Anda di halaman 1dari 20

Studi Perilaku Kuat Tekan, Kuat Lentur, dan Susut dari Beton Struktural

Menggunakan Agregat Daur Ulang K300-K350

Derrie Nabilaputra1, Elly Tjahjono2, Essy Arijoeni3

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia

*E-mail: derrienabilaputra@live..com

Abstrak

Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan material dari
alam sehingga menyebabkan semakin sedikitnya kapasitas yang disediakan oleh alam. Dalam
penelitian ini, limbah beton yang digunakan adalah beton dengan mutu K300-K350 yang
dihancurkan menjadi agregat daur ulang. Penelitian dilakukan pada kuat tekan, kuat lentur,
dan susut pada beton dengan komposisi agregat daur ulang sebesar 0%, 20%, 40%, dan 60%.
Hasil dari pengujian didapatkan komposisi 20 % meningkat sebesar 22,67% dan 2,1807%
untuk kuat tekan dan kuat lentur pada umur 28 hari. Untuk pengujian susut, beton dengan
kandungan agregat kasar daur ulang 60% memiliki nilai susut tertinggi apabila dibandingkan
dengan komposisi campuran agregat lainnya.

Kata kunci: beton; agregat daur ulang; kuat tekan beton; kuat lentur beton; susut beton

Study of Using Recycled Coarse Aggregate from Hardened Concrete K300-K350 to


Compressive Strength, Flexural Strength, and Shrinkage in Concrete

Abstract

Nearly all the material used for the manufacture of concrete use of natural materials causing
the least capacity provided by nature. In this study, the waste concrete is concrete that is used
with the K300-K350 quality crushed into aggregate recycling. The study was conducted on
compressive strength, flexural strength, and shrinkage of the concrete with recycled aggregate
composition of 0%, 20%, 40%, and 60%. The results obtained from testing the composition of
20% increased by 22.67% and 2.1807% for compressive strength and flexural strength at 28
days. For shrinkage testing, concrete with recycled coarse aggregate content of 60% has the
highest shrinkage rate when compared with the composition of the mixture of other aggregate.

Keyword: concrete; recycled aggregate; compressive strength; flexural stregth; shrinkage

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Pendahuluan

Dalam dunia konstruksi, beton masih menjadi pilihan utama karena nilai ekonomisnya yang
baik, serta berbagai keuntungan lainnya seperti bahan-bahan pembentuknya yang mudah
diperoleh, mudah dibentuk, tidak memerlukan perawatan khusus, dan lebih tahan terhadap
lingkungan bila dibandingkan dengan material baja serta kayu. Sebagai salah satu material
utama dalam dunia konstruksi, beton selalu dikembangkan demi mencapai peningkatan.
Peningkatan yang diinginkan adalah untuk mendapatkan sifat mekanis yang optimal namun
dengan harga seminimal mungkin.

Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan material dari
alam sehingga dengan penggunaan beton yang banyak maka terjadi penambangan besar-
besaran terhadap batuan alam sebagai bahan pembentuk beton. Hal ini menyebabkan semakin
sedikitnya kapasitas yang disediakan oleh alam. Tidak heran apabila sekarang semakin
banyak berdiri perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan benda daur ulang yang dapat
dimanfaatkan kembali, khususnya bahan baku dari alam yang persediaannya lama kelamaan
semakin menipis.

Ratusan tahun eksploitasi terhadap pemanfaatan hasil alam untuk kebutuhan konstruksi
terutama pada pembuatan campuran mortar beton yang membutuhkan semen, pasir dan
kerikil. Karena peningkatan kebutuhan akan beton dan dibarengi perkembangan teknologi
maka saat ini beton mutu tinggi dapat dihasilkan salah satunya dengan penggunaan material
abu terbang (fly ash) dengan harga produksi yang lebih murah.

Hasil studi eksperimental membuktikan, agregat daur ulang mengandung mortar sebesar 25%
hingga 45% untuk agregat kasar, dan 70% hingga 100% untuk agregat halus. Kandungan
mortar tersebut mengakibatkan berat jenis agregat menjadi lebih kecil (berpori) sehingga
kekerasannya berkurang. Selain itu, pada agregat daur ulang juga terdapat retak mikro, di
mana retak tersebut dapat ditimbulkan oleh tumbukan mesin pemecah batu (stone crusher)
pada saat proses produksi agregat daur ulang. Retak tersebut tertahan oleh kekangan mortar
yang menyelimuti agregat alam.

Berdasarkan beberapa penemuan ini maka mendorong timbulnya penelitian mengenai


pemanfaatan berbagai limbah padat industri dan limbah padat lainnya sebagai pengganti

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


(substitute) material beton. Salah satu pemanfaatan limbah padat ini yaitu memanfaatkan sisa
bangunan yang di bongkar, sisa bangunan yang terbakar, sisa bangunan yang terkena gempa,
dan sisa beton siap pakai (readymix) sebagai bahan pembentuk beton. Limbah beton ini
digunakan sebagai agregat pengganti agregat alam yang biasa digunakan dalam campuran
beton. Usaha untuk memanfaatkan limbah beton bukan saja akan mengurangi masalah
lingkungan akan tetapi dapat memberikan nilai ekonomis terhadap konstruksi, serta suatu
upaya pelestarian sumber daya alam.

Tinjauan Pustaka

Beton
Beton adalah material bangunan yang paling banyak digunakan di bumi ini. Beton itu sendiri
adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain
yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip batuan.

Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara sederhana,
Definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material
lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan
dalam pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat
mampu mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat.

Agregat adalah material granular (suatu bahan keras/kaku) yang dipakai bersama-sama
dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau mortar.
Agregat dapat berasal dari bahan organik dan an-organik. Agregat dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu agregat kasar (kerikil) yang memiliki ukuran sebesar 25,4 mm – 4,76 mm, dan
agregat halus (pasir) yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,76 mm.

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan,
menurunkan kualitas beton dan merusak sifat-sifat beton yang dihasilkan. Karena pasta semen
merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air
terhadap total berat campuran yang penting melainkan perbandingan air dengan semen atau
yang biasa disebut Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang berlebih akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya yang akan
mempengaruhi kekuatan dari beton itu sendiri

Reaksi yang terjadi di dalam semen portland adalah reaksi kimia antara senyawa potensial
dengan air, senyawa-senyawa kalsium silikat, kalsium aluminat dan kalsium ferit hidrat yang
terjadi berupa struktur larutan padat yang spesifik dan akan mengeras. Reaksi selanjutnya
adalah interaksi antar senyawa hidrat tersebut, masing-masing saling mengikat membentuk
strukrur baru yang kokoh, kaku dan kuat yang biasa disebut pasta, mortar atau beton.

Bahan aditif adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam campuran beton pada saat atau
selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat
dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Admixture atau bahan tambah didefinisikan dalam Standard Definitions of Terminology


Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125) dan dalam Cement
Terminology (ACI SP-19) sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang
dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan
berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton
misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti
penghematan energi.

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu
bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat
mineral (additive). Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
pelaksanaan pengecoran (placing) sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral
ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan.

Sifat Mekanis Beton


Beton merupakan suatu struktur yang mempunyai beberapa sifat mekanis. Sifat mekanis
adalah sifat yang berhubungan dengan perilaku bahan akibat gaya yang diberikan terhadap
bahan tersebut

Kuat tekan beton didefinsikan sebagai beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bial dibebani dengan gaya tekan tertentu, yng dihasilkan oleh mesin tekan.

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Dengan benda uji yang digunakan adalah benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan
dimatangkan (curing) di laboratorium maupun lapangan, tetapi benda uji juga dapat berupa
kubus, yang nantinya hasil dapat dikonversi sesuai bentuk sampel yang digunakan, berikut
adalah table konversi apabila menggunakan bentuk kubus ke bentuk silinder.

Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk
menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji yang diberikan padanya, sampai
benda uji patah. Dari sini dapat kita perluas bahwa kuat lentur adalah kemampuan beton
untuk menahan gaya arah tegak lurus penampang, sampai terjadi patah atau retak dibagian
tariknya. Dalam dunia konstruksi nilai kuat lentur ini lebih dominan daripada kuat tekan beton
dalam perencanaan beton untuk struktur perkerasan rigid dan landasan pesawat terbang. Nilai
kuat lentur beton tidaklah begitu berpengaruh pada beton bertulang, hal ini karena gaya lentur
yang terjadi ditanggung langsung oleh tulangan baja. Namun nilai kuat lentur ini tetaplah
harus dipelajari, untuk mengetahui batasan-batasan dan jenis keretakan yang terjadi pada
struktur beton.

