehidupan Nabi

Muhammad S.A.W. sebagai anak yang baik.

2. Siswa dapat mencontoh Nabi Muhammad S.A.W

yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak

buruk.

Materi Pembelajaran : Kelahiran Nabi Muhamad SAW.

Metode Pembelajaran : Team Quiz

Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2

Penilaian : tes tertulis

Pada pelaksanaan siklus II ini terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II meliputi:

a. Membuat instrumen penelitian yaitu:

1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan

motivasi siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan

sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-

benar mengikuti proses pembelajaran.

2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata

pelajaran SKI.

b. Menyiapkan alat pembelajaran.


c. Menentukan waktu pelaksanaan tindakan untuk siklus yang kedua

yaitu pada hari Rabu, 26 Mei 2010.

d. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan

tindakan dikelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan siklus

II hampir sama dengan yang dilaksanakan pada siklus I akan tetapi

terdapat rencana yang direvisi , yaitu:

1) Mengubah Penataan tempat duduk kelompok agar siswa dapat

saling berkomunikasi satu sama lain.

2) Sebelum pelaksanaan Quiz dimulai, diberikan motivasi agar semua

siswa benar-benar mengikuti kegiatan pembelajaran.

3) Siswa yang tidak aktif ditempatkan diantara siswa-siswa yang

aktif.

4) Soal atau pertanyaan untuk pelaksanaan Quiz dibuat oleh guru

sehingga diharapkan tidak ada kegaduhan yang tidak terfokus pada

saat Quiz berlangsung.

5) Presentasi oleh guru ditiadakan, diganti siswa mempelajari sendiri

materi yang dibagikan untuk tiap kelompok dari buku yang sudah

dimiliki. Dengan hal tersebut diharapkan semua siswa aktif dan

bicara sendiri.

6) Pertanyaan dari masing-masing kelompok hanya ditujukan untuk

satu kelompok saja. Misalnya kelompok I memberi pertanyaan

untuk kelompok II saja.

2. Tindakan
a. Pra pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai yaitu menata tempat duduk

dengan duduk berkelompok melingkar seperti gambar 3. 2

Meja guru
Papan tulis

Gambar 3.2 Denah tempat duduk siklus II

b. Kegiatan awal (10 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam.

2) Membaca do’a belajar.

3) Guru memotivasi siswa.

c. Kegiatan inti (45 menit)

1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan hasil yang

akan dicapai kepada siswa


2) Guru membagi kelompok menjadi tiga, dengan anggota yang sama

seperti pada siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi:

a) Kelompok I pada siklus I menjadi kelompok II.

b) Kelompok II pada siklus II menjadi kelompok III.

c) Kelompok III pada siklus III menjadi kelompok I.

3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI dari buku.

Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok

untuk menjawab soal dan kelompok lain. Kelompok I mempelajari

bagian I dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian II dan III.

Kelompok III mempelajari materi bagian III dan I.

4) Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing

kelompok.

5) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru

bicara.

6) Guru berperan sebagai pemandu Quiz.

7) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II.

Dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab

adalah kelompok II , tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab

maka soal akan dilempar ke kelompok III.

8) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke

kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok

III untuk kelompok I dengan aturan yang sama.


9) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui

pemenangnya.

10) Strategi Quiz telah selesai.

11) Guru menyimpulkan pembelajaran dengan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

d. Kegiatan Akhir (15 menit)

1) Guru membagikan soal-soal evaluasi.

2) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

Dari observasi dilakukan pengumpulan data dengan instrument

lembar observasi dan tes formatif. Observasi pada siklus II ditemukan

hambatan yaitu masih ada 3 siswa yang belum aktif.

4. Refleksi

Dari hasil observasi diadakan refleksi untuk perbaikan rencana

pada Siklus III. Perbaikan ini bertujuan agar tiga siswa yang belum aktif

menjadi aktif dan siswa lain yang sudah aktif pada siklus II tetap aktif.

D. Siklus III

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Kelas/Semester : III / 2

Standar Kompetensi : 3. Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad SAW.

Kompetensi Dasar : 3.1.Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad

SAW.
Indikator :

1. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S,A.W.

sebagai Al-Amin.

2. Mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W.

ketika remaja.

3. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W.

bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian.

4. Menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.

Tujuan pembelajaran :

1. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi

Muhammad S.A.W. sebagai Al-Amin.

2. Siswa dapat mencontoh kemandirian Nabi

Muhammad S.A.W. ketika remaja.

3. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi

Muhammad SAW. bertafakur di Gua Hira’

menjelang kenabian.

4. Siswa dapat menjelaskan proses turunnya wahyu

pertama.

Materi Pembelajaran : Kerasulan Muhammad SAW.

Metode Pembelajaran : Team Quiz

Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2

Penilaian : tes tertulis

Pada pelaksanaan siklus III ini terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Perencanaan

Perencanaan meliputi:

a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada hari Sabtu,

tanggal 29 Mei 2010.

b. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi dan tes

formatif untuk evaluasi.

c. Menyiapkan alat-alat pembelajaran.

d. Menyusun skenario pembelajaran untuk siklus III. Skenario sama

seperti pada siklus II tetapi pada siklus III diadakan revisi rencana

pada:

1) Tiga siswa yang belum aktif dipilih juru bicara diharapkan semua

siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Pada pelaksanaan Quiz di buat menjadi dua tahap, yaitu tahap soal

untuk perkelompok seperti pada siklus I dan II, tahap kedua soal

lemparan yang dibuat guru. Rencana ini bertujuan agar siswa tidak

bosan dan lebih semangat dengan variasi penerapan strategi Quiz.

3) Memberikan hadiah kepada pemenang agar suasana menjadi lebih

meriah.

2. Tindakan

a. Pra kegiatan

Menata tempat duduk seperti siklus II.


b. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam.

2) Membaca do’a belajar bersama-sama.

c. Kegiatan inti (50 menit)

1) Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan

hasil yang akan dicapai.

2) Guru membagi kelompok menjadi tiga bagian dengan anggota

yang sama seperti siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi :

kelompok I pada siklus I menjadi kelompok III, kelompok II pada

siklus II menjadi kelompok I dan kelompok III pada siklus I

menjadi kelompok II.

3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI. Tetapi lebih

terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk

menjawab soal dari kelompok lain dan pertanyaan yang akan

diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I

dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian materi II dan III.

Kelompok III mempelajari bagian III dan I.

4) Guru menjelaskan tahapan dalam Quiz yang meliputi tahap

pertama untuk pembacaan soal untuk masing-masing kelompok

dan tahap kedua soal lemparan.

5) Pelaksanaan tahap pertama. Soal untuk Quiz yang dibuat guru

dibagikan untuk masing-masing kelompok.

6) Guru menunjuk siswa yang belum aktif untuk menjadi juru bicara.
7) Guru berperan sebagai pemandu Quiz.

8) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II

dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab

adalah kelompok II. Tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab

maka soal akan dilempar ke kelompok III.

9) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke

kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok

III untuk kelompok I dengan aturan yang sama.

10) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui

perolehan nilai sementara.

11) Tahap kedua, soal lemparan. Guru membacakan soal, kelompok

yang berhak menjawab adalah yang mengacungkan tangannya

lebih dahulu. Dan harus dilakukan oleh juru bicara.

12) Setelah semua soal telah selesai dibacakan, nilai masing-masing

kelompok dijumlahkan untuk mengetahui pemenangnya.

13) Pemenang mendapat hadiah yang telah disediakan.

14) Strategi Quiz telah selesai.

d. Kegiatan akhir (15 menit)

1) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

2. Guru mengadakan evaluasi

3. Menutup pelajaran dengan salam

3. Observasi
Observasi menunjukkan bahwa semua siswa telah ikut aktif dalam

pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus III yaitu didapatkan satu strategi pembelajaran

baru untuk mata pelajaran SKI. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan

partisipatif dalam mengikuti Quiz yang diterapkan pada pembelajaran SKI

dan hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian Persiklus

1. Pra Siklus

Sebelum diterapkan strategi team Quiz, penyampaian materi

menggunakan metode ceramah. Dari dokumentasi sebelum penerapan

strategi team Quiz didapatkan nilai sebagai pembanding setelah dan

sebelum strategi team Quiz dipilih sebagai pemecahan masalah. Nilai

dalam penelitian ini sebagai indikator tingkat tingkat pencapaian

penggunaan strategi team Quiz untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebagai patokan hasil belajar adalah nilai Ketuntasan Kriteria Minimum

(KKM) kelas III MI Kranggan kecamatan Ambarawa pada mata pelajaran

SKI yaitu 50. Penggunaan strategi dan metode sebelumnya diperoleh

dokumentasi nilai hasil belajar siswa yang terlihat pada tabel 4.1.

No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase


1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. 40-49 8 61,5%
4. 50-59 2 15,4%
5. 60-69 1 7,7%
6. 70-79 1 7,7%
7. 80-89 1 7,7%
8. 90-100 - -
Jumlah 13 100%

Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus

86
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa perlengkapan pembelajaran

dengan metode ceramah (sebelum penerapan metode team Quiz) diperoleh

nilai rata-rata hasil pembelajaran siswa adalah 55 dan jumlah siswa yang

harus belajar sebanyak 5 siswa sedangkan yang belum tuntas belajar

adalah 8 siswa, jadi ketuntasan

Jumlah siswa yang tuntas belajar


_____________________________________________
P= X l00 %
Jumlah seluruh siswa

5
P = ______ X 100%
13

P = 38,4%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar sebelum

penerapan metode team Quiz siswa belum mencapai ketuntasan belajar

secara klasikal (ketuntasan kelas) karena prosentase ketuntasan masih di

bawah batas ketuntasan minimal yaitu 75%. Hal ini disebabkan belum

diterapkannya metode team Quiz atau masih digunakannya metode

ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi

dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga tidak aktif dan perhatian,

bahkan merasa jenuh pada saat pembelajaran.

Hasil tersebut menjadi keperihatinan bagi guru dan kendala untuk

melanjutkan pembelajaran berikutnya, maka peneliti ingin memperbaiki

proses pembelajaran supaya hasil yang dicapai memuaskan. Oleh karena

itu perlu diterapkan metode lain yaitu metode team Quiz yang diharapkan
menjadi metode yang menyenangkan dan memudahkan siswa dalam

menguasai pelajaran SKI.

2. Siklus I

Pada siklus I dicari data menggunakan tes formatif dan lembar

observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, motivasi,

dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi dan

perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan

mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan

materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang

disampaikan. Sedangkan motivasi adalah indikator adanya minat dan

siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Motivasi dan perhatian

menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik.

Kebanyakan siswa yang mendapat skor I adalah siswa yang

melamun dan berdiskusi dengan teman lainnya. Dan yang mendapatkan

skor 2 untuk siswa yang kadang-kadang berdiskusi dengan topik lain dan

kadang-kadang juga mengikuti Quiz pada pembelajaran. Untuk skor 3 jika

siswa terlibat baik motivasi maupun perhatiannya dalam Quiz tetapi masih

terjadi diskusi tak terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk

terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk skor empat untuk siswa

yang benar-benar aktif dan perhatian penuh, dan untuk skor lima untuk

siswa yang benar-benar aktif perhatian dan memiliki motivasi yang tinggi

pada pembelajaran.
Jadi untuk penerapan strategi Quiz pada siklus I masih kurang

menarik bagi siswa. Hal tersebut menurut analisis peneliti karena adanya

hal-hal yang menggangu perhatian dan motivasi siswa pada pembelajaran.

Hambatan tersebut adalah :

a. Pada tahap pembacaan soal, siswa saling adu argumen yang tidak

terfokus, karena soal dari satu kelompok kurang dipahami oleh

kelompok yang lainnya.

b. Siswa belum benar-benar mengerti tata cara pelaksanaan Quiz pada

pembelajaran.

c. Waktu yang melebihi dari batas perencanaan menjadikan siswa gaduh.

Dari instrument tes formatif yang berupa soal pilihan ganda

diperoleh nilai siswa pada siklus I sebagai berikut :

No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase


1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. -40-49 7 53,8%
4. -50-59 1 7,7%
5. -60-69 1 7,7%
6. -70-79 2 15,4%
7. -80-89 2 15,4%
8. -90-100 - -
Jumlah 13 100%

Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa rata-rata nilai adalah 60,3

dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa serta

yang belum tuntas sebanyak 7 siswa sehingga dapat dihitung prosentase

ketuntasan belajar secara klasikal sebagai berikut :

Jumlah siswa yang tuntas belajar


P = _____________________________________________ X l00 %
Jumlah seluruh siswa

6
P = ______ X 100%
13

P = 46,2%

= 46, 2 %

Hasil tersebut memperlihatkan bahwa basil belajar mengalami

peningkatan, dari nilai-nilai tes formatif sebelum perbaikan adalah 55

kemudian setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat menjadi

60,3 dan ketuntasan belajar mencapai 46,2%. Jadi ada peningkatan nilai

rata-rata sebesar yaitu 5,3 dan peningkatan ketuntasan sebesar 78%

meskipun hasilnya lebih baik, tetapi masih ada 7 siswa yang nilainya

dibawah nilai ketuntasan yaitu :

No. Nama Nilai


1. Ade Ahmad Setiawan 45
2. Hanif Mustofa 49
3. Nurul Istiqomah 49
4. M. Zada Nasrul Adzim 49
5. Taufik Hidayat 40
6. Durotun Napisah 45
7. Bayu Aji 49

Berdasarkan data di atas, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

ini masih terdapat kekurangan dan prosentase siswa yang tuntas belajar

belum mencapai 85% sehingga masih perlu adanya perbaikan, untuk itu

peneliti akan mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus III, dengan

cara mengulang lagi pembelajaran dengan metode team Quiz.


3. Siklus II

Motivasi dan perhatian siswa pada siklus II lebih meningkat

dibanding siklus I, menurut penulis dikarenakan :

a. Siswa telah mengetahui tata cara team Quiz pada materi SKI.

b. Soal untuk pertanyaan pada Quiz dibuat oleh guru sehingga

kemungkinan kecil soal tidak dimengerti siswa. Hal ini dilakukan

sebagai antisipasi terjadinya adu argumen dari siswa yang

menyebabkan diskusi yang tidak terfokus pada materi.

Dari instrumen soal pilihan ganda didapatkan data nilai sebagai

berikut :

No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase


1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. -40-49 2 15,4%
4. -50-59 2 15,4%
5. -60-69 3 23,0%
6. -70-79 2 15,4%
7. -80-89 2 15,4%
8. -90-100 2 15,4%
Jumlah 13 100%

Tabel 4.4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Nilai individual siswa meningkat dari siklus I. Tidak ada siswa

yang mendapat nilai kurang dan 50, dan hanya 2 siswa atau 15,4% yang

belum tuntas. Nilai rata-rata kelasnya adalah 72. Salah satu siswa yang

belum tuntas memang pada hasil observasi mempunyai skor yang baik.

Tetapi tidak hanya dari faktor strategi saja yang mempengaruhi tingkat

hasil belajar siswa, akan tetapi juga faktor individual. Siswa tersebut

memang mempunyai kelemahan dalam hal intelegensi. Indikator pada


semua mata pelajaran siswa tersebut mendapat nilai yang rendah. Satu hal

yang patut ditiru, siswa tersebut selalu berusaha melibatkan diri dalam

semua pembelajaran dan tidak pernah rendah diri. Meskipun ia sering

tinggal dalam pembelajaran.

4. Siklus III

Perhatian dan motivasi siswa pada sikius III sudah menunjukkan

arah yang baik. Terlihat pada tabel perhatian siswa tidak ada siswa yang

mendapat skor 1 dan 2. Rata-rata siswa mendapat skor 3, 4 dan 5 baik

pada aspek perhatian maupun motivasi. Dapat dikatakan bahwa semua

siswa pada siklus III telah ikut serta dalam metode team Quiz pada

pembelajaran.

Hal tersebut dari hasil analisis dikarenakan :

a. Pada pelaksanaan siklus III, siswa telah memahami tata cara team Quiz

b. Pada siklus III disediakan hadiah oleh guru, sehingga menambah

greget bagi siswa untuk menjadi pemenang.

c. Juru bicara dipilih dari siswa yang belum aktif pada siklus I dan II

Kebanyakan siswa yang belum aktif mempunyai karakter pendiam dan

kalem, sehingga siswa yang aktif berusaha mengajukan diri untuk

menjadi juru bicara. Situasi tersebut yang menjadikan kelas ramai

tetapi masih dalam kondisi terfokus bukan gaduh diskusi yang lain.

Untuk nilai yang diperoleh siswa pada siklus III sebagai

berikut :
No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase
1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. -40-49 1 7,7%
4. -50-59 1 7,7%
5. -60-69 2 15,4%
6. -70-79 2 15,4%
7. -80-89 3 23,0%
8. -90-100 4 30,8%
Jumlah 13 100%

Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III

Nilai yang diperoleh siswa pada siklus III mengalami peningkatan

dari siklus II. Pada siklus III masih ada satu siswa yang belum tuntas,

siswa yang belum tuntas ini adalah siswa yang sama yang dijelaskan pada

siklus II. Siswa tersebut mungkin harus mendapatkan metode dan atau

strategi yang berbeda agar dapat menuntaskan pelajarannya. Faktor

individual siswa juga mempengaruhi lama waktu yang digunakan untuk

belajar suatu hal. Pada siklus III rata-ratanya adalah 80. Siswa yang

mendapatkan nilai pada interval 90 -100 juga meningkat. Ada dua anak

yang mendapatkan nilai 100.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari paparan hasil penelitian dari pra siklus sampai pada siklus III

diperoleh data nilai hasil belajar keseluruhan pada gambar 4.4.


14

12

10

0
Pra Siklus Siklus I Silus II Siklus III

Gambar 4.1 Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III

Dari hasil nilai ketuntasan di atas dapat dijelaskan pada pra siklus

38,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat menjadi 46,2% siswa

yang tuntas. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa yaitu 84,6%. Dan pada

sikius III ketuntasan mencapai 92,3%. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa dari pra siklus sampai pada siklus III mengalami

peningkatan bertahap dilihat dari nilai individual siswa maupun nilai rata-

rata kelasnya. Dilihat dari motivasi dan perhatian siswa mengikuti

pembelajaran dengan metode team Quiz juga mengalami peningkatan.

Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi dan faktor metode atau

strategi saja akan tetapi dari beberapa faktor. Beberapa diantaranya yaitu

faktor bakat, minat, tingkat intelegensi, karakterisktik belajar anak dan

juga strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sebagai contoh

ditemukannya siswa yang berusaha aktif dalam pembelajaran tetapi siswa


tersebut mendapatkan nilai yang belum termasuk dalam KKM. Siswa

tersebut tetap harus mendapatkan remedial. Remedial dapat dilakukan

dengan menambahi waktu belajar siswa atau memberikan latihan soal-

soal.

C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung

Dalam pelaksanaan terdapat faktor yang mendukung dan faktor yang

menghambat strategi Quiz.

1. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus I

a. Faktor Pendukung

1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk

belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat.

2. Strategi pembelajaran yang baru memberikan semangat kepada

beberapa siswa.

b. Faktor Penghambat

1. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa

untuk berkomunikasi antar kelompok.

2. Aturan yang kurang dimengerti siswa menyebabkan kegaduhan di

antara siswa dan waktu yang melebihi batas dan yang

direncanakan.

3. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat

dipahami, sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersahutan

maksud soal tersebut.


2. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus II

a. Faktor Pendukung

1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk

belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat.

2. Motivasi yang diberikan sebelum pembelajaran memberikan

semangat kepada seluruh siswa.

3. Siswa yang belum aktif ditempatkan diantara siswa yang aktif,

sehingga dapat membangun komunikasi antar anggota kelompok.

4. Soal untuk Quiz dibuat oleh guru.

b. Faktor Penghambat

Pribadi beberapa siswa yang cenderung pendiam dan IQ nya

rendah sehingga siswa tersebut belum aktif dalam pembelajaran.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus III

a. Faktor Pendukung

1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk

belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat.

2. Siswa telah paham aturan main pada strategi Quiz

3. Juru bicara dipilih dan siswa yang belum aktif pada siklus II,

sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran

4. Soal untuk strategi Quiz dibuat oleh guru.

b. Faktor Penghambat

Pada pelaksanaan siklus III masih terdapat satu siswa yang

belum tuntas dikarenakan siswa tersebut lemah dalam belajarnya.


Indikatornya, pada mata pelajaran lain siswa tersebut juga

mendapatkan nilai belajar yang rendah dibandingkan teman-temannya.

Dari hal tersebut, tingkat intelegensi siswa yang rendah dalam belajar

yang menyebabkan penggunaan strategi team Quiz ini belum mampu

menuntaskan semua siswa.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Perhatian siswa pada materi mata Pelajaran SKI pada siswa kelas III MI

Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan

nilai rata-rata perhatian siswa pada siklus I yaitu 3,04 meningkat menjadi

3,5 pada Siklus II, dan pada Siklus III ini menjadi 4,42 setelah

menggunakan metode team Quiz.

2. Motivasi siswa pada materi Mata Pelajaran SKI pada siswa kelas II MI

Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan nilai

rata-rata motivasi siswa pada siklus I yaitu 3,2 meningkat menjadi 3,6

pada Siklus II, dan pada Siklus III meningkat menjadi 4,44 setelah

menggunakan metode Team Quiz.

3. Hasil belajar siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa pada materi mata

pelajaran SKI setelah menggunakan metode Team Quiz mengalami

peningkatan hal ini ditandai dengan presentase siswa yang tuntas belajar

pada siklus I, yaitu 46,2 %, meningkat menjadi 84,6% pada Siklus II

kemudian pada Siklus III menjadi 92,3 % nilai rata-rata sebelumnya yaitu

55 meningkat menjadi 60,3 pada Siklus I, Siklus II yaitu 72 dan Siklus III

yaitu 80.

98
Prosentase didapat dari nilai siswa yang telah memenuhi Ketuntasan

Kriteria Minimum (KKM) yaitu 50 untuk mata pelajaran SKI. Nilai

ketuntasan hasil belajar siswa sebagai indikator tingkat pencapaian hasil

belajar siswa. Nilai individual siswa juga semakin meningkat.

B. Saran

Untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa, maka yang perlu

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru

Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan

profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan metode dan

strategi yang digunakan. Sehingga penggunaan strategi yang inovatif

membuat siswa tidak merasa bosan. Titik hanya itu, kemampuan

menyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP,

RH, Silabus, dan lain-lain. Bila persiapan telah matang, mengajar titik

akan terkesan seadanya dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu

untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.

2. Sekolah / Kepala Sekolah

Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya

meningkatkan pembinaan kepada guru-guru. Diharapkan dari pembinaan

tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.

C. Kata Penutup
Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi

membimbing dan menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga

penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak

kekurangan maupun kesalahan, maka saran dan kritik yang membangun

diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak lupa ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

F. Belajar

9. Pengertian

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan

itu bersifat relatif, konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara

proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni

belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang

diproses (Chalidjah Hasan, 1994 : 84).

Untuk mengetahui taraf keberhasilan belajar peserta didik berpesan

pada kurikulum yang berlaku dan telah disempurnakan antara lain bahwa

suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan

berhasil apabila indikatornya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai

tidaknya indikator perlu mengadakan tes formatif setiap selesai

menyajikan suatu bahasan kepada siswa.

Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauhmana siswa telah

menguasai indikator yang ingin dicapai . Fungsi penilaian ini adalah untuk

memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses

belajar mengajar dan melaksanakan progam remedial bagi siswa yang

belum berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan

13
pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi indikator yang

ingin dicapai. (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 1997: 119)

Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari:

a. Motivasi yakni dorongan untuk berbuat

b. Bahan belajar, yakni materi yang dipelajari

c. Alat bantu belajar, yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa

melakukan kegiatan belajar

d. Suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang

menunjang belajar

e. Kondisi subjek belajar ialah keadaan jasmani dan mental untuk

melakukan kegiatan belajar. (Oemar Hamalik, 2003 : 53)

Perubahan tingkah laku sebagai bukti/indikator belajar. Bukti

bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah

lakunya tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur

objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau

unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah. Unsur

objektif inilah yang tampak, sedangkan unsur subjektifnya. tidak tampak

kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu. Misalnya, seorang yang

sedang berpikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang

berpikir, sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak.

Tingkah laku manusia terdiri dan sejumlah aspek. Hasil belajar

akan tampak pada siap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun


aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial jasmani, budi pekerti

(etika), sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan

belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek

tingkah laku tersebut.

Prinsip-prinsip perubahan tingkah laku, ada sejumlah unsur yang

menjadi ciri setiap perubahan tingkah laku, ialah:

g. Tingkah laku dimotivasi. Seseorang mau berbuat sesuatu karena

adanya tujuan yang hendak dicapainya. Perubahan tingkah laku

dimulai dari dalam organisme yang bermotivasi, dan keadaan ini

timbul berkat kebutuhan pada organisme tersebut.

h. Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang

terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek, yakni adanya

keadaan tegang tenion atau ketakpuasan dalam diri seseorang, dan

kesadaran bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan itu.

Ini berarti, pencapaian tujuan adalah pengurangan ketegangan dan

pemuasan kebutuhan seseorang.

i. Tujuan yang disadari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya

dalam upayanya mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya ialah

tingkah laku bersifat selektif dan regulatif Seseorang memilih

perbuatan/tindakan yang hanya mengacu ke arah pancapaian tujuan

yang dapat memuaskan kebutuhannya.


j. Lingkungan menyediakan kesempatan untuk bertingkahlaku tertentu,

dan atau membalas, tingkah laku seseorang. Ini berarti, lingkungan

sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan,

dan disisi lainnya dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara

tertentu.

k. Tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme.

Persepsi, pengalaman dan konsepsi yang dimiliki seseorang

mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dan

lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/individu lain.

l. Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organisme manusia.

Kapasitas itu berupa inteligensi dan kemampuan sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Seseorang mampu melakukan suatu perbuatan

sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri.

Prinsip-prinsip tersebut, dapat dilakukan penilaian terhadap

perubahan tingkah laku sebagai basil belajar, yakni:

g. Kebutuhan-kebutuhan apa yang ada pada diri organisme yang

memungkinkan tumbuhnya tingkah laku yang bermotivasi?

h. Motivasi apa yang mendasari perubahan tingkah laku itu?

i. Tujuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang?

j. Apakah lingkungan menyediakan kesempatan untuk melakukan

tingkah laku tertentu?

k. Proses-proses apa yang mempengaruhi tingkah laku itu?


l. Kapasitas dan kemampuan apa yang mempengaruhi tingkah laku

seseorang?

Untuk memahami lebih dalam tentang belajar, berikut ini disajikan

beberapa teori belajar, yaitu:

e. Teori belajar Behaviorisme

Teori belajar ini dikemukakan oleh Watson berpendapat bahwa

pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat di

amati, yaitu berupa tingkah laku.

3) Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap

perangsang dan luar.

4) Belajar adalah melatih reaksi-reaksi itu terhadap perangsang yang

sudah tertentu. Reaksi itu harus dapat diamati dan diukur

(Chalidjah Hasan, 1994 : 94).

f. Teori belajar R. Gagne

Belajar adalah suatu proses untuk motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang diperoleh dari interaksi.

Mulai dari masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan

lingkungan, tapi baru dalam bentuk Sensori-Motor Coordination

kemudian mulai belajar berbicara dan menggunakan bahasa.

Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk

belajar. Gagne berkata bahwa The Domains of Learning ada lima

yaitu:
1. Keterampilan

2. Informasi verbal

3. Kemampuan intelektual

4. Strategi kognitif

5. Sikap. (Chalidjah Hasan, 1994 : 96)

g. Teori belajar Daya

Teori belajar menurut konsepsi ahli ilmu jiwa daya disebut juga

Vermogons-psychology atau The Faculty psychology, menurut teori ini

manusia mempunyai daya-daya : daya menngenal, daya mengingat,

daya fantasi. Daya ini agar menjadi tajam harus dilatih untuk

memecahkan soal. Daya ingatan lebih tinggi kalu digunakan untuk

mengingat (Chalidjah Hasan, 1994 : 92)

Dari beberapa teori di atas dapat dirumuskan bahwa belajar dapat

melalui latihan dan pengalaman langsung, tergantung pada kompetensi

yang ingin diberikan. Interaksi secara langsung dengan lingkungan akan

menghasilkan hasil belajar yang lebih kuat pada diri peserta didik.

Terlebih lagi jika peserta didik aktif dan partisipatif dalam menemukan

pengetahuannya.

10. Tipe-tipe dalam belajar

Belajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, dimana perbuatan

belajar itu sendiri mencakup beberapa segi. Menurut Robert M. Gagne

dalam buku The Conditions of Learning (1970) (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2003: 160-161).


Kedelapan tipe belajar merupakan tipe belajar yang memiliki

hirarki dan yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks,

yaitu:

a. Belajar tanda-tanda (Signal Learning)

Individu belajar mengenal dan memberi respons kepada tanda-

tanda seperti : melirik kepada orang lewat, memusatkan pendengaran

kepada suara yang datang, memalingkan muka dan cahaya yang

menyorot.

b. Belajar perangsang jawaban (stimulus-respons learning)

Belajar ini adalah upaya untuk membentuk hubungan antara

perangsang dengan jawaban, misal : berhenti pada waktu lampu

merah, menjawab pertanyaan yang diberikan guru , dan lain-lain.

c. Belajar rangkaian (Chaining Learning)

Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang

membentuk satu kesatuan, misal mencuci pakaian, berbelanja, mandi,

dan sebagainya.

d. Asosiasi Verbal (Verbal Association)

Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan sesuatu yang

bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya.


e. Belajar membedakan (Diserimination Learning)

Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan antara

benda yang satu dengan benda lainnya melaiui pengelompokan

terhadap objek objek yang konkrit maupun yang bersifat abstrak.

f. Belajar konsep (Concept Learning)

Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan

konsep-konsep, seperti konsep : warna merah, atau putih, sifat jujur

atau culas, kondisi seperti aman, bahagia dan sebagainya.

g. Belajar aturan-aturan (Rute learning)

Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di

sekolah, di rumah, maupun aturan dalam perdagangan, pemerintahan

balikan ilmu pengetahuan.

Aturan yang ada di rumah atau di sekolah misal berkenan

dengan disiplin, aturan dipemerintahan berkenan dengan undang-

undang, sedangkan aturan dalam pengetahuan berkenan dengan dalil-

dalil atau aksioma.

h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving Learning)

Tip belajar ini individu dehadapkan kepada masalah-masalah yang

harus dipecahkan. Baik masalah yang sederhana maupun yang sangat

kompleks. Melalui pemecahan masalah ini manusia mampu

berkembang lebih cepat dan lebih tinggi dari makhluk lainnya, karena

dengan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi menandakan


bahwa manusia memiliki kemampuan berfikir yaitu kemampuan untuk

menggunakan rasio atau intelek.

11. Prinsip-prinsip dalam belajar

Dalam belajar terdapat prinsip-prinsip yang mencirikan adanya

sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, yaitu:

a. Belajar merupakan bagian dan perkembangan

Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda

tetapi berhubungan erat, dalam perkembangan dituntut belajar dan

dengan belajar ini perkembangan individu lebih cepat.

b. Belajar berlangsung seumur hidup

Kegiatan belajar dimulai sejak lahir sampai menjelang

kematian sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar

dilakukan individu baik secara sadar maupun tidak, disengaja atau

tidak, direncanakan ataupun tidak.

h. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor — faktor bawaan, faktor

lingkungan, kematangan serta usaha dan individu sendiri dengan

berbekal potensi yang tinggi dan didukung faktor lingkungan yang

menguntungkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003 : 165).

Dalam pembelajaran terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar

hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan prinsip-prinsip tersebut

sebagai batasan bagaimana belajar itu dilakukan.


12. Tipe hasil belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi

tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif

(berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor

(kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri

sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan

membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai

ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab

itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari

proses pengajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah

laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui

tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran

berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup

ketiga aspek tersebut.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga

aspek tersebut.

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif

1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge)

Pengtahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

Knowledge dan Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan

termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual di samping

pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali


seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan

lain-lain.

Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu

dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa

cara untuk dapat menguasai/menghafal, misalnya dibaca berulang-

ulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim

dikenal dengan “jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk

tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe

hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe basil belajar ini

penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe

hasil belajar lain yang lebih tinggi. Setidak-tidaknya pengetahuan

hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk

menguasai tipe hasil belajar lainnya.

Contoh seseorang yang ingin mempelajari dan menguasai

keterampilan bermain piano, maka yang bersangkutan harus

menguasai dan hafal dulu tangga-tangga nada. Tingkah laku

operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain:

menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan,

memilih, mengidentifikasikan, mendefinisikan.

2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention)

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari

tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan

kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.


Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara

konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan

mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang

baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan

rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu

persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum,

rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu

masalah (situasi tertentu). Dengan perkataan lain, aplikasi bukan

keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental.

Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan

instruksional biasanya menggunakan kata-kata: menghitung,

memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan,

menggunakan, menghubungkan, mengerjakan, mengubah,

menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain.

4) Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu

integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-

bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki.

Analisis merupakan tipe basil belajar yang kompleks, yang

memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni


pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan

bagi para siswa sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi.

Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur

analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka

seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata

operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain:

menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan,

membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan,

memilih alternatif dan lain-lain.

5) Tipe hasil belajar sintesis

Sintsis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan

pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian

yeng bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan

unsur atau bagian menjadi satu integritas.

Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan

hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Pada berpikir sintesi

adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah

berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis. maka berpikir

kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih

mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional biasanya

tercermin dalam kata-kata mengkategorikan, menggabungkan,

menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi,


mengorganisasi kembali, merevisi, menyimpulkan,

menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.

6) Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai

sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang

dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan

terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan

sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada

pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat

tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.

Membandingkan kriteria dengan suatu yang nampak/aktual/

terjadi mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai

sesuatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang

mendahuluinya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata

menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan

menyarankan, mengeritik, menyimpulkan, mendukung,

memberikan pendapat, dan lain-lain.

b. Tipe hasil belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan peruhahannya

bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil

belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru
lebih banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe

hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran motivasi belajar,

menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain.

Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang

afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus

nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe

hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana

sampai tingkatan yang kompleks.

7) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik

dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus. kontrol dan seleksi

gejala atau rangsangan dari luar.

8) Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk

kctepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus

dari luar yang datang kepada dirinya.

9) Valuing (penilaian) yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di

dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau


pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai

tersebut.

10) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai

lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai,

organisasi dari pada sistem nilai.

11) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini

termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan skill, kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6

tingkatan keterampilan yakni:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dan keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks.


12) Kemampan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi

seperti an ekspresif, interpretatif.

Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak ber

diri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam

kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya

dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan peilakunya. Carl Rogers

berpendapat bahwa seseorang yang teleh menguasai tingkat kognitif maka

perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan.

Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar

kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang

afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif

dan psikomator diabaikan.

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

berasal dan dirinya (intemal) maupun dari luar dirinya (ekstemal). Hasil

belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali artinya

dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal

mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai

berikut.
c. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh

atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh

yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,

terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan

dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang

dimiliki.

b) Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan

penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

d. Faktor yang berasal dan luar diri (eksternal)

5) Faktor sosial yang terdiri atas:

a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah

c) Lingkungan masyarakat

d) Lingkungan kelompok

6) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kesenian.
7) Fakfor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

8) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi

baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hasil belajar

siswa.

14. Beberapa Karakteristik Siswa dalam Belajar

Adapun karakteristik anak dalam belajar adalah sebagai berikut.

a. Cepat dalam belajar

Anak tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat

menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang

diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk

memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima

pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak

memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang

tergolong sebagai anak jenius (sangat cerdas). Dalam kelompoknya

anak-anak tersebut berada pada tingkat paling atas. Anak yang

tergolong super cerdas ini sering mengalani kesulitan dalam

penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan di sekolah

menggunakan ukuran ratà-rata atau biasa-biasa saja, sedangkan anak

yang tergolong super cerdas ini termasuk anak yang luar biasa. Oleh

karena itu, salah satu cara untuk membantu mereka ialah dengan

menempatkan mereka pada kelompok khusus atau diberi tugas-tugas


tambahan sebagai pengayaan baik yang sifatnya horizontal maupun

vertikal.

b. Lambat dalam belajar

Anak yang tergolong lambat dalam belajar pada umumnya

lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang

diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak

golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai

salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada

umumnya anak-anak golongan lambat belajar memiliki taraf

kecerdasan dibawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan

perhatian khusus, antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas

khusus atau pelajaran tambahan dalam program pengajaran remidial.

c. Anak yang kreatif

Anak kreatif ini umumnya dari golongan cepat, tapi banyak

pula dari golongan normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukkan

kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis,

kesenian, olah raga, organisasi dan kegiatan lainnya. Mereka selalu

ingin memecahkan persoalan-persoalan berani menanggung resiko

yang sulit sekalipun kadang-kadang destruktif di samping konstruktif,

lebih senang belajar sendiri dan percaya pada diri sendiri. Dalam

kegiatan belajar mengajar anak golongan kreatif lebih mampu

menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikannnya.


15. Memantapkan hasil belajar

Hasil belajar yang berupa rangkaian kata-kata dapat dimantapkan

dengan banyak ulangan atau latihan soal-soal, akan tatapi hasil belajar

yang mengandung makna tidak banyak dipengaruhi oleh interferensi.

Bila sesuatu sungguh-sungguh dipahami, maka ulangan dan latihan

soal-soal tidak seberapa memegang peranan, yang perlu ialah adanya ide-

ide tempat pelajaran baru itu berakar sehingga diintegrasikan dengan apa

yang telah dipelajari.

16. Penilaian hasil Belajar

Penilaian adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran

yang meliputi:

a. Tujuan pembelajaran

b. Metode pembelajaran

c. Penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran

(pengumpulan data-data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan

pertimbangan untuk mebuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang

dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prosedur penilaian

hasil belajar.

c. Persiapan

Menyusun kisi-kisi (Blue Print), ini dapat digunakan sebagai

guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut, melalui


instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan dalam

proses belajar mengajar.

d. Penyusunan alat ukur

Pada tahap ini guru menentukan jenis alat ukur yang akan

digunakan berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut dan aspek atau

ranah apa yang hendak diukur.

Alat penilaian ada 2 jenis, yakni penilaian dengan tes dan

penilaian bukan dengan tes. Peniiaian dengan tes ada 3 macam, yakni:

1) Educational test: untuk mengukur kemampuan siswa di sekolah.

2) Mental test/tes intelegensi: untuk mengukur intelegensi seseorang.

3) Aptitude test: untuk mengetahui bakat seseorang

Tes lisan dan tertulis, bentuk tes tersebut banyak digunakan oleh guru

karena penting untuk mengukur ketercapaian tujuan-tujuan

pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2003: 143-16)

Keuntungan penggunaan tes lisan (oral test), ialah sebagai

berikut:

g. Tes ini memberikan pengalaman melakukan ekspresi secara lisan

pada para siswa.

h. Siswa mendapat manfaat tertentu dengan mendengarkan

respons/jawaban dari siswa lainnya.

i. Pertanyaan-pertanyaan lisan yang dijawab oleh siswa lebih banyak

dan lebih luas dibandingkan dengan yang dapat ditulis oleh siswa

terhadap pertanyaan tertulis dalam jangka waktu yang sama.


j. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa segera dapat diketahui

dan diperbaiki pada waktu itu juga.

k. Tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu

membaca dan menulis sesuatu jawaban.

l. Pengaruh faktor-faktor dari luar pada waktu ujian, misalnya sulit

menyatakan pendapat secara lisan, dapat dihindari.

Tetapi sebagai alat penilaian, tes tertulis dalam beberapa hal

lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan dengan tes

lisan.

k. Semua murid menjawab sejumlah daftar pertanyaan yang sama,

guru akan mempunyai dasar yang jelas untuk memperbandingkan

hasil-hasil tes murid.

l. Jawaban-jawaban tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tertulis, dapat

dinilai lebih objektif daripada jawaban-jawaban lisan.

m. Dengan tes objektif tertulis, setiap murid menjawab sejumlah besar

pertanyaan di dalam suatu jangka waktu tertentu di dalam kelas.

Sedangkan dalam tes lisan murid-murid hanya berkesempatan

menjawab sedikit pertanyaan, samplingnya terbatas, kurang

reliabel.

n. Kesulitan dan pentingnya pertanyaan-pertanyaan yang dijawab

oleh murid yang berbeta-beda adalah sama. Angka yang didapat

akan menjadi dasar perbandingan.


o. Tes tertulis memberikan catatan mengenai hasil belajar murid yang

dapat dianalisis secara teliti untuk maksud-maksud diagnostik.

p. Tes harus dinilai seobjektif mungkin.

q. Murid harus memiliki kesempatan yang cukup untuk

menyelenggarakannya.

r. Gunakan pertanyaan-pertanyan lebih dari satu tipe dengan maksud

memperluas skope pengukuran (complion, multiple choice, true

false, essay, matching).

s. Susunlah pertanyaan-pertanyaan dari tingkat yang mudah sampai

ketingkat yang sulit.

t. Lengkapi dengan punjuk-punjuk dan kunci scoring agar murid

mengahui dengan tepat bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu akan

diskor.

Pada pokoknya ada dua jenis pertanyaan ialah jenis objektif

dan jenis subjektif. Dalam jenis objektif penilaian dilakukan secàra

mekanis dan objektif, dari pada jenis subjektif kadang-kadang

penilaian dilakukan secara intuitif dan subjektif.

Baik tes bentuk objektif maupun tes bentuk essay masing-

masing ada kebaikan dan kelemahannya. Akan tapi perlu dikahui

bahwa jenis tes essay dapat dipergunakan sebagai alat untuk

mengetahui kepandaian anak dalam menyusun buah pikiran mereka

untuk menyimpulkan sesuatu, sehingga karenanya dapatlah dikatakan


yang tertinggi. Lagi pula dalam memeriksa tes essay itu tidak dapat

dinilai antara benar dan salah, karena ada beberapa tingkat kebenaran.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa alat penilaian yang

bukan termasuk tes. Dalam praktiknya alat-alat ini sering digunakan

bersama-sama tergantung pada tujuan penilaian dan aspek yang akan

dinilai, sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang

perkembangan seorang anak.

Check list mempunyai berbagai tujuan dalam fungsinya sebagai

alat penilalan. Check list sering sekali digunakan untuk menilai

perbuatan yang kompleks atau tugas-tugas tertentu walaupun kadang-

kadang bentuknya sederhana sekali, yaitu hanya terdiri dari item-item

yang dapat dijawab denganya atau tidak. Akan tetapi menyusun item-

item itulah yang sukar.

Perlu diketahui bahwa dalam check list harus dimasukkan

komponen yang esensial dan keterampilan yang hendak dinilai itu,

misalnya mengenai hubungan sosial, kesehatan pada umumnya mental

hygien, serta pemeliharaan alat-alat sekolah.

Dengan check list, guru akan dapat segera mengetahui keadaan

anak dalam situasi tertentu, karena secara keseluruhannya, apakah ia

orang teliti, ceroboh, cepat marah atau sportif.

Rating scale agak berbeda dari check list, karena rating scale

menunjukkan tingkat-tingkat yang dicapai oleh murid, yang terdiri dari


lebih dari dua kategori, sedangkan check list hanya terdiri dari dua

kategori saja, ya atau tidak.

Rating scale mempermudah penilaian mengenai sifat-sifat atau

karakteristik yang bersifat kuantitatif. Karena itu rating scale ini

mempunyai 3 bentuk: descriptive scale, numerical scale, dan graphic

scale. Murid yang dinilai ditempatkan dalam satu tingkat ukuran yang

telah ditentukan. Sifat-sifat yang hendak dinilai itu hendaknya

dimanifestasikan ke dalam tingkah laku yang dapat diobservasi

sehingga dengan mudah dapat disusun alat panilainya.

Tujuan dari rating scale ialah untuk menyimpulkan/

merangkum, mengorganisasi dan menjumlahkan suatu akumulasi

daripada observasi-observasi terhadap tingkah laku anak-anak.

Jadi perbedaan pokok antara check list dan rating scale ialah

pada bentuknya saja, yaitu rating scale menunjukkan letak kedudukan

murid pada ukuran murid, sedangkan bentuk check list, hanya

menunjukkan apakah murid itu mempunyai sikap atau sifat tertentu

atau tidak,

Kartu partisipasi harian ialah kartu penilaian untuk memiliki

partisipasi dan kegiatan sehari-hari, misalnya: dalam diskusi.

Pengukuran terhadap hasil belajar dilaksanakan dengan

cara/bentuk tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran

tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi


sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif dan kombinasi ketiga

model.

e. Evaluasi sumatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran

atau kegiatan belajar mengajar. Model/bentuk evaluasi ini

bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang dapat dicapai oleh

siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus

menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi

sumatif berfungsi menyediakan informasi untuk membuat

keputusan untuk menentukan kelulusan, atau untuk menentukan

suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau perlu

dilakukan pengulangan program pembelajaran.

f. Evaluasi formatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan

pembelajaran. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk

memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar.

Bila terdapat kelemahan dalam proses belajar mengajar, maka

dapat segera dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi diagnostik, yakni untuk

perbaikan. yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial.

g. Evaluasi reflektif iaiah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari

pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi


mengenai tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan pelajaran

oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan. kemungkinan

keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak.

Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan).

h. Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bintuk reflektif

dan bentuk sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk

mengetahui keefektifan proses belajar mengajar, misalnya dalam

bentuk desain pra-postes. Dengan demikian dapat diketahui

kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran itu terhadap

keberhasilan belajar siswa.

G. Mata Pelajaran SKI

1. Pengertian

Kehidupan dan peradaban manusia diawal milenium ketiga ini

mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia

berpacu mengembangkan pendidikan baik dibidang ilmu-ilmu sosial, ilmu

alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Namun bersamaan dengan itu

muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

misalnya krisis politik, ekonomi. sosial, hukum, etnis, agama, golongan

dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas Pendidikan Agama Islam

termasuk di dalamnya mata pelajaran SKI di madrasah sebagai pemberi

nilai spiritual terhadap kehidupan keberagaman masyarakat dipertanyakan.

Seolah-olah SKI dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah itu.


Kenyataanya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi

beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas dengan

muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut

pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian.

Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan

(kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan

(psikomotorik). Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata

pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk

mempraktikkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu

lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode

yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan

pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.

Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya

kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di madrasah,

sebab SKI di madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan

dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Apalagi dalam

pelaksanaan SKI tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan yang

mendorong dilakukanya penyempurnaan terus-menerus.

Dalam implementasi kurikulnrn SKI selama ini juga lebih

didominasi usaha pencapaian kemampuan kognitif, kurang

mengakomodasikan kebutuhan afektif dan psikomoorik. Dengan

pertimbangan ini maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah

Ibtidaiyah yang berbasis pada kompetensi dasar (basic competency).


Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam

mengembangkan kurikulurn SKI Madrasah Ibtidaiyah sesuai, dengan

kebutuhan masyarakat.

Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madiasah ibtidaiyah adalah

salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan

untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memalami, menghayati

sejarah Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of

life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Mata pelajaran SKI Madrasah Ibtidaiyah ini meliputi sejarah Arab

pra Islam, sejarah Rasulullah SAW. Dan al-Khulafaurrasyidin. Hal lain

yang lebih mendasar ialah terletak pada kemampuan menggali nilai.

makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada.

Oleh karena itu tema-tema tertentu indikator keherhasilan belajar akan

sampai pada pencapaian ranah efektif, jadi SKI tidak saja merupakan

transfer of knowledge, tetapi merupakan pendidikan nilai value education.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di Madrasah Itidaiyah

sebagai berikut:

a. Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan kepada

peserta didik.

b. Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.


c. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak

mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.

d. Membekali peserta didik untuk mcmbentuk kepribadiannya

berdasarkan tokoh-tukoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang

luhur.

Sedangkan pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi

sebagai berikut:

d. Fungsi edukatif

Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan

menegakkan prinsip. sikap hidup yang luhur dan Islami dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Fungsi keilmuan

Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai

tentang Islam dan kebudayaannya.

f. Fungsi transformasi

Sejarah merupakan salah satu sumbr yang sangat penting dalam

rancang transformasi masyarakat.

3. Ruang Lingkup

Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama

Islam dan kebudayaan history Islami and Islami culture. Oleh karena itu

kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-

raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama. sains

dan teknologi. Aktor sejarah yang diangkat meliputi nabi, sahahat dan
khalifah, ulama, intelektual dan filosuf. Faktor-faktor sosial dimunculkan

guna penyempurnaan pengetahuan peserta didik tentang SKI.

Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa

dan periode sejarah yang ada sebagai berikut:

a. Di tingkat Madrasab Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah Arab pra Islam,

sejarah Rasulullah SAW dan al-Khulafaurrasyidin.

b. Di tingkat MTs dikaji tentang Dinasti Umaiyah, Abbasiyah dan al-

Ayubiyah

c. Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradahan Islam di Andalusia.

gerakan pembahaman di dunia dan perkembangan Isam di Indonesia

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi mata pelajaran SKI berisi sekumpulan

kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh

SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Kemampuan ini berorientasi pada aspek

efektif dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat

keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang

tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran

dan kemampuan dasar umum yang harus dicapai di Madiasah Ibtidaiyah

yaitu:

1. Kemampuan mengenal, mengidentifikasi, sejarah masyarakat Arab

pra Islam, sejarah kelahiran, dan sejarah kerasulan Nabi Muhammad

SAW, serta dapat mengambil ibrahnya:


2. Kemampuan mengenal, meneladani dakwah Nabi Muhammad SAW,

dan para sahahatnya serta mengenal kepribadianya, mengidentifikasi

penstiwa isra’ miraj, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif,

dan dapat merigambil hikmah serta mampu rncneladani kesabaranva;

3. Keampuan mengenal, mengidentifikasi peristiwa hijrah Nabi

Muhammad SAW ke Madinah, dapat mengambil hikmah dan

meneladani kesabaranya, keperwiraanya dan peristiwa Fathu Makkah,

serta menghayati peristiwa wafatnya Rasulullah SAW.

4. kemampuan mengidentifikasi dan meneladani nilai-nilai positif

sejarah Khulafaurrasyidin. (Tim Standar Isi, 2006 : 45-46)

H. Strategi Balajar Mengajar

1. Pengertian strategi belajar mengajar

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari

komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan

intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa

yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu,

jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar

yang tersedia.

Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar

mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapainya tujuan-

tujuan belajar yang berbeda. Atau, kalau dikatakan secara terbalik, untuk
mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan

belajar yang tertentu pula.

Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara

eksplisit dengan tindakan intruksional tertentu dinamakan instructional

effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan

tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring, yang tercapainya karena

siswa “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu, seperti

kemampuan berpikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima

pendapat orang lain, dinamakan nurturant effect. Untuk mencapai tujuan-

tujuan itu guru biasanya memilih satu atau lebih strategi belajar-mengajar.

Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid

di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam

hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dan rentetan perbuatan guru-

murid dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan

prosedur instruksional.

Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari

perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar.

Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk

mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat

pula untuk mencapai tujuan belajar. (J.J. Hasibuan dan Moejiono, 1988 :

3).
2. Klasifikasi strategi belajar mengajar

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan strategi belajar-mengajar. Di bawah ini dikemukakan

beberapa di antaranya yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan

untuk memahami, dan pada gilirannya untuk dapat memilih secara lebih

tepat serta menggunakannya secara lebih efektif di dalam penciptaan

sistem lingkungan belaja-mengajar. Hal ini sesuai dengan prinsip CBSA

yang mementingkan peranan aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar,

sehingga mengajar dikonsepsikan sebagai penyediaan kondisi untuk

membelajarkan siswa.

1. Pengaturan guru dan siswa

Dan segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh

seorang guru atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan

apakah hubungan guru-murid terjadi secara tatap muka ataukah dengan

perantara media, baik media cetak ataupun visual. Sedangkan dari segi

siswa dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar),

kelompok kecil (5—7 orang siswa), atau pengajaran perorangan.

2. Struktur peristiwa belajar-mengajar

Struktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup,

dalam arti segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat: dapat

juga bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus, materi, serta prosedur

yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara

kegiatan belajar-mengajar berlangsung.


3. Peranan guru-murid di dalam mengolah pesan pengajaran yang

menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” (telah diolah secara

tuntas oleh guru sebelum disampaikan) dinamakan bersifat

ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan oleh siswa

dinamakan heuristik.

Ada dua sub strategi di dalam strategi heuristik yang akhir-

akhir ini sering dikemukakan orang, yaitu penemuan discovery dan

inkuiri inquiry

4. Proses pengolahan pesan

Peristiwa belajar-mengajar yang bertolak dari yang umum

untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus

dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan

strategi belajar mengajar yang ditandai oleh proses berpikir yang

bergerak dan khusus ke umum dinamakan strategi belajar-mengajar

yang bersifat induktif.

5. Tujuan belajar

Robert M. Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar

(sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang

ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian

disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang

merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan

sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk


pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut

adalah:

b. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting

dan sistem lingkungan skolastik).

a. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir

seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk

kemampuan memecahkan masalah.

b. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan

fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.

c. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara

lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka,

dan sebagainya.

d. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas

emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat

disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku

terhadap orang, barang, atau kejadian.

Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan,

bahkan mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga

daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar

yang sesuai.
3. Macam-macam metode mengajar

d. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran

dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk

keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya

adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara

klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan

keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai

otoritas terakhir.

e. Metode Tanya Jawab

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan

yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik

pengajuan yang tepat akan:

6) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

7) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah

yang sedang dibicarakan.

8) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab

berpikir itu sendiri adalah bertanya.

9) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

10) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang

dibahas.
Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom

1) Pertanyaan pengetahuan recall question atau knowledge question

Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang

sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah

dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun

pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa,

sebutkan.

Contoh:

- Apa nama ibu kota Argentina?

- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?

2) Pertanyaan pemahaman comprehension question

Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan

dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah

diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan

atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva

dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan.

Contoh:

- Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari

pariwisata?

- Bandingkan antara nyamuk Culex dengan Anopheles.

- Informasi apa yang dapat kita peroleh dan kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan application question

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban

tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-

aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.

Contoh:

- Berdasarkan batasan yang telah, diutarakan tadi, maka

persamaan mana yang memenuhi syarat?

- Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang

termasuk Protozoa?

4) Pertanyaan analisis analysis question

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan

jawaban dengan cara:

d) Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.

e) Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang

suatu kesimpulan atau generalisasi.

f) Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau

membuat generalisasi dan atau berdasarkan informasi yang ada.

Contoh:

- Identifikasi motif:

Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama

bentuknya?
- Menganalisa kesimpulan atau generalisasi:

Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat.

DapatkahSaudara menunjukkan bukti-buktinya?

5) Pertanyaan sintesis synthesis question

Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak

tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk

mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis

menuntut siswa untuk:

a) Membuat ramalan atau prediksi:

Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka?

b) Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:

Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan

serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang

Anda tampilkan untuk mengatasinya?

6) Pertanyaan evaluasi evaluation question

Pertanyaan semacam ini menghendaki siswa untuk

menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya

terhadap suatu isu yang ditampilkan.

Contoh:

- Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan

murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau

sekolah terbuka?
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara

mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan

yang dihendaki. Oleh karena itu aspek teknik dan pertanyaan harus

pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan

secara efektif dalam proses belajar-mengajar.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan

pertanyaan antara lain:

1) Kejelasan dan kaitan pertanyaan

Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak

kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari

kebiasaan-kebiasaan yang jelek dalam bertanya.

2) Kecepatan dan selang waktu

Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta

tidak tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai diucapkan,

berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa

untuk berpikir: sementara itu, sambil memonitor kelas, apakah

sudah ada yang siap menjawab.

3) Arah dan distribusi. penunjukan

Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah

diberi kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk

menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara

merata ke seluruh kelas.


4) Teknik reinforcement.

Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada

siswa serta meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-

mengajar sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang

lebih baik.

5) Teknik menuntun dan menggali prompting and probing

(Lihat jenis pertanyaan menuntun dan menggali)

f. Metode Diskusi

Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu

yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka menganai

tujuan atau sasaran yang sudah tertantu melalui cara tukar-menukar

informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran

dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk

mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,

membuat kesimpulan atau menyusul berbagai alternatif pemecahan

atas suatu masalah.

1) Jenis-jenis diskusi

j) Whole group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group

yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dan 15 orang.


k) Buzz group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa

kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar

siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan

mudah. Diskusi diadakan ditengah pelajaran atau diakhir

pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan

pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan.

Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap

individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-

beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interprestasi

dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan

demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki

pengertian, persepsi, informasi, interprestasi sehingga dapat

dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.

l) Panel

Suatu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang,

mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan

semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini

secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga

secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu

panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.


m) Sundicate group

Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa

kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing

kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru

menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas: ia

menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap

kelompok syndicate diberi tugas untuk mempelajari suatu

aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-

sumber informsi lain.

Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca

bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa

kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno

untuk didiskusikan lebih lanjut.

n) Brain Storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai

segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya.

Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok

belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa

percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang

ditemukannya yang dianggap benar.

o) Simposium

Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dan

suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta


simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti

dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan

juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya

dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.

p) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya,

dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan

tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang

cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis,

bukan yang bersifat faktual.

q) Colloquium

Seseorang atau beberapa orang manusia sumber

menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar-

mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia

sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau

tambahan dan siswa atau mahasiswa lain.

Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau

mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.

r) Fish bowl

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua

mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan.

Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan

dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.


Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,

seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk

fish bowl.

Sedang kelompok diskusi berdiskusi, kelompok

pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk

duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan

berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi

setelah selesai berbicara.

d. Metode Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar

yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi

serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar

yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah.

Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode

ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan

waktu untuk berlatih.

Peranan guru atau instruktor dalam kerja kelompok. Dalam

kerja kelompok peranan guru atau instruktor adalah sebagai:

1) Manager

Membantu para peserta mengorganisasi diri, tempat duduk, serta

bahan yang diperlukan.


2) Observer

Mengamati dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat

mengarahkan serta membantunya bila perlu. Ia perlu memberikan

balikan kepada kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan,

serta perasaan dan norma-norma yang terjadi dalam kelompok.

3) Advisor

Memberikan saran-saran tentang penyelesaian tugas bila

diperlukan. Tetapi pemberian saran ini jangan berarti instruktor

yang menyelesaikan tugas buat peserta. Berikan saran itu dengan

mengajukan Pertanyaan-pertanyaan, bukan pemberian informasi

secara langsung.

4) Evaluator

Nilailah proses kelompok yang terjadi bersama-sama

dengan kelompok. Penilaian ini hendaklah selalu penilaian

kelompok, bukan penilaian terhadap individu.

e. Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura

saja dan kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah,

dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja.

Prinsip-prinsip simulasi

1) Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat

kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga

berbeda.
2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-

masing.

3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas,

dibicarakan oleh siswa dan guru.

4) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu.

5) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis.

6) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap.

7) Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu.

Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi

itu dapat berbentuk: role playing, psikodrama, sosiodrama, dan

permainan. Menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching,

simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam

kelompok role playing. Bentuk-bentuk role playing yang lain adalah

sosiodrama, permainan, dan dramatisasi.

Kebaikan metode simulasi

9) Menyenangkan, sehingga, siswa secara wajar terdorong untuk

berpartisipasi.

10) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi.

11) Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan

lingkungan yang sebenarnya.

12) Memvisualkan hal-hal yang abstrak.

13) Tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik.

14) Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa.


15) Menimbulkan respons yang positif dari siswa yang lamban, kurang

cakap dan kurang motivasi.

16) Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses,

kemajuan simulasi.

Kelemahan metode simulasi

4) Efektivitasnya dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan

oleh riset.

5) Validitas simulasi masih banyak diragukan orang.

6) Menuntut imanjinasi dari guru dan siswa.

f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat

efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan seperti:

1) Bagaimana cara membuatnya?

2) Terdiri dan apa?

3) Bagaimana cara mengaturnya?

4) Bagaimana proses bekerjanya?

5) Bagaimana proses mengerjakannya?

Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang

guru, atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau

seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses,

misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue,

dan sebagainya.
Keuntungan metode demonstraSi

1) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap

penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal

yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada

proses belajar, dan tidak tertuju kepada hal lain.

2) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan

hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa

memperoleh persepsi yang jelas dan hasil pengamatannya.

3) Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan

memperoleh peagalaman praktek untuk mengembangkan

kecakapan dan keterampilan.

4) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat

dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

4. Komponen-komponen

Komponen-komponen dalam perbuatan mengajar itu adalah:

a. Mengajar sebagai ilmu teaching as a science

Mengajar dalam kaitan sebagai ilmu mengacu kepada adanya suatu

sistem ekspalanasi dan prediksi yang mendasarinya.

b. Mengajar sebagai teknologi teaching as a technology

Mengajar dalam kaitan sebagai teknologi dilihat sebagai prosedur kerja

dengan mekanisme dan perangkat alat yang dapat dan harus diuji

secara empiris.
c. Mengajar sebagai suatu seni teaching as an art

Hakikat seninya terwujud dalam kenyataan bahwa aplikasi prinsip,

mekanisme dan alat yang termaksut terjadi secara unik memerlukan

pertimbangan-pertimbangan situasional, bahkan penyesuain-

penyesuain transaksional, yang banyak dituntut oleh perasaan dan

naluri jadi tidak semata-mata bertolak dan sekumpulan dali! dan rumus

yang bersifat individual.

d. Pilihan nilai (wawasan kependidikan guru)

Bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan yang dianut

guru. Wawasan kependidikan guru yang dimaksud terpulang pada

tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada

rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi

konsepsual filofisnya yang mendasar.

e. Mengajar sebagai keterampilan teaching as a skill

Mengajar merupakan suatu proses penggunaan seperangkat

keterampilan secara terpadu.

I. Strategi Quiz

Strategi team Quiz merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif.

Sedangkan pembelajaran aktif menurut (Melsilbermen, 2009 : 163),

pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Langkah-

langkah dalam penerapan strategi team Quiz sebagai berikut:


1. Pilihlah topik yang disampaikan dalam 3 segmen

2. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya kelompok A, B, C.

3. Sampaikan kepada siswa tentang format pembelajaran, kemudian mulai

presentasi. Batasi presentasi maksimai 10 menit.

4. Setelah presentasi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan meteri yang baru saja disampaikan. Kelompok B

dan C menggunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka.

5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika

kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut

kepada kelompok C.

6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C jika kelompok C

tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.

7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan presentasi materi kepada kelompok

B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk

kelompok A.

8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya lanjutkan pembelajaran

ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya.

9. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan

sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.

Setiap strategi memiliki kelebihan masing-masing. Tetapi semuanya

mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memberikan suasana belajar yang

kondusif dan aktif. Sehingga tujuan pembelajaran dicapai dengan cara yang
menyenangkan bagi siswa. Strategi team Quiz juga memiliki keunggulan

yaitu:

5. Siswa aktif dalam pembelajaran, karena siswa benar-benar mencari sendiri

informasi tentang materi.

6. Membina kerja sama antar anggota kelompok.

7. Menciptakan suasana yang kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk

terus belajar.

8. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang bersumber dan hal

yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya, yaitu Quiz yang sering

dilaksanakan oleh masyarakat.

Strategi team Quiz juga memiliki kekurangan yaitu:

1. Menuntut kreativitas dan keaktifan dari guru dan siswa.

2. Waktu yang digunakan dibatasi.

3. Kurang tepat jika diterapkan pada kelas yang jumlah muridnya banyak.

4. Belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah karena belum mengenal dan

memahaminya lebih seksama.

J. Penerapan Metode Team Quiz dalam Pembelajaran SKI

Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaharuan

pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun

sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangakan, hanya perwujudannya

yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena

itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar

mampu menerapkannya secara efektif.


Cara belajar siswa aktif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran

yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari

kegiatan belajar. Pada hakekatnya keaktifaan belajar terjadi dan terdapat pada

semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis

kegiatanya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk

kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatau, menulis

laporan, memecahkan masalah memberikan prakarsa/gagasan, menyusun

rencana dan sebagainya. Keaktifan itu ada yang dapat diamati, dan ada pula

yang tak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut

keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui

asimilasi, dan akomodasai kognitif untuk mengembangkan pengetahuan,

tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan

(motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai

dalam pembentukan sikap (Oemar Hamalik, 1995 : 137). Dalam hal ini

metode team Quiz tepat digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran SKI

karena keaktifan, perhatian serta motivasi juga hasil belajar yang dicapai

mengalami peningkatan. Metode team Quiz merupakan strategi yang dapat

meningkatkan tanggungjawab belajar siswa dalam situasi yang menyenangkan

sehingga siswa tidak merasa tegang ataupun jenuh dalam menerima pelajaran

khusunya mata pelajaran SKI yang materinya memuat cerita yang bersifat

hafalan dan siswa dituntut untuk banyak membaca dan mengerti serta

memahami isi dari materi tersebut.


BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

E. Subyek Penelatian

Penelitian dengan penggunaan strategi Quiz ini dilaksanakan di MI

Kranggan Kec. Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010

pelajaran SKI pokok bahasan sejarah kerosulan Nabi Muhammad S.A.W.

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 3-30 Mei 2010. Subyek penelitian

meliputi siswa kelas III yang berjumlah 13 siswa dengan komposisi 7 siswa

laki-laki dan 6 siswa perempuan. Usia rata-rata siswa 11 tahun. Latar belakang

orang tua siswa yaitu sebagai ibu rumah tangga, karyawati dan sebagian kecil

pedagang dan pegawai.

F. Diskripsi Siklus I

Mata Pelajaran : SKI

Kelas/Semester : III / 2

Standar Kompetensi : 1. Mengenal peristiwa kerasulan Muhammad SAW.

Kompetensi Dasar :1.1. Mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan

Muhammad SAW.

68
Indikator :

5. Menceritakan Nabi Muhammad S,A.W. dalam

berdagang.

6. Menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W.

dalam berdagang.

7. Menceritakan pertemuan Nabi Muhammad S.A.W.

dengan Pendeta Bukhairah.

8. Menceritakan kebijaksanaan Nabi Muhammad

S.A.W. dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad.

Tujuan Pembelajaran :

5. Siswa dapat menceritakan Nabi Muhammad S.A.W.

dalam berdagang.

6. Siswa dapat menjelaskan tata cara Nabi Muhammad

S.A.W. dalam berdagang.

7. Siswa dapat meneladani kebijaksanaan Nabi

Muhammad S.A.W. dalam peristiwa peletakan hajar

Aswad.

8. Siswa dapat menceritakan perternuan Nabi

Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah.

Materi pembelajaran : Masa kemandirian Muhammad SAW.

Metode pembelajaran : Team Quiz

Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2

Penilaian : Tes Tertulis


Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu:

1. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi:

a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Senin tanggal

26 Mei 2010

b. Menyusun indikator yang akan tercapai setelah pembelajaran.

c. Membuat instrumen penelitian yaitu:

1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan

motivasi pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai

instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar

mengikuti proses pembelajaran.

2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata

pelajaran SKI.

d. Menyiapkan alat pembelajaran.

e. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan

tindakan di kelas.

1) Pra pembelajaran : menata tempat duduk siswa

2) Kegiatan awal (5 menit) : membuka pelajaran dengan do’a belajar

3) Kegiatan inti (50 menit)

a) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok dan (membagi

materi menjadi dua bagian.

b) Guru mempresentasikan semua materi.


c) Pada pembelajaran pertama, kelompok I memberi pertanyaan

dari materi bagian I kepada kelompok II dan III.

d) Dalam sesi tanya jawab berlaku : bila kelompok yang dituju

tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar ke kelompok lain.

e) Pembelajaran kedua, giliran kelompok II memberi pertanyaan

dari materi bagian II kepada kelompok III dan I dengan aturan

yang sama.

f) Pembelajaran ketiga, kelompok III memberi pertanyaan dan

materi bagian III kepada kelompok I dan II dengan aturan yang

sama.

g) Jika pembacaan selesai, perolehan nilai masing-masing

kelompok dijumlah untuk mengetahui pemenangnya.

4) Kegiatan Akhir (15 menit)

a. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan materi

yang belum dikuasai siswa.

b. Guru mengadakan evaluasi.

c. Pembelajaran ditutup dengan salam.

2. Tindakan

a. Pra pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata menjadi

tiga dengan bentuk letter U, seperti pada gambar 3.1


Meja guru
Papan tulis

Gambar 3.1 Denah Tempat duduk pada siklus I

b. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru mengucapkan salam.

2) Guru bersama siswa membaca doa belajar.

c. Kegiatan inti (70 menit)

18) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran

kepada siswa.

19) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok.

20) Guru meminta siswa untuk menempati kursi masing-masing sesuai

dengan kelompoknya.

21) Guru membagi pembelajaran materi dalam tiga bagian.

22) Kemudian guru mempresentasikan semua materi.

23) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I menjadi

penanya untuk materi bagian I. Pertanyaan dan kelompok I

ditujukan untuk kelompok II.


24) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru

bicara.

25) Bila kelompok II tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk

kelompok III.

26) Setelah kelompok I selesai memberi pertanyaan untuk kelompok

II, kelompok I melanjutkan dengan memberi pertanyaan kepada

kelompok III. Bila kelompok III tidak bisa menjawab pertanyaan

dilempar untuk kelompok II.

27) Jika tanya jawab pada pembelajaran pertama selesai, dilanjutkan

dengan pembelajaran kedua dengan materi bagian II dan menunjuk

kelompok II sebagai penanya.

28) Aturan main seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok II

memberi pertanyaan untuk kelompok III dan I.

29) Setelah kelompok II selesai dengan pertanyaannya, dilanjutkan

pembelajaran ketiga dengan materi bagian III dan guru menunjuk

kelompok III sebagai penanya. Dan proses seperti pada

pembelajaran pertama. Kelompok III memberi pertanyaan untuk

kelompok I dan kelompok II.

30) Setelah pembacaan soal selesai, nilai yang diperoleh dari masing-

masing kelompok dijumlah. Karena pada pelaksanaan kuis ada dua

kelompok yang nilainya sama, maka kemudian guru membuat soal

lemparan untuk kedua kelompok tersebut.


31) Kelompok yang berhak menjawab adalah kelompok yang lebih

dahulu mengacungkan tangannya.

32) Kelompok yang mampu menjawab menjadi pemenang.

33) Strategi kuis telah selesai.

34) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

d. Kegiatan akhir (15 menit)

1) Guru membagikan soal-soal evaluasi.

2) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi

dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, ditemukan beberapa

hambatan pada pelaksanaan strategi Quiz yaitu:

a. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa

untuk berkomunikasi antar kelompok.

b. Ada beberapa siswa yang berbicara sendiri ketika presentasi materi.

c. Ada beberapa siswa yang kurang siswa yang kurang aktif.

d. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat dipahami,

sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersautan menanggapi

maksud soal tersebut.

e. Waktu pembelajaran melebihi batas yang direncanakan, waktu

bertambah 20 menit. Pada awal perencanaan 70 menit menjadi 90

menit.
4. Refleksi

Dari penemuan beberapa hambatan diatas dijadikan bahan refleksi

diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini

meliputi:

a. Bagaimana mengubah tempat duduk agar semua anggota kelompok

dapat berkomunikasi dengan mudah

b. Bagaimana mengaktifkan seluruh siswa agar benar-benar terlibat

dalam penerapan strategi Quiz, sehingga perhatian siswa terfokus pada

pembelajaran.

c. Bagaimana agar soal mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan

kegaduhan yang tidak terkendali.

d. Bagaimana agar waktu tepat sesuai jam pelajaran.

G. Siklus II

Mata pelajaran : SKI

Kelas/Semester : III / 2

Standar Kompetensi : 2. Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Kompetensi Dasar : 2.1. menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi

Muhammad SAW.
Indikator :

3. Menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W.

sebagai anak yatim.

4. Mencontoh Nabi Muhammad S.A.W. yang tidak

bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk.

Tujuan Pembelajaran :

3. Siswa dapat menceritakan kehidupan Nabi

Muhammad S.A.W. sebagai anak yang baik.

4. Siswa dapat mencontoh Nabi Muhammad S.A.W

yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak

buruk.

Materi Pembelajaran : Kelahiran Nabi Muhamad SAW.

Metode Pembelajaran : Team Quiz

Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2

Penilaian : tes tertulis

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II meliputi:

a. Membuat instrumen penelitian yaitu:

1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan

motivasi siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan

sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-

benar mengikuti proses pembelajaran.


2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata

pelajaran SKI.

b. Menyiapkan alat pembelajaran.

c. Menentukan waktu pelaksanaan tindakan untuk siklus yang kedua

yaitu pada hari Rabu, 26 Mei 2010.

d. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan

tindakan dikelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan siklus

II hampir sama dengan yang dilaksanakan pada siklus I akan tetapi

terdapat rencana yang direvisi , yaitu:

1) Mengubah Penataan tempat duduk kelompok agar siswa dapat

saling berkomunikasi satu sama lain.

2) Sebelum pelaksanaan Quiz dimulai, diberikan motivasi agar semua

siswa benar-benar mengikuti kegiatan pembelajaran.

3) Siswa yang tidak aktif ditempatkan diantara siswa-siswa yang

aktif.

4) Soal atau pertanyaan untuk pelaksanaan Quiz dibuat oleh guru

sehingga diharapkan tidak ada kegaduhan yang tidak terfokus pada

saat Quiz berlangsung.

5) Presentasi oleh guru ditiadakan, diganti siswa mempelajari sendiri

materi yang dibagikan untuk tiap kelompok dari buku yang sudah

dimiliki. Dengan hal tersebut diharapkan semua siswa aktif dan

bicara sendiri.
6) Pertanyaan dari masing-masing kelompok hanya ditujukan untuk

satu kelompok saja. Misalnya kelompok I memberi pertanyaan

untuk kelompok II saja.

2. Tindakan

a. Pra pembelajaran

Sebelum pembelajaran dimulai yaitu menata tempat duduk

dengan duduk berkelompok melingkar seperti gambar 3. 2

Meja guru
Papan tulis

Gambar 3.2 Denah tempat duduk siklus II

b. Kegiatan awal (10 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam.

2) Membaca do’a belajar.

3) Guru memotivasi siswa.

c. Kegiatan inti (45 menit)


1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan hasil yang

akan dicapai kepada siswa

2) Guru membagi kelompok menjadi tiga, dengan anggota yang sama

seperti pada siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi:

a) Kelompok I pada siklus I menjadi kelompok II.

b) Kelompok II pada siklus II menjadi kelompok III.

c) Kelompok III pada siklus III menjadi kelompok I.

3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI dari buku.

Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok

untuk menjawab soal dan kelompok lain. Kelompok I mempelajari

bagian I dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian II dan III.

Kelompok III mempelajari materi bagian III dan I.

4) Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing

kelompok.

5) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru

bicara.

6) Guru berperan sebagai pemandu Quiz.

7) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II.

Dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab

adalah kelompok II , tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab

maka soal akan dilempar ke kelompok III.


8) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke

kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok

III untuk kelompok I dengan aturan yang sama.

9) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui

pemenangnya.

10) Strategi Quiz telah selesai.

11) Guru menyimpulkan pembelajaran dengan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

d. Kegiatan Akhir (15 menit)

1) Guru membagikan soal-soal evaluasi.

2) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

Dari observasi dilakukan pengumpulan data dengan instrument

lembar observasi dan tes formatif. Observasi pada siklus II ditemukan

hambatan yaitu masih ada 3 siswa yang belum aktif.

4. Refleksi

Dari hasil observasi diadakan refleksi untuk perbaikan rencana

pada Siklus III. Perbaikan ini bertujuan agar tiga siswa yang belum aktif

menjadi aktif dan siswa lain yang sudah aktif pada siklus II tetap aktif.

H. Siklus III

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Kelas/Semester : III / 2
Standar Kompetensi : 3. Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad SAW.

Kompetensi Dasar : 3.1.Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad

SAW.

Indikator :

5. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S,A.W.

sebagai Al-Amin.

6. Mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W.

ketika remaja.

7. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W.

bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian.

8. Menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.

Tujuan pembelajaran :

1. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi

Muhammad S.A.W. sebagai Al-Amin.

2. Siswa dapat mencontoh kemandirian Nabi

Muhammad S.A.W. ketika remaja.

3. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi

Muhammad SAW. bertafakur di Gua Hira’

menjelang kenabian.
4. Siswa dapat menjelaskan proses turunnya wahyu

pertama.

Materi Pembelajaran : Kerasulan Muhammad SAW.

Metode Pembelajaran : Team Quiz

Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2

Penilaian : tes tertulis

1. Perencanaan

Perencanaan meliputi:

a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada hari Sabtu,

tanggal 29 Mei 2010.

b. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi dan tes

formatif untuk evaluasi.

c. Menyiapkan alat-alat pembelajaran.

d. Menyusun skenario pembelajaran untuk siklus III. Skenario sama

seperti pada siklus II tetapi pada siklus III diadakan revisi rencana

pada:

1) Tiga siswa yang belum aktif dipilih juru bicara diharapkan semua

siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Pada pelaksanaan Quiz di buat menjadi dua tahap, yaitu tahap soal

untuk perkelompok seperti pada siklus I dan II, tahap kedua soal

lemparan yang dibuat guru. Rencana ini bertujuan agar siswa tidak

bosan dan lebih semangat dengan variasi penerapan strategi Quiz.


3) Memberikan hadiah kepada pemenang agar suasana menjadi lebih

meriah.

2. Tindakan

a. Pra kegiatan

Menata tempat duduk seperti siklus II.

b. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam.

2) Membaca do’a belajar bersama-sama.

c. Kegiatan inti (50 menit)

1) Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan

hasil yang akan dicapai.

2) Guru membagi kelompok menjadi tiga bagian dengan anggota

yang sama seperti siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi :

kelompok I pada siklus I menjadi kelompok III, kelompok II pada

siklus II menjadi kelompok I dan kelompok III pada siklus I

menjadi kelompok II.

3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI. Tetapi lebih

terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk

menjawab soal dari kelompok lain dan pertanyaan yang akan

diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I

dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian materi II dan III.

Kelompok III mempelajari bagian III dan I.


4) Guru menjelaskan tahapan dalam Quiz yang meliputi tahap

pertama untuk pembacaan soal untuk masing-masing kelompok

dan tahap kedua soal lemparan.

5) Pelaksanaan tahap pertama. Soal untuk Quiz yang dibuat guru

dibagikan untuk masing-masing kelompok.

6) Guru menunjuk siswa yang belum aktif untuk menjadi juru bicara.

7) Guru berperan sebagai pemandu Quiz.

8) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II

dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab

adalah kelompok II. Tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab

maka soal akan dilempar ke kelompok III.

9) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke

kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok

III untuk kelompok I dengan aturan yang sama.

10) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui

perolehan nilai sementara.

11) Tahap kedua, soal lemparan. Guru membacakan soal, kelompok

yang berhak menjawab adalah yang mengacungkan tangannya

lebih dahulu. Dan harus dilakukan oleh juru bicara.

12) Setelah semua soal telah selesai dibacakan, nilai masing-masing

kelompok dijumlahkan untuk mengetahui pemenangnya.

13) Pemenang mendapat hadiah yang telah disediakan.

14) Strategi Quiz telah selesai.


d. Kegiatan akhir (15 menit)

1) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

2. Guru mengadakan evaluasi

3. Menutup pelajaran dengan salam

3. Observasi

Observasi menunjukkan bahwa semua siswa telah ikut aktif dalam

pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi pada siklus III yaitu didapatkan satu strategi pembelajaran

baru untuk mata pelajaran SKI. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan

partisipatif dalam mengikuti Quiz yang diterapkan pada pembelajaran SKI

dan hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian Persiklus

1. Pra Siklus

Sebelum diterapkan strategi team Quiz, penyampaian materi

menggunakan metode ceramah. Dari dokumentasi sebelum penerapan

strategi team Quiz didapatkan nilai sebagai pembanding setelah dan

sebelum strategi team Quiz dipilih sebagai pemecahan masalah. Nilai

dalam penelitian ini sebagai indikator tingkat tingkat pencapaian

penggunaan strategi team Quiz untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebagai patokan hasil belajar adalah nilai Ketuntasan Kriteria Minimum

(KKM) kelas III MI Kranggan kecamatan Ambarawa pada mata pelajaran

SKI yaitu 50. Penggunaan strategi dan metode sebelumnya diperoleh

dokumentasi nilai hasil belajar siswa yang terlihat pada tabel 4.1.

No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase


1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. 40-49 8 61,5%
4. 50-59 2 15,4%
5. 60-69 1 7,7%
6. 70-79 1 7,7%
7. 80-89 1 7,7%
8. 90-100 - -
Jumlah 13 100%

Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus

82
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa perlengkapan pembelajaran

dengan metode ceramah (sebelum penerapan metode team Quiz) diperoleh

nilai rata-rata hasil pembelajaran siswa adalah 55 dan jumlah siswa yang

harus belajar sebanyak 5 siswa sedangkan yang belum tuntas belajar

adalah 8 siswa, jadi ketuntasan

Jumlah siswa yang tuntas belajar


_____________________________________________
P= X l00 %
Jumlah seluruh siswa

5
P = ______ X 100%
13

P = 38,4%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar sebelum

penerapan metode team Quiz siswa belum mencapai ketuntasan belajar

secara klasikal (ketuntasan kelas) karena prosentase ketuntasan masih di

bawah batas ketuntasan minimal yaitu 75%. Hal ini disebabkan belum

diterapkannya metode team Quiz atau masih digunakannya metode

ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi

dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga tidak aktif dan perhatian,

bahkan merasa jenuh pada saat pembelajaran.

Hasil tersebut menjadi keperihatinan bagi guru dan kendala untuk

melanjutkan pembelajaran berikutnya, maka peneliti ingin memperbaiki

proses pembelajaran supaya hasil yang dicapai memuaskan. Oleh karena

itu perlu diterapkan metode lain yaitu metode team Quiz yang diharapkan
menjadi metode yang menyenangkan dan memudahkan siswa dalam

menguasai pelajaran SKI.

5. Siklus I

Pada siklus I dicari data menggunakan tes formatif dan lembar

observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, motivasi,

dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi dan

perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan

mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan

materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang

disampaikan. Sedangkan motivasi adalah indikator adanya minat dan

siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Motivasi dan perhatian

menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik.

Kebanyakan siswa yang mendapat skor I adalah siswa yang

melamun dan berdiskusi dengan teman lainnya. Dan yang mendapatkan

skor 2 untuk siswa yang kadang-kadang berdiskusi dengan topik lain dan

kadang-kadang juga mengikuti Quiz pada pembelajaran. Untuk skor 3 jika

siswa terlibat baik motivasi maupun perhatiannya dalam Quiz tetapi masih

terjadi diskusi tak terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk

terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk skor empat untuk siswa

yang benar-benar aktif dan perhatian penuh, dan untuk skor lima untuk

siswa yang benar-benar aktif perhatian dan memiliki motivasi yang tinggi

pada pembelajaran.
Jadi untuk penerapan strategi Quiz pada siklus I masih kurang

menarik bagi siswa. Hal tersebut menurut analisis peneliti karena adanya

hal-hal yang menggangu perhatian dan motivasi siswa pada pembelajaran.

Hambatan tersebut adalah :

a. Pada tahap pembacaan soal, siswa saling adu argumen yang tidak

terfokus, karena soal dari satu kelompok kurang dipahami oleh

kelompok yang lainnya.

b. Siswa belum benar-benar mengerti tata cara pelaksanaan Quiz pada

pembelajaran.

c. Waktu yang melebihi dari batas perencanaan menjadikan siswa gaduh.

Dari instrument tes formatif yang berupa soal pilihan ganda

diperoleh nilai siswa pada siklus I sebagai berikut :

No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase


1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. -40-49 7 53,8%
4. -50-59 1 7,7%
5. -60-69 1 7,7%
6. -70-79 2 15,4%
7. -80-89 2 15,4%
8. -90-100 - -
Jumlah 13 100%

Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa rata-rata nilai adalah 60,3

dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa serta

yang belum tuntas sebanyak 7 siswa sehingga dapat dihitung prosentase

ketuntasan belajar secara klasikal sebagai berikut :

Jumlah siswa yang tuntas belajar


P = _____________________________________________ X l00 %
Jumlah seluruh siswa

6
P = ______ X 100%
13

P = 46,2%

= 46, 2 %

Hasil tersebut memperlihatkan bahwa basil belajar mengalami

peningkatan, dari nilai-nilai tes formatif sebelum perbaikan adalah 55

kemudian setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat menjadi

60,3 dan ketuntasan belajar mencapai 46,2%. Jadi ada peningkatan nilai

rata-rata sebesar yaitu 5,3 dan peningkatan ketuntasan sebesar 78%

meskipun hasilnya lebih baik, tetapi masih ada 7 siswa yang nilainya

dibawah nilai ketuntasan yaitu :

No. Nama Nilai


1. Ade Ahmad Setiawan 45
2. Hanif Mustofa 49
3. Nurul Istiqomah 49
4. M. Zada Nasrul Adzim 49
5. Taufik Hidayat 40
6. Durotun Napisah 45
7. Bayu Aji 49

Berdasarkan data di atas, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

ini masih terdapat kekurangan dan prosentase siswa yang tuntas belajar

belum mencapai 85% sehingga masih perlu adanya perbaikan, untuk itu

peneliti akan mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus III, dengan

cara mengulang lagi pembelajaran dengan metode team Quiz.


6. Siklus II

Motivasi dan perhatian siswa pada siklus II lebih meningkat

dibanding siklus I, menurut penulis dikarenakan :

a. Siswa telah mengetahui tata cara team Quiz pada materi SKI.

b. Soal untuk pertanyaan pada Quiz dibuat oleh guru sehingga

kemungkinan kecil soal tidak dimengerti siswa. Hal ini dilakukan

sebagai antisipasi terjadinya adu argumen dari siswa yang

menyebabkan diskusi yang tidak terfokus pada materi.

Dari instrumen soal pilihan ganda didapatkan data nilai sebagai

berikut :

No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase


1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. -40-49 2 15,4%
4. -50-59 2 15,4%
5. -60-69 3 23,0%
6. -70-79 2 15,4%
7. -80-89 2 15,4%
8. -90-100 2 15,4%
Jumlah 13 100%

Tabel 4.4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Nilai individual siswa meningkat dari siklus I. Tidak ada siswa

yang mendapat nilai kurang dan 50, dan hanya 2 siswa atau 15,4% yang

belum tuntas. Nilai rata-rata kelasnya adalah 72. Salah satu siswa yang

belum tuntas memang pada hasil observasi mempunyai skor yang baik.

Tetapi tidak hanya dari faktor strategi saja yang mempengaruhi tingkat

hasil belajar siswa, akan tetapi juga faktor individual. Siswa tersebut

memang mempunyai kelemahan dalam hal intelegensi. Indikator pada


semua mata pelajaran siswa tersebut mendapat nilai yang rendah. Satu hal

yang patut ditiru, siswa tersebut selalu berusaha melibatkan diri dalam

semua pembelajaran dan tidak pernah rendah diri. Meskipun ia sering

tinggal dalam pembelajaran.

7. Siklus III

Perhatian dan motivasi siswa pada sikius III sudah menunjukkan

arah yang baik. Terlihat pada tabel perhatian siswa tidak ada siswa yang

mendapat skor 1 dan 2. Rata-rata siswa mendapat skor 3, 4 dan 5 baik

pada aspek perhatian maupun motivasi. Dapat dikatakan bahwa semua

siswa pada siklus III telah ikut serta dalam metode team Quiz pada

pembelajaran.

Hal tersebut dari hasil analisis dikarenakan :

a. Pada pelaksanaan siklus III, siswa telah memahami tata cara team Quiz

b. Pada siklus III disediakan hadiah oleh guru, sehingga menambah

greget bagi siswa untuk menjadi pemenang.

c. Juru bicara dipilih dari siswa yang belum aktif pada siklus I dan II

Kebanyakan siswa yang belum aktif mempunyai karakter pendiam dan

kalem, sehingga siswa yang aktif berusaha mengajukan diri untuk

menjadi juru bicara. Situasi tersebut yang menjadikan kelas ramai

tetapi masih dalam kondisi terfokus bukan gaduh diskusi yang lain.

Untuk nilai yang diperoleh siswa pada siklus III sebagai

berikut :
No. Nilai Siswa Jumlah Prosentase
1. <29 - 0%
2. 30-39 - 0%
3. -40-49 1 7,7%
4. -50-59 1 7,7%
5. -60-69 2 15,4%
6. -70-79 2 15,4%
7. -80-89 3 23,0%
8. -90-100 4 30,8%
Jumlah 13 100%

Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III

Nilai yang diperoleh siswa pada siklus III mengalami peningkatan

dari siklus II. Pada siklus III masih ada satu siswa yang belum tuntas,

siswa yang belum tuntas ini adalah siswa yang sama yang dijelaskan pada

siklus II. Siswa tersebut mungkin harus mendapatkan metode dan atau

strategi yang berbeda agar dapat menuntaskan pelajarannya. Faktor

individual siswa juga mempengaruhi lama waktu yang digunakan untuk

belajar suatu hal. Pada siklus III rata-ratanya adalah 80. Siswa yang

mendapatkan nilai pada interval 90 -100 juga meningkat. Ada dua anak

yang mendapatkan nilai 100.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari paparan hasil penelitian dari pra siklus sampai pada siklus III

diperoleh data nilai hasil belajar keseluruhan pada gambar 4.4.


14

12

10

0
Pra Siklus Siklus I Silus II Siklus III

Gambar 4.1 Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III

Dari hasil nilai ketuntasan di atas dapat dijelaskan pada pra siklus

38,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat menjadi 46,2% siswa

yang tuntas. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa yaitu 84,6%. Dan pada

sikius III ketuntasan mencapai 92,3%. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa dari pra siklus sampai pada siklus III mengalami

peningkatan bertahap dilihat dari nilai individual siswa maupun nilai rata-

rata kelasnya. Dilihat dari motivasi dan perhatian siswa mengikuti

pembelajaran dengan metode team Quiz juga mengalami peningkatan.

Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi dan faktor metode atau

strategi saja akan tetapi dari beberapa faktor. Beberapa diantaranya yaitu

faktor bakat, minat, tingkat intelegensi, karakterisktik belajar anak dan

juga strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sebagai contoh

ditemukannya siswa yang berusaha aktif dalam pembelajaran tetapi siswa


tersebut mendapatkan nilai yang belum termasuk dalam KKM. Siswa

tersebut tetap harus mendapatkan remedial. Remedial dapat dilakukan

dengan menambahi waktu belajar siswa atau memberikan latihan soal-

soal.

C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung

Dalam pelaksanaan terdapat faktor yang mendukung dan faktor yang

menghambat strategi Quiz.

1. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus I

a. Faktor Pendukung

1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk

belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat.

2. Strategi pembelajaran yang baru memberikan semangat kepada

beberapa siswa.

b. Faktor Penghambat

1. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa

untuk berkomunikasi antar kelompok.

2. Aturan yang kurang dimengerti siswa menyebabkan kegaduhan di

antara siswa dan waktu yang melebihi batas dan yang

direncanakan.

3. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat

dipahami, sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersahutan

maksud soal tersebut.


2. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus II

a. Faktor Pendukung

1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk

belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat.

2. Motivasi yang diberikan sebelum pembelajaran memberikan

semangat kepada seluruh siswa.

3. Siswa yang belum aktif ditempatkan diantara siswa yang aktif,

sehingga dapat membangun komunikasi antar anggota kelompok.

4. Soal untuk Quiz dibuat oleh guru.

b. Faktor Penghambat

Pribadi beberapa siswa yang cenderung pendiam dan IQ nya

rendah sehingga siswa tersebut belum aktif dalam pembelajaran.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus III

a. Faktor Pendukung

1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk

belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat.

2. Siswa telah paham aturan main pada strategi Quiz

3. Juru bicara dipilih dan siswa yang belum aktif pada siklus II,

sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran

4. Soal untuk strategi Quiz dibuat oleh guru.

b. Faktor Penghambat

Pada pelaksanaan siklus III masih terdapat satu siswa yang

belum tuntas dikarenakan siswa tersebut lemah dalam belajarnya.


Indikatornya, pada mata pelajaran lain siswa tersebut juga

mendapatkan nilai belajar yang rendah dibandingkan teman-temannya.

Dari hal tersebut, tingkat intelegensi siswa yang rendah dalam belajar

yang menyebabkan penggunaan strategi team Quiz ini belum mampu

menuntaskan semua siswa.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Perhatian siswa pada materi mata Pelajaran SKI pada siswa kelas III MI

Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan

nilai rata-rata perhatian siswa pada siklus I yaitu 3,04 meningkat menjadi

3,5 pada Siklus II, dan pada Siklus III ini menjadi 4,42 setelah

menggunakan metode team Quiz.

2. Motivasi siswa pada materi Mata Pelajaran SKI pada siswa kelas II MI

Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan nilai

rata-rata motivasi siswa pada siklus I yaitu 3,2 meningkat menjadi 3,6

pada Siklus II, dan pada Siklus III meningkat menjadi 4,44 setelah

menggunakan metode Team Quiz.

3. Hasil belajar siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa pada materi mata

pelajaran SKI setelah menggunakan metode Team Quiz mengalami

peningkatan hal ini ditandai dengan presentase siswa yang tuntas belajar

pada siklus I, yaitu 46,2 %, meningkat menjadi 84,6% pada Siklus II

kemudian pada Siklus III menjadi 92,3 % nilai rata-rata sebelumnya yaitu

55 meningkat menjadi 60,3 pada Siklus I, Siklus II yaitu 72 dan Siklus III

yaitu 80.

94
Prosentase didapat dari nilai siswa yang telah memenuhi Ketuntasan

Kriteria Minimum (KKM) yaitu 50 untuk mata pelajaran SKI. Nilai

ketuntasan hasil belajar siswa sebagai indikator tingkat pencapaian hasil

belajar siswa. Nilai individual siswa juga semakin meningkat.

B. Saran

Untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa, maka yang perlu

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru

Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan

profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan metode dan

strategi yang digunakan. Sehingga penggunaan strategi yang inovatif

membuat siswa tidak merasa bosan. Titik hanya itu, kemampuan

menyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP,

RH, Silabus, dan lain-lain. Bila persiapan telah matang, mengajar titik

akan terkesan seadanya dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu

untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.

2. Sekolah / Kepala Sekolah

Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya

meningkatkan pembinaan kepada guru-guru. Diharapkan dari pembinaan

tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.


C. Kata Penutup

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi

membimbing dan menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga

penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak

kekurangan maupun kesalahan, maka saran dan kritik yang membangun

diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak lupa ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Lampiran 1

SKENARIO PEMBELAJARAN

(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) SIKLUS I

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Narna Sekolah : MI Sudirman Kranggan

Kelas / Semester : III / II

Alokasi Waktu : 2 x 1 Jam Pelajaran (2 x 35 menit / 70 menit)

Hari / Tanggal : Senin, 24 Mei 2010

A. Standar Kompetensi

Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

B. Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

Mengambil ibrah peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

C. Hasil Belajar

9. Siswa dapat menceritakan Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang.

10. Siswa dapat menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam

berdagang.

11. Siswa dapat meneladani kebijaksanaan Nabi Muhammad S.A.W. dalam

peristiwa peletakan hajar Aswad.


12. Siswa dapat menceritakan perternuan Nabi Muhammad S.A.W. dengan

Pendeta Bukhairah.

D. Indikator

9. Menceritakan Nabi Muhammad S,A.W. dalam berdagang.

10. Menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang.

11. Menceritakan pertemuan Nabi Muhammad S.A.W. dengan Pendeta

Bukhairah.

12. Menceritakan kebijaksanaan Nabi Muhammad S.A.W. dalam peristiwa

peletakan Hajar Aswad.

E. Materi Pembelajaran

1. Perjalanan Nabi Muhammad S.A.W ke Negeri Syam

Di Negeri ini Nabi Muhammad S.A.W. pertama kali diajak

pamannya berdagang. Ketika itu berusia 12 tahun, Negeri Syam menjadi

tujuan para pedagang karena penduduknya makmur dan negerinya subur.

Abu Thalib bukan pedagang yang kaya, tetapi beliau jujur,

kejujuran itu menjadi modal kepercayaan seorang saudagar perempuan

yang bernama Siti Khadijah.

Suatu peristiwa luar biasa terjadi, selama berdagang ke Negeri

Syam perjalanan beliau ditempuh terasa cepat sampai. Selain itu barang

dagangannya cepat habis. Abu Thalib merasa heran dan kagum sehingga

rasa sayangnya semakin bertambah kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan


Siti Khadijah menganjurkan kepada Ahu Thalib agar setiap berdagang

membawa serta Nabi Muhammad S.A.W.

2. Nabi Muhammad bertemu Pendeta Bukhairo

Dalam perjalanan dagang ke Syam Abu Thalib bertemu dengan

Pendeta Bukhairo yang ahli dalam Kitab Taurat dan Injil yang menyatakan

bahwa Nabi Muhammad S.A.W. kelak akan menjadi pemimpin umat yang

besar, dan berpesan agar menjaganya dengan penuh tanggungjawab,

nasehat ini dijalankan oleh Abu Thalib.

3. Nabi Muhammad S. A. W. sebagai pedagang

Ketika usia 15 tahun beliau diberi kepercayaan oleh saudagar kaya

bernama Siti Khadijah untuk membawa barang dagangannya ke Negeri

Syam, karena usia yang masih muda beliau ditemani pembantunya

Maisarah.

Keberhasilan Nabi dalam berdagang :

a. Memiliki sifat amanah, ramah.

b. Memiliki sifat sabar, jujur, percaya diri, terampil.

4. Kebijaksanaan Nabi Muhammad S. A. W.

Nabi Muhammad S. A. W. dikenal sebagai seorang yang bijaksana

setelah mampu menghindarkan suku Quraisy dan perpecahan disebabkan

peletakan Hajar Aswad yang telah bergeser dari tempat semula disebabkan

dilanda banjir bandang dan Ka’bah mengalami kerusakan sehingga

masyarakat Mekah memperbaiki Ka’bah dengan bergotong royong. Ketika

itu beliau berusia 35 tahun.


F. Metode Pembelajaran

Ceramah, Metode Quiz dan Tanya Jawab.

G. Langkah - langkah Pembelajaran

1. Pra Kegiatan

Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata menjadi tiga dengan

bentuk leter U

2. Kegiatan awal (5 menit)

a. Guru mengucapkan salam

b. Guru bersama siswa membaca do’a belajar

3. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran

kepada siswa.

b. Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok.

c. Guru meminta siswa untuk menempati kursi masing-masing sesuai

dengan kelompoknya.

d. Guru membagi pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam dalam

tiga bagian.

e. Kemudian guru mempresentasikan semua materi.

f. Pelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I menjadi penanya

untuk materi bagian I. Pertanyaan dan kelompok I ditujukan untuk

kelompok II

g. Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara.


h. Bila kelompok II tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk

kelompok III.

i. Setelah kelompok I selesai memberi pertanyaan untuk kelompok II,

kelompok I dilanjutkan dengan memberi pertanyaan kepada kelompok

III. Bila kelompok III tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk

kelompok II.

j. Jika Tanya Jawab pada pembelajaran pertama selesai, dilanjutkan

dengan pembelajaran kedua dengan materi bagian II dan menunjuk

kelompok II sebagai penanya.

k. Aturan main seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok II

memberi pertanyaan untuk kelompok III dan I.

l. Setelah kelompok II selesai dengan pertanyannya, dilanjutkan

pembelajaran ketiga dengan materi bagian III. Dan guru menunjuk

kelompok III sebagai penanya. Dan proses seperti pada pembelajaran

pertama. Kelompok III memberi pertanyaan untuk kelompok I dan

kelompok II.

m. Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah.

n. Strategi Quiz telah selesai

4. Kegiatan akhir (15 menit)

a. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan beberapa

materi yang belum dikuasai siswa.

b. Guru membagikan soal-soal evaluasi.

c. Guru menutup pembelajaran dengan salam.


H. Media dan Sumber Pembelajaran

Media : Peta, Gambar

Sumber : TEAM GURU MI, 2004, Sejarah Kebudayaan Islam, Surabaya :

Putratama Bintang Teamur, hal 41- 58.

I. Evaluasi

Jenis Evaluasi : tes tertulis

Bentuk : pilihan ganda

Tes Formatif

Soal siklus I

Pilihlahjawaban di bawah ini yang paling benar!

1. Nabi diajak pamannya pertama kali berdagang pada usia ... tahun.

a. 8

b. 10

c. 12

d. 15

2. Negeri tujuan para saudagar Arab dalam berniaga adalah …..

a. Syam

b. Madinah

c. Abwa

d. Kuwait

3. Dalam menjalankan perdagangannya Abu Thalib bermodalkan …..


a. uang yang banyak

b. harta yang cukup

c. barang

d. kepercayaan

4. Nabi Muhammad bersama pamannya menjalankan barang-barang perniagaan

milik saudagar perempuan benama …..

a. Siti Aminah

b. Siti Khadijah

c. Siti Kholifah

d. Siti Aisyah

5. Kejadian luar biasa saat Nabi ikut berdagang dengan pamannya adalah barang

dagangannya lebih ... terjual.

a. murah

b. mahal

c. lama

d. cepat habis

6. Peristiwa itu Abu Thalib merasa heran dan kagum, serta beliau semakin ...

kepada Nabi Muhammad S.A.W.

a. sungkan

b. malu

c. sayang

d. tidak percaya
7. Siti Khadijah pun merasa kagum kepada Nabi Muhammad sehingga beliau

menganjurkan kepada Abu Thalib bila berdagang hendaklah mengajak …..

a. anaknya

b. pembantunya

c. istrinya

d. Nabi Muhammad

8. Dalam perjalanan berdagang ke Syam, Abu Thalib bersama Nabi bertemu

Pendeta nasrani yang bernama …..

a. Atsiro

b. Bukhairo

c. Busro

d. Nasiro

9. Pendeta itu berkomentar kepada Abu Thalib bahwa Nabi Muhammad kelak

akan menjadi …..

a. kepala suku yang perkasa

b. pemimpin umat yang besar

c. pemimpin kabilah

d. penguasa jazirah arab

10. Pendeta itu adalah tokoh agama Nasrani yang ahli dalam kitab …..

a. Tamat dan ibrani

b. Taurat dan Injil

c. Taurat dan Zabur

d. Taurat dan Al-Qur’an


11. Nasihat pendeta Bukhairo untuk menjaga pemuda Muhammad saw.

dilaksanakan dengan baik oleh …..

a. Abu Jahal

b. Abu Lahab

c. Abu Thalib

d. Abu Bakar

12. Yang tidak termasuk sebab keberhasilan Nabi saw. dalam berdagang adalah…

a. terampil

b. sabar

c. ramah

d. curang

13. Maisarah adalah orang yang menemani Nabi saw. Dalam …..

a. menggembala

b. berpergian

c. berdagang

d. bemain

14. Masyarakat Mekah memperbaiki Ka’bah dengan cara …..

a. gotong royong

b. sendiri-sendiri

c. dengan para suku

d. berkelompok

15. Yang dilakukan Nabi saw, path waktu peletakan Hajar Aswad adalah …..

a. mengangkat dan meletakkan sendiri hajar aswad.

b. kepala suku dipersilahkan mengangkat hajar aswad.

c. bersama-sama kepala suku.

d. suku berpengaruh dipersilahkan mengangkat hajar aswad.


16. Dengan kebijaksanaan nabi selamatlah penduduk dan.

a. korban banjir

b. badai gurun

c. gempa bumi

d. pertumpahan darah

17. Hajar aswad itu warnanya …..

a. hijau

b. hitam

c. putih

d. coklat

18. “Siapa yang pertama kali masuk babus shofa” adalah saran dan …..

a. Abu Bakar

b. Abu Umaiyah

c. Abu Jahal

d. Abu Thalib

19. Nabi saw bersama-sama kepala suku membawa hajar aswad dengan …..

a. selembar kain

b. selembar karpet

c. selembar sejadah

d. selembar permadani

20. Nabi Muhammad dipercaya sebagai penengah (hakim) dalam peletakan Hajar

Aswad ketika beliau berumur …..

a. 50tahun

b. 45tahun

c. 40tahun

d. 35tahun
KUNCI JAWABAN

7. C

8. A

9. D

10. B

11. D

12. C

13. D

14. B

15. B

16. B

17. C

18. D

19. C

20. A

21. C

22. D

23. B

24. B

25. A

26. D
Penilaian

Nilai = Betul x 5

Mengetahui Ambarawa. 24 Mei 2010


Kepala Madrasah Guru Kelas III

Kasmuni, S. Ag Juemi
NIP: 150238072 NIP: -
Lampiran 2

SKENARIO PEMBELAJARAN

(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) SIKLUS II

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Nama Sekolah : MI Kranggan

Kelas / Semester : III / II

Alokasi Waktu : 2 x 1 Jam Pelajaran (2 x 35 menit / 70 menit)

Hari / Tanggal : Rabu, 26 Mei 2010

A. Standar Kompetensi

Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

B. Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

Mengambil ibrah peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

C. Hasil Belajar

5. Siswa dapat menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai

anak yang baik.

6. Siswa dapat mencontoh Nabi Muhammad S.A.W yang tidak bergaul

dengan mereka yang berakhlak buruk.


D. Indikator

5. Menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai anak yatim.

6. Mencontoh Nabi Muhammad S.A.W. yang tidak bergaul dengan mereka

yang berakhlak buruk.

E. Materi Pembelajaran

1. Kelahiran Muhammad S.A.W.

Muhammad lahir dalam keadaan yaTeam. Ayahnya meninggal

ketika beliau masih dalam kandungan. Pada usia 6 tahun, ibunya juga

meninggal. Beliau menjadi yaTeam piatu. Kehidupan yang keras

menempa beliau menjadi manusia pilihan. Sikap umat Islam harus sesuai

dengan teladan yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad saw.

Kelahiran Muhammad didahului oleh peristiwa serangan pasukan

gajah ke Mekah. Oleh karena itu, masyarakat Arab menyebut tahun

kelahiran Muhammad sebagai tahun gajah.

Muhammad adalah anggota kahilah Bani Hasyim. Kabilah ini

memiliki kedudukan yang mulia di kalangan suku Quraisy. Kakek

Muhammad yang bernama Abdul Muttalib merupakan salah satu kepala

suku Quraisy. Beliau memegang jabatan siqayah atau pengawas sumur

Zamzam. Tugas siqayah adalah menyediakan air yang dibutuhkan oleh

pengunjung Ka’bah. Oleh karena itu, Abdul Muttalib menjadi orang yang

berpengaruh di kalangan suku Quraisy. Walaupun demikian, Bani Hasyim


merupakan kabilah yang sederhana. Mereka tidak sekaya kabilah-kabilah

lain dalam suku Quraisy.

Ayah Muhammad bernama Abdullah. Ia merupakan salah satu

putra Abdul Muttalib. Abdullah meninggal dunia ketika mengikuti kafilah

dagang ke Syam. Ia jatuh sakit dan meninggal dunia di Yasrib. Peristiwa

itu terjadi setelah tiga bulan Abdullah menikah dengan Aminah binti

Wahab, ibu Muhammad. Aminah binti Wahab berasal dan kabilah Bani

Zuhrah. Baik dari garis keturunan ayahnya maupun ibunya, Muhammad

merupakan keturunan Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim.

Tidak lama setelah peristiwa serangan pasukan gajah, Aminah binti

Wahab melahirkan seorang anak 1aki-1aki. Anak laki-laki itu adalah

Muhammad. Ia lahir pada malam menjelang dini hari Senin tanggal 12

Robiulawal tahun gajah atau bertepatan dengan 20 April 571 Masehi.

2. Muhammad Dalam Masa Asuhan

Menurut kebiasaan orang Arab, anak-anak yang baru lahir

disusukan kepada wanita desa, dengan harapan anak-anak mereka tumbuh

sehat dan memiliki sopan santun yang baik. Karena masyarakat di desa

pergaulannya sangat baik

Ketika Muhammad lahir, para ibu dari Desa Sa’ad datang ke

Mekah, mereka menghubungi keluarga yang akan menyusukan anaknya.

Mereka berharap dapat mengasuh anak orang kaya sehingga mendapat

upah yang banyak. Diantara mereka ada wanita yang bernama Halimah

As-Sa’diyah yang tertarik ingin mengasuh Muhammad. Kemudian


Halimah mengambilnya sebagai anak asuh, Aminah dan Abdul Muttalib

melepaskannya dengan senang hati.

Ketika usia 4 tahun Halimah mengembalikan Muhammad kepada

Aminah, ia merasa sudah tidak mampu mengasuh Muhammad.

Suatu hari Aminah membawa Muhammad untuk berziarah ke

makam ayahnya di Yasrib (Madinah) mereka ditemani pembantunya yang

bemama Ummu Aiman, mereka pulang ke Mekah. Setibanya di Kampung

Abwa Aminah jatuh sakit, beberapa hari kemudian meninggal dunia dan

dimakamkan di kampung tersebut.

Ketika usia 6 tahun Muhammad telah menjadi yaTeam piatu.

Kemudian Muhammad diasuh kakeknya yang benama Abul Muthalib.

Setelah kakeknya meninggal karena sakit tua, Muhammad diasuh oleh

pamannya yang bemama Abu Thalib, selama 8 tahun.

F. Metode Pembelajaran

Ceramah, metode Quiz, dan tanya jawab.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Pra Kegiatan

Menyeting tempat duduk dengan bentuk perkelompok melingkar.

2. Kegiatan awal (10 memt)

a. Guru membuka pelajaran dengan salam

b. Membaca do’a belajar

c. Guru memotivasi siswa


7. Kegiatan inti (45 menit)

a. Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan hasil yang

akan dicapai kepada siswa

b. Guru membagi kelompok menjadi tiga dengan anggota yang sama

seperti pada siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi :

1. Kelompok I pada siklus I menjadi kelompok II.

2. Kelompok II pada siklus I menjadi kelompok III.

3. Kelompok III pada siklus I menjadi kelompok I.

c. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi Sejarah Kebudayaan

Islam dan buku, Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-

masing kelompok untuk menjawab soal dari kelompok lain dan

pertanyaan akan diajukan untuk kelompok lain.

Kelompok I mempelajari bagian I, dan II.

Kelompok II mempelajani bagian II dan III.

Kelompok III mempelajari bagian III dan I.

d. Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing

kelompok.

e. Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara.

f. Guru berperan sebagai pemandu Quiz.

g. Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II.

Dengan catatan soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah

kelompok II, tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal

akan dilempar ke kelompok III.


h. Setelah kelompok I selesai membaca soal, berganti ke kelompok II

untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok II untuk

kelompok I dengan aturan yang sama.

i. Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui

perolehan nilai. Metode Quiz telah selesai.

8. Kegiatan akhir (15 menit)

a. Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

b. Guru membagikan soal-soal evaluasi.

H. Media dan Sumber Pembelajaran

Media : Peta, Gambar

Sumber : Sugeng Sugiharto, 2008, Sejarah Kebudaaan islam, Solo : Tiga

Serangkai, hal 63 - 68.

I. Evaluasi

Jenis evaluasi : tes tertulis

Bentuk : pilihan ganda

Tes Formatif

Soal Siklus II

Pilihlah jawaban di bawah ini yang paling benar!

1. Tahun kelahiran Muhammad disebut tahun …..


a. kambing

b. kuda

c. gajah

d. monyet

2. Pengawas sumur Zamzam disebut …..

a. siqayah

b. qawwiyah

c. wiqayah

d. saqiyyah

3. Kakek Muhammad bernama …..

a. Abdullah

b. Abdul Muttalib

c. Abu Lahab

d. Abu Talib

4. Ibu Nabi Muhammad berasal dan kabilah …..

a. Bani Kilab

b. Bani Umayyah

c. Bani Hasyim

d. Bani Zuhrah

5. Ayah Muhammad meninggal di kota …..

a. Mekah

b. Yasrib

c. Jeddah
d. Taif

6. Wanita yang menyusui Muhammad adalah …..

a. Halimah as-Sa’diyah

b. Ummu Aiman

c. Khadijah binti Khuwaiid

d. Ummu Kulsum

7. Ibu-ibu yang dari desa untuk menyusui anak-anak di Kota Mekah

mengharapkan …..

a. pengampunan

b. berkah

c. terima kasih

d. upah

8. Pada waktu Muhammad lahir, ibu-ibu yang datang berasal dari desa …..

a. Hawazin

b. Abwa

c. Sa’ad

d. Taif

9. Aminah dan Abdul Muttalib menyerahkan Muhammad kepada Halimah

dengan perasaan …..

a. marah

b. sedih

c. susah

d. senang
10. Setelah mengasuh Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah menjadi …..

a. susah

b. bahagia

c. sedih

d. berantakan

11. Ayah Muhammad bernama …..

a. Abdullah

b. Abdul Muttalib

c. Abu Lahab

d. Abu Talib

12. Baik dari ayahnya maupun ibunya, Muhammad merupakan keturunan …..

a. Nabi Zakaria

b. Nabi Yahya

c. Nabi Ibrahim

d. Nabi Isa

13. Muhammad dikembalikan kepada ibunya pada usia …..

a. 1 tahun

b. 4 tahun

c. 5 tahun

d. 8 tahun

14. Muhammad diajak oleh ibunya ke Yasrib untuk …..

a. berdagang

b. beribadah
c. berziarah

d. rekreasi

15. Sepulangnya dan Yasrib, Aminah jatuh sakit hingga meninggal. Ia

dimakamkan di kampung …..

a. Sa’ad

b. Abwa

c. Taif

d. Nadir

16. Setelah ibunya meninggal, Muhammad diasuh oleh …..

a. Abdul Muttalib

b. Abu Talib

c. Abu Lahab

d. Abdullah

17. Pada saat diasuh oleh pamannya, Muhammad …..

a. bermain-main

b. selalu berada di rumah

c. rajin membantu bekerja

d. bermalas-malasan

18. Abu Tholib adalah tokoh bangsawan …..

a. Aidy

b. At-thaimy

c. Tsaqifah

d. Quraisy
19. Yang bukan sifat Nabi Muhammad saw. Adalah …..

a. pemarah

b. pemaaf

c. jujur

d. peduli

20. Sebagai umat Islam kita harus ... sifat nabi Muhammad saw.

a. meninggalkan

b. meneladani

c. acuh

d. masa bodoh

KUNCI JAWABAN

1. C 6. A 11.A 16.A

2. A 7. D 12.B 17.C

3. B 8. C 13.A 18.D

4. C 9. D 14.C 19.A

5. B 10.B 15.B 20.B

Penilaian

Nilai = Betul x 5

Mengetahui Ambarawa. 26 Mei 2010


Kepala Madrasah Guru Kelas III

Kasmuni, S. Ag Juemi
NIP: 150238072 NIP: -
Lampiran 3

SKENARIO PEMBELAJARAN

(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) SIKLUS III

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam

Nama Sekolah : MI Kranggan

Kelas/Semester : III/II

Alokasi Waktu : 2 x 1 Jam Pelajaran ( 2 x 35 menit / 70 menit)

Hari / Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2010

A. Standar Kompetensi

Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

B. Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

Mengambil ibrah peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.

C. Hasil Belajar

1. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai Al-

Amin.

2. Siswa dapat mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W. ketika

remaja.
3. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. bertafakur

di Gua Hira’ menjelang kenabian.

4. Siswa dapat menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.

D. Indikator

9. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S,A.W. sebagai Al-Amin.

10. Mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W. ketika remaja.

11. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. bertafakur di Gua Hira’

menjelang kenabian.

12. Menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.

E. Materi Pembelajaran

1. Mendapatkan Gelar Al Amin

Ketika Muhammad berusia 15 tahun suku Quraisy berperang

melawan suku Hawazin. Perang tersebut disebut perang Filar. Fijar artinya

melanggar kesucian, perang itu disebabkan suku Hawazin menyerang suku

Quraisy pada bulan Zulkaidah, padahal bulan ini bulan haram untuk

berperang,

Muhammad ikut membela sukunya dalam perang ini, beliau

bertugas menyediakan anak panah bagi pamannya. Akibat perang itu

Ka’bah menjadi sepi pada musim haji.

Dalam berdagang Muhammad selalu menjunjung tinggi kejujuran,

tidak mau menipu dalam berdagang dan dapat dipercaya. Oleh karenanya
beliau mendapat gelar Al Amin artinya orang yang dapat dipercaya.

Sehingga menarik perhatian seorang saudagar yang kaya raya yang

benama Siti Khadijah binti Khuwailid.

2. Menikah dengan Khadijah

Ketika berusia 25 tahun, Khadijah meminta Muhammad untuk

membawa dagangannya ke Syam. Sejalan dengan usianya yang bertambah

dewasa, Muhammad ingin segera hidup mandiri, karena itu permintaan

Khadijah disanggupinya beliau dibantu oleh Maisarah seorang pembantu

Khadijah.

Demikianlah akhirnya Khadijah menikah dengan Muhammad, saat

itu usia Khadijah 40 tahun dan Muhammad 25 tahun,

3. Muhammad Bertafakur

Menjelang usia 40 tahun Muhammad sering melakukan tafakur

untuk memikirkan jalan keluar agar kaumnya tidak lagi menyemhah

berhala. Beliau bertafakur di Gua Hira.

Muhammad tidak suka bergaul dengan orang yang suka mabuk-

mabukan, foya-foya sehingga jiwa dan raganya benar-benar suci.

Dalam masa bertafakur keluarga Muhammad tidak menghalangi,

anak-anaknya tidak rewel akan tetapi mereka membantu dengan ikhlas.

4. Turunya Wahyu

Wahyu pertama turun tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan

tanggal 6 Agustus 611 Masehi, yaitu surat Al-'Alaq 1 – 5 ketika

Muhammad saw. Berada di gua Hiro'. Wahyu pertama diturunkan melalui


perantara malaikat Jibril yang datang memeluk Muhammad seraya berkata

"Bacalah" ketika itu Muhammad disuruh membaca tetapi beliau menjawab

"aku tidak bisa membaca". Kejadian ini berulang sampai tiga kali.

Demikian wahyu pertama yang diturunkan kepada Muhammad yaitu

disuruh membaca.

F. Metode Pembelajaran

Ceramah, metode Quiz, dan tanya jawab.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Pra Kegiatan

Menyeting tempat duduk dengan bentuk perkelompok melingkar.

2. Kegiatan awal (10 menit)

a. Guru membuka pelajaran dengan salam

b. Membaca do’a belajar bersama-sama.

c. Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan hasil

yang akan dicapai.

3. Kegiatan inti (45 menit)

a. Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan hasil

yang akan dicapai.

b. Guru membagi kelompok kegiatan menjadi tiga bagian dengan anggota

yang sama seperti pada sikius I, tetapi nama kelompok diubah menjadi :
1. Kelompok I pada sikius I menjadi kelompok III.

2. Kelompok II pada sikius I menjadi kelompok I.

3. Kelomppok III pada sikius I menjadi kelompok II.

c. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam

dari buku. Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing

kelompok untuk menjawab soal dan kelompok lain dan pertanyaan yang

akan diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I,

dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian II dan III. Kelompok III

mempelajari bagian III dan I.

d. Guru menjelaskan tahapan dalam Quiz yang meliputi tahap pertama untuk

pembacaan soal untuk masing-masing kelompok dan tahap kedua soal

lemparan.

e. Pelaksanaan tahap pertama. Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan

untuk masing-masing kelompok.

f. Guru menunjuk siswa yang belum aktif untuk manjadi juru bicara.

g. Guru berperan sebagai pemandu Quiz.

h. Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II. Dengan

catatan soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok

II, tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar

ke kelompok III.

i. Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke kelompok II

untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok III untuk kelompok I

dengan aturan yang sama.


j. Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui

perolehan nilai sementara.

k. Tahap kedua, soal lemparan. Guru membacakan soal, kelompok yang

berhak menjawab adalah kelompok yang mengacungkan tangannya lebih

dulu. Dan harus dilakukan oleh juru bicara.

l. Seteah semua soal telah selesai dibacakan. nilai masing-masing kelompok

dijumlahkan untuk mengetahui pemenangnya.

m. Pemenang mendapatkan hadiah yang telah disediakan.

n. Metode Quiz telah selesai.

4. Kegiatanakhir (15 menit)

a. Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan

beberapa materi yang belum dikuasai siswa.

b. Guru mengadakan evaluasi.

c. Menutup pembelajaran dengan salam

H. Media dan Sumber Pembelajaran

Media : Peta, Gambar

Sumber : Sugeng Sugiharto. 2008, SeJarah Kebudayaan Islam, Solo Tiga

Serangkai, hal 78 - 79.

I. Evaluasi

Jenis Evaluasi : tes tertulis

Bentuk : pilihan ganda


Tes Formatif

Soal Siklus III

Pilihlah jawaban di bawah ini yang paling benar!

1. Muhammad mulai diasuh Abu Thalib pada usia ... tahun.

a. 12

b. 10

c. 8

d. 9

2. Pekerjaan Muhammad untuk membantu Abu Thalib dalarn mencari nafkah

adalah …..

a. menggembala

b. menunggu rumah

c. membersihkan rumah

d. memasak

3. Muhammad mengikuti kafilah ke Syam pada usia ... tahun.

a. 10

b. 12

c. 8

d. 9

4. Pendeta yang memberi tahu bahwa Muhammad akan diangkat menjadi nabi

bernama …..

a. Waraqah

b. Suradah
c. Bukhara

d. Bukhaira

5. Perang yang diikuti Muhammad pada usia 15 tahun adalah.

a. Perang Badar

b. Perang Fijar

c. Perang Ahzab

d. Perang Jamal

6. Suku yang menjadi lawan Suku Quraisy dalam perang Fijar adalah …..

a. Suku Hawazin

b. Suku Hazir

c. Suku Taif

d. Suku Barn Qainuqa

7. Akibat dan terjadinya perang Fijar adalah …..

a. terjadi bencana

b. terjadi wabah

c. banyak ternak yang mati

d. Ka’bah menjadi sepi

8. Julukan Muhammad yang berarti orang yang dapat dipercaya adalah …..

a. tablig

b. fatanah

c. al-amin

d. al-amanah
9. Seorang Saudagar yang memercayakan dagangannya kepada Muhammad

untuk dibawa ke Syam adalah …..

a. Utbah binti Rabiah

b. Halimah as-Sa’diyah

c. Aminah binti Wahab

d. Khadijah binti Khuwailid

10. Muhammad menikah dengan Khadijah pada usia ... tahun.

a. 20

b. 25

c. 30

d. 35

11. Menjelang usia 40 tahun Muhammad sering melakukan …..

a. dakwah

b. menjaga Ka’bah

c. tafakur

d. tamasya

12. Sikap Muhammad terhadap orang yang sedang mabuk-mabukan adalah …..

a. menjauhinya

b. membantunya

c. mengikutinya

d. menolongnya

13. Muhammad melakukan tafakur di …..

a. Gua Sur
b. Gua Hira

c. Jabal Nur

d. Jabal Uhud

14. Melihat Muhammad sering meninggalkan keluargannya untuk bertafakur,

Khadijah …..

a. tidak senang

b. menghalangi

c. menentang

d. membantu dan ikhlas

15. Pada saat ditinggal bertafakur, anak-anak Muhammad …..

a. tidak senang

b. tidak pemah rewel

c. selalu menangis

d. selalu rewel

16. sepanjang bulan Ramadan, Muhammad selalu …..

a. beribadah

b. berdagang

c. menggembala domba

d. menunggu anaknya

17. Wahyu pertama turun pada tanggal …..

a. l7 Rajab

b. l7 Zuthijah

c. l7 Muharam
d. l7 Ramadan

18. Malaikat yang menyampaikan wahyu adalah

a. Ridwan

b. Rokib

c. Jibril

d. Mikail

19. Ketika menerima wahyu, Muhammad disuruh …..

a. mengarang

b. menjawab

c. menulis

e. membaca

20. Ayat yang pertama kali turun adalah

a. Surah Al-Muddassir Ayat 1-7

b. Surah al-'Alaq 1 - 5

c. Surah Al-Maidah Ayat 7

d. Surah An-Nas Ayat 1 – 5

KUNCI JAWABAN

1. C 6. A 11.C 16.A

2. A 7. D 12.A 17.D

3. D 8. C 13.B 18.C

4. B 9. D 14.D 19.D

5. A 1O.B 15.B 20.B


Penilaian

Nilai = Betul x 5

Mengetahui Ambarawa. 29 Mei 2010


Kepala Madrasah Guru Kelas III

Kasmuni, S. Ag Juemi
NIP: 150238072 NIP: -
Lampiran 4
SIKLUS I
LEMBAR OBSERVASI PERHATIAN SISWA

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Senin, 24 Mei 2010

Aspek yang diobservasi

Aktif Menjawab Pertanyaan

Menjaga Ketenangan Kelas


Memperhatikan Penjelasan

Menyelesaikan Masalah

Memberi Tanggapan
Saling Membantu

Rata-Rata
Jumlah
Guru

Guru

No.

Nama Siswa

1. Ade Ahmad Setiawan 3 2 3 2 1 11/ 2,2


2. Destranda Alfrendy Nasyah 4 3 4 3 2 16/ 3,2
3. Hanif Mustofa 4 3 1 2 3 13/ 2,6
4. Nurul Istiqomah 4 1 3 2 1 11/ 2,2
5. Wahyu Ruliyana 5 5 5 5 5 25/ 5,0
6. M. Zada Nasrul Adzim 3 2 3 3 1 12/ 2,4
7. Helma Lismawati 4 3 5 3 2 17/ 3,4
8. Ramadhan Aji Saputra 3 2 3 3 2 13/ 2,6
9. Taufik Hidayat 3 1 4 2 2 12/ 2,4
10. Durotun Napisah 2 1 4 2 2 11/ 2,2
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti 5 5 5 5 5 25/ 5,0
12. Bayu Aji 2 1 1 3 3 10/ 2,0
13. Vina Rasikawati 4 2 5 2 2 15/ 3,0
Jumlah 46 31 46 42 36 201/ 40,2
Rata-Rata 3,4 2,4 3,4 3,2 2,8 15,2 3,04

Ket : Bobot Skor Indikator Ambarawa, 24 Mei 2010


Rentang 1 – 5 Guru Kelas

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 5
SIKLUS II
LEMBAR OBSERVASI PERHATIAN SISWA

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Rabu, 26 Mei 2010

Aspek yang diobservasi

Aktif Menjawab Pertanyaan

Menjaga Ketenangan Kelas


Memperhatikan Penjelasan

Menyelesaikan Masalah

Memberi Tanggapan
Saling Membantu

Rata-Rata
Jumlah
Guru

Guru

No.

Nama Siswa

1. Ade Ahmad Setiawan 2 4 4 3 2 15/ 3,0


2. Destranda Alfrendy Nasyah 4 3 3 4 4 18/ 3,6
3. Hanif Mustofa 2 3 1 4 4 12/ 2,4
4. Nurul Istiqomah 3 2 4 3 3 15/ 3,0
5. Wahyu Ruliyana 5 5 5 5 5 25/ 5,0
6. M. Zada Nasrul Adzim 3 3 3 4 3 16/ 3,2
7. Helma Lismawati 5 4 4 4 3 20/ 4
8. Ramadhan Aji Saputra 3 3 3 4 4 17/ 3,4
9. Taufik Hidayat 4 2 4 4 2 16/ 3,2
10. Durotun Napisah 3 2 4 4 2 15/ 3,0
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti 5 5 5 5 5 25/ 5,0
12. Bayu Aji 3 2 1 3 3 12/ 2,4
13. Vina Rasikawati 4 4 3 5 4 20/ 4
Jumlah 46 42 44 52 44 226 45,2
Rata-Rata 3,5 3,2 3,4 4,0 3,4 17,5 3,5

Ket : Bobot Skor Indikator Ambarawa, 26 Mei 2010


Rentang 1 – 5 Guru Kelas III

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 6
SIKLUS III
LEMBAR OBSERVASI PERHATIAN SISWA

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2010

Aspek yang diobservasi

Aktif Menjawab Pertanyaan

Menjaga Ketenangan Kelas


Memperhatikan Penjelasan

Menyelesaikan Masalah

Memberi Tanggapan
Saling Membantu

Rata-Rata
Jumlah
Guru

Guru

No.

Nama Siswa

1. Ade Ahmad Setiawan 4 4 4 3 3 18/ 3,6


2. Destranda Alfrendy Nasyah 5 5 4 5 5 24/ 4,8
3. Hanif Mustofa 4 4 5 4 4 21/ 4,2
4. Nurul Istiqomah 3 4 3 5 4 20/ 4,0
5. Wahyu Ruliyana 5 5 5 5 5 25/ 5,0
6. M. Zada Nasrul Adzim 5 4 5 5 4 23/ 4,6
7. Helma Lismawati 5 5 5 5 4 24/ 4,8
8. Ramadhan Aji Saputra 5 5 5 5 4 24/ 4,8
9. Taufik Hidayat 4 4 4 5 4 21/ 4,2
10. Durotun Napisah 4 3 4 4 3 18/ 3,6
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti 5 5 5 5 5 25/ 5,0
12. Bayu Aji 4 4 4 3 4 19/ 3,8
13. Vina Rasikawati 5 5 5 5 5 25/ 5,0
Jumlah 58 57 58 59 54 286 27,2
Rata-Rata 4,5 4,4 4,5 4,5 4,2 22,1 4,42

Ket : Bobot Skor Indikator Ambarawa, 29 Mei 2010


Rentang 1 – 5 Guru Kelas III

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 7
SIKLUS I
LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI SISWA

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Senin, 24 Mei 2010

Aspek yang diobservasi Interaksi dalam Pembelajaran

Upaya Mendapatkan Prestasi

Kedisiplinan / keaktifan
mengikuti pelajaran

Ketekunan Belajar
Tanggung Jawab

Rata-Rata
yang baik

Jumlah
No.

Nama Siswa

1. Ade Ahmad Setiawan 2 2 4 1 1 10/ 2,0


2. Destranda Alfrendy Nasyah 5 4 3 3 4 19/ 3,8
3. Hanif Mustofa 4 4 3 3 3 12/ 2,4
4. Nurul Istiqomah 2 3 2 2 2 11/ 2,2
5. Wahyu Ruliyana 5 5 5 5 5 25/ 5,0
6. M. Zada Nasrul Adzim 4 4 3 2 3 16/ 3,2
7. Helma Lismawati 5 4 3 3 3 18/ 2,6
8. Ramadhan Aji Saputra 3 2 2 2 3 12/ 2,4
9. Taufik Hidayat 1 3 3 1 2 10/ 2,0
10. Durotun Napisah 1 2 3 3 2 11/ 2,2
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti 5 5 5 5 5 25/ 5,0
12. Bayu Aji 2 3 2 1 2 10/ 2,0
13. Vina Rasikawati 4 4 5 5 4 22/ 4,4
Jumlah 43 45 43 35 39 205 41
Rata-Rata 3,3 3,5 3,3 2,7 3,0 15,8 3,2

Ket : Bobot Skor Indikator Ambarawa, 24 Mei 2010


Rentang 1 – 5 Guru Kelas III

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 8
SIKLUS II
LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI SISWA

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Rabu, 26 Mei 2010

Aspek yang diobservasi Interaksi dalam Pembelajaran

Upaya Mendapatkan Prestasi

Kedisiplinan / keaktifan
mengikuti pelajaran

Ketekunan Belajar
Tanggung Jawab

Rata-Rata
yang baik

Jumlah
No.

Nama Siswa

1. Ade Ahmad Setiawan 3 1 2 4 4 10/ 2,0


2. Destranda Alfrendy Nasyah 4 4 5 5 4 19/ 3,8
3. Hanif Mustofa 5 5 4 3 2 12/ 2,4
4. Nurul Istiqomah 2 3 4 4 3 11/ 2,2
5. Wahyu Ruliyana 5 5 5 5 5 25/ 5,0
6. M. Zada Nasrul Adzim 3 3 4 4 4 16/ 3,2
7. Helma Lismawati 4 4 5 3 3 18/ 2,6
8. Ramadhan Aji Saputra 4 3 3 2 4 12/ 2,4
9. Taufik Hidayat 3 2 4 3 3 10/ 2,0
10. Durotun Napisah 4 4 3 2 2 11/ 2,2
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti 5 5 5 5 5 25/ 5,0
12. Bayu Aji 4 1 3 3 2 10/ 2,0
13. Vina Rasikawati 4 4 3 5 4 22/ 4,4
Jumlah 50 44 50 47 45 236 47,2
Rata-Rata 3,8 3,8 3,8 3,6 3,5 18,1 3,6

Ket : Bobot Skor Indikator Ambarawa, 26 Mei 2010


Rentang 1 – 5 Guru Kelas III

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 9
SIKLUS III
LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI SISWA

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2010

Aspek yang diobservasi Interaksi dalam Pembelajaran

Upaya Mendapatkan Prestasi

Kedisiplinan / keaktifan
mengikuti pelajaran

Ketekunan Belajar
Tanggung Jawab

Rata-Rata
yang baik

Jumlah
No.

Nama Siswa

1. Ade Ahmad Setiawan 3 4 3 4 3 17/ 3,4


2. Destranda Alfrendy Nasyah 4 4 5 5 5 23/ 4,6
3. Hanif Mustofa 4 4 5 4 4 21/ 4,2
4. Nurul Istiqomah 4 3 4 4 5 20/ 4,0
5. Wahyu Ruliyana 5 5 5 5 5 25/ 5,0
6. M. Zada Nasrul Adzim 5 4 5 5 4 23/ 4,6
7. Helma Lismawati 5 5 5 5 5 25/ 5,0
8. Ramadhan Aji Saputra 4 4 5 5 5 24/ 4,8
9. Taufik Hidayat 4 4 4 5 4 21/ 4,2
10. Durotun Napisah 4 4 3 4 4 19/ 3,8
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti 5 5 5 5 5 25/ 5,0
12. Bayu Aji 4 3 5 3 5 20/ 4,0
13. Vina Rasikawati 5 5 5 5 5 25/ 5,0
Jumlah 57 54 59 59 59 237 57,4
Rata-Rata 4,4 4,3 4,5 4,5 4,5 22,2 4,44

Ket : Bobot Skor Indikator Ambarawa, 29 Mei 2010


Rentang 1 – 5 Guru Kelas III

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 10

NILAI HASIL BELAJAR


SEBELUM PENERAPAN METODE TEAM QUIZ

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Senin, 10 Mei 2010

No. Nama Siswa L/P Nilai Keterangan


1. Ade Ahmad Setiawan L 40 Belum Tuntas
2. Destranda Alfrendy Nasyah L 59 Tuntas
3. Hanif Mustofa L 49 Belum Tuntas
4. Nurul Istiqomah P 46 Belum Tuntas
5. Wahyu Ruliyana P 49 Tuntas
6. M. Zada Nasrul Adzim L 47 Belum Tuntas
7. Helma Lismawati P 58 Tuntas
8. Ramadhan Aji Saputra L 48 Belum Tuntas
9. Taufik Hidayat L 45 Belum Tuntas
10. Durotun Napisah P 47 Belum Tuntas
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti P 80 Tuntas
12. Bayu Aji L 48 Belum Tuntas
13. Vina Rasikawati P 69 Tuntas
Jumlah 715
Rata-Rata 55

Ket :- Tuntas 50 Ambarawa, 10 Mei 2010


- Belum Tuntas < 50 Guru Kelas III
- KKM SKI = 50

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 11
NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS I

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Senin, 24 Mei 2010

No. Nama Siswa L/P Nilai Keterangan


1. Ade Ahmad Setiawan L 45 Belum Tuntas
2. Destranda Alfrendy Nasyah L 59 Tuntas
3. Hanif Mustofa L 49 Belum Tuntas
4. Nurul Istiqomah P 48 Belum Tuntas
5. Wahyu Ruliyana P 88 Tuntas
6. M. Zada Nasrul Adzim L 49 Belum Tuntas
7. Helma Lismawati P 75 Tuntas
8. Ramadhan Aji Saputra L 69 Tuntas
9. Taufik Hidayat L 40 Belum Tuntas
10. Durotun Napisah P 45 Belum Tuntas
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti P 89 Tuntas
12. Bayu Aji L 49 Belum Tuntas
13. Vina Rasikawati P 79 Tuntas
Jumlah 78,4
Rata-Rata 60,3

Ket :- Tuntas 50 Ambarawa, 24 Mei 2010


- Belum Tuntas < 50 Guru Kelas III
- KKM SKI = 50

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 12
NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS II

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Rabu, 26 Mei 2010

No. Nama Siswa L/P Nilai Keterangan


1. Ade Ahmad Setiawan L 49 Belum Tuntas
2. Destranda Alfrendy Nasyah L 69 Tuntas
3. Hanif Mustofa L 79 Tuntas
4. Nurul Istiqomah P 59 Tuntas
5. Wahyu Ruliyana P 95 Tuntas
6. M. Zada Nasrul Adzim L 78 Tuntas
7. Helma Lismawati P 68 Tuntas
8. Ramadhan Aji Saputra L 85 Tuntas
9. Taufik Hidayat L 48 Belum Tuntas
10. Durotun Napisah P 58 Tuntas
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti P 98 Tuntas
12. Bayu Aji L 67 Tuntas
13. Vina Rasikawati P 80 Tuntas
Jumlah 933
Rata-Rata 72

Ket :- Tuntas 50 Ambarawa, 26 Mei 2010


- Belum Tuntas < 50 Guru Kelas III
- KKM SKI = 50

Juemi, A. Ma.
NIP : -
Lampiran 13
NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS III

Mata Pelajaran : SKI


Jenis : Post Test
Kelas / Semester : III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad
SAW
Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW
Hari, Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2010

No. Nama Siswa L/P Nilai Keterangan


1. Ade Ahmad Setiawan L 59 Tuntas
2. Destranda Alfrendy Nasyah L 89 Tuntas
3. Hanif Mustofa L 79 Tuntas
4. Nurul Istiqomah P 70 Tuntas
5. Wahyu Ruliyana P 100 Tuntas
6. M. Zada Nasrul Adzim L 80 Tuntas
7. Helma Lismawati P 97 Tuntas
8. Ramadhan Aji Saputra L 88 Tuntas
9. Taufik Hidayat L 49 Belum Tuntas
10. Durotun Napisah P 60 Tuntas
11. Risqi Noor Rafika Widiastuti P 69 Tuntas
12. Bayu Aji L 100 Tuntas
13. Vina Rasikawati P 98 Tuntas
Jumlah 1038
Rata-Rata 80

Ket :- Tuntas 50 Ambarawa, 29 Mei 2010


- Belum Tuntas < 50 Guru Kelas III
- KKM SKI = 50

Juemi, A. Ma.
NIP : -

Lampiran 14
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : JUEMI
NIM : 114 08 060
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN SKI MELALUI METOPDE TEAM QUIZ
PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Pembimbing : Fatchurrohman, M. Pd.
No. Hari/Tanggal Isi Konsultasi Paraf

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11

Salatiga, 31 Juli 2010


Pembimbing

Fatcurrohman, M.Pd.
NIP. 1970309 200003 1 001

Anda mungkin juga menyukai