Final Pedoman Psikologi CI
Final Pedoman Psikologi CI
PENATALAKSANAAN PSIKOLOGI
UNTUK PENDIDIKAN SISWA CERDAS ISTIMEWA
1
KATA PENGANTAR
Ekodjatmiko Sukarso
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas
untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah peserta didik. Kelemahan yang
tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah tidak terakomodasinya
kebutuhan individual peserta didik di luar kelompok peserta didik normal. Padahal
sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk memungkinkan
peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal.
4
1. mengembangkan “Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat”
yang meliputi program jangka pendek dan jangka panjang untuk pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi;
Program ini dianggap tidak cukup memberikan dampak positif pada peserta
didik berbakat untuk mengembangkan potensi intelektual yang tinggi. Keluhan
yang muncul di lapangan secara bersamaan didukung oleh temuan studi terhadap
20 SMA Unggulan di Indonesia yang menunjukkan 21,75% peserta didik SMA
Unggulan hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf di
bawah rata-rata, sedangkan mereka yang tergolong anak memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9,7% (Hawadi, dkk., 1998).
Pada tahun 1998/1999, dua sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah
swasta di Jawa Barat melakukan ujicoba pelayanan pendidikan bagi anak yang
5
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam bentuk program percepatan
belajar (akselarasi), yang mendapat arahan dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah. Pada tahun 2000 program dimaksud dicanangkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas menjadi program
pendidikan nasional. Pada kesempatan tersebut Mendiknas melalui Dirjen
Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK) Penetepan Sekolah
Penyelenggara Program Percepatan Belajar kepada 11 (sebelas) sekolah yakni 1
(satu) SD, 5 (lima) SMP dan 5 (lima) SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Kemudian pada tahun pelajaran 2001/2002 diputuskan penetapan kebijakan
pendiseminasian program percepatan belajar pada beberapa sekolah di beberapa
provinsi di Indonesia.
B. Landasan Hukum
Penyelenggaraan PBI pada dasarnya merupakan pengejawantahan UUD
1945 dan UU no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara lebih
spesifik landasan hukum yang digunakan untuk penyelenggaraan PBI, antara lain:
1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas:
a. Pasal 5 ayat 4, “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
b. Pasal 32 ayat 1, “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atar
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2. UU no. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52, “anak yang memiliki
keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh
pendidikan khusus.
3. PP No. 72/1991, tentang Pendidikan Luar Biasa
4. PP no. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
5. Kepmendiknas No. 031/O/2001, tentang Rincian Tugas dan Fungsi Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
6. Permendiknas No. 019/0/2004, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
6
7. Permendiknas no. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang
memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan bakat istimewa ini berkait erat
dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi Kecerdasan
berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya
terbatas pada kemampuan intelektual, namun juga beberapa jenis kemampuan
lainnya seperti yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal
Multiple Intelligences (1983) yaitu, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal,
kecerdasan spasial, kecerdasan logikal matematikal, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.
7
dalam nilai baku cukup) dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan
skor TC dalam kategori nilai baku baik).
8
9
Model multifaktor dari Kurt Heller ini pada dasarnya merupakan
pengembangan dari Triadich Renzulli-Mönks dan Multiple Intelligences dari
Howard Gardner.
Lancar berbahasa
Mampu berkonsentrasi
10
Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan
lebih baik daripada jika berkomunikasi dengan anak sebayanya
Sangat logis
11
belajar, atau yang mengalami berbagai gangguan perilaku dan emosi), yang
berlanjut pada prestasi dalam pendidikannya tidak optimal ( underachiever).
Disamping itu juga terdapat adanya anak-anak cerdas istimewa yang disertai
ketunaan berupa cacat fisik primer seperti tunagrahita dan tunarungu.
E. Sasaran
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak yang memiliki bakat istimewa
sebagaimana pendidikan lainnya melibatkan berbagai pihak agar dapat terlaksana
dengan efektif, efisien dan berkesinambungan. Oleh karena itu, penulisan naskah
ditujukan kepada pihak-pihak terkait, antara lain:
1. Direktorat PSLB
2. Dinas Pendidikan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/kota
3. Praktisi pendidikan
4. Masyarakat luas
12
BAB II
PENATALAKSANAAN PSIKOLOGI
UNTUK PESERTA DIDIK CERDAS ISTIMEWA
Lancar berbahasa
Mampu berkonsentrasi
13
Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa, bahkan
lebih baik daripada jika berkomunikasi dengan anak sebayanya
Sangat logis
14
belajar, atau yang mengalami berbagai gangguan perilaku dan emosi), yang
berlanjut pada prestasi dalam pendidikannya tidak optimal ( underachiever).
Disamping itu juga terdapat adanya anak-anak cerdas istimewa yang disertai
ketunaan berupa cacat fisik primer seperti tunagrahita dan tunarungu.
15
Proses identifikasi peserta didik cerdas istimewa dapat dilakukan secara proaktif dan
reaktif
16
3) Rapor kelas sebelumnya , nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari
80.
b. Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis yang meliputi tes
inteligensi umum, tes kreativitas, inventori keterikatan pada tugas, tes kepribadian.
Peserta didik yang lulus hasil pemeriksaan psikologis adalah mereka yang memiliki
kemampuan intelektul umum minimal kategori sangat cerdas/very superior yang
ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-
rata dan tidak mengalami gangguan sosial dan emosional.
2. Informasi Data Subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri
(self nomination), teman sebaya (peer nomination) orang tua (parent nomination),
teacher nomination dan pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.
3. Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter.
17
Secara tradisional, diferensiasi kurikulum untuk para siswa berbakat dapat
mengambil tiga jalur: enrichment (pengayaan), extension (pendalaman), dan
acceleration (percepatan) (Davis & Rimm, 1998).
2. Grade skipping
Siswa dipromosikan ke kelas yang lebih tinggi daripada penempatan kelas yang
normal pada akhir tahun pelajaran
3. Subject acceleration
Siswa ditempatkan dalam kelas yang lebih tinggi khusus untuk satu atau beberapa
mata pelajaran tertentu yang menjadi keunggulannya.
18
4. Curriculum compacting
Siswa melaju pesat melalui kurikulum yang dirancang dengan mengurangi
sejumlah aktivitas seperti drill, review, dan sebagainya.
5. Telescoping
Siswa menggunakan waktu yang kurang daripada waktu yang biasanya digunakan
untuk menyelesaikan studi
6. Mentorship
Siswa diperkenalkan pada seorang mentor yang telah memiliki pelatihan tingkat
mahir dan berpengalaman pada satu bidang tertentu.
7. Advanced placement
Siswa mengambil suatu kursus di sekolah menengah untuk menyiapkannya
mengambil ujian, untuk dapat diberi kredit
8. Credit by examination
Siswa memperoleh kredit atas keberhasilannya menyelesaikan satu tes
9. Correspondence courses
Siswa mengambil kursus tingkat SMU atau universitas, secara tertulis melalui pos
atau melalui video.
19
Rekrutmen & Seleksi Pendampingan Konseling
Mengidentifikasi karakter- Mengembangkan aspek Menangani masalah-masa-
istik kognitif, kreativitas kognitif, kreativitas dan lah belajar dan
dan kepribadian anak kepribadian yang kepribadian yang
mendukung pencapaian menghambat aktualisasi
prestasi optimal potensi anak
Mengidentifikasi minat Meningkatkan motivasi Menangani masalah-masa-
dan motivasi anak intrinsik dan disiplin lah motivasi dan menum-
buhkan ketangguhan
menghadapi tekanan
Mengidentifikasi gaya Membantu menemukan Meningkatkan efektivitas
belajar anak strategi belajar yang tepat belajar
Mengidentifikasi masalah- Membantu anak untuk Membantu anak untuk
masalah sosial emosional menemukan potensi- mengidentifikasi masalah
potensi positif dalam dan menggunakan strategi
mengatasi masalah sosial yang tepat dalam meng-
emosional atasi masalah sosial
emosional
Mengidentifikasi masalah- Membantu anak untuk Membantu anak untuk
masalah yang dialami anak mengidentifikasi masalah- mengatasi masalah-
dalam menghadapi situasi masalah dalam situasi masalah dalam situasi
belajar belajar belajar
Mengidentifikasi Menjalin kerjasama de- Memberikan konseling
dukungan dan hambatan ngan keluarga agar pihak pada orangtua dalam
dari keluarga keluarga memahami dan menghadapi masalah-
mendukung kebutuhan masalah dengan
anak keberbakatan anak
Mengidentifikasi Membantu anak untuk Membantu anak untuk
dukungan sosial dari dapat memanfaatkan du- mengatasi hambatan yang
lingkungan sekitar kungan sosial ada
Secara terinci masalah-masalah yang mungkin dihadapi oleh anak cerdas
istimewa adalah sebagai berikut:
1. Masalah sosial-emosional:
Konsep diri
20
Harga diri
Penyesuaian sosial
Identitas
Stres
21
22
BAB III
PENATALAKSANAAN PSIKOLOGI UNTUK TENAGA PENDIDIK
1. Kepribadian
Memiliki kepribadian yang:
Mampu berempati
Percaya diri
Sabar
Objektif dan adil
Fleksibel dalam berpikir
Kreatif
Memiliki rasa humor
Mampu mengapresiasi peserta didik
Memiliki minat yang besar untuk mengembangkan kemampuan belajar anak
Cerdas & berpengetahuan luas
Pekerja keras & berorientasi pada prestasi (achievement motivation)
Antusias & dapat memotivasi siswa
Mampu bekerjasama dengan semua pihak yang terkait
2. Kompetensi
Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi:
- perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.
- pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan.
Mampu memahami psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan
Mampu memahami karakteristik dan kebutuhan khusus anak cerdas istimewa
Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik
Mampu berkomunikasi dengan semua pemangku kepentingan terkait
penyelenggaraan pendidikan
23
B. Rekrutmen dan Seleksi Tenaga Pendidik
Proses seleksi dilakukan terhadap mereka yang melakukan lamaran.
Seleksi tenaga pendidik untuk program layanan pendidikan khusus bagi siswa
cerdas istimewa secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tes
umum dan tes khusus. Tes umum terdiri dari tes kepribadian, tes kreativitas dan tes
kecerdasan. Sementara itu, tes khusus terdiri dari tes kompetensi bidang studi
sesuai bidang studi yang dilamarnya serta tes keterampilan mengajar. Pelaksanaan
tes dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain: tes,
wawancara, observasi, dan penilaian dokumen.
Tenaga pendidik program pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan istimewa dipilih dan diseleksi berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
Guru program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan istimewa dipilih dan diseleksi berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Memliki tingkat pendidikan yang dipersyaratkan sesuai dengan jenjang sekolah
yang diajarkan, sekurang-kurangnya S1 untuk guru SD, SMP, dan SMA,
sedangkan untuk Kepala Sekolah SMP dan SMA diutamakan minimal
berijasah S2.
3. Mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
4. Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurang- kurangnya 3 (tiga)
tahun dengan prestasi yang baik.
5. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (anak berbakat) secara
umum dan program percepatan belajar secara khusus.
24
C. Pengembangan Tenaga Pendidik
Pengembangan merupakan upaya terencana untuk meningkatkan
kompetensi tenaga pendidik bagi siswa cerdas istimewa. Pengembangan tenaga
pendidik dapat dilakukan melalui pelatihan, seminar, lokakarya, penelitian,
publikasi ilmiah dan studi lanjut.
25
BAB V
PENUTUP
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Nasution, S. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara, 1995
Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah no. 20 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Piirto, J. (1999). Talented children and adults: their development and education.
(2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Merrill.
Popham, W. James. Classroom Assesment: What Teacher Need to Know. Los Angeles:
Allyn and Bacon, 1995
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat
Kurikulum Balitbang Diknas, 2002.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2005.
Silverius, Suke. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo, 1991.
Sudijono, Anas. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grapindo Persada,
1996.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2001.
Sudjana, Nana. Cara Belajar Peserta didik Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio: Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Thomas J. Sergiovani and Robert J. Storrat dalam Emerging Pattern of Supervision :
Human Perspectives (1971) dikutip Made Piderta, Pemikiran tentang Supervisi
Pendidikan, Serona Press, 1986, h. 4
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.
UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Val Klenowski., Developing Portfolio for learning and Assessment; Processes and
Principles, London: Rouledge Falmer, 2002
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. Penilaian Hasil Belajar. PAU UT, 1997.
28
• Edwin B. Flippo, Personnel Management. New York: McGraw-Hill, 1995
29