Metode Penelitian

Metode yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana
percobaan tersebut akan dilaksanakan didalam Laboratorium Struktur dan Material Teknik
Sipil Universitas Indonesia untuk mendapatkan data, yang kemudian akan digunakan pada
proses analisis.
Pada penelitian ini dilakukan tahapan-tahapan untuk metode penelitian agar dapat dijalankan
secara teratur dan menjadi acuan kerja. Tahap pertama yang dilakukan adalah tahapan
persiapan, yang meliputi studi literatur, pengadaan material, pengujian material dan
pengadaan alat. Setelah itu dilakukan perancangan mix design berdasarkan data spesifikasi
material. Setelah itu dilakukan persiapan benda uji yang berjumlah 5 buah untuk setiap
pengujian. Lalu dilakukan pengumpulan data dari benda uji, setelah itu dilakukan analisis data
yang diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

Persiapan
Persiapan Benda Uji Analisa Data

Perancangan Pengumpulan Kesimpulan


Mix Design Data dan Saran

Gambar 1. Flow Chart Sistematika Penelitian

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Persiapan Benda Uji
Pada pengujian kuat tekan digunakan 5 buah sampel untuk tiap variabel kadar agregat daur
ulang, yaitu 0%, 20%, 40%, 60% yang akan diuji pada lima variabel umur yaitu 7 hari, 14
hari, 21 hari, 28 hari, dan 56 hari. Total sampel benda uji tekan yang dibutuhkan adalah
sebanyak 100 buah sampel.

Pengujian kuat lentur sama seperti pengujian kuat tekan menggunakan variabel agregat kasar
daur ulang 0%, 20%, 40%, 60% yang masing-masing menggunakan 5 buah sampel, namun
dengan perbedaan variabel umur, yaitu 28 hari dan 56 hari. Total sampel benda uji kuat lentur
adalah sebanyak 40 buah sampel.

Tes susut juga menggunakan empat variabel kadar agregat kasar daur ulang yang sama, yaitu
0%, 20%, 40%, dan 60% dengan masing-masing kadar agregat kasar daur ulang diamati
setiap hari, dimana pada tiap-tiap kadar agregat kasar daur ulang pada tiap-tiap variabel
menggunakan 3 sampel. Total sampel uji susut sebanyak 12 buah.

Pembuatan dan Perawatan Benda Uji


Setelah didapat data serta spesifikasi, hal yang dilakukan adalah menghitung material yang
akan digunakan dalam campuran beton. Setelah menghitung proprsi dari material yang akan
dipakai untuk membuat benda uji serta benda uji kontrol yang berupa beton normal, hal
berikutnya yang dilakukan adalah pembuatan benda uji itu sendiri. Sampel yang akan dibuat
adalah silinder berukuran diameter 15 cm dengan ketinggian 20 cm untuk uji tekan, balok
berukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm untuk uji kuat lentur, serta balok berukuran 7,5 cm x 7,5
cm x 20 cm untuk pengujian susut. Setelah benda uji dibuat, benda uji kemudian dirawat
dengan cara direndam didalam air selama waktu yang telah ditentukan. Proses curing atau
perawatan ini bertujuan untuk meredam panas yang terjadi akibat proses hidrasi yang terjadi
pada semen. Karena bila panasnya tidak diredam, air didalam beton akan mengalir keluar
akibatnya beton akan kekurangan air, sehingga dapat muncul retak-retak pada permukaan
beton.

Pengujian Benda Uji di Laboratorium


Pengujian material beton dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil uji beton daur ulang
dengan benda uji kontrol. Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa dalam

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


menghitung campuran beton dibutuhkan data spesifikasi dari material yang akan digunakan.
Selain itu juga dibutuhkan pengujian untuk mengetahui mutu dari material agar beton yang
dibuat mempunyai mutu yang baik, karena mutu beton yang baik akan didapat apabila bahan-
bahan penyusun yang digunakan adalah bahan-bahan penyusun yang baik. Pengujian ini
terdiri dari pengujian berat jenis (spesific gravity) dan penyerapan (absorption), pengujian
analisa saringan, pengujian berat isi, pengujian abrasi terhadap agregat kasar, serta pengujian
kadar lumpur dan kadar organik pada agregat halus (prosedur merujuk pada standar ASTM).

Tes kuat tekan dilakukan dengan benda uji silider diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Uji kuat
tekan menggunakan standar dari ASTM C39 /C39M - 05. Pengujian tekan silinder dilakukan
karena kekuatannya berhubungan dengan kekuatan structural dari sebuah beton. Tes kuat
lentur beton dengan benda uji balok berukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm. Untuk pengujian ini
menggunakan standar dari ASTM C 78 - 08. Jenis pembebanan Third-Poin Loading dipakai
karena bisa didapatkan lentur murni dari balok beton yang nantinya dites. Tes susut beton
dengan menggunakan benda uji berukuran 7,5 cm x 7,5 cm x 25 cm. Dilakukan dengan
standar ASTM C 490 – 04.

Hasil Penelitian

Hasil Pengujian Material


Pengujian material yang dilakukan terhadap agregat halus, agregat kasar, serta agregat kasar
daur ulang adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengujian Agregat Halus

Jenis Pengujian Hasil Penelitian Standar ASTM


Berat Isi 1530 kg/m3 1300-1900 kg/m3
Absorpsi 3,73% 2,3%
Kadar Lumpur 5% 0,2 – 6%
Kotoran Organik No. 2 Maks. No. 3
FM 2,61 2,3 - 3,1

Tabel 2. Hasil Pengujian Agregat Kasar

Jenis Pengujian Hasil Penelitian Standar ASTM


Berat Isi 1560 kg/m3 1400-2200 kg/m3

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Absorpsi 3,48% Maks. 4%
Abrasi Los Angeles 28,4% 15-50%

Tabel 3. Hasil Pengujian Agregat Kasar DU

Agregat Kasar Daur


Pengujian Agregat Kasar Alam
Ulang
Berat Jenis:
* Bulk Specific Gravity 2,45 2,06
* SSD 2,54 2,25
* Apparent Specific
2,68 2,54
Gravity
Absorpsi 3,48% 8,52%
Abrasi 28,40% 30,14%
Kadar Air 7,81% 14,20%

Agregat kasar daur ulang dihasilkan dari limbah beton uji yang dipecahkan menggunakan
mesin pemecah beton. Pecahan yang dihasilkan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu agregat daur
ulang dengan ukuran 30-20 mm, agregat daur ulang dengan ukuran 20-10 mm, agregat daur
ulang dengan ukuran 10-5 mm, serta fly ash yang berukuran <5 mm.

Gambar 2. Alat penghancur beton

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Gambar 3. Agregat DU 30-20 Gambar 4. Agregat DU 20-10
mm mm

Gambar 2. Agregat DU 10-5 Gambar 6. Agregat DU < 5


mm mm

Dari hasil pemecahan batuan, didapatkan agregat dengan 3 jenis yang berbeda. Yaitu agregat
dari batuan kasar alam sepenuhnya, agregat dari pasta yang telah mengeras, serta agregat
campuran dari agregat alami dan pasta.

Gambar 7. Pecahan Agregat Daur Ulang


(kiri-kanan: agregat kasar alam – pasta semen yang telah mengeras menjadi batu - agregat
kasar yang menempel dengan pasta)

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Agregat  Kasar  Alami  
120  

100  

80  

60  

40  

20  

0  
pan   saringan  8   saringan  4   saringan  3/8  saringan  1/2  saringan  3/4   saringan  1  

bawah   atas   alam  

Gambar 7 Gradasi Agregat Kasar Alami

Agregat  Kasar  Daur  Ulang    10  -­‐  20  


120  

100  

80  

60  

40  

20  

0  
pan   saringan  8   saringan  4   saringan  3/8  saringan  1/2  saringan  3/4   saringan  1  

bawah   atas   du  10-­‐20  


 

Gambar 8 Gradasi Agregat Kasar Daur Ulang

Untuk menentukan proporsi campuran, diperlukan rumus untuk perhitungan presentase


campuran. Perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
! 100 − !
!" = %!"#  !"##  !1!   + (%!"#  !"##  !2  !     )  
100 100
Keterangan:
• x : persentase agregat daur ulang yang digunakan
• Yx : persentase cum. pass. agregat yang akan dicapai
• % cum pass Y1 : persentase cum. pass. agregat pertama
• % cum pass Y2 : persentase cum. pass. agregat kedua

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Agregat  Campuran  
120  

100  

80  

60  

40  

20  

0  
pan   saringan  8   saringan  4   saringan  3/8  saringan  1/2  saringan  3/4   saringan  1  

bawah   atas   campuran  


 

Gambar 9 Gradasi Agregat Kasar dan DU setelah Dicampur

Gambar 4.9 menunjukan hasil pencampuran agregat kasar alam dengan agregat kasar daur
ulang. Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk melakukan pencampuran agregat,
didapatkan gradasi yang paling optimal mendekati standar batas atas dan batas bawah.

Analisa

Hasil dan Analisa Uji Tekan Beton


Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton berbentuk silinder atau
kubus yang dibuat serta dirawat di Laboratorium Struktur dan Material Teknik Sipil
Universitas Indonesia. Adapun pengujian kuat tekan pada penelitian ini dilakukan setelah
beton berumur 7 hari dan 28 hari. Sebelum dilakukan pengujian, beton tersebut harus
direndam didalam air agar tidak terjadi keretakan pada beton.

Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini ditekan menggunakan alat tekan hidrolik
sehingga akan diperoleh beban ultimate dari beton uji tersebut. Hal yang harus diperhatikan
adalah dalam pengujian, permukaan beton harus rata sehingga gaya yang diberikan dapat
terdistribusi sempurna ke seluruh permukaan beton. Oleh karena itu benda uji harus terlebih
dahulu di capping yang berarti permukaan benda uji dilapisi agar menjadi rata. Berikut ini
merupakan hasil yang diperoleh dari pengujian kuat tekan

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Tabel 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Komposisi  Agregat   Tegangan  Tekan  Pada  Umur  (kg/cm2)  


Daur  Ulang   7  HARI   14  HARI   21  HARI   28  HARI   56  HARI  
0   222,422 305,676 337,630 344,221 395,879
20%   238,428 373,340 402,425 417,174 483,349
40%   268,512 338,494 355,812 363,283 455,344
60%   280,239 330,062 343,511 357,675 421,992

PERBANDINGAN  KUAT  TEKAN  


0%   20%   40%   60%  

500.000  
TEGANGAN  TEKAN  K  (kg/cm2)  

400.000  
300.000  
200.000  
100.000  
0.000  
7   14   21   28   56  
UMUR  BETON  (HARI)  

Gambar 3. Perbandingan Kuat Tekan Beton (Grafik Batang)

PERBANDINGAN  KUAT  TEKAN  


500  
TEGANGAN  TEKAN  (K)  KG/CM2  

450  
400  
350  
300   0%  
250  
20%  
200  
150   40%  
100  
50   60%  
0  
0   10   20   30   40   50   60  
UMUR  BETON  (HARI)  

Gambar 4. Perbandingan Kuat Tekan Beton (Grafik Garis)


Dari grafik diatas dapat dilihat pada benda uji umur 7 hari, hasil pengujian kekuatan tekan
agregat alami menunjukan hasil yang baik yaitu 228,155 kg/cm2. Hasil ini memenuhi target
300 kg/cm2 apabila hasil tersebut dikonversi dengan faktor konversi 0,7 dari umur 7 hari ke

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


umur 28 hari. Namun pada umur 28 hari target uji tidak mencapai target 300 kg/cm2, dengan
hasil setelah di rata-rata menggunakan standar deviasi mencapai 340,08 kg/cm2.

Apabila melihat hasil daur ulang, menunjukkan mutu yang melebihi target serta beton normal
di waktu 7 hari serta 28 hari. Dimana pada hasil pengujian untuk beton daur ulang dengan
kadar 20% memiliki kekuatan sebesar 233,314 kg/cm2 pada umur 7 hari, dan 417,174 kg/cm2
pada umur 28 hari. Untuk beton daur ulang 40% memiliki kekuatan sebesar 268,512 kg/cm2
pada umur 7 hari dan 363,283 kg/cm2 pada umur 28 hari. Terakhir untuk beton daur ulang
60% memiliki kekuatan sebesar 280,239 kg/cm2 pada umur 7 hari dan 357,675 kg/cm2 pada
umur 28 hari.

Hal ini dapat disebabkan oleh pengikatan yang terjadi antara pasta adukan baru lebih cepat
bercampur dengan agregat daur ulang yang telah berisi pasta lama yang telah mengeras
dibandingkan dengan apabila bercampur dengan agregat alami yang baru. Hal yang lainnya
juga dapat disebabkan oleh mutu dari agregat daur ulang yang didapat dari hasil pengujian
dengan mutu yang sama, sama kuatnya dengan agregat alam bahkan dapat lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan agregat alami itu sendiri. Karena apabila melihat dari hasil pengujian
tekan, kekuatan dari beton yang dicampur dengan agregat daur ulang lebih tinggi daripada
beton alami.

Tabel 5. Peningkatan Kuat Tekan Beton terhadap Beton Normal

Komposisi   Perbandingan  Dengan  Beton  Normal  


Agregat  Daur  
Ulang   7  hari   14  hari   21  hari   28  hari   56  hari  
20%   7,196  %   22,139  %   19,191  %   21,194  %   22,095  %  
40%   20,722  %   10,736  %   5,385  %   5,537  %   15,02  %  
60%   25,994  %   7,977  %   1,742  %   3,908  %   6,596  %  

Pada pengujian kuat tekan beton, beton ditekan hingga beton hancur atau retak yang
ditunjukan menjadi beberapa jenis pola keretakan. Pola keretakan beton terjadi akibat
penyebaran tegangan pada benda uji. Jenis-jenis keretakan ini dapat juga disebabkan karena
pada saat pengujian benda uji diletakkan tidak tepat di tengah, pencampuran material yang
tidak merata sehingga ada sisi yang lemah, dan dapat juga terjadi karena capping yang tidak
rata sehingga satu sisi tertekan terlebih dahulu.

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Gambar 5. Contoh Sampel Beton Saat Tes Tekan
Analisa Pengujian Kuat Lentur
Pengujian kuat lentur dilakukan dengan metode third point loading.benda uji yang digunakan
berbentuk balok dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm dan diletakkan diatas dua perletakan
yang terdapat pada alat penguji. Pada pengujian ini terdapat dua beban yang terletak pada 1/3
panjang bentang (1/3 L) dan pembebanan dilakukan secara terus menerus tanpa adanya unsur
kejutan yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pembacaan kekuatan

Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini terdiri dari 4 jenis campuran dan pengujian
dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Data modulus of rupture yang diperoleh adalah
sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton

Komposisi  
Tegangan  Lentur  Rata-­‐rata  (kg/cm2)  
Agregat  
DU   28  Hari   56  Hari  
0%   37,333   46,815  
20%   32,000   43,111  
40%   37,778   41,481  
60%   34,667   48,889  

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


PERBANDINGAN  KUAT  LENTUR  
0%   20%   40%   60%  

60.000  
TEGANGAN  LENTUR  (kg/cm2)  
50.000  

40.000  

30.000  

20.000  

10.000  

0.000  
28  HARI   56  HARI  
UMUR  BETON  (HARI)  

Gambar 12. Perbandingan Kuat Lentur Beton (Grafik Batang)

PERBANDINGAN  KUAT  LENTUR  


60.000  
TEGANGAN  LENTUR  (kg/cm2)  

50.000  

40.000  

30.000  

20.000  

10.000  

0.000  
28  HARI   56  HARI  
UMUR  BETON  (HARI)  

0%   20%   40%   60%  

Gambar 13. Perbandingan Kuat Lentur Beton (Grafik Garis)

Benda uji yang dibuat dalam penelitian kuat lentur ini terdiri dari tiga jenis campuran daur
ulang serta satu benda uji berisi agregat alam tanpa campuran. Jika dilihat dari gambar diatas,
nilai kuat lentur rata-rata tertinggi adalah pada beton agregat daur ulang 20% dan 40%,
sedangkan yang terendah adalah pada campuran 60% agregat daur ulang. Ini menunjukkan

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang dengan presentase 20% dan 40% merupakan
yang optimal untuk pengujian kuat lentur beton.

Tabel 7. Perbandingan Hasil Uji Kuat Lentur dan Tekan


Modulus  
Modulus  of   Tegangan   of  Rupture  
Komposisi   Kesalahan  
Rupture   Tekan   ACI  dan  
Agregat   Relatif  
Penelitian   Penelitian   SNI  (MPa)  
DU   (%)  
(MPa)   (MPa)   =  0,62  
akar  fc'  
0%   3,499   33,768   3,603   2,885  
20%   3,575   40,925   3,966   9,860  
40%   3,575   35,638   3,701   3,406  
60%   3,357   35,088   3,673   8,587  

Jika melihat hubungan kuat tekan dan kuat lentur diatas, dapat dilihat bahwa
kenaikan kuat tekan pada benda uji mengalami kenaikan yang sama dengan kuat lenturnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dimana setiap data uji memiliki kenaikan kuat lentur
seiring dengan kenaikan kuat tekan. Rumus hubungan kuat lentur dan kuat tekan berdasarkan
ACI dan SNI ini dapat digunakan pada penelitian kali ini karena dari perhitungan didapat
bahwa kesalahan relative yang paling besar adalah 9,86 %. Hal ini dimungkinkan oleh
pemadatan yang tidak merata pada balok lentur sehingga pada saat pengujian, bagian yang
tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan bagian lain akan terlebih dahulu mengalami
kegagalan, sehingga akan menghasilkan kuat lentur yang kecil.

Analisa Pengujian Susut


Pengujian susut bertujuan untuk mengetahui perubahan panjang, peningkatan atau
pengurangan dalam dimensi linear benda uji, diukur sepanjang sumbu longitudinal tanpa
adanya pembebanan. Pengujian ini dilakukan sesuai dengan ASTM C 490 – 04.

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Pengujian ini dilakukan kepada 12 sampel dengan jenis pengetesan susut drying shrinkage,
yang terdiri dari 4 sampel susut permanen serta 8 sampel susut mobile, yang terdiri dari benda
uji agregat daur ulang 0%, 20%, 40%, dan 60%. Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh
data sebagai berikut :

Susut  Permanen  
0.025  

0.02  

0.015  

0.01  

0.005  

0  
1   3   5   7   9   11   13   15   17   19   21   23   25   27   29   31   33   35   37  
-­‐0.005  

0%   20%   40%   60%  

Gambar 14. Susut Permanen

SUSUT  MOBILE  
0%  -­‐  1   0%  -­‐  2   20%  -­‐  1   20%  -­‐  2   40%  -­‐  1   40%  -­‐  2   60%  -­‐  1   60%  -­‐  2  
PRESENTASE  (%)  

0.04  
0.035  
0.03  
0.025  
0.02  
0.015  
0.01  
0.005  
0  
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35  
HARI  

Gambar 15. Susut Portabel

Dari hasil penelitian, nilai absorpsi dari agregat daur ulang lebih besar dari agregat alam. Nilai
absorpsi yang baik menurut ASTM C 127 untuk agregat kasar adalah dibawah 4%. Pada

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


agregat kasar daur ulang, nilai ini berkisar 8,22%, nilai ini melebihi batas yang ditentukan
oleh ASTM C 127, dan agregat kasar alam berkisar 3,48%, dimana nilai ini memenuhi
standar ASTM C127. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat daur ulang menyerap lebih
banyak air apabila dibandingkan dengan agregat alam.

Jika melihat perubahan susut dari grafik diatas, perubahan yang signifikan terjadi pada 30 hari
pertama , sedangkan pada hari berikutnya, volume beton cenderung konstan dan hanya terjadi
sedikit perubahan.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa susut yang lebih besar terjadi pada beton uji mobile.
Hal ini dapat dipengaruhi karena setiap pembasahan dan pengeringan dapat pula
menyebabkan muai dan susut. Hal ini dapat dipengaruhi juga karena benda diujikan dengan
mengangkat dan menurunkan benda uji, dimana titik pembacaan tidak tepat sama pada titik
sebelumnya, sehingga dapat mengurangi keakuratan pembacaan. Dan pada dasar stand uji,
terlihat sudah berkarat dan tidak mulus lagi permukaannya, yang juga dapat mengurangi
keakuratan dalam pembacaan dial pada stand, karena dapat mengikis permukaan benda uji
saat pembacaan dial. Suhu serta kelembaban ruangan juga menjadi faktor yang bisa merubah
laju susut.

Kesimpulan

Pemeriksaan dan pengujian agregat daur ulang yang berasal dari limbah beton hasil
uji Laboratorium Struktur dan Material Teknik Sipil Universitas Indonesia, menunjukkan
bahwa :
1. Hasil pengujian berat jenis dan absorpsi menunjukkan bahwa absorpsi yang terjadi
pada agregat daur ulang lebih besar 4,74% dari pada agregat alam.
2. Hasil pengujian analisa ayak (sieve analysis)
• Dilihat dari standar SNI 03-2834-1992, agregat halus alam masuk ke dalam
gradasi zona II
• Agregat kasar daur ulang dan agregat kasar alam mendekati standar SNI 03-
2834-1992.

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


3. Hasil pemeriksaan bahan lewat saringan No.200 untuk agregat halus didapatkan
bahwa kandungan material halus sebesar 5%, nilai ini memenuhi standar ASTM
C117-04 yaitu antara 0.2 – 6 %
4. Hasil pengujian keausan dengan mesin Los Angeles untuk kedua agregat kasar
tersebut memenuhi standar ASTM C 131 dan C 535 yaitu berkisar antara 15 – 50 %.
5. Hasil pengujian kuat tekan didapatkan kekuatan tekan pada umur 7 hari beton
dengan kandungan agregat kasar daur ulang 60% menghasilkan kuat tekan yang
tertinggi yaitu sebesar 280,239 kg/cm2 , sedangkan pada umur 28 dan 56 hari, agregat
daur ulang dengan kandungan 20% yang menghasilkan kuat tekan lebih tinggi yaitu
sebesar 417,174 kg/cm2 dan 483,349 kg/cm2
6. Hasil pengujian modulus of rupture didapatkan kekuatan lentur tertinggi berada pada
campuran beton dengan agregat 20% dan 40% yaitu sebesar 3,644 Mpa namun pada
umur 56 hari, beton normal memiliki kekuatan paling tinggi yaitu 52,889 Mpa
7. Hasil uji susut didapatkan bahwa absorpsi air berperan besar dalam terjadinya susut,
karena dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar jumlah agregat daur
ulang, maka semakin besar susut yang terjadi.
8. Dari hasil pengujian kuat tekan, modulus of rupture, dan susut dapat disimpulkan
bahwa dari segi ekonomis dapat dipilih komposisi terbaik adalah sebesar 40% untuk
penggantian agregat alami dengan agregat kasar daur ulang

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian serta pengujian, dan mengambil kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran-saran untuk penelitian
selanjutnya :
1. Penelitian lebih lanjut mengenai pemakaian agregat halus daur ulang
2. Penelitian lebih lanjut mengenai sifat mekanis maupun sifat kimia dari agregat halus
3. Pengecoran dilakukan dalam satu kali adukan agar hasil yang didapat lebih optimal
serta mengurangi sampel yang gagal
4. Penelitian susut sebaiknya dilakukan secara permanen untuk semua sampel

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014


Daftar Referensi

American Society for Testing and Materials (2009). Annual Book of ASTM Standars: Section
Four Construction. ASTM International Standars Worldwide.

Khalidoun Rahal. Mechanical Properties of Concrete With Recycled Coarse Aggregate”;


Science Direct
L. Evangelista, J. De. Brito. Mechanical Behaviour of Concrete Made with Fine Recycled
Concrete Aggregates; Science Direct
S. F. U. Ahmed. Propertes of Concrete Containing Construction and Demotion Wates and
Fly Ash; ascelibrary.org
Buku Pedoman Praktikum. “Pemeriksaan Bahan Beton dan Mutu Beton”. Laboratorium
Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia
: Depok, 1998.

Duma, Heidi. “Studi Perilaku Kuat Lentur dan Susut Beton Agregat Daur Ulang”. Skripsi,
Universitas Indonesia : Depok, 2008.

Studi perilaku kuat..., Derrie Nabilaputra,FT UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai