Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ajeng Ayu Pratiwi Offering / Jurusan : H / Biologi

NIM : 180342618082 Tanggal : 05 Februari 2019

TRANSPORT TRANS-MEMBRAN

Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara
dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik
(CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya
seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik
membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel. Banyaknya molekul yang
masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas
membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul
yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul
yang membutuhkan mekanisme khusus.

Setiap sel yang hidup harus selalu memasukkan materi yang diperlukan dan
membuang sisa-sisa metabolismenya. Untuk mempertahankan konsentrasi ion-
ion di dalam sitoplasma, sel juga selalu memasukkan dan mengeluarkan ion-ion
tertentu. pengaturan keluar masuknya materi dari dan menuju ke dalam sel
sangat dipengaruhi oleh permeabilitas membran. Bagian dalam lapisan lipid
bilayer bersifat hidrofobik, sehingga tidak dapat ditembus oleh molekul-molekul
polar dan substansi yang larut dalam air. Transpor materi-materi yang rarut
dilam air dan bermuatan diperankan oleh protein integral membran. Transpor
molekul – molekul kecil .

Pengangkutan molekul-molekul kecil melalui membran dilakukan secara pasif


(transpor pasif) maupun secara aktif (transpor aktif). Kedua macam transpor ini
dilakukan secara terpadu untuk mempertahankan kondisi intraseluler agar tetap
konstan.

Transpor aktif

Pada transpor aktif diperlukan adanya protein pembawa atau pengemban


dan memerlukan energi metabolik yang tersimpan dalam bentuk ATP. selama
transpor aktif, molekul diangkut melalui gradien konsentrasi. Transpor aktif
dibedakan menjadi dua, yaitu transpor aktif primer dan sekunder.Transpor aktif
primer secara langsung berkaitan dengan hidrolisis ATP yang akan
menghasilkan energi untuk transpor ini. Contoh transpor aktif primer adalah
pompa ion Na- dan ion K+. Konsentrasi ion K+ di dalam sel lebih besar dari pada
di luar sel, sebaliknya konsentrasi ion Na+ diluar sel lebih besar daripada di
dalam sel. Untuk mempertahankan kondisi tersebut, ion-ion Na- dan K+ harus
selalu dipompa melawan gradien konsentrasi dengan energi dari hasil hidrolisis
ATP. Tiga ion Na+ dipompa keluar dan dua ion K+ dipompa ke dalam sel. Untuk
hidrolis ATP diperlukan ATP-ase yang merupakan suatu protein transmembran
yang berperan sebagai enzim.

Mekanisme kerja Pompa Na-K

1) Na+ pada sitoplasma berikatan dengan pompa Natrium-Kalium. Afinitas


terhadap Na+ tinggi saat protein berbentuk seperti ini.

2) Pengikatan Na+ merangsang fosforilasi (penambahan gugus fosfat)

protein oleh ATP.

3) Fosforilasi menyebabkan protein berubah bentuk, sehingga

afinitasnya terhadap Na+ menurun, dan dilepaskan ke sebelah luar.

4) Bentuk baru protein memiliki afinitas tinggi terhadap K+, yang

berikatan ke sisi ekstraselualer, dan memicu pelepasan gugus pospat.

5) Hilangnya fosfat mengembalikan bentuk awal protein, yang memiliki

afinitas lebih rendah terhadap K+


6) K+ dilepaskan;afinitas terhadap Na+ tinggi lagi, dan siklus ini

berulang.

Tranpor aktif sekunder merupakan transpor pengangkutan gabungan yaitu


pengangkutan ion-ion bersama dengan pengangkutan molekul lain. Misalnya
pengangkutan asam amino dan glukosa dari lumen usus halus menembus
membran sel epitel usus selalu bersama dengan pengangkutan ion-ion Na+.
Pada transpor aktif sekunder juga melibatkan protein pembawa dan
membutuhkan energi dari hasil hidrolisis ATP

Transpor pasif

Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien


konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi
terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak
termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan
campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang
mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi
membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi
zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih
dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien
konsentrasinya.

a. Osmosis
Osmosis merupakan proses difusi khusus yang hanya melibatkan
air sehingga biasanya disebut sebagai difusi air, jadi osmosis adalah
perpindahan molekul zat pelarut yang berkonsentrasi tingg 9mengandung
banyak air ke larutan yang memiliki konsentrassi zat pelarut yang rendah
melalui membran semipermeabel.
Mekanisme terjadinya osmosis pada sel hewan dapat dipengaruhi
oleh konsentrasi zat pelarut didalam sel. Jika dalam keadaan isotonis
yaitu konsentrasi zat pelarut didalam sel dan diluar sel seimbang tidak
akan ada aktivitas osmosis didalamnya. Sedangkan jika dalam keadaan
hipertonis atau konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih tinggi dari
konsentrasi zat pelarut diluar sel akan menyebabkan terjadinya osmosis.
Aktivitas osmosis ini dapat dilihat dengan adanya krenasi ataau
penyusutan yang terjadi pada sel hewan.
Mekanisme osmosis yang terjadi pada sel hewan juga dapat dilihat
Jika konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih rendah dari konsentrasi zat
pelarut diluar sel atau sel dalam keadaan hipotonis. Kegiatan osmosis ini
dapat dilihat dengan adanya perpindahan molekul zat pelarut diluar sel
yang masuk kedalam sel sehingga menyebabkan terjadinya hemolisis
atau pecahnya membran plasma yang dimiliki sel hewan.

Mekanisme terjadinya osmosis juga dapat dilihat dari sel tumbuhan.


Jika sel tumbuhan dalam keadaan hipotonis atau molekul zat pelarut
didalam sel lebih rendah daripada di luar sel ,mekanisme osmosis yang
terjadi adalah masuknya molekul zat pelarut dari luar sel tunmbuhan
memenuhi sel tumbuhan sehingga terlihat adanya kenaikan volume dari
sel tumbuhan yang dinamakan turgid.Sel tumbuhan tidak pecah karena
adanya dinding sel selulosa untuk menjaga bentuk sel. Jika Sel tumbuhan
dalam keadaan hipertonis atau konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih
tinggi dari konsentrasi zat pelarut di luar sel akan terlihat terjadinya
osmosis dengan keluarnya molekul zat pelarut didalam sel dan membuat
mengekerutnya sel tumbuhan dan terlepasnya protoplasma dari dinding
sel, keadaan ini disebut plasmolisis.
b. Difusi
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi
rendah. Sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran
semipermeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih
pekat. Difusi bergantung pada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik. Energi untuk proses difusiadalah energi kinetik yang normal
ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan. Difusi yang melewati
membran sel dibagi menjadi dua subtipe yaitu difusi sederhana dan difusi
fasilitas.

Difusi sederhana artinya pergerakan kinetik molekul atau ion melewati


membran sel tidak bereaksi dengan protein carier yang ada di membran
sel kecepatan difusi sederhana ditentukan dari jumlah substansi yang
ada , kecepatan gerakan kinetik bahan, jumlah dan ukuran dari pori pada
membran sel yang akan dilewati oleh bahan itu. Pada difusi sederhana,
proses difusi terjadi melalui dua jalan yaitu melalui lapisan lipid jika zat itu
terlarut dalam lemak dan melalui saluran air atau protein. Ada beberapa
faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel,
ketebalan membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil
ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak sehingga
kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal membran dan besar luas
area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi, menyebabkan
semakin lambat kecepatan difusinya. Begitu pula dengan besarnya luas
dan tingginya suhu akan menyebabkan bertambah cepatnya laju difusi.
Eksositosis dan Endosistosis

Molekul-molekul besar seperti protein, polinukleotida, dan polisakarida tidak


akan dapat menembus membran dengan cara-cara seperti pada pengangkutan
molekul-molekul kecil. Akan tetapi, sel memiliki kemampuan untuk memasukkan
dan mengeluarkan makromolekul. Bahkan beberapa jenis sel mampu menelan
partikel. Pemasukan makromolekul ke dalam sel melibatkan pembentukan
vakuola atau vesikel endositik dengan cara endositosis. Ukuran vakuola yang
terbentuk tergantung pada materi yang dimasukkan. Berdasarkan ukuran
vakuolanya, endositosis dibedakan atas pinositosis dan fagositosis. Pada
pinositosis, materi yang masuk berupa larutan dan vakuola endositik yang
terbentuk berukuran kecil, yaitu kurang dari 150 nm. Vakuola yang terbentuk
pada pinositosis dinamakan pinosom. Pada fagositosis, materi yang dimasukkan
ke dalam sel berupa partikel dan vakuola yang terbentuk berukuran kurang dari
250 nm. Vakuola yang terbentuk pada fagositosis dinamakan fagosom.

Semua sel hewan mampu melakukan pinositosis, tetapi hanya sel-sel tertentu
yang mampu melakukan fagositosis. Contoh sel pada mamalia yang mampu
melakukan fagositosis adalah makrofag dan neutrofil. Untuk melakukan
endositosis diperlukan energi. Oleh karena itu, baik pinositosis maupun
fagositosis merupakan mekanisme aktif. Pengeluaran makromolekul dari dalam
sel dilakukan dengan cara eksositosis. Proses eksositosis merupakan kebalikan
dari endositosis. Vakuola yang berisi makromolekul yang akan dikeluarkan,
berfusi dengan membran plasma, selanjutnya isi vakuola akan dikeluarkan dari
sel. Pengeluaran sekret oleh vesikel sekretori yang dihasilkan oleh Aparatus
Golgi tergolong sebagai peristiwa eksositosis.

Mekanisme Kerja Eksositosis dan Endositoosis

Eksositosis, adalah mekanisme untuk mentranspor materi keluar dari sel.


Organel sel yang memiliki peran dalam proses ini adalah aparatus golgi yang
melakukan pengemasan mejadi vesikula-vesikula untuk disekresikan. Vesikula
yang terbentuk dari aparatus golgi akan dipindahkan menuju membran sel.
Vesikula tersebut nantinya akan mengalami penyatuan dengan membran dan
melepaskan materinya ke lingkungan di luar sel.
Endositosis adalah mekanisme untuk memasukkan makromolekul ke dalam
sel melalui membran sel. Terdapat duajenis proses endositosis. Pertama,
fagositosis. Pada dasarnya fagositosis adalah kebalikan dari eksositosis, dimana
materi ekstraselular melekat di membran dan terjadi pelekukan ke dalam atau
cleavage. Zat yang dimasukkan ke dalam sel dengan fagositosis adalah materi
yang berukuran besar. Sebagai contoh suatu amuba yang ”memakan” bakteri
dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kedua pseudopodia nantinya
akan menyatu di baian ujung dan menyelubungi seluruh bakteri. Pelekukan yang
semakin dalam ini nantinya akan memisahkan diri dari membran sel dan menjadi
vakuola.

Kedua, pinositosis. Proses ini hampir sama dengan fagositosis namun untuk
molekul yang memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa droplet atau tetesan
cairan yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan. Bisa kita lihat
perbedaan antara fagositosis dan Pinositosis adalah jika fagositosis partikel
padatan yang akan masuk kedalam sel, sedangkan pinositosis adalah larutan
yang masuk kedalam sel.
SIGNAL TRANDUCTION

Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam menentukan


respon seluler yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang terangkum
dalam dogma biologi molekuler diawali oleh adanya aktivitas komunikasi. Untuk
dapat menjalankan aktivitas komunikasi tersebut sebuah sel (eukariotik)
dilengkapi berbagai jenis reseptor yang terdapat di membrane
plasmanya.Reseptor ini biasanya merupakan bagian structural dari protein
integral yang terdapat di sela-sela lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan
sel lain dengan cara komunikasi langsung atau dengan mengirimkan sinyal
kepada sel target.

Metode tranduksi sinyal

Disamping mengatur segala macam aktivitas yang terjadi di dalam tubuh kita
sel juga berinteraksi antar satu sama lain. mereka mempunyai cara atau metode
tersendiri dalam berkomunikasi, terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:

1). Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat


berdekatan. Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau
sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya.
Gap junction merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein
connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan
molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam
sitoplasma kedua sel yang berhubungan.

2). Komunikasi lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan ke cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain
yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).

3) Komunikasi jarak jauh, adalah komunikasi antar sel yang mempunyai


jarak cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang
dihantarkan sel saraf dan atau dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon)
yang dialirkan melalui darah.
Tahapan transduksi sinyal

Proses komunikasi sel dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Penerimaan (reception), merupakan pendeteksian sinyal yang dating dari


luar sel oleh sel target. Sel kimiawi terdeteksi apabila sinyal itu terikat
pada protein seluler, biasanya pada permukaan sel yang bersangkutan.
2. Transduksi, diawali dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein
reseptor. Tahap transduksi ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk
yang dapat menimbulkan respon seluler spesifik. Pada system Sutherland,
pengikastan epinefrin kebagian luar protein reseptor dalam membrane
plasma sel hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk
mengaktifkan glikogen fosforilase. Transduksi ini kadang-kadang terjadi
dalam satu langkah, tetapi lebih sering membutuhkan suatu urutan
perubahan dalam sederetan molekul yang berbeda (jalur transduksi)
sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu sering disebut molekul relay.
Transduksi sinyal meliputi aktifitas sebagai berikut:
 Pengenalan berbagai sinyal dari luar terhadap reseptor spesifik
yang terdapat pada permukaan membran sel.
 Penghantaran sinyal melalui membran sel ke dalam sitoplasma.
 Penghantaran sinyal kepada molekul efektor spesifik pada bagian
membran sel atau efektor spesifik dalam sitoplasma. Hantaran
sinyal ini kemudian akan menimbulkan respon spesifik terhadap
sinyal tersebut. Respon spesifik yang timbul tergantung pada jenis
sinyal yang diterima. Respon dapat berupa peningkatan atau
penurunan aktifitas enzim-enzim metabolik, rekonfigurasi
sitoskeleton, perubahan permeabilitas membran sel, aktifasi
sintesa DNA, perubahan ekspresi genetik atupun program
apoptosis
3. Terputusnya rangkaian sinyal
Terputusnya rangkaian sinyal. Terjadi apabila rangsangan dari luar mulai
berkurang atau terputus. Terputusnya sinyal juga terjadi apabila terdapat
kerusakan atau tidak aktifnya sebagian atau seluruh molekul penghantar
sinyal. Informasi yang terjadi akan melewati jalur rangsang (signal
transduction pathway) yang terdiri dari berbagai protein berbeda atau
molekul tertentu seperti berbagai ion dan kanalnya, berbagai faktor
transkripsi, ataupun berbagai tipe sububit regulator. Setiap protein yang
terlibat pada jalur ini mampu menghambat atau mengaktifasi protein yang
berada dibawah pengaruhnya (down stream). Protein utama yang terlibat
dalam jalur rangsang pada umumnya adalah kinase dan posphatase,
yang beberapa diantaranya merupakan protein yang terdapat/larut dalam
sitoplasma. Kedua protein ini mampu melepaskan atau menerima grup
posphat dari protein lain sehingga proses penghantaran atau
penghentian sinyal dapat berlangsung.
4. Respon, pada tahap ketiga pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi
akhirnya memicu respon seluler spesifik. Respon ini dapat berupa
hamper seluruh aktivitas seluler seperti katalisis leh suatu enzim,
penyusunan ulang sitoskeleton, atau pengaktivan gen spesifik di dalam
nucleus.proses pensinyalan sel membantu memastikan bahwa aktivitas
penting seperti ini terjadi pada sel yang benar, pada waktu yang tepat,
dan pada koordinasi yang sesuai dengan sel lain dalam organisme
bersangkutan.

Tinjauan Pustaka

Hamdi, H. 2013. Transportasi Melalui Membran Sel. (Online).


www.sibarasok.com/2013/03/transportasi-sel-melalui-membran-sel. Diakses
tanggal 4 Maret 2019.

Darmadi. 2012. Mekanisme Transpor Pada Membran. (Online).


darmadi.disdikporabna.com. Diakses tanggal 4 Maret 2019.

Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu. (Online).
www.researchgate.net. Diakses tanggal 4 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai