Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Financial Distress

Beberapa peneliti mengarahkan defisini financial distress didalam konteks kondisi

keuangan atau financial condition. Berne dan Schramm (1986) mendefinisikan financial

condition pemerintah daerah sebagai kemampuan pemerintah daerah untuk memenuhi

kewajiban keuangannya kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder pada saat

kewajiban tersebut jatuh tempo.

Groves et al., (1981) menjelaskan istilah financial condition dengan lebih spesifik.

Dalam arti akuntansi yang sempit, financial condition mengacu pada kapasitas pemerintah

untuk menghasilkan cukup uang tunai atau likuiditas untuk membayar tagihannya. Ini

disebut di sini sebagai cash solvency. Kondisi keuangan juga dapat merujuk pada budgetary

solvency, kemampuan pemerintah untuk menghasilkan pendapatan yang cukup selama

periode anggaran normal untuk memenuhi kewajiban pengeluarannya dan tidak

menimbulkan defisit.

Kemudian, dalam arti yang lebih luas, financial condition mengacu pada kemampuan

jangka panjang pemerintah untuk membayar semua biaya melakukan bisnis, termasuk

kewajiban pengeluaran yang biasanya muncul dalam setiap anggaran tahunan, serta yang

muncul hanya pada tahun-tahun di mana mereka harus dibayar. disebut di sini sebagai long-

run solvency. Akhirnya, kondisi keuangan mengacu pada apakah pemerintah dapat

menyediakan tingkat dan kualitas layanan yang diperlukan untuk kesehatan umum dan

kesejahteraan masyarakat. Ini bisa disebut " service level solvency."

Definisi yang sedikit berbeda dijelaskan oleh Canadian Institute of Chartered

Accountants (CICA, 1997) mendefinisikan kondisi keuangan pemerintah sebagai

kesehatan keuangan, yang diukur dari aspek sustainability atau keberlanjutan,


vulnerability atau kerentanan, dan flexibility atau fleksibilitas dalam konteks lingkungan

ekonomi dan keuangan secara menyeluruh. Financial sustainability adalah suatu kondisi

di mana pemerintah daerah dapat mempertahankan program yang sudah ada dan memenuhi

persyaratan kreditor tanpa menimbulkan beban utang pada ekonomi. Financial flexibility

adalah suatu kondisi di mana pemerintah dapat meningkatkan sumber daya keuangannya

untuk menanggapi komitmen yang meningkat, baik melalui peningkatan pendapatan atau

peningkatan kapasitas utangnya. Financial vulnerability adalah suatu kondisi di mana

pemerintah daerah menjadi tergantung, yang mengakibatkan kerentanan, terhadap sumber

pendanaan di luar kendali atau pengaruhnya, baik dari sumber domestik maupun

internasional.

Kloha et al. (2005) mendefinisikan financial condition pemerintah daerah dalam

konteks financial distress. Kloha et al. (2005) mendefinisikannya sebagai suatu kondisi di

mana pemerintah daerah tidak dapat memenuhi standar dalam operasi, utang dan kebutuhan

masyarakat selama beberapa tahun berturut-turut, sedangkan Jones dan Walker (2007)

menginterpretasikan financial distress sebagai kurangnya kemampuan untuk melestarikan

yang sudah ada sebelumnya. kualitas layanan kepada masyarakat.

2.1.2 Pengukuran Financial Distress

Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab utama dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Dalam menjalankan fungsi pelayanan tersebut, pemerintah daerah

membutuhkan dana keuangan untuk menutup semua biaya semua kebutuhan yang

diperlukan. Atas dasar hal tersebut, mengukur dan memprediksi terjadinya financial

distress merupakan perhatian utama bagi pemerintah daerah beberapa tahun terakhir. Ziolo,

(2015).

Financial distress memiliki definisi dan pengukuran yang berbeda beda di berbagai

negara. Cohen, et al. (2017) menjelaskan deklarasi dari financial distress pada pemerintah
daerah di Itali pertama kali tertuang didalam aturan D. Lgs. 267 dikeluarkan tahun 1989,

art. 234-244. Isi dari peraturan tersebut menyatakan bahwa, “financial distress occurs

when the entity, municipality or province, is no longer able to perform its essential

functions and deliver due services, or when it is no longer able to meet debt with third

parties through the ordinary means of restoring fiscal balance or after recognizing the

debts that have not been included in the balance sheet.

Dari tahun ke tahun, peraturan terkait deklarasi financial distress bagi permerintah

daerah diItali selalu berubah dan diperbaharui, namun tetap diatur dibawah institusi yang

sama, yakni Kementerian Dalam Negeri, Dewan Audit Nasional, dan Departemen

Akuntansi Umum Negara yang mengatur 8.147 Pemerintah Daerah (8.047 kotamadya dan

110 Provinsi) yang tersebar di 20 wilayah

Terakhir pada tahun 2013, Kementerian dalam negeri harus menilai kesehatan dari

pemerintah daerah dengan menggunakan 10 indikator keuangan. Hal ini ditujukan untuk

mengidentifikasi, apakah pemerintah daerah yang bersangkutan menunjukan sinyal

financial distress. Kriteria yang digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri untuk

memantau kondisi keuangan pemerintah daerah adalah sebagai berikut;

1. Hasil keuangan negatif hingga 2,5 persen dari pendapatan saat ini, di mana hasil

keuangan berarti jumlah uang tunai, piutang dan hutang pada akhir tahun;

2. Biaya operasi yang belum dibayar tahun ini hingga 50 persen dari penetapan biaya

operasi;

3. Jumlah total pengeluaran untuk karyawan yang lebih tinggi dari 38 persen dari

pendapatan saat ini;

4. Utang keuangan hingga 160 persen dari pendapatan saat ini untuk entitas yang

menyajikan hasil keuangan positif (hingga 140 persen dari pendapatan saat ini

untuk entitas yang menyajikan hasil keuangan negatif);

5. Utang yang tidak tercatat hingga 1 persen memastikan pendapatan saat ini dalam

tiga tahun keuangan terakhir;


6. Memastikan antisipasi yang belum dibayar oleh departemen keuangan hingga 5

persen dari pendapatan saat ini;

7. Jumlah total yang jatuh tempo untuk prosedur pelaksanaan pembayaran yang

dipaksakan hingga 0,5 persen dari biaya operasi; dan

8. Jumlah total aset yang akan dijual atau penggunaan hasil keuangan hingga 5 persen

dari biaya saat ini untuk menutupi ketidakseimbangan keuangan

Setelah dilakukan penilaian, apabila ada pemerintah daerah yang ditemukan memiliki

nilai diluar yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku, maka pemerintah daerah

tersebut akan digolongkan sebagai “watching list” untuk memperoleh supervisi yang lebih

mendalam. Kemudian, apabila Dewan Audit Nasional telah mengidentifikasi adanya

kesulitan dan penyimpangan keuangan, sedangkan pemerintah daerah tersebut tidak

mengambil tindakan apa pun. Maka pengadilan akan memerintahkan untuk melakukan

tindakan untuk memulihkan kondisi keuangant tersebut. Hal ini ditujukan untuk

memulihkan keseimbangan keuangan.

Namun jika situasinya terusberlanjut, dan syarat-syarat yang diharuskan oleh hukum

dipenuhi (pasal 244 di atas), Dewan entitas harus menyatakan “distress” dalam batas waktu

20 hari. Jika prosedur yang dijelaskan tidak dipenuhi, maka dewan pengurus pemerintah

daerah tersebut akan dibubarkan dan seorang Komisaris khusus akan ditunjuk langsung

oleh pihak Kementerian Dalam Negeri.

2.1.3 Faktor Finansial dalam memprediksi fenomena Financial Distress

Penelitian yang ditujukan untuk financial distress terbagi kedalam dua arah

utama. Yang pertama menyangkut faktor-faktor yang bertanggung jawab dan

menjadi penyebab terjadinya finansial distress. Dan yang kedua berkaitan dengan

analisis mendalam dalam mengembangkan model dan sistem peringatan dini yang

dirancang untuk memprediksi, mencegah risiko, dan menyediakan pengukuran


terhadap financial distress. (Trussel, 2012), baian ini akan menjelaskan faktor

finansial apa saja yang digunakan dalam berbagai macam studi untuk

mendiagnosis dan memprediksi fenonema financial distress diantaranya penelitian

dari Brown (1993), Kloha, Weissert, Kleine (2005a),Raman (1982), Groves,

Godsey, Shulman (1981); Grove and Valente (1994), Trussel (2012), Cohen, et

al.(2014), Indriaty, et al. (2019),

Table 2 Financial Factors Predicting Financial distress Phenomenon Based on Literature

Review

Financial How To Measure Study / Year / Authors


Indicator
Per capita revenue Revenue / Population Brown (1993)

Other source Revenue From Federal And State Brown (1993)


revenue Government / Total Revenue

Operating Operating Expenditures / Total Brown (1993)


expenditure Ratio Expenditures

Revenues to Total Revenues / Total Expenditures Brown (1993)


Expenditures
Unreserved Unreserved General Fund Balance / Brown (1993)
general fund Ratio General Fund Revenues

Liability coverage (Cash + Securities) / Total Liabilities Brown (1993)

Debt to Revenue Total Liabilities / Total Revenues Brown (1993)


ratio
Debt service to Debt Service / Total Revenues Brown (1993)
revenues
ST Debt to ST Debt / Total Revenues Raman (1982)
Revenue
Working capital Change In Working Capital / Total Debt Raman (1982)
change to
Debt
Cash change to Change In Cash / Debt Raman (1982)
Debt
Real taxable value Year To Year Percentage Change In Kloha, Weissert, Kleine
growth Assessed Value Of Real Property (2005a)

General General Expenditures / Assessed Value Kloha, Weissert, Kleine


expenditures to (2005a)

taxable value
Operating margin (Revenues – Expenditures) / Revenues Kloha, Weissert, Kleine
(2005a)
General fund General Fund Balance /Total Revenues Kloha, Weissert, Kleine
balance to (2005a)

revenues
Fund balance Assets – Liabilities Kloha, Weissert, Kleine
(2005a)
LT debt to taxable LT Debt / Taxable Value Kloha, Weissert, Kleine
value (2005a)

Revenue Per Capita Revenues, Restricted Groves, Godsey, Shulman


Revenues, Intergovernmental Revenues, (1981); Grove and Valente
Property Tax Revenues, Uncollected (1994)
Property Tax Revenues

Expenditure Per Capita Expenditures, Employees Per Groves, Godsey, Shulman


Capita, Fixed Costs, And Fringe Benefits (1981);
Grove and Valente (1994)
Operating position Operating Deficits, Enterprise Losses, Groves, Godsey, Shulman
Fund Balances, And Liquidity (1981);
Grove and Valente (1994)
Debt Current Liabilities, Long-Term Debt, Debt Groves, Godsey, Shulman
Service (1981);
Grove and Valente (1994)
Unfunded liabilities Unfunded Pension Liability, Groves, Godsey, Shulman
Pension Assets, And Accumulated (1981); Grove and Valente
Employee Leave (1994)

Capital plant Capital Expenditures Groves, Godsey, Shulman


(1981);
Grove and Valente (1994)
TEXREV Taxes to Revenues/Total Revenue Trussel (2012)
IGR Revenues from Federal and State/Total Trussel (2012)
Revenues

ADMIN Administraative Expanditures/Total Trussel (2012)


Expanditures

DEBT In total liabilities Trussel (2012)

DEBTREV Total Liabilities/Total Revenues Trussel (2012)

SIZE In total Revenues Trussel (2012)

GROWTH (Total Revenue i – Total Revenue i+1)/total Trussel (2012)


revenue i

L/A Total liabilities/total assets Cohen, et al.(2014)

R/L Own revenues/total liabilities Cohen, et al.(2014)

STL/R Short term liabilities/own revenues Cohen, et al.(2014)

OE/R Operating expenses/own revenues Cohen, et al.(2014)

S/P Subsidies/population Cohen, et al.(2014)

R/P Own revenues/population Cohen, et al.(2014)

Note: berdasarkan rangkuman dari J. M. Trussel, P. A. Patrick, (2009), M. Ziolo, M.Porada-

Rochon, E. Szaruga (2005) dan tambahan dari penulis,


2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa acuan penelitian terdahulu yang akan digunakan sebagai dasar

modifikasi pada penelitian akan disampaikan pada bab berikut ini dantaranya

penelitian dari Trussel (2012); Cohen, et al. (2012); dan Indriaty, et al. (2019)

2.2.1 Penelitian Trussel (2012) tentang A Survival Analysis of U.S.

Municipalities in Fiscal Distress

Trussel dan Patrick (2009) menyelidiki faktor-faktor risiko keuangan yang

terkait dengan kesulitan keuangan pemerintah daerah di Alabama. Model yang

dikembangkan didasari atas faktor-faktor risiko keuangan yang dapat digunakan

untuk memprediksi kemungkinan terjadinya financial distress. peneliti

mendefinisikan financial distress sebagai kota yang mengalami ketidak

seimbangan yang signifikan secara terus-menerus antara pendapatan dan

pengeluaran.

Pada penelitian ini, financial distress untuk mengukur kinerja pemerintah

daerah, dilakukan dengan menggunakan definisi pemerintah kota yang secara

formal mengalami financial distress ketika entitas tersebut mengalami defisit

operasi selama tiga tahun berturut-turut (menggunakan skala dari total

pendapatan). Dari total sampel sebanyak 22.412 pemerintah kota, sebanyak 3.648

pemerintah kota yang dinyatakan fiscaly distress.

Indikator yang digunakan oleh Trussel, (2012) diantaranya; (1) Taxes to

Revenues/Total Revenue (TAXREV); (2) Revenues from Federal and State/Total

Revenues (IGR); (3) Administraative Expanditures/Total Expanditures (ADMIN);

(4) in total liabilities (DEBT); (5) Total Liabilities/Total Revenues (DEBTREV); (6)

In total Revenues (SIZE); (7) (Total Revenue i – Total Revenue i+1)/total revenue i

(GROWTH).
Penelitian ini mengunakan survival analysis untuk membangun hazard model

dari fiscal distress. Hal ini dikarenakan data yang digunakan merupakan cross-

sectional time-series data. lalu untuk membangun probabilitas model atas financial

distress, digunakan analisis Cox Regression. Pendekatan ini memungkinkan

peneliti untuk menguji apakah faktor-faktor risiko yang dihipotesiskan berdampak

pada kejadian dan waktu terjadinya fiscal distress pada pemerintah kota.

Hasilnya, Intergovernmeental Revenue (IGR), Debt Level (DEBT), Debt to

Revenue (DEBTREV), Size (SIZE) mmemiliki hubungan yang kuat dengan

financial distress. Sedangkan Administrative Cost (ADMIN) dan Revenue Growth

(GROWTH) memiliki hubungan negatif terhadap financial distress.

Peneliti menemukan bahwa kota-kota yang tertekan secara fiskal menerima

lebih sedikit pendapatan pajak (sebagai persen dari total pendapatan), lebih

banyak pendapatan antar pemerintah (sebagai persen dari total pendapatan),

memiliki lebih banyak utang (sebagai persentase dari pendapatan total), dan

berukuran lebih kecil daripada kota yang tidak mengalami fiscal distress.

Peningkatan total pendapatan atau peningkatan pendapatan pajak memiliki

pengaruh terbesar dalam mengurangi kemungkinan terjadinya fiscal distress.

Hasil penelitian ini memberikan wawasan yang penting tentang kemungkinan

tekanan dan strategi untuk mengurangi tekanan fiskal yang berguna bagi pejabat

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mendeteksi dan mencegah fiscal

distress.

Kelebihan pada penelitian yang dilakukan oleh Trussel dan Patrick (2012) ini

terletak pada populasi yang sangat luas, dan dengan menggunakan data dalam

kurun waktu 3 tahun berturut-turut. Peneliti melakukan robustness tess dengan

penerapan berbagai macam asumsi dan yang membuat hasilnya berubah

hanyalah ketika hanya menggunakan 1 tahun masa operasi saja. Selebihnya, tidak

mengubah hasil secara signifikan.


Meskipun tidak ada penilaian atau kategori fiscal distress secara khusus,

namun peneliti mengkategorikan kondisi pemerintah kota tersebut dengan

menggunakan skala, hal ini kami rasa belum menunjukkan kondisi fiscal distress

yang lebih tepat, dikarenakan pemerintah kota yang memiliki nilai atau skala yang

rendah akan dianggap mengalami fiscal distress,

2.2.2 Penelitian Indriaty, et al. (2019) tentang The Effects Of Financial Ratio,

Local Size And Local Status On Financial Distress

Indiraty, et al. (2019) melakukan penelitian dengan judul “The Effects Of

Financial Ratio, Local Size And Local Status On Financial Distress”. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh variabel keuangan yakni

financial ratio dan variabel non keuangan yakni local size and local status pada

financial distress pemerintah daerah di Indonesia. Variabel keuangan diwakili

menggunakan rasio finansial yang terdiri atas Current ratio (CR), Debt to equity

(D/E), Operating revenue to total revenues ratio (OR/TR), Return on asset ratio

(ROA), Return on equity ratio (ROE), Revenue growth (GROWTH) sedangkan

variabel non keuangan diwakili dengan dua faktor makroekonomi yakni Local

status (POP) dan Local status (STATUS).

Variabel dependen pada penelitian ini adalah probabilitas non-financial

distress dan financial distress pada pemerintah daerah yang ditunjukkan oleh Debt

Service Coverage Ratio (DSCR) sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah

No. 30 tahun 2011 tentang pinjaman daerah. Berdasarkan peraturan tersebut,

DSCR dapat ditulis dengan rumus dan ketentuan berikut:

DSCR =Debt Service Coverage Ratio


PAD = Pendapatan asli daerah

BD = Bagian Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan sumber daya

alam, serta bagian Daerah lainnya seperti dari Pajak Penghasilan

perseorangan;

DAU = Dana Alokasi Umum

BW = Belanja Wajib, yaitu belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa

dihindarkan dalam tahun anggaran yang bersangkutan oleh

Pemerintah Daerah seperti belanja pegawai;

P = Angsuran pokok pinjaman yang jatuh tempo pada tahun

anggaran yang bersangkutan;

B = Bunga pinjaman yang jatuh tempo pada tahun anggaran yang

bersangkutan;

BL = biaya lainnya (biaya komitmen, biaya bank, dan lain lain) yang

jatuh tempo.

Ketentuan untuk kelayakan pinjaman daerah adalah Debt Service Coverage

Ratio (DSCR) minimal 2,5. Untuk pemerintah daerah yang memiliki nilai

DSCR<2,5 maka dinyatakan mengalami financial distress dan dilambangkan

dengan angka 0, sedangkan untuk pemerintah daerah yang memiliki DSCR> 2,5

dinyatakan dalam kondisi non-financial distress dan disimbolkan dengan angka 1.

Penelitian tersebut dilakukan pada pemerintah daerah di Indonesia dengan

menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah diaudit oleh BPK

dari periode 2008 hingga 2014. Kemudian digunakan regresi logistik dengan

bantuan perangkat lunak komputer untuk Eviews versi 9 sebagai alat analisis data.

Uji regresi tersebut.


Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan bahwa 5 dari 6 variabel keuangan

CR, D/E, OR/TR, ROA, ROE, dan variabel non keuangan yakni POP, dan STATUS

berpengaruh terhadap finansial distress pada pemerintah daerah di Indonesia.

Kekuatan dari penelitian tersebut adalah penggunaan variabel keuangan yang

disertai dengan variabel non keuangan, yakni Local Size dan Local Status dimana

beberapa penelitian sebelumnya seperti Wibowo (2013) yang meneliti relevansi

informasi akuntansi dengan financial distress mengemukakan bahwa penggunaan

rasio non-finansial akan memberikan dampak atas analisis yang lebih kompleks

dikarenakan peran variabel non keuangan tersebut yang berdampak luas bagi

pemerintah daerah.

Namun terdapat pula keterbatasan dimana dijelaskan bahwa hasil dari

penelitian tersebut juga menemukan Nilai McFadden R-squared adalah 0,403

yang berarti bahwa variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen hanya

40,3%. Sedangkan sisanya 59,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian.

Selain itu penggunaan variabel profitabilitas pada entitas nirlaba seperti pada

pemerintah daerah dirasa kurang tepat karena secara intrinsik laba atau

pendapatanyang diperoleh dari pemerintah daerah tersebut bukan berasal dari

pemanfaatan atas asset. Sebagaimana dijelaskan Cohen, et al. (2012)

penggunaan indikator profitabilitas yang digunakan untuk entitas perusahaan

termasuk rasio seperti laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, laba

bersih terhadap pendapatan, laba bersih terhadap ekuitas, dalam konteks

mengevaluasi kinerja keuangan lokal pemerintah terbukti tidak sesuai.

2.2.3 Penelitian Cohen, et al. (2012) tentang Assessing financial distress


where bankruptcy is not an option: An alternative approach for local
municipalities
Cohen, et al. (2012) menyusun sebuah model operasional untuk mengevaluasi

kelayakan dari pemerintah daerah di Yunani. Model tersebut disusun dengan

menggunakan multicriteria decision making methodology yang dikombinasikan

dengan simulation analysis approach dengan menggunakan disaggregation

technique. Cakupan dari penelitian tersebut adalah untuk membangun sebuah

operational rating model yang mampu memberikan peringkat bagi pemerintah-

pemerintah daerah berdasarkan status finansial mereka, dan secara praktis

memberikan sistem peringatan dini atas terjadinya financial distress.

Model tersebut dibangung dengan mendasar pada data laporan keuangan

dengan metode accrual yang diambil dari sampel 364 pemerintah kota di Yunani

pada tahun 2007 dan menambahkan 130 sampel pemerintah pada tahun 2009

dikarenakan pada awal 2010 Yunani mengalami krisis keuangan.

Peneliti menggunakan 6 rasio keuangan, diantaranya Total liabilities/total

assets (L/A); Own revenues/total liabilities (R/L); Short term liabilities/own

revenues (STL/R); Operating expenses/own revenues (OE/R);

Subsidies/population (S/P); dan Own revenues/population (R/P).

Sedangkan untuk mengukur financial distress Cohen et al. (2014)

menggunakan tolok ukur yang berasal dari memorandum yang ditandatangani

antara Greece, IMF dan EC (UU 3845/2010) sebagai proksi kesulitan keuangan.

Menurut kesepakatan tersebut, pemerintah daerah hanya dapat melakukan

kontrak pinjaman baru jika rasio total kewajiban terhadap total pendapatan (L / TR)

kurang dari 60%. Secara khusus, kota dengan L / TR di bawah 60% dianggap

‘solvent' sedangkan yang dengan L / TR di atas 60% diklasifikasikan sebagai

'insolvent'.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat

diantara model yang dikembangkan terhadap financial distress pada pemerintah

kota di Yunani.
Penelitian yang disusun dari oleh Cohen, et al. (2012) ini memiliki kelebihan

pada methodological framework yang disusun dalam proses membangun model

evaluasinya. Bagian utama dari proses membangun model tersebut terletak pada

pendekatan scenario generation yang diimplementasikan dengan prosedur

simulasi untuk memperoleh skema peringkat bagi pemerintah kota yang terbagi

atas 5-point peringkat diantaranya top performers, goodperformers, intermediate

municipalities, poor performaers, dan very poor performing municipalities.

Peringkat skema tersebut dibangun berdasarkan rasio keuangan yang telah

dijelaskan sebelumnya. Dengan adanya peringkat tersebut, model yang diajukan

menunjukkan peningkatan dalam robustness, dan terbukti dengan kesesuaian

model yang diajukan dengan tingkat akurasi keseluruhan menjadi 96,43%.

Kekuatan lain pada model yang diajukan cohen bahwa rasio yang digunakan

Cohen, et al. (2012) menjelaskan bahwa model yang ia bangun mampu digunakan

untuk mengevaluasi pemerintah daerah manapun, mudah untuk

diimplementasikan dan dapat digunakan untuk tujuan penentuan tolok ukur dan

memberikan tanda-tanda awal financial distress kepada seluruh pemangku

kepentingan dalam pengambilan keputusan. Namun tetap saja model tersebut

memiliki beberapa keterbatasan diantaranya, Analisis yang digunakan didasarkan

pada laporan keuangan dan oleh karena itu kualitas informasi keuangan

mempengaruhi keakuratan hasil. Namun demikian, informasi akuntansi telah

diambil oleh laporan keuangan yang diaudit, yang mengurangi risiko kualitas

informasi yang buruk.

Selain itu kekurangan yang cukup mendasar pada tidak adanya definisi yang

secara eksplisit menjelaskan pengertian dari financial stress atau financial crisis.

Hal ini cukup penting mengingat tingkat “kesulitan” yang dialami oleh pemerintah

daerah dapat berbeda beda tergantung pada konteksnya, tidak selalu

berhubungan dengan keuangan.


2.2.3 Penelitian Cohen et al. (2017) tentang Auditors and early signals of

financial distress in local governments

Sasaran penelitian yang dilakukan oleh Cohen et al. (2017) ini adalah untuk

menganalisis apakah dan bagaimana serangkaian penghitungan rasio keuangan

dengan dasar informasi pada laporan keuangan, mampu memberikan indikasi

risiko financial distress pada pemerintah daerah bagi auditor pemerintah daerah.

Cohen et al. (2017) menyusun model yang disusun dan diterapkan pada

Pemerintah Daerah Italia dengan menggunakan pendekatan logistic regression.

Model tersebut berguna sebagai diskriminan antara pemerintah daerah yang

rawan akan kebangkrutan dengan yang memiliki kesehatan keuangan yang baik.

Sehingga mampu memberikan prediksi financial distress dengan lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai