S57475-Derrie Nabilaputra PDF
S57475-Derrie Nabilaputra PDF
1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
*E-mail: derrienabilaputra@live..com
Abstrak
Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan material dari
alam sehingga menyebabkan semakin sedikitnya kapasitas yang disediakan oleh alam. Dalam
penelitian ini, limbah beton yang digunakan adalah beton dengan mutu K300-K350 yang
dihancurkan menjadi agregat daur ulang. Penelitian dilakukan pada kuat tekan, kuat lentur,
dan susut pada beton dengan komposisi agregat daur ulang sebesar 0%, 20%, 40%, dan 60%.
Hasil dari pengujian didapatkan komposisi 20 % meningkat sebesar 22,67% dan 2,1807%
untuk kuat tekan dan kuat lentur pada umur 28 hari. Untuk pengujian susut, beton dengan
kandungan agregat kasar daur ulang 60% memiliki nilai susut tertinggi apabila dibandingkan
dengan komposisi campuran agregat lainnya.
Kata kunci: beton; agregat daur ulang; kuat tekan beton; kuat lentur beton; susut beton
Abstract
Nearly all the material used for the manufacture of concrete use of natural materials causing
the least capacity provided by nature. In this study, the waste concrete is concrete that is used
with the K300-K350 quality crushed into aggregate recycling. The study was conducted on
compressive strength, flexural strength, and shrinkage of the concrete with recycled aggregate
composition of 0%, 20%, 40%, and 60%. The results obtained from testing the composition of
20% increased by 22.67% and 2.1807% for compressive strength and flexural strength at 28
days. For shrinkage testing, concrete with recycled coarse aggregate content of 60% has the
highest shrinkage rate when compared with the composition of the mixture of other aggregate.
Dalam dunia konstruksi, beton masih menjadi pilihan utama karena nilai ekonomisnya yang
baik, serta berbagai keuntungan lainnya seperti bahan-bahan pembentuknya yang mudah
diperoleh, mudah dibentuk, tidak memerlukan perawatan khusus, dan lebih tahan terhadap
lingkungan bila dibandingkan dengan material baja serta kayu. Sebagai salah satu material
utama dalam dunia konstruksi, beton selalu dikembangkan demi mencapai peningkatan.
Peningkatan yang diinginkan adalah untuk mendapatkan sifat mekanis yang optimal namun
dengan harga seminimal mungkin.
Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan material dari
alam sehingga dengan penggunaan beton yang banyak maka terjadi penambangan besar-
besaran terhadap batuan alam sebagai bahan pembentuk beton. Hal ini menyebabkan semakin
sedikitnya kapasitas yang disediakan oleh alam. Tidak heran apabila sekarang semakin
banyak berdiri perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan benda daur ulang yang dapat
dimanfaatkan kembali, khususnya bahan baku dari alam yang persediaannya lama kelamaan
semakin menipis.
Ratusan tahun eksploitasi terhadap pemanfaatan hasil alam untuk kebutuhan konstruksi
terutama pada pembuatan campuran mortar beton yang membutuhkan semen, pasir dan
kerikil. Karena peningkatan kebutuhan akan beton dan dibarengi perkembangan teknologi
maka saat ini beton mutu tinggi dapat dihasilkan salah satunya dengan penggunaan material
abu terbang (fly ash) dengan harga produksi yang lebih murah.
Hasil studi eksperimental membuktikan, agregat daur ulang mengandung mortar sebesar 25%
hingga 45% untuk agregat kasar, dan 70% hingga 100% untuk agregat halus. Kandungan
mortar tersebut mengakibatkan berat jenis agregat menjadi lebih kecil (berpori) sehingga
kekerasannya berkurang. Selain itu, pada agregat daur ulang juga terdapat retak mikro, di
mana retak tersebut dapat ditimbulkan oleh tumbukan mesin pemecah batu (stone crusher)
pada saat proses produksi agregat daur ulang. Retak tersebut tertahan oleh kekangan mortar
yang menyelimuti agregat alam.
Tinjauan Pustaka
Beton
Beton adalah material bangunan yang paling banyak digunakan di bumi ini. Beton itu sendiri
adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain
yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip batuan.
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara sederhana,
Definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material
lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan
dalam pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat
mampu mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat.
Agregat adalah material granular (suatu bahan keras/kaku) yang dipakai bersama-sama
dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau mortar.
Agregat dapat berasal dari bahan organik dan an-organik. Agregat dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu agregat kasar (kerikil) yang memiliki ukuran sebesar 25,4 mm – 4,76 mm, dan
agregat halus (pasir) yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,76 mm.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan,
menurunkan kualitas beton dan merusak sifat-sifat beton yang dihasilkan. Karena pasta semen
merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air
terhadap total berat campuran yang penting melainkan perbandingan air dengan semen atau
yang biasa disebut Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang berlebih akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang
Reaksi yang terjadi di dalam semen portland adalah reaksi kimia antara senyawa potensial
dengan air, senyawa-senyawa kalsium silikat, kalsium aluminat dan kalsium ferit hidrat yang
terjadi berupa struktur larutan padat yang spesifik dan akan mengeras. Reaksi selanjutnya
adalah interaksi antar senyawa hidrat tersebut, masing-masing saling mengikat membentuk
strukrur baru yang kokoh, kaku dan kuat yang biasa disebut pasta, mortar atau beton.
Bahan aditif adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam campuran beton pada saat atau
selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat
dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu
bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat
mineral (additive). Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat
pelaksanaan pengecoran (placing) sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral
ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan.
Kuat tekan beton didefinsikan sebagai beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bial dibebani dengan gaya tekan tertentu, yng dihasilkan oleh mesin tekan.
Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk
menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji yang diberikan padanya, sampai
benda uji patah. Dari sini dapat kita perluas bahwa kuat lentur adalah kemampuan beton
untuk menahan gaya arah tegak lurus penampang, sampai terjadi patah atau retak dibagian
tariknya. Dalam dunia konstruksi nilai kuat lentur ini lebih dominan daripada kuat tekan beton
dalam perencanaan beton untuk struktur perkerasan rigid dan landasan pesawat terbang. Nilai
kuat lentur beton tidaklah begitu berpengaruh pada beton bertulang, hal ini karena gaya lentur
yang terjadi ditanggung langsung oleh tulangan baja. Namun nilai kuat lentur ini tetaplah
harus dipelajari, untuk mengetahui batasan-batasan dan jenis keretakan yang terjadi pada
struktur beton.
Metode Penelitian
Metode yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana
percobaan tersebut akan dilaksanakan didalam Laboratorium Struktur dan Material Teknik
Sipil Universitas Indonesia untuk mendapatkan data, yang kemudian akan digunakan pada
proses analisis.
Pada penelitian ini dilakukan tahapan-tahapan untuk metode penelitian agar dapat dijalankan
secara teratur dan menjadi acuan kerja. Tahap pertama yang dilakukan adalah tahapan
persiapan, yang meliputi studi literatur, pengadaan material, pengujian material dan
pengadaan alat. Setelah itu dilakukan perancangan mix design berdasarkan data spesifikasi
material. Setelah itu dilakukan persiapan benda uji yang berjumlah 5 buah untuk setiap
pengujian. Lalu dilakukan pengumpulan data dari benda uji, setelah itu dilakukan analisis data
yang diakhiri dengan kesimpulan dan saran.
Persiapan
Persiapan Benda Uji Analisa Data
Pengujian kuat lentur sama seperti pengujian kuat tekan menggunakan variabel agregat kasar
daur ulang 0%, 20%, 40%, 60% yang masing-masing menggunakan 5 buah sampel, namun
dengan perbedaan variabel umur, yaitu 28 hari dan 56 hari. Total sampel benda uji kuat lentur
adalah sebanyak 40 buah sampel.
Tes susut juga menggunakan empat variabel kadar agregat kasar daur ulang yang sama, yaitu
0%, 20%, 40%, dan 60% dengan masing-masing kadar agregat kasar daur ulang diamati
setiap hari, dimana pada tiap-tiap kadar agregat kasar daur ulang pada tiap-tiap variabel
menggunakan 3 sampel. Total sampel uji susut sebanyak 12 buah.
Tes kuat tekan dilakukan dengan benda uji silider diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Uji kuat
tekan menggunakan standar dari ASTM C39 /C39M - 05. Pengujian tekan silinder dilakukan
karena kekuatannya berhubungan dengan kekuatan structural dari sebuah beton. Tes kuat
lentur beton dengan benda uji balok berukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm. Untuk pengujian ini
menggunakan standar dari ASTM C 78 - 08. Jenis pembebanan Third-Poin Loading dipakai
karena bisa didapatkan lentur murni dari balok beton yang nantinya dites. Tes susut beton
dengan menggunakan benda uji berukuran 7,5 cm x 7,5 cm x 25 cm. Dilakukan dengan
standar ASTM C 490 – 04.
Hasil Penelitian
Agregat kasar daur ulang dihasilkan dari limbah beton uji yang dipecahkan menggunakan
mesin pemecah beton. Pecahan yang dihasilkan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu agregat daur
ulang dengan ukuran 30-20 mm, agregat daur ulang dengan ukuran 20-10 mm, agregat daur
ulang dengan ukuran 10-5 mm, serta fly ash yang berukuran <5 mm.
Dari hasil pemecahan batuan, didapatkan agregat dengan 3 jenis yang berbeda. Yaitu agregat
dari batuan kasar alam sepenuhnya, agregat dari pasta yang telah mengeras, serta agregat
campuran dari agregat alami dan pasta.
100
80
60
40
20
0
pan
saringan
8
saringan
4
saringan
3/8
saringan
1/2
saringan
3/4
saringan
1
100
80
60
40
20
0
pan
saringan
8
saringan
4
saringan
3/8
saringan
1/2
saringan
3/4
saringan
1
100
80
60
40
20
0
pan
saringan
8
saringan
4
saringan
3/8
saringan
1/2
saringan
3/4
saringan
1
Gambar 4.9 menunjukan hasil pencampuran agregat kasar alam dengan agregat kasar daur
ulang. Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk melakukan pencampuran agregat,
didapatkan gradasi yang paling optimal mendekati standar batas atas dan batas bawah.
Analisa
Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini ditekan menggunakan alat tekan hidrolik
sehingga akan diperoleh beban ultimate dari beton uji tersebut. Hal yang harus diperhatikan
adalah dalam pengujian, permukaan beton harus rata sehingga gaya yang diberikan dapat
terdistribusi sempurna ke seluruh permukaan beton. Oleh karena itu benda uji harus terlebih
dahulu di capping yang berarti permukaan benda uji dilapisi agar menjadi rata. Berikut ini
merupakan hasil yang diperoleh dari pengujian kuat tekan
500.000
TEGANGAN
TEKAN
K
(kg/cm2)
400.000
300.000
200.000
100.000
0.000
7
14
21
28
56
UMUR
BETON
(HARI)
450
400
350
300
0%
250
20%
200
150
40%
100
50
60%
0
0
10
20
30
40
50
60
UMUR
BETON
(HARI)
Apabila melihat hasil daur ulang, menunjukkan mutu yang melebihi target serta beton normal
di waktu 7 hari serta 28 hari. Dimana pada hasil pengujian untuk beton daur ulang dengan
kadar 20% memiliki kekuatan sebesar 233,314 kg/cm2 pada umur 7 hari, dan 417,174 kg/cm2
pada umur 28 hari. Untuk beton daur ulang 40% memiliki kekuatan sebesar 268,512 kg/cm2
pada umur 7 hari dan 363,283 kg/cm2 pada umur 28 hari. Terakhir untuk beton daur ulang
60% memiliki kekuatan sebesar 280,239 kg/cm2 pada umur 7 hari dan 357,675 kg/cm2 pada
umur 28 hari.
Hal ini dapat disebabkan oleh pengikatan yang terjadi antara pasta adukan baru lebih cepat
bercampur dengan agregat daur ulang yang telah berisi pasta lama yang telah mengeras
dibandingkan dengan apabila bercampur dengan agregat alami yang baru. Hal yang lainnya
juga dapat disebabkan oleh mutu dari agregat daur ulang yang didapat dari hasil pengujian
dengan mutu yang sama, sama kuatnya dengan agregat alam bahkan dapat lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan agregat alami itu sendiri. Karena apabila melihat dari hasil pengujian
tekan, kekuatan dari beton yang dicampur dengan agregat daur ulang lebih tinggi daripada
beton alami.
Pada pengujian kuat tekan beton, beton ditekan hingga beton hancur atau retak yang
ditunjukan menjadi beberapa jenis pola keretakan. Pola keretakan beton terjadi akibat
penyebaran tegangan pada benda uji. Jenis-jenis keretakan ini dapat juga disebabkan karena
pada saat pengujian benda uji diletakkan tidak tepat di tengah, pencampuran material yang
tidak merata sehingga ada sisi yang lemah, dan dapat juga terjadi karena capping yang tidak
rata sehingga satu sisi tertekan terlebih dahulu.
Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini terdiri dari 4 jenis campuran dan pengujian
dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Data modulus of rupture yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Komposisi
Tegangan
Lentur
Rata-‐rata
(kg/cm2)
Agregat
DU
28
Hari
56
Hari
0%
37,333
46,815
20%
32,000
43,111
40%
37,778
41,481
60%
34,667
48,889
60.000
TEGANGAN
LENTUR
(kg/cm2)
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
28
HARI
56
HARI
UMUR
BETON
(HARI)
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
28
HARI
56
HARI
UMUR
BETON
(HARI)
Benda uji yang dibuat dalam penelitian kuat lentur ini terdiri dari tiga jenis campuran daur
ulang serta satu benda uji berisi agregat alam tanpa campuran. Jika dilihat dari gambar diatas,
nilai kuat lentur rata-rata tertinggi adalah pada beton agregat daur ulang 20% dan 40%,
sedangkan yang terendah adalah pada campuran 60% agregat daur ulang. Ini menunjukkan
Jika melihat hubungan kuat tekan dan kuat lentur diatas, dapat dilihat bahwa
kenaikan kuat tekan pada benda uji mengalami kenaikan yang sama dengan kuat lenturnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dimana setiap data uji memiliki kenaikan kuat lentur
seiring dengan kenaikan kuat tekan. Rumus hubungan kuat lentur dan kuat tekan berdasarkan
ACI dan SNI ini dapat digunakan pada penelitian kali ini karena dari perhitungan didapat
bahwa kesalahan relative yang paling besar adalah 9,86 %. Hal ini dimungkinkan oleh
pemadatan yang tidak merata pada balok lentur sehingga pada saat pengujian, bagian yang
tidak terlalu padat jika dibandingkan dengan bagian lain akan terlebih dahulu mengalami
kegagalan, sehingga akan menghasilkan kuat lentur yang kecil.
Susut
Permanen
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
-‐0.005
SUSUT
MOBILE
0%
-‐
1
0%
-‐
2
20%
-‐
1
20%
-‐
2
40%
-‐
1
40%
-‐
2
60%
-‐
1
60%
-‐
2
PRESENTASE
(%)
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
HARI
Dari hasil penelitian, nilai absorpsi dari agregat daur ulang lebih besar dari agregat alam. Nilai
absorpsi yang baik menurut ASTM C 127 untuk agregat kasar adalah dibawah 4%. Pada
Jika melihat perubahan susut dari grafik diatas, perubahan yang signifikan terjadi pada 30 hari
pertama , sedangkan pada hari berikutnya, volume beton cenderung konstan dan hanya terjadi
sedikit perubahan.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa susut yang lebih besar terjadi pada beton uji mobile.
Hal ini dapat dipengaruhi karena setiap pembasahan dan pengeringan dapat pula
menyebabkan muai dan susut. Hal ini dapat dipengaruhi juga karena benda diujikan dengan
mengangkat dan menurunkan benda uji, dimana titik pembacaan tidak tepat sama pada titik
sebelumnya, sehingga dapat mengurangi keakuratan pembacaan. Dan pada dasar stand uji,
terlihat sudah berkarat dan tidak mulus lagi permukaannya, yang juga dapat mengurangi
keakuratan dalam pembacaan dial pada stand, karena dapat mengikis permukaan benda uji
saat pembacaan dial. Suhu serta kelembaban ruangan juga menjadi faktor yang bisa merubah
laju susut.
Kesimpulan
Pemeriksaan dan pengujian agregat daur ulang yang berasal dari limbah beton hasil
uji Laboratorium Struktur dan Material Teknik Sipil Universitas Indonesia, menunjukkan
bahwa :
1. Hasil pengujian berat jenis dan absorpsi menunjukkan bahwa absorpsi yang terjadi
pada agregat daur ulang lebih besar 4,74% dari pada agregat alam.
2. Hasil pengujian analisa ayak (sieve analysis)
• Dilihat dari standar SNI 03-2834-1992, agregat halus alam masuk ke dalam
gradasi zona II
• Agregat kasar daur ulang dan agregat kasar alam mendekati standar SNI 03-
2834-1992.
Saran
Setelah penulis melakukan penelitian serta pengujian, dan mengambil kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran-saran untuk penelitian
selanjutnya :
1. Penelitian lebih lanjut mengenai pemakaian agregat halus daur ulang
2. Penelitian lebih lanjut mengenai sifat mekanis maupun sifat kimia dari agregat halus
3. Pengecoran dilakukan dalam satu kali adukan agar hasil yang didapat lebih optimal
serta mengurangi sampel yang gagal
4. Penelitian susut sebaiknya dilakukan secara permanen untuk semua sampel
American Society for Testing and Materials (2009). Annual Book of ASTM Standars: Section
Four Construction. ASTM International Standars Worldwide.
Duma, Heidi. “Studi Perilaku Kuat Lentur dan Susut Beton Agregat Daur Ulang”. Skripsi,
Universitas Indonesia : Depok, 2008.