Anda di halaman 1dari 13

1

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS


PRODUK TERHADAP MINAT BELI ULANG
(Studi pada Starbucks Semarang)

Lurensia Vinda W
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Kampus Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
E-mail: vindawidi@gmail.com,

ABSTRAK

Minum kopi yang berkembang menjadi gaya hidup membuat bisnis kedai kopi
berkembang dengan cepat. Starbucks, brand kedai kopi global memasuki pasar
Indonesia dan menjadi pilihan banyak konsumen. Penelitian ini ditujukan untuk
menganalisis pengaruh kualitas pelayanan dan kualitas produk terhadap minat membeli
ulang konsumen terhadap suatu produk. Objek penelitian yang dipakai adalah kedai kopi
Starbucks yang berada di Semarang.
Sampel penelitian ini adalah konsumen kedai kopi Starbucks Semarang, sejumlah
100 orang. Metode yang dipakai adalah regresi linier berganda yang dijalankan dengan
perangkat lunak SPSS 17 for Windows, hasil uji tersebut digunakan untuk menganalisis
data. Dimensi yang dipakai pada variabel kualitas pelayanan adalah keandalan, daya
tanggap, jaminan, bukti langsung, dan empati. Dimensi performa, estetika dan kualitas
yang dipersepsikan digunakan variabel kualitas produk Starbucks yang berupa minuman.
Hasil studi pada Starbucks Semarang menunjukkan kualitas pelayanan dan
kualitas produk yang diberikan memberikan pengaruh terhadap minat beli konsumen.

Kata kunci: kualitas pelayanan, kualitas produk, minat beli ulang, Starbucks

1. PENDAHULUAN warung kopi untuk menikmati secangkir


Minum kopi di kedai kopi telah menjadi kopi, kue-kue, serta berbincang-bincang.
suatu gaya hidup di Indonesia, tidak hanya Situs berita online swa.co.id menyebutkan
sekedar minum kopi, kegiatan seperti Asia’s Top 1000 Brands
meeting, mengerjakan tugas, atau bisnis menobatkan Starbucks® sebagai salah satu
biasa dilakukan di kedai kopi. Hal ini dari 10 brand terdepan di Indonesia
didukung oleh pendapat Renald Kasali, menurut laporan yang diterbitkan oleh The
seorang pakar di bidang pemasaran yang Nielsen Company dan Campaign Asia-
berkata, “Ngopi kini bukan lagi sekedar Pacific. Menduduki peringkat ke-10 di
untuk menghilangkan kantuk, tapi sebagai Indonesia untuk tahun 2012, Starbucks®
bagian gaya hidup, di mana coffee shop adalah satu-satunya brand F&B yang
menjadi tempat kongkow yang amat masuk dalam daftar 10 brand terdepan,
diminati” (2008:27). Gaya hidup ini sesuai menjadikannya brand F&B yang paling
dengan karakter orang Indonesia yang suka dikenal di Indonesia.
berkumpul. Menurut Adi W. Berdasarkan data dan uraian di atas,
Taroepratjeka, konsultan kopi di Indonesia, penulis tertarik untuk menganalisis
menyatakan bahwa hampir semua sudut pengaruh faktor kualitas pelayanan dan
kota dipastikan terdapat warung kopi. kualitas produk terhadap minat beli ulang
Pengunjung akan menghabiskan waktu di konsumen di Starbucks Semarang.
2

2. RUMUSAN MASALAH dengan persyaratan individual. Proses ini


Pokok masalah dalam penelitian ini adalah berlangsung secara top down. Konsep zero
bagaimana meningkatkan minat beli ulang defect atau tingkat kesalahan nol
pada konsumen di Starbucks Semarang merupakan tujuan dari kualitas. Konsep ini
dengan mempertimbangkan variabel- mengarahkan pada tingkat kesalahan
variabel yang dipilih, yaitu kualitas produk sekecil mungkin, bahkan sampai
pelayanan dan kualitas produk. Oleh tidak terdapat kesalahan. Kotler (1997)
karena itu, berdasarkan pada masalah mendefinisikan kualitas sebagai
penelitian tersebut, maka disimpulkan keseluruhan ciri dan karakteristik produk
beberapa pertanyaan penelitian, yaitu : atau jasa yang mendukung kemampuan
1. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh untuk memuaskan kebutuhan.
terhadap minat beli ulang konsumen di Definisi ini menekankan pada fokus
Starbucks Semarang? pelanggan. Tidak satupun definisi dari para
2. Apakah kualitas produk berpengaruh ahli kualitas tersebut yang sempurna.
terhadap minat beli ulang konsumen di Namun dari definisi-definisi yang ada
Starbucks Semarang? terdapat beberapa persamaan, yakni
3. Apakah kualitas pelayanan dan kualitas adanya unsur-unsur sebagai berikut:
produk mempengaruhi minat beli ulang a) Kualitas dimaksudkan untuk memenuhi
konsumen di Starbucks Semarang? atau melebihi harapan pelanggan.
b) Kualitas meliputi produk, jasa, manusia
3. TUJUAN PENELITIAN proses dan lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan c) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis,
penelitian ini adalah : yang selalu berubah (moving target).
1. Menganalisis pengaruh kualitas 4.1.1 Kualitas Pelayanan
pelayanan terhadap minat beli ulang pada Kualitas pelayanan adalah tingkat
konsumen di Starbucks Semarang. keunggulan yang diharapkan dan
2. Menganalisis pengaruh kualitas produk pengendalian atas keunggulan tersebut
terhadap minat beli ulang pada konsumen untuk memenuhi harapan pelanggan atau
di Starbucks Semarang. konsumen (Lovelock, 1988). Menurut
3. Menganalisis pengaruh kualitas (Zeithaml, 1988) kualitas pelayanan
pelayanan dan kualitas produk terhadap merupakan penilaian pelanggan atas
minat beli ulang konsumen di Starbucks keunggulan atau keistimewaan yang
Semarang. dirasakan konsumen atas suatu produk atau
4. Memberikan saran dan usulan perbaikan layanan secara menyeluruh. Kualitas
kepada Starbucks Semarang. pelayanan menurut Wyckof (dalam
Tjiptono,2000) adalah tingkat keunggulan
4. TINJAUAN PUSTAKA yang diharapkan dan pengendalian atas
4.1 Kualitas tingkat keunggulan tersebut untuk
Crosby (1979) mendefinisikan kualitas memenuhi keinginan pelanggan atau
sebagai kesesuaian dengan persyaratan, ia konsumen. Dengan demikian terdapat
melakukan pendekatan pada transformasi faktor utama kualitas pelayanan, yaitu
budaya kualitas. Setiap orang yang ada expected service dan perceived service.
dalam organisasi dilibatkan dalam proses Kesesuaian kualitas pelayanan yang
dengan menekankan pada kesesuaian diterima atau dirasakan konsumen dengan
3

apa yang menjadi harapan konsumen, Dimensi assurance terdiri dari empat
maka kualitas pelayanan dipersepsikan subdimensi, yaitu:
sebagai kualitas yang memuaskan, begitu a. Competence
juga jika pelayanan yang diterima atau Keahlian dan keterampilan yang harus
dirasakan tidak sesuai dengan harapan, dimiliki penyedia jasa dalam memberikan
maka kualitas pelayanan dipersepsikan jasanya kepada pelanggan.
sebagai kualitas yang buruk. Perusahaan b. Credibility
harus mewujudkan kualitas yang sesuai Kejujuran dan tanggung jawab pihak
dengan syarat-syarat yang dituntut penyedia jasa sehingga pelanggan dapat
pelanggan. Dengan kata lain, kualitas mempercayai pihak penyedia jasa.
adalah kiat secara konsisten dan efisien c. Courtesy
untuk memberi pelanggan apa yang Etika kesopanan, rasa hormat, dan
diinginkan dan diharapkan pelanggan keramahan pihak penyedia jasa kepada
(Shelton,1977 dalam Harun 2006). pelanggannya pada saat memberikan jasa
Service quality merupakan instrumen yang pelayanan.
digunakan oleh pelanggan untuk menilai d. Security
baik atau tidaknya sebuah pelayanan yang Rasa aman, perasaan bebas dari rasa takut
diberikan oleh perusahaan. Parasuraman, serta bebas dari keragu-raguan akan jasa
et.al (1988), mengidentifikasikan 5 (lima) pelayanan yang diberikan oleh pihak
dimensi pokok tentang kualitas pelayanan. penyedia jasa kepada pelanggannya.
Dimensi pokok tersebut adalah : 5) Empathy (Empati)
1) Tangibles (Bukti Langsung) Pemahaman karyawan terhadap kebutuhan
Meliputi penampilan dan performansi dari pelanggan serta perhatian yang diberikan
fasilitas-fasilitas fisik, perlatan, personel, oleh karyawan.
dan material-material komunikasi yang Dimensi empati terdiri dari tiga
digunakan dalam proses penyampaian subdimensi, yaitu:
layanan. a. Acces
2) Reliability (Keandalan) Tingkat kemudahan untuk dihubungi atau
Kemampuan pihak penyedia jasa dalam ditemuinya pihak penyedia jasa oleh
memberikan jasa atau pelayanan secara pelanggan.
tepat dan akurat sehingga pelanggan dapat b. Communication
mempercayai dan mengandalkannya. Kemampuan pihak penyedia jasa untuk
3) Reponsiveness (Daya Tanggap) selalu menginformasikan sesuatu dalam
Kemauan atau keinginan pihak penyedia bahasa yang mudah dimengerti oleh
jasa untuk segera memberikan bantuan pelanggan dan pihak penyedia jasa selalu
pelayanan yang dibutuhkan dengan cepat mau mendengarkan apa yang disampaikan
4) Assurance (Jaminan) oleh pelanggan.
Pemahaman dan sikap kesopanan dari c. Understanding Customer
karyawan (contact personnel) dikaitkan Usaha pihak penyedia jasa untuk
dengan kemampuan mereka dalam mengetahui dan mengenal pelanggan
memberikan keyakinan kepada pelanggan beserta kebutuhan-kebutuhannya.
bahwa pihak penyedia jasa mampu Kelima dimensi kualitas pelayanan
memberikan pelayanan dengan sebaik- tersebut harus diramu dengan baik.
baiknya. Apabila tidak, hal tersebut dapat
4

menimbulkan kesenjangan antara usaha atau perusahaan dapat bertahan


perusahaan dengan pelanggan karena dalam menghadapi persaingan, terutama
perbedaan persepsi mereka tentang wujud persaingan dari segi kualitas, perusahaan
pelayanan. Parasuman et.al., (1990) telah perlu terus meningkatkan kualitas produk
menyusun suatu model konseptual dari atau jasanya. Karena peningkatan kualitas
kualitas pelayanan yang menggambarkan produk dapat membuat konsumen merasa
kesenjangan atau ketidaksesuaian antara puas terhadap produk atau jasa yang
keinginan dan tingkat kepentingan mereka beli, dan akan mempengaruhi
berbagai pihak dalam penyerahan konsumen untuk melakukan pembelian
produk/jasa. Untuk mencapai tingkat ulang.
excellence, karyawan harus dilatih dan Terdapat delapan dimensi kualitas
memiliki ketrampilan. Didukung dengan produk yang diungkapkan Garvin dalam
ruangan dan suasana kerja yang nyaman, Yamit (2004) yang digunakan untuk
maka karyawan dapat bekerja secara mengevaluasi kepuasan terhadap produk,
professional dan selalu mengutamakan jasa atau perusahaan tertentu, yaitu :
pelayanan dan kepuasan pelanggan. Dalam Setelah paham terhadap definisi
hal ini, karyawan memerlukan persiapan, dari kualitas, maka selanjutnya kita harus
perhatian, dan komitmen yang tinggi dari mengetahui apa saja yang termasuk dalam
segenap unsur perusahaan. Hubungan dimensi kualitas. Menurut Garvin (dalam
dengan pelanggan dapat dikelola dengan Garperz, 1997:3), mengidentifikasi
memperhatikan tiga kegiatan, yaitu: (1) delapan dimensi kualitas yang dapat
internal marketing, (2) external marketing, digunakan untuk menganalisa karakteristik
(3) interactive markerting. Ketiga aktivitas kualitas suatu barang, yaitu sebagai
ini pada dasarnya berkaitan dengan berikut.
persiapan, pelaksanaan dan interaksi a. Performa (performance)
pelayanan prima yang diberikan kepada Perfoma berkaitan dengan aspek
pelanggan (Soehadi, 2003). fungsional dari produk dan merupakan
4.1.2 Kualitas Produk karakteristik utama yang dipertimbangkan
Produk didefinisikan sebagai sesuatu oleh pelanggan saat hendak membeli suatu
yang dapat ditawarkan ke dalam pasar produk.
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau Contoh: performansi dari TV
dikonsumsi sehingga dapat memuaskan berwarna adalah memiliki memiliki
keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2006). gambar yang jelas; performansi dari
Sedangkan kualitas produk yaitu produk mobil adalah akselerasi, kecepatan,
kemampuan produk untuk menjalankan kenyamanan, dan pemeliharaan.
tugasnya yang mencakup daya tahan, b. Keistimewaan (features)
keandalan atau kemajuan, kemudahan Merupakan aspek penting yang
dalam pengemasan dan penggunaan dan kedua yang dapat menentukan kualitas
ciri-ciri lainnya (Kotler dan Amstrong, suatu produk. Dimensi ini juga bisa
1997) menambah fungsi dasar, yakni yang
Di dalam menjalankan suatu bisnis, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan
produk maupun jasa yang dijual harus pengembangannya.
memiliki kualitas yang baik atau sesuai Contoh: ponsel Blackberry memiliki
dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu fitur unggulan seperti Blackberry
5

Messenger (BBM) yang tidak dimiliki oleh g. Estetika (aesthetics)


ponsel dangan merek lain. Estetika adalah karakteristik
c. Kehandalan (reliability) mengenai keindahan yang bersifat
Hal ini berkaitan dengan subjektif sehingga berkaitan dengan
kemungkinan suatu produk berfungsi pertimbangan pribadi dan refleksi dari
secara normal dalam periode waktu preferensi atau pilihan individual. Dengan
tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih
demikian, keandalan merupakan banyak berkaitan perasaan pribadi dan
karakteristik yang mencerminkan mencakup karakteristik tertentu.
kemungkinan tingkat keberhasilan dalam Contoh: kaos oblong akan lebih
penggunaan suatu produk. indah dan menarik jika di tambahi
d. Konformansi (conformance) ornamen-ornamen batik di pinggir-pinggir
Konformansi berkaitan dengan kaos.
tingkat kesesuaian suatu produk terhadap h. Kualitas yang Dipersepsikan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh (Perceived quality)
perusahan atau produsen dari produk Karakteristik ini bersifat subjektif,
tersebut sesuai dengan keinginan berkaitan dengan perasaan pelanggan
pelanggan. Karakteristik ini mengukur dalam mengkonsumsi produk, seperti
banyaknya atau persentase produk yang meningkatkan harga diri. Hal ini juga
gagal memenuhi serangkaian standar berupa karakteristik yang berkaitan dengan
produk yang telah ditetapkan dan karena reputasi (brand name-image).
itu perlu dikerjakan ulang atau diperbaiki. Contoh: seseorang akan membeli
Sering disebut sebagai konformansi produk elektronik merek Sony karena
terhadap kebutuhan (conformance to memiliki persepsi bahwa produk-produk
requirement). bermerek Sony adalah produk yang
e.Daya tahan (durability) berkualitas, meskipun orang itu belum
Merupakan ukuran masa pakai suatu pernah menggunakan produk-produk
produk. Karakteristik ini berkaitan dengan bermerek Sony.
seberapa lama usia dari produk tersebut Produk yang berkualitas ditentukan
dapat digunakan. oleh pelanggan, bukan dari produsen.
Contoh: ponsel Nokia biasanya lebih Setelah pelanggan melakukan pembelian
tahan lama dari pada ponsel-ponsel merek mereka akan melakukan evaluasi terhadap
China. produk tersebut apakah produk yang dibeli
f. Kemampuan Pelayanan (service dan dikonsumsinya itu sesuai dengan
ability) harapannya atau tidak.
Merupakan karakteristik yang 4.2 Minat Beli Ulang
berkaitan dengan kesopanan, kompetensi, Posisi pasar suatu produk terbentuk karena
kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan. adanya konsumen yang mau membeli
Contoh: saat ini banyak produk tersebut dan sebagian besar
perusahaayang memberikan pelayanan konsumen tersebut kemudian membeli lagi
perawatan atau perbaikan mobil sepanjang produk tersebut. Pembelian produk baru
hari (24 jam). selalu dimulai dengan pembelian pertama,
yaitu adanya keinginan untuk melakukan
pembelian yang pertama kali karena
6

terdapat faktor ingin mencoba produk baru suatu perusahaan dan berniat
tersebut (Lindawati, 2005 dalam mengkonsumsi kembali produk perusahaan
Kurniawati, 2009) tersebut (Cronin,et.al., 1992).
Cobb-Walgren, Ruble, dan Donthu Minat beli ulang merupakan bagian
(1995) mendefinisikan niat beli merupakan dari perilaku pembelian, yang selanjutnya
suatu pernyataan mental dari konsumen akan membentuk loyalitas dalam diri
yang merefleksikan rencana pembelian konsumen. Selain itu, pelanggan yang
suatu produk dengan merek-merek memiliki komitmen pada umumnya lebih
tertentu. Jadi, jika seseorang berkeinginan mudah menerima perluasan produk baru
untuk membeli biasanya dipengaruhi oleh yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
faktor-faktor seperti dorongan dan Kesesuaian performa produk dan jasa yang
pertimbangan-pertimbangan tertentu ditawarkan dengan yang diharapkan
(Dodds, Monroe, dan Grewal, 1991). konsumen akan memberikan kepuasan dan
Minat beli adalah tahap kecenderungan akan menghasilkan minat beli ulang
responden untuk bertindak sebelum konsumen di waktu yang akan datang.
keputusan membeli benar-benar Konsumen yang merasa puas dan
dilaksanakan. Niat beli yang terdapat pada menjadi pelanggan yang berkomitmen
diri seseorang untuk melakukan suatu akan memberikan rekomendasi positif
perilaku dipengaruhi oleh sikap maupun kepada konsumen lainnya terhadap merek
variabel lainnya. produk tersebut, sehingga pelanggan yang
Minat beli ulang merupakan minat berkomitmen sangat berperan dalam
pembelian yang didasarkan atas pengembangan suatu merek. Proses
pengalaman pembelian yang telah evaluasi konsumen terkait kualitas dan
dilakukan di masa lalu. Minat beli ulang performa produk tersebut sangat
yang tinggi mencerminkan tingkat menentukan tingkat motivasi pembelian
kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika ulang terhadap suatu merek. Motivasi
memutuskan untuk mengadopsi suatu tersebut akan menimbulkan keinginan
produk. Keputusan untuk mengadopsi atau dalam diri konsumen untuk melakukan
menolak suatu produk timbul setelah pembelian ulang atau mungkin
konsumen mencoba suatu produk tersebut meningkatkan jumlah pembeliannya,
dan kemudian timbul rasa suka atau tidak sehingga akan tercipta komitmen yang
suka terhadap produk tersebut. Rasa suka besar untuk menggunakan kembali produk
terhadap produk timbul bila konsumen tersebut. Menurut Griffin (2002)
mempunyai persepsi bahwa produk yang konsumen loyal adalah seseorang yang
mereka gunakan berkualitas baik dan dapat melakukan aktivitas membeli barang atau
memenuhi atau bahkan melebihi keinginan jasa yang memenuhi kriteria sebagai
dan harapan konsumen. Dengan kata lain berikut :
produk tersebut mempunyai nilai yang 1. Melakukan pembelian ulang
tinggi di mata konsumen. Tingginya minat secara berkala,
beli ulang tersebut akan membawa dampak 2. Membeli produk lain yang
yang positif terhadap keberhasilan produk ditawarkan produsen yang sama,
di pasar. Minat beli ulang adalah perilaku 3. Merekomendasikan produk atau
pelanggan dimana pelanggan merespons jasa tersebut kepada orang lain.
positif terhadap kualitas produk / jasa dari
7

4.3 REGRESI LINIER BERGANDA pelayanan dan kualitas produk dapat


Regresi berganda merupakan analisis mempengaruhi minat beli ulang konsumen.
regresi yang dilakukan antara satu variabel
terikat dengan beberapa variabel bebas Kualitas pelayanan:
secara bersama-sama. Rumus yang keandalan, daya
tanggap, jaminan,
digunakan untuk dua variabel bebas, yaitu bukti langsung dan
kualitas pelayanan dan kualitas produk empati
Minat Beli
adalah (Suharyadi dan Purwanto, 2004): Ulang

