L'
2
&
J
vt-
4
MEMUTUSI(AN:
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor
34 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan,
Penatausahaan, Pertanggungjawaban, Pelaporan serta Monitoring
Dan Evaluasi Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Nomor
34 Seri E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur
Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 34 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pertanggungiawaban,
Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Hibah dan Belanja
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2017 Nomor 4), diubah sebagai berikut:
k
5
&
6
,
1,
7
Pasal 7
(1) Pemerintah Daerah Provinsi menetapkan dan memberikan
Belanja Hibah yang dilakukan setelah memprioritaskan
pemenuhan belanja urusan wajib dan urusan pilihan sesuai
kemampuan Daerah Provinsi, berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
(2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program
dan kegiatan Pemerintah Daerah Provinsi sesuai urgensi dan
kepentingan Daerah dalam mendukung terselenggaranya
fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
(3) Belanja Hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat, tidak
wajib, dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, serta
harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang diatur
dalam NPHD.
(4) Pemberian Beianja Hibah merupakan pengalihan hak dari
Pemerintah Daerah Provinsi kepada Penerima Belanja Hibah,
yang secara spesifik telah ditentukan peruntukannya.
k
8
Pasal 8A
Belanja Hibah sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (3)
bersifat tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali:
a. kepada Pemerintah Pusat dalam rangka mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk keperluan
mendesak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan/ atau
b. ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan.
l.
9
(2) Belanja Hibah kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah diberikan dengan persyaratan paling
sedikit:
a. penerima Belanja Hibah dengan bentuk hukum
perusahaan Daerah/Perusahaan Umum Daerah dan
atau Perusahaan Perseroan Daerah/Perseroan Terbatas;
dan
b. mempertimbangkan kinerja pengelolaan Belanja Hibah
sebelumnya, akumulasi Belanja Hibah yang pernah
diterima dan/ atau kegiatan sejenis yang telah
dilaksanakan.
(3) Belanja Hibah kepada badan, lembaga, dan organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, diberikan
dengan persyaratan:
i.
10
(
1l
4
12
.(
13
9. Ketentuan ayat (1), ayat (21 dan ayat (3) Pasal 14 diubah,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 14
(1) Kepala SKPD Provinsi membentuk Tim Evaluasi untuk
melakukan evaluasi permohonan belanja Hibah beserta
kelengkapannya berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 12.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
verifikasi administrasi.
v
14
{i
t6
11. Ketentuan ayat (1) Pasal 28 diubah, di antara ayat (1) dan ayat
(2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a), serta ayat (3), ayat
(4) dan ayat (6) dihapus, sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 28
(1) Laporan penggunaan Belanja Hibah berupa uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a
angka I dan huruf b angka 1, disampaikan oleh Penerima
Belanja Hibah kepada Gubernur melalui PPKD dan SKPD
Provinsi terkait, 1 (satu) bulan setelah kegiatan selesai atau
paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan Januari tahun
anggaran berikutnya.
(la) Laporan penggunaan Belanja Hibah berupa barang atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf b
angka 1, disampaikan oleh Penerima Belanja Hibah kepada
Gubernur melalui SKPD Provinsi terkait, I (satu) bulan
setelah kegiatan selesai atau paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan Januari tahun anggaran berikutnya.
(2) Dalam hal pencairan dan penyaluran Belanja Hibah
dilakukan pada akhir tahun anggaran, maka penerima
hibah menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penggunaan Belanja Hibah kepada Gubernur melalui PPKD
dan SKPD Provinsi, paling lambat 1 (satu) bulan setelah
kegiatan selesai dengan ketentuan tidak melebihi 1 (satu)
tahun anggaran berikutnya.
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.
(5) Dalam hal Penerima Hibah belum melaporkan penggunaan
Belanja Hibah sampai dengan akhir tahun anggaran atau 1
(satu) bulan setelah kegiatan selesai dilaksanakan, maka
SKPD Provinsi terkait menyampaikan surat peringatan
kepada Penerima Belanja Hibah untuk membuat laporan
dan menyampaikan kepada Gubernur melalui PPKD dan
SKPD Provinsi terkait.
(6) Dihapus.
(7) Format laporan penggunaan Belanja Hibah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tercantum dalam
Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur ini.
r(
17
13. Ketentuan ayat (1) dan ayal (2) Pasal 41 diubah, sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 41
(1) Kepala SKPD Provinsi membentuk Tim Evaluasi untuk
melakukan evaluasi permohonan Belanja Bantuan Sosial
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 dan Pasal 39.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
verifikasi administrasi.
(3) Kepala SKPD Provinsi menyampaikan rekomendasi
berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), kepada Gubernur melalui TAPD.
(4) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan
prioritas dan kemampuan keuangan Daerah Provinsi, yang
dimuat dalam Daftar Nominatif Calon Penerima Belanja
Bantuan Sosial (DNCP-BBS).
(5) TAPD menyampaikan hasil pertimbangan disertai DNCP-
BBS kepada Gubernur.
(6) Gubernur memberikan persetujuan atau penolakan
terhadap DNCP-BBS berdasarkan hasil evaluasi SKPD
Provinsi dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).
(7) Persetujuan Gubernur terhadap DNCP-BBS dimuat dalam
bentuk Lembar Disposisi Gubernur dan menjadi dasar
pencantuman alokasi anggaran Belanja Bantuan Sosial
dalam rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan
Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
(8) Rancangan KUA dan PPAS sebagaimana dimaksud pada
ayat (7), disampaikan oleh Gubernur kepada DPRD untuk
dibahas dan selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS
yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan dan
ditandatangani bersama antara Gubernur dengan
Pimpinan DPRD.
(9) Berdasarkan Nota kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8), SKPKD dan SKPD menyrrsun RKA.
{
18
14. Ketentuan ayat (1), ayat {2\, ayat (3), ayat (5), ayat (6) dan ayat
(7) Pasal 47 diubal;, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 47
(1) Penerima Belanja Bantuan Sosial berupa uang,
mengajukan permohonan pencairan Belanja Bantuan
Sosial kepada Gubemur melalui SKPD Provinsi terkait
dilengkapi persyaratan administrasi, meliputi:
a. Belanja Bantuan Sosial untuk individu, terdiri atas:
1. surat permohonan pencairan Belanja Bantuan Sosial;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk Elektronik atas nama
Penerima Belanja Bantuan Sosial;
3. fotokopi Rekening Bank yang masih aktif atas nama
Penerima Belanja Bantuan Sosial; dan
4. Pakta Integritas/ Surat Pernyataan Tanggungiawab.
b. Belanja Bantuan Sosial untuk keluarga, terdiri atas:
l. surat permohonan pencairan Belanja Bantuan Sosial;
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk Elektronik atas nama
kepala keluarga Penerima Belanja Bantuan Sosial;
3. fotokopi Rekening Bank yang masih aktif atas nama
kepala keluarga Penerima Belanja Bantuan Sosial; dan
4. Pakta Integritas / Surat Pernyataan Tanggungjawab.
c. Belanja Bantuan Sosial untuk masyarakat dan/atau
lembaga non Pemerintah, terdiri atas:
1. surat permohonan pencairan Belanja Bantuan
Sosial,dilengkapi rincian rencana penggunaan
Belanja Bantuan Sosial;
2. fotocopy Kartu Tanda Penduduk atas nama
Ketua/Pimpinan pengurus lembaga/organisasi
Penerima Belanja Bantuan Sosial;
3. fotocopy Rekening Bank yang masih aktif atas
nama lembaga/ organisasi; dan
4. Pakta Integritas/ Surat Pernyataan Tanggungiawab.
(2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), SKPD Provinsi terkait melakukan verifikasi
administrasi kelengkapan persyaratan pencairan serta
membuat Surat Pengantar Permohonan Pencairan kepada
Gubernur melalui BPKAD selaku PPKD.
(3) Berdasarkan Surat dari kepala SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Kepala BPKAD selaku PPKD
mengajukan surat kepada Gubernur untuk
mengingformasikan bahwa Belanja bantuan Sosial sudah
tercantum dalam APBD dan memohon persetujuan
pencairan.
(4) Berdasarkan persetujuan pencairan dari Gubernur,
BPKAD selaku PPKD memerintahkan Bendahara Belanja
Bantuan Sosial membuat Surat Perintah Pembayaran
(sPP-LS).
(5) Berdasarkan SPP-LS besertakelengkapannya, diterbitkan
Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS).
(6) Berdasarkan SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), Kuasa BUD menerbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana Langsung (SP2D-LS).
l9
15. Ketentuan ayat (3) dan ayat (4) Pasal 54 dihapus, sehingga
Pasal 54 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 54
(1) Laporan penggunaan Belanja Bantuan Sosial berupa uang
dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5l ayat (21
huruf a, disampaikan oleh Penerima Belanja Bantuan
Sosial kepada Gubernur melalui PPKD dan SKPD Provinsi
terkait I (satu) bulan setelah kegiatan selesai atau paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan Januari tahun anggaran
berikutnya.
(2) Dalam hal pencairan dan penyaluran Belanja Bantuan
Sosial dilakukan pada akhir tahun an , maka
penerima Bantuan Sosial m lapo ran
pertanggungja waban penggunaan Bantua nSo sial
kepada PPKD dan SKPD Provinsi, paling lambat 1 (satu)
bulan setelah kegiatan selesai de ngan ketentuan tidak
melebihi 1 (satu) tahun anggaran be rikutnya.
(3) Dihapus.
(4) Dihapus.
(5) Dalam hal Penerima Belanja Bantuan Sosial belum
melaporkan penggunaan Belanja Bantuan Sosial sampai
dengan akhir tahun anggaran atau 1 (satu) bulan setelah
kegiatan selesai dilaksanakan, maka SKPD Provinsi terkait
menyampaikan surat peringatan kepada Penerima Belanja
Bantuan Sosial untuk membuat laporan dan
menyampaikan kepada Gubernur melalui SKPD Provinsi
terkait.
(6) Format laporan penggunaan Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
16. Ketentuan ayat (2) Pasal 57 diubah dan ayat (3) dihapus,
sehingga Pasal 57 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 57
terkait melakukan monitoring dan evaluasi
(1) SKPD Provinsi
atas pemberian, pelaksanaan, pertanggungiawaban, dan
pelaporan Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial.
(2) SKPD Provinsi terkait menyampaikan rekapitulasi laporan
monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) kepada Gubernur dengan tembusan disampaikan kepada
Inspektorat Provinsi Jawa Barat.
(3) Dihapus.
(4) Inspektorat Provinsi Jawa Barat melakukan pengawasan
terhadap pemberian, pelaksanaan, pertanggungiawaban,
dan pelaporan Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
{.
20
Pasal II
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita
Daerah Provinsi Jawa Barat.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 1l yeL 2O1)
e R
RNUR JAWA BARAT,
i *
(, *
+
Diundangkan di Bandung
pada tanggal 17 },lei 2019
S DAERAH PROVINSI
BARAT,
ETDA
KARNIWA