Anda di halaman 1dari 3

PENGINGKARAN TAK BERARTI

Terkadang setiap orang memiliki sisi kehidupan yang berbeda. Didepan banyak orang
terlihat kuat, dibelakang sangat rapuh, didepan sangat bijaksana dibelakang sangat
kebingungan untuk menentukan langkah. Namaku maria, aku mahasiswa semester akhir,
mudah bagiku untuk dekat dengan siapa saja. Suatu ketika aku bertemu dengan seorang laki-
laki yang aku lihat begitu cakap untuk menyampaikan suatu pembahasan, merdu dalam
membaca lantunan ayat suci al-qur’an, membuat aku jatuh hati pada sosok itu. Tapi kali ini
rasaku berbagi, aku sudah mempunyai calon suami yang akan membersamaiku tiga bulan
yang akan datang.

Fahri, dia adalah kawanku dalam berorganisasi. Dia adalah sosok yang mampu
membuat perasaanku terhadap calon imamku terbagi. Karena aku yang mudah untuk dekat
dengan siapa saja, maka cukup mudah bagiku dan fahri untuk dekat. Terlebih lagi calon
imamku dalam posisi jauh diujung pulau untuk tugas kerjanya. Hal ini juga yang membuat
setan-setan banyak mengelilingi hatiku. Fahri, karena dia merasa bahwa aku asik untuk diajak
berbicara, dia yang keadaannya sedang mencari pasangan dalam hidupnya pun menyatakan
perasaannya kepadaku. Kala itu aku benar-benar bahagia. Sosok yang aku pandang luar biasa
itu menyatakan perasaannya padaku. Karena telalu bahagianya aku, aku melupakan setatusku
yang kini sudah diikat oleh seorang laki-laki bernama fikri, dia adalah sosok yang ku panggil
calon imamku. Tanpa peduli aku menjalin hubungan dibelakang mas fikri bersama mas fahri.
Mas fahri yang aku kagum-kagumi membuat aku benar-benar hilaf akan siapa aku. Mas fahri
dibelakang sifatnya yang aku lihat sangat baik ternyata memiliki pandangan mengerikan
terhadap wanita. Dia mulai tak bisa mengatur arah pembicaraan kepadaku, dia berani
mengatakan tentang fisik seorang wanita meskipun aku menolak untuk mendengar nya. Aku
mulai risih dengannya karena setiap kali aku dan mas fahri bersama. Dia seolah-olah menjadi
orang jahat. Tatapan nya yang dipenuhi napsu buruknya membuat aku perlahan menjauhi dia.
Aku takut, gelisah, entah apa yang membuat mas fahri begitu bernafsu ketika dia bersamaku.
“dek, tinggalkan saja calon suamimu dan mari bersamaku”, mas fahri selalu bilang bahwa
aku harus meninggalkan calon imamku. Kini mas fahri benar-benar keterlaluan, mas fahri
mengajakku untuk bermaksiat, aku dipaksa untuk menuruti nafsu buruk mas fahri. Jujur aku
kagum dengannya, tapi perlakuan dia yang tidak bisa menjaga kehormatanku membuat aku
marah. “gila sudah dirimu mas, kamu yang aku pandang baik ternyata dipenuhi nafsu besar
yang tidak baik” ucapku pada mas fahri. “aku tak peduli, jangan sok alim kamu maria!” mas
fahri jadi benar-benar marah ketika aku memarahinya.
Dibalik kisahku, ada mas fikri yang tidak tau apa yang terjadi padaku, namun dia
mampu merasakan perubahanku beberapa waktu ini. Memang ketika aku mulai menjalin
hubungan gelapku dengan mas fahri, aku seolah lupa bahwa aku sudah memiliki calon suami.
“dek, ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kamu seperti berubah?” Tanya mas fahri
melalui pesan yang dikirimkan lewat whatsup. Aku merasa bersalah. Tak berani aku
mengatakan bahwa perasaanku terbagi dengan orang yang salah. Akupun tak tahu, mengapa
aku bisa setega itu dengan mas fikri. Memang aku mulai menghindari mas fahri tapi rasa
cintaku padanya sudah hampir sempurna. Susah sekali untuk aku melupakannya. Meskipun
singkat kisahku dengan mas fahri, tapi aku selalu merasa gusar ketika melihat dia atau
sekedar mengingatnya.

Kembali aku dikagetkan dengan telpon dari mas fikri. “assalamuallaikum dek?” sapa
mas fikri. “waallaikumsalam warahmatullah” jawabku. “dek, sebenarnya apa yang terjadi
padamu?” Tanya mas fikri. Aku bingung, gugup sekali aku menjawab “aku tidak apa-apa
mas. Kenapa memangnya?”. Hatiku terasa begitu panas, entah mengapa aku ingin
mengatakan bahwa perasaanku terbagi, tapi aku takut untuk mengatakan bahwa aku
mencintai laki-laki lain tanpa menghilangkan cintaku pada mas fikri. Malu rasanya aku
dengan diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku masih memiliki perasaan terhadap mas fahri
yang gila dengan wanita, bagaimana mungkin aku akan menyakiti perasaan calon suamiku.

Lagi, aku terkejut dengan pertanyaan mas fikri, “dek, apa kamu sedang jatuh cinta
disana?”. Jatuh sudah air mataku, mendengar pertanyaan yang membuat aku merasa bersalah
dan tidak berani menjawab. Pada akhirnya aku berbohong pada mas fikri aku katakana bahwa
aku hanya kecapekan saja karena banyak tugas yang harus aku selesaikan. Mas fikri pun
percaya dan menyuruhku untuk banyak istirahat. Malam itu aku benar-benar tidak bisa tidur,
aku memikirkan kebohongan ku pada mas fikri dan memikirkan perasaan ku pada mas fahri.
Benar-benar aneh, aku tidak mengerti mengapa aku bisa segelisah ini. Ingin rasanya aku jujur
pada mas fikri namun sudah pasti aku sangat menyakiti mas fikri. Disisi lain aku sangat
membenci mas fahri namun aku benar-benar perduli padanya,bahkan aku sedih ketika aku
bertemu dengannya namun dia lebih memilih pergi tanpa senyum.

Hati dan fikiranku tak karuan bentuknya. Aku mencoba ikhlas melepas mas fahri
meski setiap kali aku melihatnya hatiku berperasaan aneh. Semingu sebelum hari pernikahan
ku dengan mas fikri. Kuceritakan semua kejadian yang aku tutupi pada mas fikri. Mas fikri
benar-benar kecewa padaku. Aku pun penuh urai air mata didepan mas fikri. “dek, tolong,
ketika kamu terjebak masalah, jangan ceritakan ketika masalah sudah selesai! Harusnya kamu
ceritakan dari awal apa yang sedang membuat hatimu bimbang!” Tegas mas fahri. “tolong
kamu sebagai wanita juga harus tegas dengan teman laki-laki!” aku menangis ketika mas
fahri selesai menasehatiku dengan suara sedikit membentak. Aku mengerti bahwa aku salah
besar dalam kisah ini. Seharusnya aku sebagai wanita harus bisa jaga hati, pergaulan dan
harus bisa tegas ketika situasi benar-benar membutuhkan.

Akhirnya, aku meminta maaf pada mas fikri dan sudah bisa lepas dari bayang-bayang
mas fahri. Karena semua sudah terungkap, aku bisa tenang sampai hari pernikahanku dengan
mas fikri tiba. Sedih senang perasaanku ketika hari pernikahan. Mas fikri benar-benar
mencintaiku, menjagaku dari maksiat dan melindungiku dari berbuat dosa. Kini dapat aku
simpulkan bahwa cinta itu menjaga bukan meminta, apalagi membuat seseorang menderita
karena rasa cinta.

~wajah.baru~

Anda mungkin juga menyukai