Anda di halaman 1dari 2

Sedangkan dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit "fungsional" merupakan kondisi

yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh, walaupun tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang seperti Rontgen atau tes darah.

Bagaimana Pikiran Memengaruhi Penyakit?

Seperti diketahui, pikiran dapat menyebabkan munculnya gejala atau perubahan pada fisik
seseorang. Contohnya, ketika merasa takut atau cemas, bisa memunculkan tanda-tanda seperti
denyut jantung menjadi cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah,
gemetaran (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut, napas
menjadi cepat, nyeri otot, atau nyeri punggung. Gejala fisik tersebut disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas listrik atau impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Selain itu,
pelepasan zat adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di
atas.

Hingga kini, bagaimana persisnya pikiran bisa menyebabkan gejala tertentu dan memengaruhi
penyakit fisik, seperti ruam kulit atau darah tinggi, belum diketahui dengan jelas. Impuls saraf
yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh atau otak, diduga dapat memengaruhi sel-sel tertentu
dalam sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan timbulnya gejala penyakit. Tapi
keseluruhan hal ini masih belum dipahami benar.

Penyakit karena Psikosomatis


Ketika faktor mental memunculkan gejala penyakit, tetapi penyakit itu sendiri tidak bisa
ditemukan atau dideteksi secara fisik, atau mengeluh sakit yang tidak sesuai gejalanya, berbagai
kondisi ini dikelompokkan dalam gangguan psikosomatis. Keluhan psikosomatis terkadang sulit
untuk dikenali, baik oleh penderitanya sendiri ataupun oleh dokter, karena tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang spesifik. Namun satu hal yang pasti, gangguan ini dapat menyebabkan
permasalahan nyata bagi penderita dan orang di sekitarnya.

Beberapa penyakit tertentu memang terbukti dapat diperberat oleh kondisi mental seseorang.
Misalnya pada penyakit psoriasis, tukak lambung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan eksim.
Kondisi penyakit tersebut tak jarang akan kambuh atau semakin berat ketika penderitanya
mengalami stres atau cemas. Namun secara fisik kondisi tersebut terlihat nyata dan dalam
pemeriksaan fisik akan terdeteksi oleh dokter.

Berbeda dengan gangguan psikosomatis, gejala-gejala yang muncul dan tanda kelainan fisik
yang terdapat pada penderitanya tidak selalu jelas, dan tidak terdeteksi oleh dokter. Namun,
keluhan dan dampak dari gangguan tersebut dirasakan nyata oleh pasien. Hal inilah yang
menyebabkan gangguan psikosomatis terkadang sulit untuk dideteksi.

Cara Mengatasi Psikosomatis

Gangguan psikosomatis dapat diatasi atau diringankan dengan beberapa metode terapi dan
pengobatan, seperti:

 Psikoterapi, salah satunya dengan metode terapi kognitif perilaku.


 Latihan relaksasi atau meditasi.
 Teknik pengalihan.
 Akupunktur.
 Hipnosis atau hipnoterapi.
 Terapi listrik, yaitu dengan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).
 Fisioterapi.
 Obat-obatan, seperti antidepresan atau obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter.

Dalam metode terapi kognitif perilaku, penderita gangguan psikosomatis akan diminta untuk
mencari tahu hal apa saja yang dapat memperburuk gejala. Terapi ini bisa membantu meredakan
pikiran yang berlebihan, serta menangani perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan gejala
penyakit yang dialami.

Gangguan psikosomatis adalah jenis gangguan yang sebaiknya ditangani oleh psikiater, dan tak
jarang gangguan psikosomatis memerlukan perpaduan antara psikoterapi dengan obat-obatan
medis. Meski tidak terlihat secara fisik, keluhan psikosomatis ini menimbulkan permasalahan
yang nyata bagi penderitanya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal diduga menderita
gangguan psikosomatis, sebaiknya berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai