Anda di halaman 1dari 46

A.

Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dalam bidang ekonomi berdampak


besar terhadap perubahan dan dinamika lingkungan dunia usaha. Perubahan yang
terjadi tersebut salah satunya adalah semakin meningkatnya persaingan di dunia
perbankan. Penyebab meningkatnya persaingan ini adalah bertambahnya bank-
bank baru yang bermunculan disertai dengan penawaran produk baru berupa
tabungan dan deposito yang semakin menawarkan keuntungan yang lebih baik.
Salah satu jenis perusahaan perbankan di indonesia yang mengalami persaingan
yang cukup ketat adalah bank swasta.
Bank swasta merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta.
Sejak tahun 1980an jumlah pertumbuhan bank swasta nasional sangatlah cepat,
sehingga membawa perekonomian Indonesia semakin berkembang. Kalangan
investor atau swasta tertarik untuk berekspansi dalam industri perbankan. Sebagai
akibatnya perkembangan bank swasta nasional mengalami per-tumbuhan yang
sangat pesat dan laju pertumbuhannya telah mampu mematahkan dominasi bank
pemerintah.
Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bank-bank baru, terutama
bank swasta. Tahun 2016-2017 pertumbuhan pada bank swasta nasional juga
sangat baik. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi indonesia yang mencapai 6,5%
pada tahun 2017, pertumbuhan di dunia perbankan juga menunjukkan
perkembangan yang positif. Pada tahun 2015-2017 banyak bank swasta nasional
maupun internasional yang mampu menghasilkan laba cukup tinggi. Peningkatan
laba ini juga ditopang oleh pertumbuhan kredit bank tersebut. Peningkatan laba ini
juga akhirnya sangat mempengaruhi harga saham bank tersebut sehingga para
investor akan tertarik berinvestasi pada bank tersebut.
Salah satu faktor yang sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan
perbankkan agar berjalan dengan baik dan mampu mengalami peningkatan adalah
laba bersih. Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32), menyatakan bahwa“Laba
merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai

1
berikut: Laba = Penjualan- Biaya”. Dengan kata lain laba bersih adalah selisih
antara jumlah keseluruhan pendapatan dan jumlah keseluruhan biaya dl jangka
waktu tertentu. laba bersih yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah
dikurangi taksiran utang pajak (net profit).
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah
Pengembalian Asset atau Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari aktiva yang digunakan. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total
aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba
bagi perusahaan, sedangkan apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian.
Berdasarkan pengamatan awal pada PT. Bank MNC Internasional Tbk, PT
Bank Capital Indonesia Tbk dan Bank Bukopin Tbk tahun 2015-2017 diperoleh
data ukuran perusahaan, liabilitas perusahaan dan pengembalian asset serta data
inflasi dan tingkat suku bunga pada tahun 2015-2017 seperti nampak pada table
1.1

Tabel 1.1 Data ukuran perusahaan, liabilitas perusahaan dan pengembalian asset
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017
serta data inflasi dan tingkat suku bunga tahun 2015-2017.

N T Infl T Ukuran Liabilita P


ama ahun asi ingkat Perusahaan(dalam s engembali
Perusah Suku juta rupiah) perusahaan(dal an asset
aan Bunga am juta rupiah)

P 2 3,3 7 12.137.004 10.428. 0,


T Bank 015 5% ,52% 800 10%
MNC 2 3,0 6 13.057.549 11.197. 0,
Internasi 016 2% % 144 11%
onal Tbk
2 3,6 4 10.706.094 9.453.5 -
(BABP)
017 1% ,56% 46 7,47%

2
P 2 3,3 7 12.159.197 11.105. 1,
T Bank 015 5% ,52% 781 10%
Capital 2 3,0 6 14.207.414 12.892. 1
Indonesi 016 2% % 374 %
a
2 3,6 4 16.349.473 14.941. 0,
Tbk( BAC
017 1% ,56% 087 79%
A)

B 2 3,3 7 92.653.000 86.831. 0,


ank 015 5% ,52% 000 75%
Bukopin 2 3,0 6 102.778.000 95.868. 0,
Tbk 016 2% % 000 54%
(BBKP)
2 3,6 4 106.443.000 99.684. 0,
017 1% ,56% 000 09%

Sumber:

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan inflasi pada tahun 2015-2016


mengalami penurunan dari 3,35 % menjadi 3,02 % sedangkan pengembalian asset
pada PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) pada tahun 2015-2016 mengalami
kenaikandari 0,10% menjadi 0,11%, hal ini tidak sejalan dengan teori Sukirno
(2006:15) yang menyatakan bahwa apabila suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi akan menyebabkan naiknya konsumsi, sehingga akan mempengaruhi pola
saving dan pembiayaan pada masyarakat. Perubahan tersebut akan berdampak
pada kegiatan operasional bank, jumlah dana dari masyarakat yang dihimpun akan
semakin berkurang sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja bank dalam
memperoleh pendapatan dan menghasilkan profit. Teori di atas didukung oleh
penelitian Sahara (2012) yang menyatakan Inflasi menunjukkan pengaruh positif
terhadap Return On Asset (ROA) yang artinya apabila inflasi naik maka ROA
akan naik . Pada tahun 2016-2017 inflasi mengalami peningkatan dari 3,03%
menjadi 3,61% sedangkan pengembalian asset mengalami penurunan dari 1,10%
menjadi 1%, hal ini tidak sejalan dengan teori Sukirno (2006:15) yang
menyatakan bahwa apabila suatu negara mengalami inflasi yang tinggi akan
menyebabkan naiknya konsumsi, sehingga akan mempengaruhi pola saving dan

3
pembiayaan pada masyarakat. Perubahan tersebut akan berdampak pada kegiatan
operasional bank, jumlah dana dari masyarakat yang dihimpun akan semakin
berkurang sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja bank dalam
memperoleh pendapatan dan menghasilkan profit. Teori di atas didukung oleh
penelitian Sahara (2012) yang menyatakan Inflasi menunjukkan pengaruh positif
terhadap Return On Asset (ROA) yang artinya apabila inflasi naik maka ROA
akan naik .

Pada tahun 2015-2017 inflasi mengalami penurunan dari 3,35 %


menjadi 3,02 % sedangkan pengembalian asset pada PT Bank Capital Indonesia
Tbk (BACA) mengalami penurunan dari 1,10% menjadi 1%, hal ini sejalan
dengan teori Sukirno (2006:15) dan penelitian sebelumnya oleh penelitian Sahara
(2012). Sementara inflasi yang terjadi pada tahun 2016-2017 mengalami
peningkatan dari 3,02% menjadi 3,61% dan pengembalian asset mengalami
penurunan dari 1% menjadi 0,79%, hal ini tidak sejalan dengan teori Sukirno
(2006:15) dan penelitian sebelumnya oleh penelitian Sahara (2012).

Pada tahun 2015-2017 inflasi mengalami penurunan dari 3,35 %


menjadi 3,02 % sedangkan pengembalian asset pada Bank Bukopin Tbk (BBKP)
mengalami penurunan dari 0,75% menjadi 0,54% , hal ini sejalan dengan teori
Sukirno (2006:15) dan penelitian sebelumnya oleh penelitian Sahara (2012).
Inflasi pada tahun 2016-2017 mengalami peningkatan dari 3,02% menjadi 3,61%
dan pengembalian asset mengalami penurunan dari 0,54% menjadi 0,09% yang
menunjukkan tidak sejalan dengan teori Sukirno (2006:15) dan penelitian
sebelumnya oleh penelitian Sahara (2012).

Tingkat suku bunga pada tahun 2015-2016 mengalami penurunan


dari 7,52% menjadi 6% sedangkan pengembalian asset tahun 2015-2016 pada PT
Bank MNC Internasional TBK(BABP) mengalami peningkatan dari 0,10%
menjadi 0,11% , hal ini sejalan dengan teori Siahaan (2007) yang menyatakan
bahwa jika tingkat suku bunga turun maka biaya pendanaan bank akan turun dan
secara keseluruhan tingkat pengembalian aset bank akan naik. Teori ini didukung

4
dengan penelitian Sahara(2012) yang menyatakan bahwa suku bunga BI
berpengaruh negatif terhadap ROA yang artinya apabila suku bunga BI naik maka
ROA akan menurun dan juga sebaliknya . Pada tahun 2016-2017 tingkat suku
bunga mengalami penurunan dari 6% menjadi 4,56% dan pengembalian asset
pada tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari 0,11% menjadi -7,47%, hal ini
tidak sejalan dengan teori Siahaan (2007) yang menyatakan bahwa jika tingkat
suku bunga turun maka biaya pendanaan bank akan turun dan secara keseluruhan
tingkat pengembalian asset bank akan naik. Hal ini juga tidak sejalan dengan
penelitian Sahara (2012) yang menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh
negatif terhadap ROA yang artinya apabila suku bunga BI naik maka ROA akan
menurun dan juga sebaliknya .

Pada tahun 2015-2016 tingkat suku bunga mengalami penurunan


dari 7,52% menjadi 6% sedangkan pengembalian asset tahun 2015-2016 pada PT
Bank Capital Indonesia Tbk( BACA) mengalami penurunan dari 1,10% menjadi
1%, hal ini tidak sejalan dengan teori Siahaan (2007) dan penelitian Sahara
(2012). Tingkat suku bunga mengalami penurunan pada tahun 2016-2017 dari 6%
menjadi 4,56% dan pengembalian asset pada tahun 2016-2017 mengalami
penurunan dari 1% menjadi 0,79%, hal ini tidak sejalan dengan teori Siahaan
(2007) dan penelitian Sahara (2012).

Tingkat suku bunga pada tahun 2015-2016 mengalami penurunan


dari 7,52% menjadi 6% sedangkan pengembalian asset tahun 2015-2016 pada
Bank Bukopin Tbk mengalami penurunan dari 0,75% menjadi 0,54% hal ini tidak
sejalan dengan teori Siahaan (2007) dan penelitian Sahara (2012). Sedangkan
tingkat suku bunga mengalami penurunan pada tahun 2016-2017 dari 6% menjadi
4,56% dan pengembalian asset pada tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari
0,54% menjadi 0,09%, hal ini tidak sejalan dengan teori Siahaan (2007) dan
penelitian Sahara (2012).

Pada PT Bank MNC Internasional Tbk ukuran perusahaan pada


tahun 2015-2016 mengalami peningkatan dari awalnya Rp 12.137.004.000.000

5
menjadi Rp 13.057.549.000.000 sedangkan pengembalian asset tahun 2015-2016
mengalami peningkatan dari 0,10% menjadi 0,11%, hal ini tidak sejalan dengan
penelitian terdahulu Wulandari (2017) yang menyatakan bahwa Ukuran
perusahaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan baik pada profitabilitas
perusahaan (ROA) serta penelitian Limin dan Asmayadi (2012) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA. Pada tahun 2016-
2017 ukuran perusahaan pada PT Bank MNC Internasional Tbk mengalami
penurunan dari Rp 13.057.549.000.000 menjadi Rp 10.057.549.000 yang
pengembalian assetnya mengalami penurunan dari 0,11% menjadi -7,47% ,hal ini
tidak sejalan dengan penelitian terdahulu Wulandari (2017) yang menyatakan
bahwa Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan baik pada
profitabilitas perusahaan (ROA) serta penelitian Limin dan Asmayadi (2012) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA.

Pada PT Bank Capital Indonesia Tbk ukuran perusahaan pada


tahun 2015-2016 mengalami peningkatan dari awalnya Rp 12.159.197.000.000
menjadi Rp 14.207.414.000.000 sedangkan pengembalian asset tahun 2015-2016
mengalami penurunan dari 0,10% menjadi 1%, hal ini sejalan dengan penelitian
terdahulu Wulandari (2017) yang menyatakan bahwa Ukuran perusahaan secara
parsial berpengaruh negatif signifikan baik pada profitabilitas perusahaan (ROA)
serta penelitian Limin dan Asmayadi (2012) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA. Tahun 2016-2017 ukuran
perusahaan pada PT Bank Capital Indonesia Tbk mengalami peningkatan dari Rp
14.207.414.000.000 menjadi Rp 16.349.473.000 yang pengembalian assetnya
mengalami penurunan dari 1% menjadi 0,79% ,hal ini sejalan dengan penelitian
terdahulu Wulandari (2017) yang menyatakan bahwa Ukuran perusahaan secara
parsial berpengaruh negatif signifikan baik pada profitabilitas perusahaan (ROA)
serta penelitian Limin dan Asmayadi (2012) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA.

Pada Bank Bukopin Tbk ukuran perusahaan tahun 2015-2016


mengalami peningkatan semula Rp 92.653.000.000.000 menjadi Rp

6
102.778.000.000.000 sedangkan pengembalian asset tahun 2015-2016 mengalami
penurunan dari 0,75% menjadi 0,54%, hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu
Wulandari (2017) yang menyatakan bahwa Ukuran perusahaan secara parsial
berpengaruh negatif signifikan baik pada profitabilitas perusahaan (ROA) serta
penelitian Limin dan Asmayadi (2012) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan tahun 2016-2017 ukuran
perusahaan pada Bank Bukopin Tbk mengalami peningkatan dari Rp
102.778.000.000.000 menjadi Rp 106.443.000.000 yang pengembalian assetnya
mengalami penurunan dari 0,54% menjadi 0,09% ,hal ini sejalan dengan
penelitian terdahulu Wulandari (2017) yang menyatakan bahwa Ukuran
perusahaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan baik pada profitabilitas
perusahaan (ROA) serta penelitian Limin dan Asmayadi (2012) yang menyatakan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ROA.

Liabilitas PT Bank MNC Internasional Tbk pada tahun 2015-2016


mengalami peningkatan dari Rp 10.428.800.000 menjadi Rp 11.197.144.000
seiring penurunan pengembalian asset dari 0,10% menjadi 0,11% , hal ini
menunjukkan sejalan dengan penelitian Maulana dan Safa (2017) yang
menyatakan bahwa Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terbukti
baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas PT. Bank Mandiri Tbk yang artinya semakin besar hutang
jangka pendek maupun jangka panjang maka akan meningkatkan profitabilitas
atau pengembalian asset. Tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari Rp
11.197.144.000 menjadi Rp 9.453.546.000.000 dengan penurunan pengembalian
asset yang awalnya 0,11% menjadi -7,47%, hal ini sejalan dengan penelitian
Maulana dan Safa (2017).

Pada tahun 2015-2016 PT Bank Capital Indonesia Tbk mengalami


peningkatan dari Rp 11.105.781.000.000 menjadi Rp 12.892.374.000.000 dengan
penurunan pengembalian asset yang awalnya 1,10% menjadi 1%, hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Maulana dan Safa (2017) yang menyatakan bahwa
Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terbukti baik secara simultan

7
maupun secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas PT.
Bank Mandiri Tbk yang artinya semakin besar hutang jangka pendek maupun
jangka panjang maka akan meningkatkan profitabilitas atau pengembalian asset.
Liabilitas tahun 2016-2017 mengalami peningkatan dari Rp 12.892.374.000.000
menjadi Rp 14.941.087.000.000 yang diikuti penurunan pengembalian asset yang
awalnya 1% menjadi 0,79%, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Maulana dan
Safa (2017).

Pada tahun 2015-2016 Bank Bukopin Tbk mengalami peningkatan


dari Rp 86.831.00.000.000 menjadi Rp 95.868.000.000.000 dengan penurunan
pengembalian asset yang awalnya 1,75% menjadi 0,54%, hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Maulana dan Safa (2017) . Kasus yang sama terjadi pada tahun
2016-2017, liabilitas mengalami peningkatan dari Rp 95.868.000.000.000 menjadi
Rp 99.684.000.000.000 yang diikuti penurunan pengembalian asset yang awalnya
0,54% menjadi 0,09%, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Maulana dan Safa
(2017).

Berdasarkan latar belakang penelitian, fenomena dan konsep-konsep


tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul penelitian sebagai
berikut:

“ PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA , UKURAN


PERUSAHAAN DAN LIABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP
PENGEMBALIAN ASSET PADA SEKTOR PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah


sebagai berikut.

(1) Bagaimana inflasi berpengaruh terhadap tingkat pengembalian asset pada


sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017 ?

8
(2) Bagaimana tingkat suku bunga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian
asset pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017 ?

(3) Bagaimana ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian


asset pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017 ?

(4) Bagaimana liabilitas perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian


asset pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2017 ?

(5) Bagaimana inflasi, tingkat suku bunga, ukuran perusahaan dan liabilitas
perusahaan terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan yang teruji tentang pengaruh
sebagai berikut.

(1) Inflasi terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.

(2) Tingkat suku bunga terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.

(3) Tingkat pengembalian asset terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.

(4) Liabilitas perusahaan terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor


perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017 .

9
(5) Inflasi, tingkat suku bunga, ukuran perusahaan dan liabilitas perusahaan
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (1) Manfaat
teoritis (2) Manfaat praktis.

(1) Manfaat teoritis

Bagi penulis dan pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan referensi mengenai pengaruh inflasi, tingkat suku bunga ,
Ukuran Perusahaan dan liabilitas perusahaan terhadap pengembalian asset
pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-
2017.

(2) Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran atau sumber


masyarakat maupun pemangku kepentingan yang mau berinvestasi dan dapat
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk keputusan yang akan datang.

KAJIAN PUSTAKA

E. Inflasi

10
Inflasi secara umum didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum dan
terus menerus. Kebijakan moneter Bank Indonesia ditujukan untuk mengelola
tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan aggregat (demand agregat) relatif
terhadap kondisi sisi penawaran. Kebijakan moneter tidak ditujukan untuk
merespon kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan yang
bersifat sementara (temporer) yang akan hilang dengan sendirinya seiring dengan
berjalannya waktu. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja yang tidak
berdampak bagi kenaikan harga barang lain tidak bisa disebut dengan inflasi.
Kenaikan musimanpun, seperti kenaikan harga pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri, Natal atau tahun baru tidak bisa disebut dengan inflasi, karena kenaikan
tersebut bersifat sementara dan tidak memiliki pengaruh lanjutan. Kenaikan harga
semacam ini tidak dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan
penanganan khusus untuk menanggulanginya. Karena kenaikan ini berlangsung
secara terus menerus maka perlu adanya tindakan dari pemerintah untuk dapat
mengendalikannya, yaitu dengan kebijakan moneter untuk kembali menstabilkan
perekonomian. Sesuai dengan pernyataan dari Julius R. Latumaerissa (2011:22)
definsi singkat dari inflasi ialah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
terus menerus. Selain terjadi secara terus menerus, kenaikan harga bisa disebut
dengan inflasi apabila kenaikan harga tersebut mencakup keseluruhan jenis
barang. Sesuai dengan pernyataan dari Mankiw N. Gregory, Euston Quah dan
Peter Wilson (2012:155) inflasi ialah kenaikan tingkat harga secara keseluruhan.
Inflasi tidak terjadi begitu saja, terdapat beberapa sebab yang
mengakibatkan terjadinya inflasi di suatu negara. Beberapa sebab yang dapat
menimbulkan inflasi antara lain pemerintah terlalu berambisi untuk menyerap
sumber-sumber ekonomi lebih besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat
dilepaskan oleh pihak bukan pemerintah pada tingkat harga yang berlaku berbagai
golongan dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan relatif
lebih besar daripada kenaikan produktifitas mereka, adanya harapan yang
berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang-barang dan jasa naik
lebih cepat daripada tambahan keluarnya yang mungkin dicapai oleh
perekonomian yang bersangkutan, adanya kebijakan pemerintah baik yang

11
bersifat ekonomi atau non ekonomi yang mendorong kenaikan harga, pengaruh
alam yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga, pengaruh inflasi
luar negeri, khususnya bila negara yang bersangkutan mempunyai sistem
perekonomian terbuka. (Waluyo, Dwi Eko 2009) pengaruh inflasi luar negeri ini
akan terlihat melalui pengaruh terhadap harga-harga barang impor
- Macam-macam Inflasi
Terdapat beberapa macam inflasi yang dapat terjadi dalam perekonomian,
baik berdasrakan parah atau tidaknya suatu inflasi dan didasarkan pada sebab-
sebab awal terjadinya inflasi. Menurut Latumaerissa (2011: 23) inflasi dapat
dikelompokkan dalam beberapa golongan jika didasarkan atas parah tidaknya
suatu inflasi, sebagai berikut:

a. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)


b. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
c. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
d. Hiperinflasi (di atas 100%)

Parah tidaknya suatu inflasi dapat diukur dengan suatu indikator yang dapat
dihitung sehingga dapat ditentukan, inflasi yang terjadi termasuk pada inflasi yang
ringan, sedang, berat atau bahkan hiperinflasi. Ukuran inflasi yang paling banyak
digunakan ialah indek harga konsumen (IHK) yang juga dikenal dengan consumer
price index (CPI). CPI mengukur pembelian standar untuk barang pada waktu
yang beralainan, meliputi harga makanan, pakaian, perumahan, bahan bakar,
transportasi, perawatan medis, biaya perkuliahan, dan barang juga jasa lain yang
dibeli untuk kehidupan sehari-hari. Menurut Paul A. Samuelson dan Wiliam D.
Nordhaus (2004:118) perhitungan tingkat inflasi dengan menggunakan indikator
Indeks harga konsumen ialah sebagai berikut:
Tingkat Inflasi = IHK tahun t – IHK ( tahun t-1)
X 100
IHK (tahun t-1)

12
Tingkat inflasi dapat diperoleh dengan menghitung indeks harga konsumen tahun
berjalan dikurangi dengan indeks harga konsumen tahun sebelumnya dan
kemudian dibagi dengan indeks harga konsumen tahun sebelumnya (Samuelson
dan Nordhaus: 2004), dengan demikian akan diperoleh berapa persen tingkat
inflasi yang sedang berlangsung pada tahun tersebut yang dapat dikategorikan
pada tingkat ringan, sedang, berat atau hiperinflasi.
- Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh beberapa hal jika didasarkan pada sebab-
sebab awalnya. Pertama, inflasi yang timbul dikarenakan permintaan masyarakat
yang kuat, kenaikan harga produk akhir mendahului kenaikan harga input yang
disebut dengan demand pull inflation. Kedua, inflasi yang timbul karena kenaikan
ongkos produksi, sebaliknya dari demand pull inflation, harga input mendahului
kenaikan harga produk akhir. Pada umumnya, inflasi yang terjadi diberbagai
negara di dunia ialah kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut dan sering kali
keduanya memperkuat satu sama lain. Jika didasarkan pada asas inflasi yang
dibedakan menjadi domestic inflation dan imported inflation, domestic inflation
ialah inflasi yang berasal dari dalam negeri, sedangkan imported inflation ialah
inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul
misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang
baru, panen yang gagal, dsb. Inflasi yang berasal dari luar negeri ialah iflasi yang
timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau di negara-negara
langganan berdagang negara kita (Latumaerissa, 2011).

Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan secara


langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang
tercakup di dalamnya berasal dari impor, secara tidak langsung menaikan indeks
harga melalui kenaikan ongkos produksi (yang akan diikuti kenaikan harga jual)
dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang
harus diimpor (cost inflation); dan secara tidak langsung menimbulkan kenaikan
harga di dalam negeri karena ada kemungkinan (tetapi tidak harus demikian)
kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran

13
pemerintah/ swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan impor tersebut
(demand inflation). Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan
penghasilan eksportir (dan juga para produsen barang-barang ekspor tersebut)
naik. Kenaikan penghasilan ini kemudian akan dibelanjakan untuk membeli
barang-barang (baik dari dalam maupun luar negeri). Bila jumlah barang yang
tersedia di pasar tidak bertambah, akibatnya harga barang lain akan naik pula
(Latumaerissa, 2011), maka dari itu kegiatan impor dan ekspor juga bisa menjadi
sebab dan akibat dari inflasi itu sendiri. Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (over heated), artinya kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran
produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Kondisi
ekonomi yang seperti ini akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of
money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari
investasinya. (Tandelilin, 2001).
F. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Menurut Kasmir, (2002:121) suku bunga bank dapat diartikan sebagai
balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvesional kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya. Sadono Sukirno (2006:375)
menyatakan suku bunga adalah bunga yang dinyatakan sebagai persentasi dari
modal.

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan


kepada nasabahnya, yaitu :

1. Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus
dibayar kepada nasabahnya. Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan,
bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

14
Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh : bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikelurkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan dana yang
diterima dari nasabah. Bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing
mempengaruhi satu sama lainnya. Sabagai contoh seandainya bunga simpanan
tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan
demikian pula sebaliknya.

- Fungsi Suku Bunga


Suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam
perekonomian, yaitu :

.a Membantu mengalirkan tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung


pertumbuhan perekonomian.
.b Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan
dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
.c Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari
suatu negara.
.d Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

- Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga


Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menentukan besar kecilnya
tingkat

suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya
baik bunga maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-
faktor lainnya

Menurut Kasmir, (2002:122) faktor-faktor utama yang mempengaruhi


besar kecilnya penetapan suku bunga adalah:

15
1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat,


maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang
ada simpanan banyak sementara pemohonan simapanan sedikit maka bunga
simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang


paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika
untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana
cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing, misalnya
16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah
bunga pesaing.

3. Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak
boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar
maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi


bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka
bunga relatif lebih rendah.

16
6. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dan nasabah


biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas
nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya
mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam
penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa.

- Jenis-jenis Tingkat Suku Bunga


` Menurut Mahardjo Kuncoro dan Suhardjono (2002:209) jenis-jenis
suku bunga:

1. Suku bunga deposito, terdiri dari suku bunga (counter)


yaitu suku bunga yang tercantum pada papan pengumuman masing-masing
bank atau dimedia cetak dan suku negosiasi, suku negosiasi diberikan kepada
nasabah-nasabah besar dengan maksud agar dengan kelebihan suku bunga
tersebut mau menyimpan di bank yang bersangkutan.
2. Suku bunga tabungan, suku bunga yang di peruntukkan
nasabah tabungan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uang di bank.

G. Ukuran Perusahaan

- PengertianTingkat Ukuran Perusahaan

Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu perbandingan


besar/kecilnya suatu objek. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ukuran diartikan sebagai berikut:

(1) “Alat untuk mengukur (seperti meter, jangka dan sebagainya)

(2) Sesuatu yang dipakai untuk menentukan

(3) Pendapatan mengukur

(4) Panjangnya (lebarnya, luasnya, besarnya) sesuatu.”

17
Menurut Butar dan Sudarsi (2012) pengertian ukuran perusahaan
adalah Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan
besar/kecilnya perusahaan.Ukuran perusahaan menunjukkan besarnya
skala perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur oleh total aktiva (asset)
perusahaan (Machfoedz:1994 dalam Widaryanti, 2009).

Aktiva menurut Kieso (2011:192) adalah sebagai berikut:

“asset is a resource controlled by the as a result of past events and from


which future economic benefit are expected to flow to theentity.”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa aktiva adalah sumber daya


dikendalikan oleh suatu perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu
dan diharapkan akan mendapat manfaat ekonomi masa depan untuk
perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2008:313) pengertian ukuran perusahaan


adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai
penjualan atau nilai aktiva sedangkan menurut Machfoedz (1994) dalam
Widaryanti (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu
skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut
berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain).
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan
perusahaan kesil (small firm. Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan kepada total asset perusahaan.

Selanjutnya ukuran perusahaan menurut Agus Sartono (2010:249)


didefinisikan sebagai berikut:

“Perusahaan besar yang sudah well estabilished akan lebih mudah


memperoleh modal di pasar modal disbanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar”

18
- Klasifikasi Ukuran Perusahaan

UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke


dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan
pada total asset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan
tersebut.

UU No. 20 Tahun 2008 pasal 1 tersebut mendefinisikan usaha


mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:

“Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorang dan


badan usaha perorang yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri


yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini.

4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan


oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional

19
milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.”

Mengacu pada undang-undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6,


kriteria usaha kecil/ukuran perusahaan kecil dilihat dari segi keuangan
dalam modal yang dimilikinya adalah:

(1) “Kriteria Usaha Makro adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,- (lima


puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp


300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,-


(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari


Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus
juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,-


(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari


Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah)

20
sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,- (lima
puluh milyar rupiah).

(4) Kriteria Usaha Besar adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari


Rp10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari


Rp50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah) .”

Dari pengungkapan kriteria pengklasifikasian ukuran perusahaan diatas


dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah sesuatu yang dapat mengukur
atau menentukan nilai dari besar atau kecilnya perusahaan melalui batas asset dan
omset penjualan yang dimiliki sebuah perusahaan.

- Metode Pengukuran

Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko


(2008:257) mengemukakan bahwa:

“Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar asset


biasanya perusahaan tersebut semakin besar.”

Menurut Jogiyanto Hartono (2013:282) menyatakan bahwa:

“Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva


tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva.”

Menurut Machfoedz (1994) dalam Widaryanti (2009) menyatakan bahwa


ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan menurut berbagai cara (total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
lain-lain).

Ukuran Perusahaan = Log Total Aktiva

21
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log
total aktiva karena untuk memudahkan penelitian disebabkan oleh jumlah total
aktiva perusahaan mencapai puluhan triliyun sedangkan variabel dependen
maupun independen menggunakan skala pengukuran rasio oleh sebab itu, ukuran
perusahaan diukur menggunakan log total aktiva (Ln_Total Aktiva).

H.Liabilitas Perusahaan

- Pengertian Liabilitas Perusahaan

Semua perusahaan baik kecil maupun perusahaan yang besar mempunyai


utang. Utang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada
waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan
datang (Jusuf, 2001). Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) bahwa “Utang
adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan
datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya.” Pengorbanan ekonomi dapat
berbentuk uang, aset, jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Utang
mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk
mengklain aset perusahaan.

Untuk tujuan pelaporan, utang diklasifikasikan menjadi dua jenis utama yaitu
utang lancar dan utang tidak lancar (Stice, 2004). Utang lancar merupakan
kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dalam siklus operasi normal
perusahaan. Selain itu, utang lancar biasanya dibayar dengan aset lancar. Jika
utang yang telah diklasifikasikan sebagai tidak lancar akan jatuh tempo di tahun
depan, maka kewajiban tersebut harus dilaporkan sebagai utang lancar. Utang
tidak lancar merupakan kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.
Selain itu, utang tidak lancar akan dibayar dengan penyerahan aset tidak lancar
yang telah diakumulasikan untuk tujuan pelunasan kewajiban. Perbedaan antara
kewajiban lancar dan tidak lancar adalah hal penting karena berpengaruh terhadap
rasio lancar perusahaan, dimana rasio lancar ini menggambarkan kondisi

22
likuiditas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan dalam membayar utang
lancarnya (Stice, 2004).

Menurut FASB, utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa


mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang
sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut IAI, kewajiban merupakan utang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi (Ghozali dan Chairiri,2007 dalam Pitaloka 2009).

Menurut Munawir (2004) utang adalah semua kewajiban keuangan


perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan
sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Utang merupakan
salah satu umber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan
utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari utang
berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan
dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham
biasa.

- Penggolongan Liabilitas

Penggolongan hutang, ada yang hanya membaginya dalam dua golongan,


yaitu hutang jangka pendek (kurang dari satu tahun) dan hutang jangka panjang
(lebih dari satu tahun). Tetapi banyak asumsi yang membagi hutang dalam tiga
golongan yaitu :

1. Hutang Jangka Pendek (Short–term debt)

“Hutang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya


paling lama satu tahun” .(Bambang Riyanto, 2001 :227)

Menurut Munawir (2004:18) Hutang lancar atau hutang jangka


pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang perlunasannya atau

23
pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak
tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.

Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan


barang / jasa, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan
usahanya. Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek diantaranya adalah :

1) Rekening Koran

Kredit Rekening Koran adalah kredit yang diberikan


oleh Bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu
dimana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan
sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga
yang dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja,
meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari
jumlah tersebut. Bank dalam memberikan kredit rekening Koran
dapat menyita perusahaan yang bersangkutan dengan berbagai
syarat atau klausal (clausule),yaitu antara lain :

a. Klausul Pembatalan

Bank mempunyai hak untuk membatalkan pemberian


kreditnya setiap waktu. Pada dasarnya hak tersebut baru
digunakan apabila Bank sudah mengetahui dengan pasti
bahwa kredit yang diberikan secara rekening Koran itu
dengan sengaja oleh perusahaan yang bersangkutan
digunakan untuk maksud-maksud yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan atau menyimpang dari tujuan
penggunaan kredit tersebut.

b.Klausul Likuiditas Darurat

24
Klausul atau syarat ini memungkinkan Bank mengubah
kredit rekening Koran kedalam bentuk kredit wesel, dengan
tujuan untuk mendapatkan alat-alat tunai dengan segera.

c.Klausul Pemeriksaan

Klausul ini memungkinkan Bank untuk memeriksa,


meneliti dan mengawasi cara penggunaan kredit yang
diberikan oleh Bank kepada suatu perusahaan agar supaya
kredit tersebut dapat digunakan dengan cara yang sebaik-
baiknya.

d.Klausul Penerimaan Dan Pembayaran Melalui Bank

Klausul ini memungkinkan Bank mengikat keuangan


perusahaan dengan syarat bahwa semua transaksi finansiil
perusahaan harus dijalankan melalui Bank yang
bersangkutan.

e.Klausul Jaminan

Klausul ini berhak untuk meminta jaminan yang lebih


besar lagi misalnya dengan penyerahan efek, dan berdasrkan
nilai dasi efek tersebut, Bank menentukan berapa persen
kreidt akan diperbesar.

2) Kredit Dari Penjual

Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (Trade-credit) dan


kredit ini terjadi bila penjualan produk dilakukan dengan kredit. Pada
umumnya perusahaan yang memberi kredit penjual adalah perusahaan
industri, sedamgkan perusahaan yang menerima adalah perusahaan
perdagangan.

3) Kredit Dari Pembeli

25
Kredit pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan
sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya atau
barang-barang lainnya.

4) Kredit wesel

Kredit wesel ini terjadi apabila perusahaan mengeluarkan surat


pengakuan hutang yang berisikan kesanggupan untuk membayaar
sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu dan
setelah ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada
Bank.

2. Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term debt)

“Hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktu atau


umumnya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun” .(Bambang
Riyanto, 2001:232)

Kebutuhan membelanjai dengan usaha dengan jenis kredit ini di


rasakan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat di penuhi dengan kredit
jangka pendek di satu pihak dan sukar untuk dipenuhi dengan kredit
jangka panjang di lain pihak.Untuk kebutuhan modal yang tidak begitu
besar jumlahnya juga tidak ekonomis untuk dipenuhi dengan dana yang
berasal dari pasar modal. Lagi pula pengurusan pembelanjaannya adalah
lebih mudah dengan mengadakan kontak langsung dengan pihak yang
meminjam atau kreditur, dan cara ini adalah ciri khas daei pembelanjaan
dengan intermediate-term debt.

Bentuk-bentuk utama dari hutang jangka menengah yang utama adalah :

1. Tearm Loan

Tearm Loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari


satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya tearm loan di

26
bayar kembali dengan angsuran tetap selama satu periode tertentu
(amortization payment), misalkan pembayara angsuran dilakukan
setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun.

2. Leasing.

Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan


services dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama
seperti halnya apabila kita menjual obligasi untuk mendapatkan
services dan hak milik atas aktiva tersebut dan perbedaannya pada
leasing tidak disertai dengan hak milik. Lebih khususnya, lease
adalah persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva
(lessor) menginginkan pihak lain (lessee) untuk menggunakan jasa
dari aktiva tersebut selama satu periode tertentu. Hak milik atas
aktiva tersebut tetap pada lessor .

3. Hutang Jangka Panjang, (long term debt)

Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka waktunya adalah


panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Para ahli mengungkapkan bahwa :

“Hutang jangka panjang atau long-term debt adalah satu bentuk perjanjian
antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman
sejumlah tertentudan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang
mencakup bunha dan pokok pinjaman ”. (Agus Sartono, 2001:324) sedangkan
menurut Munawir (2004:19) hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan
yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca

Adapun jenis dan bentuk-bentuk utama dari hutang jangka panjang (Long-
term debt) antara lain :

1. Pinjaman Obligasi (Bond Payables).

27
Obligasi merupakan instrumen hutang jangka panjang yang digunakan oleh
pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana jangka panjang. Seperti
yang dikemukakan oleh para ahli bahwa :

“Pinjaman Obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang,
untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang mempunyai
nominal tertentu”. (Bambang Riyanto, 2001:238)

Adapun jenis jenis dari obligasi antara lain adalah :

a. Obligasi biasa (Bond)

Adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debiturdalam waktu-waktu


tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau
tidak.

b. Obligasi pendapatan (Income Bonds)

Adalah jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-
waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut
mendapatkan keuntungan.

c. Obligasi yang dapat di tukarkan (Convertible-bonds)

Adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat


obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkanya dengan saham dari
perusahaan yang bersangkutan.

2. Pinjaman Hipotik (Mortgage)

Pinjaman hipotik merupakan pinjaman jangka panjang dimana pemberi


uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu batang tidak bergerak Para ahli
menyebutkan bahwa:

28
“Hipotik merupakan bentuk hutang jangka panjang dengan agunan aktiva
tidak bergerak (Tanah bangunan) dalam perjanjian kreditnya disebutkan secara
jelas aktiva apa yang di pergunakan sebagai agunan”.(Suad Husnan dan Enny
Pudjiastuti, 2002:416).

I. Penelitian Terdahulu

Dalam rangka membandingkan posisi penelitian sekarang dengan


penelitian sebelumnya maka dikutip penelitian sebelumnya seperti nampak pada
table 2.5.1

Tabel 2.5.1 penelitian terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian


1 Ayu Yanita 2013 Analisis Pengaruh Penelitian ini
Sahara Inflasi, Suku dilaksanakan dengan
Bunga BI dan tujuan untuk mengetahui
Produk Domestik faktor-faktor apa saja
Bruto terhadap yang berpengaruh
Return On Asset terhadap ROA.
(ROA) Bank Berdasarkan analisis hasil
Syariah di penelitian yang telah
Indonesia dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa
suku bunga BI
berpengaruh negatif
terhadap ROA. Namun
pada pengujian inflasi dan
produk domestik bruto
menunjukkan hasil bahwa
terdapat pengaruh positif
terhadap ROA. Dan
secara bersama-sama

29
inflasi, suku bunga BI,
dan produk domestik
bruto (GDP) berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
2 Desi Marilin 2012 Pengaruh Inflasi, Pada penelitian ini
Swandayani Suku Bunga, Nilai didapatkan hasil bahwa
dan Rohmawati Tukar Valas dan secara bersama-sama
Kusumaningtias Jumlah Uang variabel inflasi, suku
Beredar Terhadap bunga, nilai tukar valas
Profitabilitas Pada dan jumlah uang beredar
Perbankan Syariah mempunyai pengaruh
di Indonesia yang signifikan terhadap
Periode 2005-2009 ROA perbankan syariah
di Indonesia. Hasil secara
parsial suku bunga, nilai
tukar valas dan jumlah
uang beredar mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap ROA.
Sedangkan variabel inflasi
mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan
terhadap ROA perbankan
syariah. Hal ini
disebabkan, pada saat
inflasi tinggi maka
masyarakat lebih percaya
terhadap perbankan
syariah dibandingkan
dengan perbankan
konvensional. Dan

30
pembiayaan perbankan
syariah yang masih lebih
diarahkan kepada
aktivitas perekonomian
domestic.
3 Masri Limin 2014 Pengaruh Current Hasil penelitian ini
dan Evi Ratio, Ukuran menunjukkan bahwa
Asmayadi Perusahaan, dan Current Ratio, Ukuran
DER Terhadap Perusahaan, dan DER
ROA Perusahaan secara bersama-sama
yang Tergabung mempunyai pengaruh
Dalam LQ 45 di yang positif dan
Bursa Efek signifikan terhadap ROA.
Indonesia Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa
Current Ratio memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ROA, DER juga
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA,
sedangkan Ukuran
Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
ROA.
4. Evi Try 2017 Pengaruh . Ukuran perusahaan
Wulandari Leverage, Ukuran secara parsial
Perusahaan, dan berpengaruh negatif
Pertumbuhan signifikan baik pada
Penjualan profitabilitas perusahaan
Terhadap (ROA) maupun
Profitabilitas proftabilitas investor

31
Perusahaan Sub (ROE). Hal ini diperkuat
Sektor Otomotif dengan masih terdapat
dan Komponen di perusahaan pada industri
Bursa Efek otomotif dan komponen
Indonesia yang terus meningkatkan
jumlah asetnya tetapi
tidak diikuti dengan
peningkatan profitabilitas.
Hal ini menunjukan
bahwa penggemukan aset
tidak selalu akan
meningkatkan profit pada
perusahaan otomotif dan
komponen.
5. Maizah Rosita 2017 Pengaruh Utang Berdasarkan hasil
dan Rilla Terhadap penelitian mengenai
Gantino Profitabilitas Pada “Pengaruh utang terhadap
Perusahaan Food profitabilitas pada
& Beverage Yang perusahaan food &
Terdaftar di Bursa beverage yang terdaftar di
Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015 (BEI) pada tahun 2011-
2015” maka kesimpulan
dari penelitian ini adalah:
(1) Long term Liabilities
to Total Assets, Short term
Liabilities to Total Assets
terhadap Return on
Assets, Return on Equity,
Earning Per Share pada
perusahaan Food &

32
Beverage berpengaruh
signifikan; (2) Long term
Liabilities to Total Assets
terhadap Return on assets
pada perusahaan Food &
Beverage berpengaruh
tidak signifikan; (3) Short
term Liabilities to Total
Assets terhadap Return on
assets pada perusahaan
Food & Beverage
berpengaruh signifikan;
(4) Long term Liabilities
to Total Assets terhadap
Return on equity pada
perusahaan Food &
Beverage berpengaruh
tidak signifikan; (5) Short
term Liabilities to Total
Assets terhadap Return on
equity pada perusahaan
Food & Beverage
berpengaruh signifikan;
(6) Long term Liabilities
to Total Assets terhadap
Earning per share pada
perusahaan Food &
Beverage berpengaruh
tidak signifikan; (7) Short
term Liabilities to Total
Assets terhadap Earning

33
per share pada perusahaan
Food & Beverage
berpengaruh tidak
signifikan.
6. Zefri Maulana 2017 Pengaruh Hutang Hutang jangka pendek
dan Ayang Jangka Pendek dan dan hutang jangka
Fhonna Safa Hutang Jangka panjang terbukti baik
Panjang Terhadap secara simultan maupun
Profitabilitas Pada secara parsial
PT. Bank Mandiri berpengaruh positif
Tbk signifikan terhadap
profitabilitas PT. Bank
Mandiri Tbk

Originalitas penelitian ini yaitu: (1) pada penelitian terdahulu menggunakan


subjek pada perusahaan, Bank syariah dan Bank pemerintah akan tetapi di
penelitian ini menggunakan subjek Bank swasta. (2) pada penelitian ini
menggunakan 4 variabel bebas yaitu inflasi , tingkat suku bunga, ukuran
perusahaan, liabilitas perusahaan dan 1 variabel terikat yaitu pengembalian asset.

J. Kerangka Berpikir

Inflasi (X1)

1
2
Tingkat Suku
Bunga (X2)
34
2

Ukuran 2 Pengembalian Asset


Perusahaan (X3) (Y)
2

Liabilitas
Perusahaan (X4)

Keterangan:

(1) X1,X2,X3,X4,X5 Secara simultan mempengaruhi Y

(2) X1,X2,X3,X4,X5 Secara parsial mempengaruhi Y

K. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, penulis mencoba merumuskan


hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut.

- Hubungan antara Inflasi terhadap Pengembalian Asset

Teori Sukirno (2006:15) yang menyatakan bahwa apabila suatu negara


mengalami inflasi yang tinggi akan menyebabkan naiknya konsumsi, sehingga
akan mempengaruhi pola saving dan pembiayaan pada masyarakat. Perubahan
tersebut akan berdampak pada kegiatan operasional bank, jumlah dana dari
masyarakat yang dihimpun akan semakin berkurang sehingga nantinya akan
mempengaruhi kinerja bank dalam memperoleh pendapatan dan menghasilkan
profit. Hasil penelitian dari Sahara (2013) menyatakan bahwa pada pengujian
inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh
positif terhadap ROA. Dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI, dan

35
produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan terhadap ROA.. Artinya
semakin besar inflasi maka ROA bank syariah semakin besar . Jadi menurut
paparan diatas dapat disimpulkan bahwa H1: Ada Pengaruh Inflasi terhadap
pengembalian asset pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2015- 2017.

- Hubungan antara Tingkat Suku Bunga terhadap Pengembalian Asset

Teori Siahaan (2007) yang menyatakan bahwa jika tingkat suku bunga
turun maka biaya pendanaan bank akan turun dan secara keseluruhan tingkat
pengembalian asset bank akan naik. Hasil penelitian dari Sahara (2013) suku
bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA.. Jadi menurut paparan diatas maka
H2: Ada pengaruh Tingkat suku bunga terhadap pengembalian asset pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015- 2017.

- Hubungan antara Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat


Pengembalian Asset

Menurut (Machfoedz:1994 dalam Widaryanti, 2009) ukuran perusahaan


menunjukkan besarnya skala perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur oleh
total aktiva (asset) perusahaan (Machfoedz:1994 dalam Widaryanti, 2009). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh limin dan asmayadi (2014) menyatakan bahwa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio, Ukuran Perusahaan, dan
DER secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap ROA, tetapi secara parsial ukuran Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap ROA dan penelitian dari Wulandari (2017) yang menyatakan Ukuran
perusahaan secara parsial berpengaruh negatif signifikan baik pada profitabilitas
perusahaan (ROA). Dari paparan diatas maka H3: Ada pengaruh antara Ukuran
Perusahaan terhadap Tingkat Pengembalian Asset pada sektor perbankan yang
terdaftar di BEI tahun 2015- 2017.

- Hubungan antara Liabilitas Perusahaan terhadap Pengembalian


Asset

36
Menurut FASB, utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa
mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang
sebagai akibat transaksi masa lalu. Semakin besar utang atau liabilitas maka akan
semakin besar pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang dengan
menyerahkan asset yang besar dimasa mendatang. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rosita dan Gantino (2017) menyatakan bahwa secara simultan Long term
Liabilities to Total Assets, Short term Liabilities to Total Assets terhadap Return
on Assets, Return on Equity, Earning Per Share pada perusahaan Food &
Beverage berpengaruh signifikan tetapi secara parsial Long term Liabilities to
Total Assets terhadap Return on assets pada perusahaan Food & Beverage
berpengaruh tidak signifikan sedangkan menurut Maulana dan Safa (2017)
menyatakan bahwa Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terbukti
baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas PT. Bank Mandiri Tbk. Dari paparan diatas maka H4: Ada
pengaruh antara Liabilitas Perusahaan terhadap Pengembalian Asset pada sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015- 2017.

- Hubungan antara inflasi, tingkat suku bunga, ukuran perusahaan


dan Liabilitas Perusahaan secara simultan terhadap Pengembalian
Asset

H5: Ada pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, ukuran perusahaan dan liabilitas
perusahaan berpengaruh simultan terhadap tingkat pengembalian asset pada sektor
perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2017.

METODE PENELITIAN
L. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif kausal yang
digunakan untuk memperoleh temuan yang teruji mengenai Pengaruh inflasi,
tingkat suku bunga, ukuran perusahaan dan liabilitas perusahaan terhadap

37
pengembalian asset pada sektor perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2015-
2017. Penelitian kausal adalah desain penelitian yang bertujuan menentukan
hubungan dan pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya. Menurut
Sugiyono (2007), desain kausalitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (a) merumuskan masalah, (b) landasan teori, (c) merumuskan
hipotesis, (d) melakukan penelitian, (e) mengumpulkan data dan analisis data, dan
(f) menyusun laporan dan menyimpulkan.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Inflasi (X1), Tingkat suku
bunga (X2), Ukuran perusahaan (X3), Liabilitas (X4), dan variabel terikatnya
adalah Pengembalian aset (Y).

M. Subyek dan Obyek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah sektor perbankan yang terdaftar di BEI tahun
2015-2017 sedangkan objek penelitian adalah Inflasi (X1), Tingkat Suku Bunga
(X2), Ukuran Perusahaan (X3), Liabilitas Perusahaan (X4) dan Pengembalian Asset
(Y)

N. Populasi dan Sampel


Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010: 80), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) .
Menurut sugiyono (2013:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. pengukuran sampel merupakan suatu
langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan
penelitian suatu objek. untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan
statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. pengambilan sampel ini harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar benar dapat
berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan
istilah lain harus representatif (mewakili). Dalam penelitian ini, teknik sampling

38
yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2011:85),
sampling purposive adalah Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Kriteria penarikan sampel yaitu :
1. Perusahaan sektor perbankan swasta yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2015-2017.
2. Perusahaan sektor perbankan swasta yang mempublikasikan
laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017.
dimaksud yaitu laporan keuangan per 31 Desember, dengan alasan
laporan keuangan tersebut telah diaudit sehingga informasi yang
dilaporkan lebih dapat percaya.

O. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
berupa pengembalian asset (ROA), inflasi, tingkat suku bunga,ukuran perusaan
dan liabilitas perusahaan pada sector perbankan swasta yang terdaftar di BEI
tahun 2015-2017. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang
diperoleh laporan keuangan pada sector perbankan swasta di BEI,laporan
keuangan dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia.
P. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu Pencatatan dokumen
dengan mengambil data laporan keuangan tahunan perbankan swasta di BEI tahun
2015-2017, data laporan tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) 2015-2017 dan data
laporan tahunan Bank Indonesia tahun 2015-2017.
Q. Metode Analisis Data
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, perumusan hipotesis,
dan jenis data yang dikumpulkan, maka analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Regresi Linier Berganda. Regresi berganda dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, baik
secara parsial maupun simultan. Pada regresi berganda terdapat satu variabel
terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas yaitu Inflasi (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Ukuran Perusahaan

39
(X3) dan Liabilitas Perusahaan (X4). Sedangkan yang menjadi variabel terikat
adalah Pengembalian Asset (Y). Model hubungan antar variabel tersebut dapat
disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut:

Y= + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4


Dimana :
Y : Pengembalian Asset

: Konstanta atau titik perpotongan dengan sumbu Y, bila X= 0


X1 : Inflasi
X2 : Tingkat Suku Bunga
X3 : Ukuran Perusahaan
X4 : Liabilitas Perusahaan
β1 β2 β3 β4 : Koefisien regresi yang menyatakan perubahan nilai Y akibat
perubahan unit X.

R. Rancangan Pengujian Hipotesis


- Uji Pengaruh Simultan
Uji pengaruh simultan digunakan untuk menguji hipotesis pertama
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh simultan antara Inflasi,
Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan dan Liabilitas Perusahaan
terhadap Pengembalian Asset. Dalam pengujian ini menggunakan p-value

yang akan dibandingkan dengan (0,05). Menurut Hasan (2004: 113),


adapun langkah– langkah pengujian hipotesis statistiknya sebagai berikut.
(1) Perumusan hipotesis
HO : Ryx1x2x3x4 = 0, tidak ada pengaruh secara simultan antara
Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan dan Liabilitas
Perusahaan terhadap Pengembalian Asset.

Ha; Ryx1x2x3x4 0, ada pengaruh secara simultan antara Inflasi, Tingkat


Suku Bunga, Ukuran Perusahaan dan Liabilitas Perusahaan terhadap
Pengembalian Asset.

40
(2) Kriteria pengujian hipotesis

(a) Menolak Ho jika p-value < (0,05) yang berarti ada pengaruh
simultan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan dan
Liabilitas Perusahaan terhadap Pengembalian Asset.

(b) Menerima Ho jika p-value > (0,05) berarti tidak ada pengaruh
simultan dari Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan dan
Liabilitas Perusahaan terhadap Pengembalian Asset.

- Uji Pengaruh Parsial


Uji pengaruh parsial digunakan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai
berikut.
(1) Perumusan hipotesis
Ho: ryx1 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial dari Inflasi terhadap
Pengembalian Asset.

Ha: ryx1 0, ada pengaruh secara parsial dari Inflasi terhadap


Pengembalian Asset.
Ho: ryx2 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial dari Tingkat Suku
Bunga terhadap Pengembalian Asset.

Ha: ryx2 0, ada pengaruh secara parsial dari Tingkat Suku Bunga
terhadap Pengembalian Asset.
Ho: ryx3 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial dari Ukuran
Perusahaan terhadap Pengembalian Asset.

Ha: ryx3 0, ada pengaruh secara parsial dari Ukuran Perusahaan


terhadap Pengembalian Asset.
Ho: ryx4 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial dari Liabilitas
Perusahaan terhadap Pengembalian Asset.

Ha: ryx4 0, ada pengaruh secara parsial dari Liabilitas


Perusahaan terhadap Pengembalian Asset.

41
(2) Kriteria pengujian hipotesis

(a) Menolak Ho jika p-value < (0,05) yang berarti ada


pengaruh secara parsial dari Inflasi (X1), Tingkat Suku Bunga (X2),
Ukuran Perusahaan (X3) dan Liabilitas Perusahaan (X4) terhadap
Pengembalian Asset (Y).

(b) Menerima Ho jika p-value > (0,05) berarti tidak ada pengaruh secara
parsial dari Inflasi (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Ukuran Perusahaan
(X3) dan Liabilitas Perusahaan (X4) terhadap Pengembalian Asset (Y).

DAFTAR PUSTAKA

A Chariri dan Imam Ghozali. 2007. “Teori Akuntansi”. Semarang: Badan


Penerbit Universitas Diponegoro.

Agus, R. Sartono. 2010. Manajemen Keuanangan Teori dan Aplikasi. Edisi


Keempat. Yogyakarta: BPFE.

AL. Haryono Jusup.2011. Dasar - Dasar Akuntansi JILID I EDISI KE-7. STIE
YKPN.

42
Badan Pusat Statistik. 2018. https://www.bps.go.id/

Bank Indonesia. 2018. http://www.bi.go.id

Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:


Penerbit GPFE

Bursa Efek Indonesia.2018. http://www.idx.co.id/

Earl K. Stice, James D. Stice dan K. Fred Skousen, 2004. Akuntansi


Intermediate, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Eduardus Tandelilin, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi


Pertama, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Financial Accounting Standard Board (FASB) Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) Concept No.6, 1985. Elements of
Financial Statements of Business Enterprises. Norwalk.

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko: Konsep, Kasus & Implementasi, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2007.

Husnan, Suad.1993. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi


kedua. Yogyakarta: BPPE UGM

Jogiyanto Hartono, 2013. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, BPFE


Yogyakarta, Edisi Kedelapan, Yogyakarta.

Julius R. Latumaerissa (2011), Bank dan Lembaga keuangan lain, Jakarta:


Salemba Empat.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2002.
Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D (2011). Intermediate Accounting
Volume 1 IFRS Edition. United States of America : Wiley.

43
Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi),
Edisi Pertama, Penerbit BPFE , Yogyakarta
Kurniasih, Linda Butar-Butar dan Sri Sudarsi. 2012. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Perataan Laba. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan. November, ISSN:1979-4878, hal 143-
158.
Limin, Masri dan Asmayadi, Evi. 2014. Pengaruh Current Ratio, Ukuran
Perusahaan, dan DER Terhadap ROA Perusahaan yang Tergabung
Dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen
Volume 1 Nomor 1.

Machfoez,Mas’ud. 1994. Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earning


Change in Indonesia, Yogyakarta: Gajahmada University
Bussines Review, No. 7/III
Mankiw, N. Gregory, Quah, Euston, dan Wilson, Peter, 2012. Pengantar
Ekonomi Makro, Principle of Economic (terjemahan). Edisi Asia,
Volume 2, Salemba Empat, Jakarta.
Maulana, Zefri dan Safa, Ayang Fhonna. 2017. Pengaruh Hutang Jangka Pendek
dan Hutang Jangka Panjang Terhadap Profitabilitas Pada PT.
Bank Mandiri Tbk . Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi
(JENSI), Vol. 1, No. 1, Juni
Nurwahyudi, Heru, Aida Ainul Mardiyah, 2004, “Pengaruh Free Cash Flow
Terhadap Utang”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan
Informasi, Vol. 4 No. 2.

Prasetyantoko, A. 2008. Corporate Governance; Pendekatan Institusional.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

44
Rosita, Maizah dan Gantino, Rilla. 2017. Pengaruh Utang Terhadap
Profitabilitas Pada Perusahaan Food & Beverage Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan, 5 (1), 1243-1260 , . ISSN:2338-1507.
Sadono Sukirno. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi: Teori Pengantar (edisi ke tiga). Jakarta:
Rajawali Press.
Sahara, Ayu Yanita. 2013. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI dan Produk
Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah
di Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 1 Nomor 1.
Januari.
Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. (2004). Edisi Tujuh Belas. Ilmu
Makro-ekonomi. Edisi Tujuh Belas, Penerbit Erlangga, Jakarta.
S. Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Liberty, Yogyakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2004. Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK ). Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Swandayani , Desi Marilin dan Kusumaningtias , Rohmawati. 2012. Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Profitabilitas Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2005-2009. Jurnal Akuntansi. Januari , Akrual 3 (2)
(2012): 147-166 e-ISSN: 2502-6380.

45
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah

Undang- Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6 Tentang kriteria usaha


kecil/ukuran perusahaan kecil dilihat dari segi keuangan dalam
modal.

Wulandari, Evi Try. 2017. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, dan


Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sub
Sektor Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 1

46

Anda mungkin juga menyukai