Kualitas produk:
................. (2.8) performa, kualitas
yang dipersepsikan
dan estetika
Keterangan :
Y = Minat Beli Ulang Gambar 1. Model Konseptual
X1 = Kualitas Pelayanan
X2 = Kualitas Produk 6. HASIL DAN PEMBAHASAN
= Bilangan Konstanta 6.1 Penentuan Jumlah Sampel
b1 = Koofisien Regresi Kualitas Pelayanan Berdasarkan pendapat Sugiyono (2001)
untuk analisis multivariate seperti
b2 = Koofisien Regresi Kualitas Produk
analisis regresi linier berganda, maka
jumlah sampel minimal ditetapkan
5. METODOLOGI PENELITIAN sebesar 10 x jumlah variabel penelitian.
5.1 Deskriptif Responden Jika sesuai dengan pendapat tersebut
Data deskriptif adalah data yang dapat maka sampel yang dibutuhkan sebanyak
memberikan beberapa informasi tentang 30 sampel. Akan tetapi, menurut Hair et
keadaan responden yang dijadikan objek al (1995), yaitu ukuran sampel minimum
penelitian. dalam penelitian sebanyak 100
Tabel 1. Karakteristik Responden responden. Sehingga pada penelitian ini,
Berdasarkan Jenis Kelamin sampel yang akan diambil sebanyak 100
Jenis Kelamin Jumlah Presentase responden.
Pria 51 51 % 6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Wanita 49 49% Pengujian validitas data digunakan untuk
TOTAL 100 100 % mengukur sah tidaknya suatu kuesioner.
Uji reliabilitas berguna untuk
Selain jenis kelamin, diperoleh data usia menetapkan apakah instrumen yang
para responden yang rata-rata berada dalam hal ini kuesioner dapat digunakan
lebih dari satu kali, paling tidak oleh
dalam usia produktif, usia termuda responden yang sama akan menghasilkan
responden adalah 16 tahun dan yang tertua data yang konsisten (Ghozali, 2005).
adalah 56 tahun, dan responden berusia 24 Uji validitas dihitung setiap variabelnya.
tahun adalah yang terbanyak. Untuk nilai r pada penelitian ini, untuk
5.2 MODEL KONSEPTUAL taraf kepercayaan 95% atau signifikansi
Model konseptual yang dijadikan dasar 5% (0,05) dan jumlah responden N = 30,
maka nilai r tabel adalah 0,361.
dalam penelitian ini merupakan hasil
6.3 Uji Asumsi Klasik
pengembangan dari beberapa penelitian Uji asumsi klasik dilakukan untuk
terdahulu. Berdasarkan penelitian tersebut, menguji apakah model tersebut dapat
dapat disimpulkan bahwa kualitas diselesaikan dengan model regresi.
Langkah pertama dengan uji Normalitas.
8

Uji multikolinieritas dilakukan untuk tidak memiliki pengaruh secara signifikan.


menguji apakah pada model regresi Namun dari nilai yang ditunjukkan dapat
ditemukan adanya korelasi antar variabel disimpulkan urutan dimensi yang memiliki
bebas. Uji Autokorelasi bertujuan
pengaruh paling besar, dimensi Bukti
menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara Langsung memiliki nilai yang paling besar
kesalahan pengganggu pada periode t dibandingkan dengan keempat dimensi
dengan kesalahan pada periode t-1. Uji lain. Konsumen dapat melihat langsung
heteroskedastisitas dilakukan untuk kinerja para karyawan secara fisik dengan
menguji apakah dalam sebuah model menjaga kebersihan, kerapian dan
regresi terjadi ketidaksamaan varians kenyamanan di toko serta penampilan
residual dari satu pengamatan ke
karyawan dan toko yang menyenangkan.
pengamatan yang lain. Jika tidak lolos
salah satu uji, dilakukan penambahan Kemudian dimensi Jaminan adalah
data (Suliyanto, 2009). Starbucks dapat membuat konsumen
Pada penelitian ini terdapat 3 regresi yang merasa yakin bahwa Starbucks
harus diuji asumsi klasik terlebih dahulu. memberikan pelayanan yang baik melalui
Regresi yang pertama faktor dalam sikap yang diberikan oleh karyawan. Di
kualitas pelayanan yang berpengaruh dalam dimensi ini terdapat rasa aman
terhadap minat beli ulang. Regresi kedua
dalam bertransaksi, kejujuran, dan sikap
faktor dalam kualitas produk yang
berpengaruh terhadap minat beli ulang. maupun tutur kata karyawan.
Regresi yang ketiga pengaruh kualitas Dimensi yang paling berpengaruh
pelayanan dan kualitas produk terhadap selanjutnya adalah dimensi daya tanggap
minat beli ulang. Ketiga persamaan regresi yaitu kepekaan karyawan akan kesulitan
tersebut dinyatakan lolos uji asumsi klasik. yang dialami oleh konsumen sehingga
6.4 Faktor yang Berpengaruh pada langsung dapat dengan cepat dan sigap
Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli
Ulang di Kedai Kopi Starbucks membantu konsumen. Hal tersebut
Variabel kepuasan pelanggan diukur dari 5 menjadi sangat penting bagi konsumen,
dimensi yaitu Keandalan (Reliability), karena konsumen akan merasa nyaman dan
Daya Tanggap (Responsiveness), Jaminan puas dengan tindakan karyawan yang cepat
(Assurance), Bukti Langsung (Tangibles), tanggap. Konsumen akan merasa puas jika
dan Empati (Emphaty). Pengaruh setiap dirinya dilayani dengan baik apalagi ketika
dimensi tersebut berdasarkan pengolahan mengalami kesulitan dan dengan demikian
dengan Software SPSS 17 didapatkan hasil konsumen akan memiliki minat beli ulang
sebagai berikut : di Starbucks.
Y1 = 22,001 - 0,151 X1 + 0,134 X2 + 0,204 Dimensi keandalan dan empati adalah
X3 + 0,228 X4 - 0,180 X5 dimensi yang pengaruhnya bersifat negatif
Keterangan : terhadap minat beli ulang. Dimensi
Y1 = Minat beli ulang keandalan yang diukur adalah kemampuan
X1 = Keandalan memberikan jasa atau pelayanan secara
X2 = Daya tanggap tepat dan akurat sesuai dengan yang
X3 = Jaminan dijanjikan namun ternyata dimensi ini
X4 = Bukti langsung tidak memiliki pengaruh terhadap minat
X5 = Empati beli ulang. Dimensi empati adalah dimensi
Berdasarkan persamaan regresi dan diatas, yang mengukur seberapa jauh dapat
dapat disimpulkan bahwa kelima dimensi menjawab kebutuhan konsumen seperti
9

