Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “Kelainan Sistem Imun Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP) ”

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Maka dari itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan Makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ..................................................................................................................................... 3
2.2 Jenis ITP ......................................................................................................................................... 3
2.3 Etiologi .......................................................................................................................................... 4
2.4 Patologi dan Patofisiologi ITP........................................................................................................ 4
2.5 Tanda dan gejala ........................................................................................................................... 7
2.6 Pencegahan .................................................................................................................................. 7
2.7 Pemeriksaan penunjang................................................................................................................ 7
2.8 Komplikasi ..................................................................................................................................... 8
2.9 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................................ 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN IDIOPATHIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP) .......................... 9
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 21
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 21
SARAN ............................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ITP atau Imun (Idiopatik) Trombositopeni Purpura (Immune Thrombocytopenic
Purpura = Primary Essential Thrombocytopenic Purpura = Purpura
Hemmorrhagica = Werlhof’s Diseases) adalah penyakit purpura disertai dengan
penurunan jumlah trombosit. Idiopatik trombositopenia Purpura (ITP) merupakan suatu
kelainan yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh
karena adanya penghancuran trombosit sevara dini dalam sistem retikuloendotel akibat
adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G.

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari


pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar antara
150.000-450.000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di
dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk
mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000-450000 sel
trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan
abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai
kurang dari 10.000/mL. (Sudoyo, dkk ,2006).

Dalam tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya kecuali keping darah
berada dalam jumlah yang normal. Keping darah (Platelets) adalah sel-sel sangat kecil
yang menutupi area tubuh paska luka atau akibat teriris/terpotong dan kemudian
membentuk bekuan darah. Seseorang dengan keping darah yang terlalu sedikit dalam
tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan
dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma luka. Kadang bintik-bintik kecil
merah (disebut Petechiae) muncul pula pada permukaan kulitnya. Jika jumlah keping
darah atau trombosit ini sangat rendah, penderita ITP bisa juga mengalami mimisan yang
sukar berhenti, atau mengalami perdarahan dalam organ ususnya. (Family Doctor, 2006)

Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80.000/ mm3) penyebab tersering dari
perdarahan abnormal karena produksi platelet yang menurun, atau pun peninggian

1
sekuestrasi atau destruksi yang bertambah. Penyebab penurunan produksi platelet
antaranya anemia aplastik, leukemia, keadaan gagal sumsum tulang lain, dan setelah
terapi khemoterapi sitotoksik. Penyebab peninggian destruksi platelet antaranya
trombositopenik purpura idiopatik (autoimun), trombositopenia sekunder atau yang
diinduksi obat-obatan, purpura trombositopenia trombotik, sindroma uremik hemolitik,
koagulasi intravaskuler diseminata.

Penurunan produksi trombosit (platelets), dibuktikan dengan aspirasi dan biopsi


sumsum tulang, dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu atau menghambat fungsi
sumsum tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik, mielofibrosis(penggantian unsur-
unsur sumsum tulang dengan jaringan fibrosa), leukemia akut, dan karsinoma metastatik
lain yang mengganti unsur-unsur sumsum normal. Agen-agen kemoterapeutik terutama
bersifat toksik terhadap sum-sum tulang, menekan produksi trombosit. Keadaan
trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh
penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan. Segala kondisi yang menyebabkan
spenomegal(lien membesar) dapat disertai trobositopenia. (Sylvia & Wilson, 2006)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep medis ITP?
2. Bagaimana konsep perawatan ITP?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mahasiswa mampu mengetahui konsep medis ITP.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui konsep keperawatan ITP

1.4 Manfaat Penulisan


Harapan penulis setelah disusun nya makalah ini adalah mahasiswa lebih memahami
tentang asuhan keperawatan anak dengan ITP, serta memberikan gambaran tentang
aplikasi konsep dan teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan ITP,
serta memberikan gambaran peran-peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti
tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup
memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang
banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).

ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) juga bisa dikatakan merupakan suatu


kelainan pada sel pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga
menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik
merah hingga ruam kebiruan. (Imran, 2008).

Immune Trombocytopenia Purpura (ITP) adalah kelainan yang di mediasi oleh


gangguan autoimun yang menetap, ditandai dengan angka trombosit dalam darah perifer
kurang dari 100x109/L. (Provan D, Stasi R, Newland AC, et al. International consensus
report on the investigation and management of primary immune thrombocytopenia.
Blood 2010;115:168 – 86 (Yuan, 20016). Trombositopenia imun primer (ITP) adalah
gangguan kekebalan tubuh yang didapat yang ditandai dengan trombositopenia yang
terisolasi (jumlah trombosit darah perifer <100 x 109 / L). Karena patogen anti-platelet
autoantibodi, di mediasi kerusakan trombosit sel- T dan gangguan fungsi megakaryocyte.
(J. Clin. Med, 2017).

2.2 Jenis ITP


Secara klinis, ITP ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

1) ITP akut : ITP akut (kurang dari 6 bulan) ini lebih sering terjadi pada anak (usia
2-6 tahun), seringkali terjadi setelah infeksi virus akut (rubeolla, rubella,
varicella, zoozter, epstenbar, virus) dan penyakit saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus.
2) ITP kronik : ITP kronik ini terutama dijumpai pada wanita umur 15-50 tahun.
Episode pendarahan dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggi,
mungkin internitten bahkan terus-menerus.

3
2.3 Etiologi
1) Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati
(Imron, 2008). Penyakit ini di duga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh
menghasilkan antibody yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal,
antibody adalah respon tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk
kedalam tubuh. Tetapi penderita ITP, antibody nya bahkan menyerang sel-sel keping
darah tubuhnya sendiri. (Family Doktor, 2006).
2) ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (Radiasi panas), kekurangan
factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagukasi intravascular diseminata (KID),
Autoumun. Berdasarkan Etilogi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu Primer (Idiopatik) dan
sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadianya kurang
atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada orang dewasa). (ana information
center, 2008).
3) ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minum
keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan trombositopenia. Biasanya
tanda-tanda penyakit dan faktor- faktor yang berkaitan dengan penyakit ini adalah
seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama,
pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang
terkini, penyakuit virus yang terkini dan calar atau lebam.

2.4 Patologi dan Patofisiologi ITP


Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein yang
terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang
diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan
organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa normal atau
meningkat pada ITP. Sedangkan kadar tromboprotein dalam plasma, yang merupakan
progenitor profelasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti,
terutama pada ITP kronis.

Mediator lain nya yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap produksi
trombosit. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit menigkat
karena antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau

4
virus pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan anti gen dari trombosit. Sedangkan
pada ITP kronis mungkin pernah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti
pada penyakit auto imun lainya yang berakibat terbentuknya antibody spesifik terhadap
antibody.

Trombositopenia pada kehamilan menyebabkan ibu dan janin berada dalam risiko
yang lebih besar untuk mengalami perdarahan, terutama apabila kadar trombosit kurang
dari 20.000/ antibody IgG antitrombosit yang beredar di dalam sirkulasi darah memiliki
kemampuan untuk melewati sawar darah plasenta dan menyebabkan trombositopenia
pada fetus, yang kemudian akan bermanifestasi seperti purpura, ekimosis, melena,
maupun terjadi perdarahan intrakranial pada masa neonates.

Komplikasi pada maternal komplikasi ibu yang paling sering terjadi adalah
perdarahan, baik perdarahan anterpartum, [erdarahan itra partum, maupun perdarahan
post partum. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, metode persalinan tidak
memiliki korelasi langsung dengan risiko perdarahan asal dilakukan dengan penanganan
tepat. Hitung trombosit lebih dari 50.000 masih aman untuk persalinan.

Komplikasi pada neonatus Risiko trombositopenia pada bayi yang lahir dari ibu yang
,emderita trombositopenia tergantung pada penyakit yang mendasari. Risiko
trpmbositopenia pada bayi baru ;ahir dari ibu ITP sekitar 10% dimana 1/3 nya
mengalami komplikasi perdarahan. Terdapat gambaran bruishing dan ptekie yang luas
pada seluruh tubuh bayi yang baru lahir dari ibu dengan trombositopenia berat. Hitung
trombosit mungkin akan turun setelah persalinan, dan biasanya akan membaik dalam 2
minggu. Dapat terjadi perdarahan spontan post natal. Perdarahan intrakranial neonatus
jarang terjadi (sekitar 1%), dan tidak bergantung dari metode persalinan. Walaupun
insidennya jarang terjadi, tetapi bila trombositopenia pada bayi yang berat dapat
menyebabkan risiko cefalhematome dan atau perdarahan intrakranial atau visceral yang
hebat.

5
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan
kebutuhan pengobatan.

6
2.5 Tanda dan gejala
1) Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol
dan menyerupai Rash. Bintik tersebut, dikenal dengan petechiae, disebabkan
karena adanya pendarahan dibawah kulit.
2) Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah
mulut) disebabkan pendarahan dibawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi
tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang
lebih sering dapat membentuk massa tiga dimensi yang disebut hematoma.
3) Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada urin dan
fases. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda
ITP. termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada
otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukan tingkat
keparahan penyakit.
4) Jumlah platet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit
berkonsentrasi.

2.6 Pencegahan
1) Idiopatik Trombosit Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya.
2) Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi
platelet dan meningkatkan resiko pendarahan.
3) Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan. Lakukan terapi
yang benar dan infeksi yang mungkin dapat berkembang.
4) Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting
bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

2.7 Pemeriksaan penunjang


1) Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menujukan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit<20.000/mm).
2) Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
3) Leukosit biasanya normal : bila terjadi pendarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama : limfositisis relative dan leucopenia ringan.

7
4) Sumsum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
5) Masa pendarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan
abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+)

2.8 Komplikasi
1) Pendarahan kranial (pada kepala). Ini penyebab utama kematian penderita ITP.
2) Kehilangan darah yang luar biasa.
3) Efek samping dari kortikosteroid.
4) Infeksi pneumococcal. Infeksi ini biasanya dapat setelah pasien mendapat terapi
splenektomi. Si penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar 38.8 derajat

2.9 Penatalaksanaan Medis


Untuk praktisnya sebagian besar diagnosa ITP ditegakkan dengan cara ekslusi
(menyingkirkan faktor-faktor sekunder yang dapat menyebabkan trombositopeni).
Seperti SLE, obat-obatan, trombositopenia post transfuse, leukimia dan mungkin
sebagian besar kasus ITP pada anak, awalnya akan di diagnosa dengan DHF dengan
manifestasi perdarahan 9 grade (III-IV), tapi seperti yang disebutkan diatas , pada ITP
tidak didapatkan demam, pembesaran limpa dan tidak ada peningkatan hematokrit.
Sebagian besar anak penderita ITP dapat pulih tanpa penanganan medis, hanya
dianjurkan untuk melakukan observasi ketat dan sangat hati-hati terhadap penderita serta
penangan terhadap gejala-gejala pendarahan

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN IDIOPATHIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA
(ITP)

A. Pengkajian
a) Keluhan utama
Memar, bintik-bintik pada kulit, keluarnya darah pada hidung dan pendarahan
pada gusi gigi.
b) Riwayat penyakit sekarang ditandai dengan
Klien mengalami ITP yang ditandai dengan memar, bintik-bintik pada kulit,
keluarnya darah pada hidung dan perdarahan pada gusi gigi.
c) Riwayat penyakit terdahulu
HIV AIDS yang mungkin diturunkan dari orang tua klien.
d) Riwayat penyakit keluarga
Pihak keluarga mengalami HIV AIDS, kelainan hematologi.
e) Riwayat lingkungan
Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini biasa
diebabkan oleh virus atau bakteri seperti rubella, rubiola dan paksinasi dengan
virus aktif.
f) Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
g) Tanda-tanda pendarahan :
 Petekie terjadi spontan
 Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor
 Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
 Menoragie
 Hematuria
 Perdarahan gastrointestinal
h) Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
i) Aktivitas / istirahat.
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum dan toleransi terhadap latihan
rendah.

9
Tanda : takikardi/takipnea, dispnea pada beraktivitas/ istirahat serta kelemahan
otot dan penurunan kekuatan.
j) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat, Palpasi (takikardia kompensasi) .
Tanda : TD (peningkatan siastolik dan diastolik stabil)
k) Integritas ego
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan seperti
penolakan transfuse darah
Tanda : depresi
l) Eliminasi
Gejala : hematemesis,feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen
m) Makanan / cairan
Gejala : penurunan masukan diet, mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
n) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, pusing, kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : epistaksis, mental tak mampu berespons (lambat dan dangkal)
o) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala
Tanda : takipnea, dispnea
p) Pernafasan
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : takipnea, dispnea.
q) Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, tranfise darah sebelumnya
Tanda : petekie, ekimosis.

B. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunilogis ditandai
dengan immobilisasi, kelemahan, hipertemia, perubahan turgor kulit.

10
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel ditandai dengan
sianosis, oedema, pucat.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan pada klien dan keluarga
klien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan profil darah yang abnormal
(trombosipoeni).
6. Nyeri akut berhubungan dengan pendarahan ditandai dengan pendarahan gusi.

C. Rencana keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 2 x 1. Periksa kulit dan selaput
integritas kulit 24 jam diharpkan kerusakan lender terkait dengan
berhubungan bisa berkurang dengan adanya kemerahan,
dengan faktor NOC : kehangatan ekstrim,
Integritas jaringan : kulit dan
imunilogis ditandai edema atau drainase.
membrane mukosa.
dengan Definisi : keutuhan struktur dan 2. Amati warna,
fungsi fisiologis kulit dan
immobilisasi, kehangatan, bengkak,
selaput lender secara normal.
kelemahan, Kriteria Hasil : pulsasi, tekstur, edema.
hipertemia, INDIKATOR IR ER 3. Monitor warna dan suhu
perubahan turgor 1. Suhu kulit kulit
kulit. 2. Sensasi 4. Monitor kulit dan
3. Elastisitas selaput lender terhadap
4. Tekstur area perubahan warna,
5. Integritas memar, dan pecah.
kulit 5. Monitor kulit untuk
6. Lesi pada adanya ruam dan lecet.
kulit 6. Monitor kulit untuk
7. Lesi mukosa adanya kekeringan yang
membran berlebihan dan

11
8. Pengelupasa kelembaban.
n kulit 7. Ajarkan anggota
9. Eritema keluarga/ pemberi
asuhan mengenai tanda-
NOC : tanda kerusakan kulit.
Respon imun hipersensitif
Definisi :
Keparahan respon imun yang
tidak tepat.
INDIKATOR IR ER
1. Perubahan
kulit
2. Perubahan
mukosa
3. Respon
inflamasi
yang
terlokalisir
4. Kejadian-
kejadian
autoimun
2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1 x Pengurangan kecemasan
berhubungan 24 jam diharapkan keluarga 1. Gunakan pendekatan
dengan kurang mengerti akan penyakit klien yang tenang dan
pengetahuan pada dengan meyakinkan
klien dan keluarga Tujuan : 2. Nyatakan dengan jelas
klien. Pemahaman dan penerimaan harapan terhadap
terhadap program pengobatan perilaku klien
yang diresepkan. 3. Berada di sisi klien
NOC : untuk meningkatkan
Pengetahuan menejemen rasa aman dan
penyakit akut. mengurangi ketakutan
Definisi : Tingkat pemahaman 4. Dorong keluarga untuk

12
yang disampaikan tentang mendampingi klien
penyakit yang reversible, dengan cara yang tepat.
pengobatan, dan pencegahan 5. Berikan objek yang
komplikasi. menunjukan perasaan
Kriteria hasil : nyaman
INDIKATOR IR ER 6. Dengarkan klien
1. Factor factor 7. Bantu klien dan
penyebab dan keluarga
factor yang mengidentifikasi situasi
berkontribusi yang memicu
2. Perjalanan kecemasan.
penyakit 8. Pertahankan sikap yang
biasanya tenang dan hati-hati
3. Manfaat 9. Pertahankan kontak
manajemen mata
penyakit 10. Kurangi stimuli yang
4. Tanda dan gejala menciptakan perasan
penyakit takut maupun cemas
5. Tanda dan gejala 11. Peluk dan beri
Komplikasi kenyamanan pada bayi

6. Strategi atau anak

mencegah 12. Bicara dengan lembut

komplikasi atau bernyanyi pada

7. Strtegi untuk bayi atau anak

mencegah orang 13. Jelaskan bahwa darah

lain terkena yang diambil untuk

penyakit. pemeriksaan

8. Strategi untuk laboratorium tidak akan

mengelola memperburuk ITP.

kenyamanan
9. Efek terapi obat
10. Tanggung jawab
pribadi dalam

13
regimen
pengobatan.
11. Penggunaan obat
yang benar
12. Sumber
informasi
terpercaya
terkait penyakit
13. Tahu kapan
untuk
mendapatkan
bantuan dari
seseorang
professional
kesehatan.
3. Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan 2 x Perawatan sirkulasi :
jaringan 24 jam diharapkan kembali Insufisiensi arteri
berhubungan kebentuk normal dengan 1. Lakukan
dengan penurunan Tujuan : pemeriksaan fisik
komponen seluler  Tekanan darah normal system
yang diperlukan  Pengisian kapiler baik kardiovaskuler atau
untuk pengiriman NOC : penilaian yang
oksigen dan nutrisi Perfusi jaringan komprehensif pada
ke sel ditandai Definisi : Kecukupan aliran sirkulasi perifer
dengan sianosis, darah melalui organ tubuh (misalnya
oedema, pucat. untuk berfungsi pada tingkat memeriksa denyut
sel. nadi perifer, edema,
Kriteria hasil : waktu pengisian
INDIKATOR IR ER kapiler, warna, dan
1. Aliran suhu)
darah 2. Evaluasi edema
melalui 3. Inspeksi kulit untuk
pembuluh adanya luka pada

14
perifer arteri atau kerusakan
2. Aliran jaringan
darah 4. Berikan kehangatan
melalui (misalnya tambahan
pembuluh pakaian tidur,
darah meningkatkan suhu
cerebral kamar) dengan tepat
3. Aliran
darah
melalui
pembuluh
darah pada
tingkat sel

15
4. .Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 2 x 1. Kaji status fisiologis
aktivitas 24 jam diharpkan kembali pasien yang
berhubungan kebentuk normal dengan menyebabkan
dengan Tujuan : kelelahan sesuai
kelemahan. NOC : dengan konteks usia
Kemampuan berpindah dan perkembangan
Definisi : 2. Anjurkan pasien
Kemampuan untuk mengganti mengungkapakan
posisi tubuh secara mandiri perasaan secara
dengan atua tanpa perangkat verbal mengenai
bantu. keterbatasan yang
dialami
Kriteria hasil : 3. Tentukan jenis dan
INDIKATOR IR ER banyaknya aktivitas
1. Berpindah yang dibutuhkan
dari satu untuk menjaga
permukaan ketahanan
ke 4. Monitor
permukaan intake/asupan nutrisi
yang lain untuk mengetahui
sambil sumber energi yang
berbaring adekuat
2. Berpindah 5. Konsulkan dengan
dari tempat ahli gizi mengenai
tidur ke cara meningkatkan
kursi asupan energy dari
3. Berpindah makanan
dari kursi ke 6. Buat batasan untuk
tempat tidur. aktivitas hiperaktif
klien saat
mengganggu yang
lain atau dirinya
sendiri.

16
7. Tingkatkan tirah
baring/pembatasan
kegiatan (misalnya,
meningkatkan jumlah
waktu istirahat
pasien) dengan
cakupannya yaitu
pada waktu istirahat
yang dipilih.
8. Berikan kegiatan
pengalihan yang
menenangkan untuk
meningkatkan
relaksasi.

17
5. Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan 2 x 1. Identifikasi kekurangan
baik kognitif atau fisik
berhubungan 24 jam diharapkan kembali ke
dari pasien yang
dengan bentuk normal dengan mungkin meningkatkan
potensi jatuh pada
penurunan Tujuan
lingkungan tertentu.
profil darah  Untuk mengerti, mencegah, 2. Identifikasi karakteristik
dari lingkungan yang
yang abnormal mengeliminasi, atau mungkin meningkatkan
(trombosipoeni) mengurangi ancaman potensi jatuh (misalnya
lantai licin dan tangga
kesehatan yang telah terbuka).
dimodifikasi. 3. Bantu ambulasi individu
yang memiliki
NOC : ketidakseimbangan.
Perilaku pencegahan jatuh 4. Ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh,
Definisi : tindakan pribadi atau untuk meminimalkan
pengasuh dari keluarga untuk cedera.
5. Berikan tanda untuk
meminimalkan factor resiko meningkatkan pasien
yang mungkin memicu kejadian agar meminta bantuan
saat keluar dari tempat
jatuh di lingkungan sendiri tidur dengan tepat.
6. Monitor kemampuan
untuk berpindah dari
Kriteria Hasil : tempat tidur ke kursi dan
INDIKATOR IR ER sebaliknya.
7. Gunakan teknik yang
1. Menempatkan tepat untuk
penghalang memindahkan pasien
untuk mencegah dari danke kursi roda,
jatuh tempat tidur, toilet dan
2. Menggunakan lainnya.
pegangan 8. Anjurkan anggota
keluarga mengenai
tangan seperti factor resiko yang
yang diperlukan berkontribusi terhadap
adanya kejadian jatuh
3. Menggunakan dan bagaimana keluarga
alat bantu bisa menurunkan resiko
dengan benar ini.
9. Bantu keluarga
4. Menyediakan mengidentifikasi bahaya
bantuan untuk di rumah dan
bergerak memodifikasi (bahaya
tersebut)

5. 5. Menggunakan

18
prosedur
pemindahan yang
aman.
6. 6. Menyesuaikan
ketinggian toilet
sesuai yang
diperlukan
7. 7. Menyesuaikan
ketinggian tempat
tidur sesuai yang
diperlukan.
6. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 2 x Manajemen nyeri
berhubungan 24 jam diharapkan kembali 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan kebentuk normal dengan secara komprehensif
pendarahan Tujuan : termasuk lokasi,
ditandai dengan  Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
pendarahan  Kontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
pada gusi.  Tingkat kenyamanan faktor prespitasi.
NOC : 2. Observasi reaksi
Fungsi sensori nonverbal dari
Definisi : kemampuan untuk ketidaknyamanan
merasakan stimulasi raba, 3. Kendalikan faktor
suara, propriosepsi, rasa, bau, lingkungan yang dapat
dan gambar fisual. mempengaruhi terhadap
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan (seperti
INDIKATOR IR ER suhu ruangan,

1. Persepsi pencahayaan dan

stimulasi kulit kebisingan).

2. Perbedaan bau 4. Kurang atau eliminasi

3. Perbedaan rasa factor-faktor yang dapat


mencetuskan atau
meningkatkan nyeri.
5. Gali pengetahuan dan

19
kepercayaan pasien
mengenai nyeri.
6. Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
7. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
8. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
9. Tingkatkan istirahat

20
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami atau pada resiko tinggi untuk
mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan oleh produksi
trombosit yang menurun, distribusi trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit.
SARAN
Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien yang menderita ITP.
Perawat harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga kesehatan yang
bekerja di laboratorium yaitu untuk memerikasa jumlah trombosit pasien.
Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna menurunkan tingkat
kecemasan pasien.

21

Anda mungkin juga menyukai