Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI GURU DALAM MENANAMKAN NILAI – NILAI

MULTICULTURAL PADA SISWA ETNIS TIONGHOA DI SEKOLAH


KARANGTURI DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
TAHUN AJARAN 2017/2018

ARTIKEL

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh :

Tiara Nurmadani

3101414041

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Artikel ini telah disetujui oleh Pembimbing sebagai syarat kelulusan di fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Pembimbing I

Drs. Bain, M. Hum.


NIP.19640605 1989011001

Hari :

Tanggal :
Paramita
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/paramita

STRATEGI GURU DALAM MENANAMKAN NILAI – NILAI


MULTICULTURAL PADA SISWA ETNIS TIONGHOA DI SEKOLAH
KARANGTURI DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH TAHUN AJARAN
2017/2018

Tiara Nurmadani, Drs. Ba’in, M.Hum., Syaiful Amin, S. Pd., M. Pd.


Tiaranurmadani4@gmail.com
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
SARI
Info Artikel Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru dalam menanamkan
________________ nilai-nilai multikultural pada siswa etnis Tionghoa pada mata pelajaran sejarah di SMA
Sejarah Artikel: Nasional Karangturi Semarang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Informan
Diterima
dalam penelitian ini meliputi kepala sekolah, guru mata pelajaran sejarah, dan juga 8 siswa
SMA Karangturi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama strategi guru dalam
Disetujui
menanamkan nilai-nilai multikultural pada siswa dalam mata pelajaran sejarah di SMA
Dipublikasikan Karangturi terdapat 3 tahapan yakni perencanaan pembelajaran, lalu proses pembelajaran
________________ dan yang terakhir untuk mengetahui tercapainya proses pembelajaran dilakukan evaluasi
Keywords: pembelajaran, dari strategi tersebut strategi khusus yang dilakukan guru dalam menanamkan
Historical Learning nilai multikultural adalah pemunculan tokoh Tionghoa. Kedua, Siswa paham tentang nilai-
Strategies, nilai multikultural yang berisikan nilai-nilai seperi toleransi, kesetaraan, adil dan demokrasi
Multicultural Values karena telah dijelaskan pada materi sejarah yang dikaitkan dengan nilai moral dalam
of Chinese Ethnic kehidupan dan di implementasikan dalam kehidupan sehari- hari.Sedangkan yang ketiga,
Students hambatan yang dialami oleh guru dalam penanaman nilai multikultural yaitu ada dua faktor
yaitu dari dalam dan dari luar sekolah, faktor dari dalam pembelajaran sejarah yaitu dalam
penanaman nilai multikultural belum terdapat di RPP secara jelas namun sudah dicontohkan
langsung dalam kehidupan sehari – hari sedangkan faktor dari luar sekolah adalah peran
orang tua, terkait pemahaman orang tua terhadap nilai multikultural yang beragam.
_________________________________________________________________
ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the teacher's strategy in cultivating


multicultural values in Chinese ethnic students in history subjects at Karangturi National
High School Semarang.The type of research was descriptive qualitative. Informants included
in this study were the principal, history subject teacher, and also 8 students of Karangturi
High School.The results showed that; first, the teacher's strategy in cultivating multicultural
values to students in history subjects at Karangturi High School consists of 3 stages which
are lesson planning, then the learning process and finally finding out the achievement of the
learning process by an evaluation of learning. From these strategies, a special strategy the
teacher does in cultivating multicultural values is the appearance of Chinese characters.
Second, students understand about multicultural values that contain values such as tolerance,
equality, fairness, and democracy since they have been explained about it in historical
material that is associated with moral values in life and implemented in everyday life. While
the third, the obstacles experienced by teachers in cultivating multicultural values are that
there are two factors which are from inside and outside of school. Factors inside the history
learning in cultivating multicultural values are not yet clearly found in the lesson plans but
have been modeled directly in daily life while factors outside the school are parents, related
to parents' understanding of diverse multicultural values.

© 2019 UniversitasNegeri Semarang


PENDAHULUAN menyebutkan bahwa bentuk – bentuk

Indonesia adalah negara multikultur interaksi yang positif antar induvidu

dilihat dari aspek sosial dan dalam masyarakat akan memperkuat

geografisnya begitu beragam dan luas. keberadaan dan kelangsungan hidup

Dibuktikan dengan jumlah kurang bangsa. Sebaliknya, interaksi yang

lebih 13.000 pulau, baik ukuran besar berjalan negatif akan mengancam

ataupun kecil, ditambah lagi dengan keutuhan dan integrasi bangsa. Untuk

populasi peduduk yang berjumlah mengantisipasi ancaman tersebut

kurang lebih 240juta jiwa, terdiri dari maka diperlukan pemahaman

300 suku bangsa dengan mendalam tentang kehidupan yang

menggunakan hampir 200 bahasa yang multikultural. diharapkan dengan

berbeda serta menganut agama dan pemahaman tersebut akan tercipta

kepercayaan yang beragam seperti manusia – manusia yang memiliki

Islam, Khatolik, Kristen Protestan, jiwa Multikurtural yang memandang

Hindu, Budha, Khonghuchu serta bahwa perbedaan adalah sebuah

berbagai aliran kepercayaan (Yaqin, kewajaran bukan sebagai masalah

2005: 3-4). Dari data di atas Indonesia yang dapat menghalangi terciptanya

terdiri dari beribu pulau, dari Sabang keutuhan suatu bangsa Indonesia.
Multikultural memiliki banyak
samapai Merauke dan dari Timor
definisi yang intinya pada penerimaan
sampai ke Talaud, dari keberagaman
dan penghargaan terhadap
tersebut menyebabkan Indonesia
keanekaragaman dan perbedaan. Pada
menjadi wilayah yang rawan akan
dasarnya multikultural adalah
konflik. Wiyanto (2015: 1)
pandangan dunia yang kemudian dapat

6
diterjemahkan dalam berbagai Multikulturalisme adalah sebuah

kebijakan kebudayaan yang konsep dimana sebuah komunitas

menekankan penerimaan terhadap dalam konteks kebangsaan dapat

realitas keagamaan, pluralitas, dan mengakui keberagaman perbedaan dan

multikultural yang terdapat dalam kemajemukan budaya, ras, suku, etnis,

kehiudupan masyarakat. (Azyumardi agama dan lain sebagainya (Mahfud,

Azra, 2007).Keragaman kultur dalam 2006).


Menurut Andreas dan Cusher dalam
suatu lingkungan masyarakat
(Mahfud, 2006: 167), pendidikan
meniscayakan adanya pandangan
multikutural diartikan sebagai
multikulturalisme. Multikulturalisme
pendidikan mengenai keragaman
adalah sebuah paham yang
kebudayaan. Multikulturalisme identik
menekankan pada kesenjangan dan
dengan heterogenitas dalam satuan
kesetaraan budaya-budaya lokal
lingkungannya. Gagasan
dengan tanpa mengabaikan hak-hak
multikulturalisme bukan merupakan
dan eksistensi budaya yang ada.
suatu yang abstrak melainkan
Penekanan utama multikulturalisme
pengembangan suatu pola tingkah laku
adalah pada kesetaraan budaya (Naim
yang hanya dapat diwujudkan melalui
dan Sauqi, 2008: 123). Selain itu
pendidikan. Pendidikan multikultural
Multikulturalisme merupakan upaya
adalah pendidikan yang memberikan
untuk memahami lebih adil
penekanan terhadap proses penanaman
perbedaan-perbedaan di masyarakat
cara hidup yang saling menghormati,
karena variasi agama, ras, etnis dan
tulus dan toleran terhadap
bahasa (Budiman, 2007: 29).
keanekaragaman budaya yang hidup di

7
tengah-tengah masyarakat dengan untuk mengembangkan kesadaran atas

tingkat pluralitas yang tinggi (Naim kebanggaan seseorang terhadap

dan Sauqi, 2008: 191). bangsanya (the pride in one’s home


Penyelenggaraan pendidikan
nation ) Musadad, 2015: 251.
multikultural ditopang dalam Sistem Menurut Banks & Banks (2011)

Pendidikan Nasional, Undang-Undang dalam Wardhani (2018: 74)

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun menyatakan bahwa Pendidikan

2003 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi multikultural adalah konsep atau ide

bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu rangkaian kepercayaan

secara demokratis dan berkeadilan (set of believe) dan penjelasan yang

serta tidak diskriminatif dengan mengakui dan menilai pentingnya

menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan etnis dalam

nilai agama, nilai kultur; dan membentuk gaya hidup, pengalaman

kemajemukan bangsa (UU Sisdiknas sosial, identitas pribadi dan

RI Nomor 20 Tahun 2003). pendidikan kesempatan-kesempatan pendidikan

multikultural dirumuskan sebagi dari individu, kelompok maupun

wujud kesadaran tentang negara. multikultural dapat

keanekaragaman kultural, hak-hak berlangsung dalam setting pendidikan

asasi manusia serta pengurangan atau formal atau informal, langsung atau

penghapusan berbagai jenis prasangka tidak langsung. Pendidikan

atau prejudise untuk membangun multikultural diarahkan untuk

suatu kehidupan masyarakatyang adil mewujudkan kesadaran, toleransi,

dan maju. Pendidikan multikultural pemahaman, dan pengetahuan yang

juga dapat diartikan sebagai strategi mempertimbangkan perbedaan

8
kultural, dan juga perbedaan dan Paul Gorski, 2000 dalam Agus salim

persamaan antar budaya dan kaitannya (2006: 25) menyatakan bahwa tujuan

dengan pandangan dunia, konsep, pendidikan multikultural adalah

nilai, keyakinan, dan sikap (Aly, 2005: mempengaruhi perubahan sosial yang

45) melibatkan tiga pokok transformasi


Pendidikan multikultural memiliki
yaitu (a) transformasi diri, bertujuan
fungsi sebagai sarana alternatif
mengenal identitas diri merupakan
pemecahan konflik dan membina
‘beginning poin’ yang
siswa agar tidak tercerabut dari akar
menghubungkan guru, siswa, dan
budaya yang ia miliki.
lingkungan yang menjadi pilar dasar
Penyelenggaraan pendidikan
dalam proses pembelajaran yang
multikultural di dunia pendidikan
menuntut paham tentang seluk beluk
diyakini dapat menjadi solusi nyata
materi yang diajarkan. (b)
bagi konflik dan disharmonisasi yang
transformasi sekolah dan para sekolah,
terjadi di masyarakat, khususnya yang
merupakan ‘ poin of focus’ untuk
kerap terjadi di masyarakat Indonesia
mengerti dan menghargai identitaas
yang secara realitas plural. Pendidikan
etnik yang melekat pada dirinya. (c)
multikultural signifikan dalam
transformasi masyarakat, menuju pada
membina siswa agar tidak tercerabut
perkembangan identifikasi global yang
dari akar budaya yang ia miliki
memberikan kesempatan kepada siswa
sebelumnya, tatkala ia berhadapan
untuk memandang bagaimana sebagai
dengan realitas sosial-budaya di era
bangsa mereka membaur dalam
globalisasi (Mahfud, 2006: 215-218).
masyarakat dunia.

9
Pendidikan sebagai sebuah proses bersikp toleran terhadap budaya lain

pengembangan sumber daya manusia sangatlah penting atau dengan kata

agar memperoleh kemampuan social lain pendiidkan yang memiliki basis

dan perkembangan individu yang multikultural akan menjadi salah satu

optimal memberikan relasi yang kuat solusi dalam pengembangan

antara individu dengan masyarakat sumberdaya manusia yang mempunyai

dan lingkungan budaya sekitar karakter yang kuat dan toleran

(Rusman Ibrohim:, 2013: 131). Lebih terhadap budaya lain(Rusman

dari itu pendidikan merupakan proses Ibrohim:, 2013: 131- 132).


Guru merupakan salah satu agen
“ memanusiakan manusia “ dimana
penting dalam menjalankan
manusia diharapkan mampu
pendidikan multikultural. Guru bukan
memahami dirinya, orang lain, alam
hanya sebagai tenaga profesional
dan lingkungan budayanya. Atas dasar
tetapi harus mampu menanamkan
inilah pendidiikan tidak terlepas dari
nilai-nilai multikultural (Hanum dan
budaya yang melingkupnya sebegai
Raharja, 2007). Guru perlu berdialog
konsekuensi dari tujuan pendidikan
dan berdiskusi dengan peserta didik
yaitu mengasah rasa, krasa dan karya.
mengenai nilai-nilai pendidikan
Pencapaian tujuan pendidikan tersebut
multikultural sehingga peserta didik
menuai tantangan sepanjang masa
dapat hidup dan menjalankan peranan
karena salah satunya adalah perbedaan
dalam masyarakat yang beragam.
budaya. Olehnya, diharapkan
Pendidik ( Guru), peserta didik dan
kebutuhan terhadap pendidikan yang
tujuan pendidikan merupakan
mampu menciptakan budaya baru dan
komponen inti dari dari pendidikan,

10
sebagai guru tentunya dituntut dengan informasi dan lingkungan

melaksanakan tugasnya dengan (Siskandar, 2012: 34). Pembelajaran

professional, memiliki pengetahuan pada seorang individu terjadi di

dan kemampuan preofesioal. Guru sepanjang waktu. Kegiatan memilih,

mempunyai tugas yang besar karena menetapkan, dan mengembangkan

guru sebagai pengeksekusi berhasil metode untuk mencapai hasil

atau tidaknya pembelajaran didalam pembelajaran yang diinginkan terjadi

kelas, disamping itu tentunya guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan

harus mempunyai motivasi untuk tersebut merupakan kegiatan inti

melahirkan generasi penerus yang pembelajaran. Pembelajaran

handal dan hal tersebut dilandasi memaksimalkan perhatian pada

dengan cinta tanah air, pengabdian bagaimana membelajarkan siswa,

pada usa untuk bangsa, mencerdaskan bukan pada apa yang dipelajari siswa

kehidupan bangsa. Guru yang (Siskandar, 2012: 33).


Pembelajaran sejarah merupakan
kompenten akan lebih mampu
perpadua antara aktivitas belajar dan
menciptakan lingkungan belajar yang
mengajar yang didalamnya
efektif dan akan lebih mampu
mempelajari tentang peristiwa masa
mengelola kelas sehingga hasil belajar
lampau penuh arti setelah dilihat dari
siswa berada pada tingkat optimal
masa kini. (widja, 1989: 23).
( Usman, 2000: 9).
Pembelajaran merupakan proses Sedangkan Pembelajaran Sejarah

pengembangan pengetahuan, menurut Soemanto dalam

keterampilan, atau sikap baru pada Musadad( 2015: 250 ) adalah upaya

saat seorang individu berinteraksi sistematis yang disengaja oleh

11
pendidik untuk menciptakan kondisi – nilai – nilai multikultural, yaitu nilai

kondisi agar peserta didik melakukan yang mengakomodasi adanya

kegiatan pembelajaran tersebut terjadi penerimaan diri terhadap perbedaan

proses interaksi edukatif antra peserta kultur, etnis dan kepercayaan dalam

didik yang melakukan kegiatan belajar kehidupan bermasyarakat dan

dengan pendidik yang melakukan berbangsa (Nasution, 2015: 1-2).


Menurut Supriyadi dalam Siti
pembelajaran. Dalam mengelola
Nurjanah mengemukakan bahwa salah
pembelajaran sejarah guru dituntut
satu media pengembangan kesadaran
untuk mengatur lingkungan
nilai – nilai multikulturalisme bangsa
sedemikian rupa sehingga membantu
inilah melalui pendidikan sejarah.
peserta didik mencapai perubahan
Pengajaran sejarah merupakan sarana
tingkah laku yang diinginkan.
Pembelajaran sejarah sejatinya yang efektif untuk

bertujuan untuk memberikan mempropagandakan dan menanamkan

pemahaman tentang jati diri peserta kesadaran multikultural. Pendidikan

didik sebagai bagian dari suatu yang selama ini ditanamakan dalam

bangsa. Nilai – nilai yang diperoleh kurikulim dasar hingga perguruan

dari sejarah yang ditanamakan melalui tingg secara implisit sebenarnya telah

proses pendidikan, memungkinkan memjelaska tentang konsep

setiap siswa untuk memiliki paham keberagaman tersebut. Namun,

diri tentang identitasnya sebagai implemantasi pendidikan sejarah pada

bagian dari suatu bangsa yang umumnya belum mampu mengiringi

majemuk. Oleh karena itu, penting siswa untuk mencapai taraf aktualisasi

bagi guru sejarah untuk menanamkan tehadap nilai – nilai multikulturalisme

12
yang terkandung dalam kurikulum Nasional Karangturi salah satu sekolah

tersebut. Pendidikan sejarah hanya yang memiliki karakteristik

memberikan penjelasan bagaimana Multikultural. SMA Karangturi

perjalanan bangsa Indonesia dengan merupakan sekolah swata di kota

konsep Bhineka tunggal ika scara Semarang yang telah berdiri sejak

teoritis, tanpa disertai materi – materi tahun 1929 sebelum bangsa ini

pembelajaran kontekstual yang merdeka (buku tahunan SMA

relevan untuk menumbuh kembangkan Karangturi, 1999:7).


Warga sekolah didalamnya
nilai – nilai multikultural di dalam diri
merupakan miniatur kehidupan
siswa ( Nurjanah, 2017:6).
Sekolah Nasional Karangturi masyarakat sesungguhnya, warga

merupakan salah satu lembaga SMA Karangturi baik dari pengurus

pendidikan menengah di kota yayasan, pemimpin sekolah, guru,

Semarang. Sekolah Nasional karyawan dan peserta didik terdiri dari

Karangturi ini dituntut untuk berbagai macam etnik, latar belakang

menyiapkan peerta didik menjadi budaya, status sosial dan agama.

anggota masyarakat yang memeiliki Mayoritas terbesar siswa di SMA

kemampuan mengadakan hubungan Karangturi merupakan keturunan

timbal balaik dengan lingkungan Tionghoa, disusul etnis Jawa, Bali,

social budaya dan alam sekitarserta Nusa tenggara, Sulawesi dan warga

dapat mengembangkan kemempuan negara asing lannya seperti Philipina

lebih lanjut dalam dunia kerja atau dan juga Jepang. Warga sekolah

pendidikan tingi ( UU Sisdiknas RI mayoritas beragama Kristen, disusul

Nomor 20 Tahun 2003). Sekolah Agama Khatolik, Buddha, Islam dan

13
Hindu. Keberagaman yang ada di (2011:4), pendekatan deskriptif

SMA Karangturi dapat diibaratkan kualitatif yaitu pendekatan penelitian

seperti miniatur dari keberagaman dimana data-data yangdikumpukan

yang di Indonesia. Kondisi tersebut berupa kata-kata, gambar-gambar

menjadi sebuah keunikan dan daya dan bukan angka. Data-data tersebut

tarik tersendiri bagi peneliti guna dapat diperoleh dari hasil

mencari tahu lebih lanjut bagaimana wawancara, catatan lapangan, foto,

strategi yang digunakan guru dalam video tape, dokumentasi pribadi,

menanamkan nilai-nilai multikultural catatan, atau memo dan dokumentasi

di dalam sekolah. berdasarkan latar lainnya. Pada penelitian ini akan

belakang tersebut peneliti tertarik menggambarkan dan memahami

untuk melakukan penelitian berjudul mengenai pemahaman siswa

“STRATEGI GURU DALAM mengenai nilai mutikultural.

MENANAMKAN NILAI – NILAI Pendekatan yang bercirikan deskripsi

MULTICULTURAL PADA SISWA kualitatif ini bertujuan mengetahui

ETNIS TIONGHOA DI SEKOLAH strategi guru dalam menanamkan

KARANGTURI DALAM MATA nilai multikultural dalam

PELAJARAN SEJARAH TAHUN pembelajaran sejarah. Alasan Peneliti

AJARAN 2017/2018. menggunakan pendekatan deskripsi


METODE PENELITIAN
kualitatif karena mempermudah
Pendekatan yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian
peneliti untuk melakukan penelitian
yang mencari data berupa pendapat
adalah pendekatan deskriptif
strategi guru dalam menanamkan
kualitatif. Menurut Moleong

14
nilai multikulturlisme, mengetahui dalam penelitian ini menggunakan

pemahaman siswa tentang nilai teknik triangulasi data.

multikulturalisme hingga mengetahui Analisis dalam penelitian ini

hambatan yang dialami guru dalam dilakukan sejak sebelum peneliti

menanamkan nilai multikultural. terjun ke lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai di


Penelitiaan ini memilih informan
lapangan. Analisis data yang
sesuai dengan sasaran dari rumusan
dilakukan sebelum terjun ke
masalah pertama penelitian
lapangan terhadap data hasil studi
mengenai strategi guru dalam
pendahuluan, atau data sekunder,
menanamkan nilai – nilai
yang akan digunakan untuk
multikulturalisme yaitu guru mata
menentukkan fokus penelitian yang
pelajaran sejarah, kepala sekolah dan
masih sederhana, namun akan
juga 8 siswa SMA Karangturi.
berkembang seiring dengan
Teknik pengumpulan data yang
penelitian di lapangan dan setelah
dilakukan dalam penelitian bersifat
selesai di lapangan (Sugiyono, 2015:
interaktif. Meliputi wawancara
336). Menurut Miles dan Huberman
mendalam, observasi dan studi
(2007: 20) aktivitas dalam analisis
dokumen. Hal ini bertujan untuk
data itu terbagi dalam pengumpulan
mengembangkan validitas data serta
data, reduksi data, penyajian data,
gabungan (triangulasi) untuk
dan penarikan kesimpulan atau
meningatkan validitas data
verifikasi.
(Sugiyono, 2015: 309). Sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
teknik pemeriksaan keabsahan data

15
Berdasarkan penelitian yang telah Strategi guru dalam

dilakukan di sekolah Karangturi menanamkan nilai-nilai

tentang strategi guru dalam multikultural pada mata pelajaran

menanamkan nilai – nilai sejarah di SMA Nasional

multikultural pada siswa dalam mata Karangturi Semarang

pelajaran sejarah tahun ajaran


Berdasarkan hasil penelitian yang
2017/2018, di bawah ini akan
telah di lakukan pada pembelajaran
dijelaskan hasil penelitian sebagai
sejarah di SMA Karangturi yakni
berikut.
terdapat tiga strategi guru dalam

menanamnkan nilai multikultural

,meliputi persiapan dalam

pembelajaran, lalu pelaksanaan

pembelajaran dan untuk mengetahui

hasilnya menggunakan evaluasi

pembelajaran.

Dari hasil penelitian dapat dilihat

bahwa persiapan pembelajaran yang

dilakukan di sekolah Karangturi

sudah terancang dengan biak, mulai

dari pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang

untuk kegiatan 1 tahun, dan di

perinci dengan pembuatan Leson

16
plan yang sesuai dengan ketentuan materi dan Tanya jawab, video, film

sekolah dan program sekolah dalam dan juga peta ( Hasil observasi yang

setiap mingguan, dalam persiapan dilakukan pada bulan November

pembelajaran terdapat persiapan 2018). Guru juga sering

metode dan media pembelajaran memunculkan tokoh dari Etnis

yang di bahas sesuai kebutuhan kelas Tionghoa agar siswa pun merasa

dan materi, selain itu bahan belajar bahwa etnis mereka pun ikut serta

siswa terdapat di dalam buku paket dalam peristiwa bersejarah untuk

dan siswa mendapatkan ringkasan merebut kemerdekaan, agar

materi yang terdapat pada modul memunculkan jiwa nasionalisme dan

yang diberi oleh sekolah per toleransi akan keragaman yang

materinya. terdapat di sekeliling mereka.

Pada kegiatan pembelajaran Sedangkan dalam evaluasi

sejarah di SMA Nasional Karangturi pembelajaran sejarah kaitannya

terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dengan penanaman nilai-nilai

dilihat dari hasil penelitian yakni multikutural, guru dapat

guru sejarah ketika mengajar di kelas mengevaluasi hasil pembelajaran

menggunakan berbagai metode yang dengan cara melihat pemahaman

membuat siswa menjadi aktif dan siswa terhadap materi yang sudah

paham akan materi. Seperti disampaikan melalui pertanyaan

menggunakan media berbasis secara langsung atau spontan kepada

teknologi, biasanya guru sejarah siswa. Sehingga anak tersebut akan

menggunakan gambar, Power point mengungkapkan apa yang dia

17
pahami, ketika masuk kedalam ranah Implementasi dalam kehidupan

pemahaman makna dari materi yang sehari – hari.

harus di tanamkan dalam kehidupan Bedasarkan hasil penelitian

sehari – hari guru harus mengetahui tentang pemahaman siswa mengenai

karakter siswa dalam keseharian multikultural dapat dilihat bahwa

yaitu dapat menggunakan pengetahuan siswa beragam dalam

pendekatan pribadi dengan cara hal pengertian multikulturalisme.

menanyakan keadaan atau kondisi Tetapi mayoritas siswa sebagai

yang sedang mereka alami maka informan menjawab bahwa

dengan jawaban mereka saat itu pula multikulturlisme itu adalah paham

guru dapat mendalami dan tentang pengakuan terhadap

mengambil kesimpulan pengetahuan keberagaman kebudayaan dalam

dasar anak tersebut. kesederajatan. Karena keberagaman

Pemahaman siswa terhadap merupakan ciri dari pada

Penanaman nilai multikultural di multikultural.

Sekolah Nasional SMA Sedangkan pada implementasi

Karangturi. nilai-nilai mutikultural dalam

Berdasarkan penelitian pemahaman kehidupan sehari – hari siswa, dapat

siswa terhadap nilai multikultural dilihat dari hasil observasi yang

dapat dilihat dari beberapa konteks, dilakukan oleh peneliti pada Bulan

meliputi Pemahaman siswa November 2018, pembelajaran

mengenai multikultural dan sejarah di Sekolah Karangturi

dijadikan sarana untuk penanaman

18
nilai karakter, Karena dalam materi menanamkan nilai multikultural pada

sejarah terdapat nilai – nilai moral mata pelajaran sejarah meliputi

yang dapat diamalkan dalam beberapa hal . Hambatan yang

kehidupan sehari – hari. Sesuai pertama, yakni terdapat pada multi

dengan rekomendasi pendidikan sikap dari orang tua siswa dalam

multikultural dari UNESCO pada memberikan pemahaman kepada

bulan Oktober 1994 di Jenewa telah anaknya tentang perbedaan serta

merekomendasikan bahwa dalam keberagaman agama dan budaya.

pendidikan multikultural setidaknya Sehingga menimbulkan

harus memuat beberapa pesan, nilai kecanggungan anak ketika

yang direkomendasikan tersebut, melakukan hubungan sosial

rekomendasi tersebut memuat multikultural. Hambatan yang kedua

beberapa pesan: nilai toleransi, nilai yakni pelaksanaan pembelajaran di

demokrasi, nilai kesetaraan, dan nilai kelas ataupun dari administrasi

keadilan. pembelajaran itu sendiri yang tidak

terintegrasi dengan baik.


Hambatan yang dialami guru
Hasil temuan yang ada di sekolah
dalam menanamkan nilai
Nasional Karangturi dalam
multikultural pada mata pelajaran
penanaman nilai multikultural selain
sejarah
dari kegiatan yang berlandaskan
Di dalam perihal pembelajaran
Pendidikan Multikultural yaitu
dan penanaman nilai-nilai
penanaman melalui integrasi pada
multikultural, terdapat hambatan
mata pelajaran sejarah. Guru sejarah
yang dialami guru dalam

19
di tuntut untuk kreatif dalam Siswa paham tentang nilai-nilai

menanamkan nilai multikultural. multikultural yang berisikan nilai-

KESIMPULAN nilai seperi toleransi, kesetaraan, adil

Berdasarkan hasil penelitian yang dan demokrasi karena telah

telah dijelaskan dan dijabarkan pada dijelaskan pada materi sejarah yang

di atas, dapat disimpulkan bahwa: dikaitkan dengan nilai moral dalam

Strategi guru dalam menanamkan kehidupan dan di implementasikan

nilai-nilai multikultural pada siswa dalam kehidupan sehari- hari.

dalam mata pelajaran sejarah di SMA


Sedangkan hambatan yang
karangturi terdapat 3 tahapan yakni
dialami oleh guru dalam penanaman
perencanaan pembelajaran, lalu
nilai multikultural yaitu ada dua
proses pembelajaran dan yang
faktor yaitu dari dalam dan dari luar
terakhir untuk mengetahui
sekolah, faktor dari dalam
tercapainya proses pembelajaran
pembelajaran sejarah dalam
dilakukan evaluasi pembelajaran,
penanaman nilai multikultural belum
dari strategi tersebut strategi khusus
terdapat di RPP secara jelas namun
yang dilakukan guru dalam
sudah di contohkan langusng dalam
kenamaan nilai multikultural adalah
kehidupan sehari – hari sedangkan
pemunculan tokoh tionghoa, lalu
faktor dari luar sekolah adalah orang
penjelasan materi dengan berbagai
tua, terkait pemahaman orang tua
perspektif persamaan dan
terhadap Nilai multikultural yang
penyampaian pesan moral dalam
beragam.
kehidupan sehari- hari.

20
DAFTAR PUSTAKA Undang – Undang RI Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem


Mahfud, Choirul. 2016. Pendidikan
Pendidikan Nasional
Multikultural. Yogyakarta:
Salim, Agus. 2006. Stratifikasi Etnik.
Pustaka Pelajar
Semarang : Tiara Wacana.
Naim, Ngainun. 2008. Pendidikan
Siskandar. 2012. Variabel – Variabel
Multikultural Konsep Dan
Penentu Mutu Pendidikan di
Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Indonesia. Surabaya: Janggal
Media
Pustaka Utama.
Nurjannah, Siti. 2018. Penanaman
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Nilai – Nilai Multikulturalisme
Kualitatif, Kualitatif dan R&D.
dalam Mata Pembelajaran
Bandung: Alfabeta.
Sejarah Sub Materi Pokok
Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar
Indonesia Zaman Hindu
Pengembangan Strategi Serta
Budha Pada Siswa Kalas X
Metode Pengajaran Sejarah.
Madrasah Aliyah Negeri
Jakarta: Depdikbud
Purbalingga Tahun Ajaran
Wiyanto. 2015. Implementasi Nilai –
2016/2017. Skripsi Universitas
Nilai Multikultural Pada
Negeri Semarang.
Sekolah Multi- Etnik Di Kota
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Semarang (Study Interaksi
Penelitian Kualitatif : Edisi
Sosial Di SMA Naisonal
Revisi. Bandung : Remaja
Karangturi). Tesis Universitas
Rosdakarya
Negeri Semarang.

21

Anda mungkin juga menyukai