kemampuan karyawan menyampaikan 17 maka didapatkan persamaan regresi


informasi kepada konsumen dan seperti berikut:
pemahaman akan kebutuhan konsumen, Y2 = 13,895 - 0,084 X1 + 0,575 X2 + 0,961
namun ternyata hal tersebut tidak X3
menjamin konsumen akan memiliki minat Keterangan :
beli ulang di Starbucks. Y2 = Minat beli ulang
Berdasarkan hasil uji hipotesis t dan F, X1 = Performa
didapat hasil bahwa faktor-faktor dalam X2 = Kualitas yang dipersepsikan
kualitas pelayanan tidak berpengaruh pada X3 = Estetika
minat beli ulang, baik secara individu Dari persamaan regresi di atas, terlihat
maupun secara bersama-sama. Hal ini juga bahwa dimensi estetika memiliki pengaruh
sama dengan hasil regresi linier antara yang paling besar terhadap minat beli
kualitas pelayanan dan kualitas produk ulang, tampilan peoduk yang
terhadap minat beli ulang. Kualitas menarikuntuk dilihat dan diminum
pelayanan yang disukai konsumen tidak memiliki arti yang cukup penting untuk
menjaminkonsumen tersebut memiliki para konsumen kembali membeli produk
minat beli ulang dan memiliki Starbucks. Dimensi kedua yang
kemungkinan untuk memilih membeli di berpengaruh pada minat beli ulang adalah
kedai merek lain. kualitas yang dipersepsikan, ketika
Berdasarkan hasil koefisien determinasi, seseorang melihat Starbucks, persepsi yang
didapatkan hasil R2 sebesar 0,087 yang dimiliki adalah produk minuman yang
artinya kelima dimensi kualitas pelayanan sudah pasti enak unruk diminum dan
di atas mempengaruhi minat beli ulang di memiliki citra yang sudah terbentuk dan
Starbucks sebesar 8,7%, sedangkan 91,3% melekat di pikiran para konsumen.
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang Dimensi yang tidak berpengaruh secara
tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal signifikan adalah dimensi performa
tersebut menunjukan bahwa faktor-faktor produk. Karena dengan masuk ke
kualitas pelayanan tidak dapat dijadikan Starbucks para pelanggan sudah merasa
faktor yang baik untuk mewakili minat beli terjamin dengan rasa minuman yang
ulang konsumen. Berdasarkan persamaan diterima seperti pada dimensi kualitas yang
regresi juga dapat dilihat bahwa konstanta dipersepsikan.
bernilai 22,001, yang berarti jika kelima Ketiga dimensi tersebut, mempengaruhi
dimensi kepuasan pelanggan tidak ada atau minat beli ulang konsumen di Starbucks
tidak memiliki nilai, maka minat beli ulang sebanyak 28,3% dan sisanya 71,7%
konsumen tetap bisa naik tanpa kelima peningkatan minat beli ulang dipengaruhi
dimensi tersebut. oleh faktor lain yang tidak diteliti. Hasil ini
6.5 Faktor yang Berpengaruh pada didapatkan dari perhitungan koefisien
Kualitas Produk terhadap Minat Beli determinasi atau R2. Nilai konstanta dari
Ulang di Kedai Kopi Starbucks persamaan regresi ini adalah 13,895, yang
Variabel Kualitas Produk terdiri dari tiga
artinya minat beli konsumen akan tetap
dimensi yang diambil, yaitu performa,
naik, meskipun Starbucks tidak memiliki
kualitas yang dipersepsikan dan estetika.
performa, kualitas yang dipersepsikan dan
Berdasarkan hasil pengolahan dari SPSS
estetika pada produk yang dijual.
10

6.6 Pengaruh Kualitas Pelayanan dan paling kecil yaitu Bukti Langsung
Kualitas Produk terhadap Minat Beli (Tangibles), Daya Tanggap
Ulang di Kedai Kopi Starbucks (Responsiveness), Keandalan
Berdasarkan hasil pengolahan, didapatkan
(Reliability), Jaminan (Assurance),
persamaan regresi seperti berikut:
dan Empati (Emphaty). Kualitas
Y = 11,424 + 0,024 X1 + 0,336 X2
pelayanan tetap berpengaruh
Keterangan :
terhadap minat beli ulang
Y = Minat Beli Ulang
konsumen di Starbucks walaupun
X1 = Kualitas Pelayanan
pengaruh yang diberikan tidak
X2 = Kualitas Produk
signifikan
Persamaan regresi di atas menunjukan
b. Faktor yang paling berpengaruh
bahwa kualitas produk berpengaruh
dalam kualitas produk terhadap
terhadap minat beli ulang. Konsumen lebih
minat beli ulang di Starbucks
mementingkan kualitas produk yang
adalah estetika, kualitas yang
deterima daripada pelayanan yang
dipersepsikan dan performa.
diberikan.
Kualitas produk yang diberikan
Berdasarkan hasil uji t, didapatkan bahwa
Starbucks memiliki pengaruh yang
tidak terdapat pengaruh yang signifikan
signifiikan terhadap minat beli
antara kualitas pelayanan dan kualitas
ulang konsumen.
produk.
c. Kualitas pelayanan dan kualitas
Nilai koefisien determinasi menunjukan
produk secara bersama-sama
bahwa kualitas pelayanan dan kualitas
berpengaruh terhadap minat beli
produk mempengaruhi minat beli ulang
ulang konsumen di Starbucks
sebanyak 21,6% dan sisanya 78,4%
sebesar 21,6% dan sisanya adalah
dipengaruhi oleh hal lain diluar kualitas
faktor lain diluar penelitian ini.
pelayanan dan kualitas produk. Faktor-
d. Variabel kualitas pelayanan
faktor lain tersebut adalah persepsi atau
seharusnya berpengaruh terhadap
penilaian pelanggan terhadap Starbucks,
minat beli ulang. Dalam penelitian
daya saing dari gerai merek lain, harga
ini, hasil dari perhitungan
produk, lokasi, promo yang diberikan,
menunjukan bahwa tidak adanya
faktor kepercayaan pelanggan, dan faktor
pengaruh. Hal ini disebabkan
pemberian pelayanan yang dapat membuat
karena pelayanan yang diberikan
pelanggan berkesan (experiential
Starbucks kurang istimewa dan
marketing) (Darmawan, 2008).
menarik dengan model self service
yang perlu mengantre untuk
7. KESIMPULAN DAN SARAN memesan minuman dan
7.1 Kesimpulan
mengambil sendiri minuman yang
Kesimpulan yang didapat dari penelitian
sudah dipesan dan konsumen yang
ini, yang dapat menjawab tujuan dari
datang ke gerai untuk menikmati
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
kualitas produk yang mereka beli
a. Faktor yang paling berpengaruh
daripada pelayanan yang diberikan
dalam kualitas pelayanan terhadap
oleh Starbucks.
minat beli ulang di Starbucks dari
pengaruh yang paling besar sampai
11

7.2 Saran Brahma Ratih, A. Ida. 2006. “Pengaruh


Berdasarkan hasil pembahasan dan Kinerja Produk Pelayanan dan
kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan Sumber Daya Manusia Terhadap
beberapa saran untuk penelitian Niat Pembelian Ulang Melalui Citra
selanjutnya, adalah sebagai berikut : Perusahaan dan Kepuasan
a. Untuk penelitian selanjutnya perlu Pelanggan PT Asuransi Jiwasraya.”
ditambahkan lagi faktor-faktor yang Cobb-Walgren, Cathy, Chyntia A.Ruble,
mempengaruhi minat beli ulang untuk dan Naveen Donthu. 1995. “Brand
semakin menyempurnakan Equity, Brand Preference and
pemahaman tentang minat beli ulang. Purchase Intent”. Journal of
b. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan Advertising, 24 (3), pp.25-40.
dengan jumlah responden yang lebih Cooper, D.R., & Emory, C.W. 1998.
banyak sehingga hasil yang didapat Metode Penelitian Bisnis, Jilid I.
bisa lebih baik. Jakarta: Erlangga.
c. Starbucks sudah memiliki kekuatan Cronin, J.J. and S.A. Taylor. 1992.
dalam produknya yang dapat menarik “Measuring Service Quality: A
minat konsumen untuk datang dan Reexamination and Extention”,
membeli kembali, walaupun dalam Journal of Marketing, Vol. 56 (July),
penelitian ini kualitas pelayanan tidak pp. 55-68.
berpengaruh, namun akan lebih baik Darmawan, Rahmat. 2009. Analisis
jika kualitas peayanan yang sudah baik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
dan sesuai standar perusahaan Tingkat Loyalitas Pelanggan
dipertahankan dan ditingkatkan supaya Hypermarket Giant Taman Yasmin
knsumen memiliki minat beli ulang Bogor. Tugas Akhir Fakultas
lalu menjadi konsumen yang loyal Ekonomi dan Manajemen Institut
kepada Starbucks. Pertanian Bogor.
Dodds, William B; Monroe, Kent B;
DAFTAR PUSTAKA Grewal, Dhruv. 1991. “Effects of
A. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, and Price, Brand, and Store Information
Leonard L. Berry. 1988. on Buyers Products Evaluations”.
“SERVQUAL: A Multiple-Item Journal of Marketing research,
Scale for Measuring Consumer Vol.28 (August) pg.307-319.
Perceptions of Service Quality”. Ferdinand, Augusty Tae. 2006. Metode
Journal of Retailing. Vol 64 (1) pp Penelitian Manajamen. Semarang:
12-37. Badan Penerbit Universitas
Basu Swastha dan Irawan. 2001. Diponegoro.
Manajemen Pemasaran Modern. Garvin, D.A. 1988. Managing Quality.
Yogyakarta: Liberty. New York: The Free Press.
Bayhaqi, Yuzza. 2006. Analisis Pengaruh Ghazali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Kualitas Layanan, dan Keunggulan Multivariate dengan Program SPSS.
Produk Terhadap Kepuasan Semarang: Badan Penerbit
Pelanggan dan Dampaknya pada Universitas Diponegoro.
Minat Membeli Ulang (Studi Kasus: Griffin, Jill. 2002. dialih bahasakan oleh
Pada Auto Bridal Semarang). Dwi Kartini Yahya. 2002. Customer
12

Loyalty How to Earn it, How to Rajawali, Syahnan. 2008. Pengaruh


Keep it. Singapore: Lexington Kualitas Pelayanan terhadap
Books. Kepuasan dan Hubungannya
Husein, Umar. 2003. Riset Sumber Daya dengan Loyalitas Konsumen
Manusia dalam organisasi, cetakan Carrefour di Kota Medan. Tesis
Ketiga. PT Gramedia Pustaka Sekolah Pascasarjana, Universitas
Utama. Jakarta. Sumatera Utara, Medan.
Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2001. Shelton, Ken. 1997. In Search of Quality.
Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2 Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
(edisi ke-8). Jakarta: Erlangga. Utama
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Sekaran, Uma. 1992. Research Methods
2006. Marketing Management. for Business A Skill Building
Pearson Approach. Second edition. New
Education Inc. York: Jhon Willey & Sons, Inc.
Kurniawan, Iwan. B.S. Saryono, dan M.D. Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametrik
Bambang. 2007. Analisis Faktor- untuk Penelitian. Bandung :
Faktor Yang Mempengaruhi Minat Alfabeta.
Beli Ulang Produk Serta Suliyanto. 2009. Uji Asumsi Klasik.
Dampaknya Terhadap Loyalitas http://management-unsoed.ac.id
Pelanggan. diakses tanggal 1 Agustus 2015.
Kurniawati, Dyah. 2009. Studi Tentang Tjiptono, Fandhy. 2000. Manajemen Jasa,
Sikap Terhadap Merek Dan Edisi pertama. Yogyakarta : Andi
Implikasinya Pada Minat Beli Offset.
Ulang. Tjiptono, Fandhy. 1997. Strategi
Kusumah, RZ. 2011. Analisis Pengaruh Pemasaran (Edisi Kedua).
Kualitas Produk dan Kualitas Yogyakarta: Andi Offset.
Pelayanan terhadap Keputusan Usman, Indrianawati., Adhitya Arnando,
Pembelian pada Restoran Waroeng Rizky. 2006. Pengaruh Promosi
Taman Singosari di Semarang. Penjualan terhadap Repurchase
Lamb, Charles W. dkk. 2001. Pemasaran melalui Trial dengan Moderasi
(Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Fear of Losing Face pada Sogo
Empat. Department Store Surabaya.
Lovelock, Christoper. 1988. Managing Walpole, Ronald. E. dan Raymond H.
Service: Marketing, Operations and Myers. 1995. Ilmu Peluang dan
Human Resources. London: Prentice Statistika untuk Insinyur dan
Hall Int Inc. Ilmuwan. Penerbit ITB. Bandung.
Naik, C.N. Krishna , Gantasala V. Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Kualitas
Prabhakar, dan Swapna Bhargavi Produk dan Jasa. Edisi Pertama,
Gantasala. (2010). “Service Quality Cetakan Keempat. Yogyakarta:
(Servqual) and its Effect on Penerbit Ekonisia, Kampus Fakultas
Customer Satisfaction in Retailing.” Ekonomi UII Yogyakarta.
European Journal of Social Sciences Zeithaml, Valerie A. 1988. “Consumer
– Volume 16, Number 2, p. 231- Perceptions of Price, Quality and
242. Value: A Means End Model and
13

Synthesis of Evidence,” Journal of


Marketing, Vol 52 July.
Zeithaml, Valerie, AA Parasuraman dan
Leonard L. Berry. 1990. Delivering
Quality Service : Balancing
Customer Perception and
Expectation. New York.
-------http://www.life.viva.co.id diakses
tanggal 1 Juni 2015.
-------http://www.seputarsemarang.com
diakses tanggal 1 Juni 2015.
-------http://www.swa.co.id diakses pada
tanggal 1 Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai