Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AYAT ALQURAN TENTANG ILMU PENGETAHUAN


KAJIAN TAFSIR SURAH AL-NAHL [16]: 78, AL-ZUMAR [39]: 9, AL-NAJM [53]:
27 – 30, DAN AL-MUJADILAH [58]: 11

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir

Dosen Pengampu:
Ridholloh, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok 9
Sahara Adjie Samudera 11160110000055
Lufita Lusiana 11160110000115
Windy Rahmatika 11160110000088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018/ 1440
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Surah Al-Nahl [16]: 78................................................................................. 3

B. Surah Al-Zumar [39]: 9................................................................................ 5

C. Surah Al-Najm [53]: 27 - 30 ........................................................................ 8

D. Surah Al-Mujadilah [58]: 11 ...................................................................... 14

BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 17

A. Kesimpulan ................................................................................................ 17

B. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia disertai akal yang ada padanya tidak lain agar
manusia berpikir terhadap berbagai kejadian atau fenomena yang terjadi di bumi ini
sehingga dapat mengenal berbagai macam tanda kebesaran Tuhannya. Allah
melengkapi manusia dengan bakat dan pemahaman yang baik melalui akal tersebut
yang memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-kenyataan besar di alam raya
ini. Fitrah manusia mukmin mengarah ke alam raya untuk mengungkap rahasia dan
tujuan penciptaannya serta berakhir dengan memahami posisi dirinya di alam raya
ini dan menentukan bagaimana ia harus berbuat dan bersikap di dalamnya.

Alquran sebagai kitabullah berisi berbagai tuntunan agama, pesan hidup,


kisah-kisah umat terdahulu, dan sebagainya yang semuanya berfungsi sebagai
pedoman hidup dan pelajaran berharga bagi kita. Sudah sepatutnya kita umat Islam
mempelajari Alquran, bukan sebatas membaca, namun memahami isi demi isi dari
setiap ayatnya agar pesan Tuhan dapat tersampaikan.

Untuk memahami isi dari Alquran lebih jauh, kita perlu menggali lebih dalam
ayat, terjemah, isi kandungan termasuk tafsirannya. Sebagaimana kita tahu pula, di
dalam Alquran ini terdapat keterangan-keterangan tentang ilmu pengetahuan. Oleh
karenanya di dalam makalah ini kami tuliskan dalam empat surah yaitu Surah Al-
Nahl [16]: 78, Al-Zumar [39]: 9, Al-Najm [53]: 27-30, Al-Mujadilah [58]: 11.
Keempat ayat tersebut memiliki kekhasan isi kandungan dan tafsirannya yang akan
kami paparkan satu per satu.

1
2

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan silabus mata kuliah Tafsir disertai hasil diskusi kelompok, maka
kami memutuskan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa ayat-ayat yang membahas tentang ilmu pengetahuan?


2. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan

Ada pun tujuan penulisan makalah ini pada dasarnya adalah sebagai
peningkatan ilmu bagi kita, di antaranya:

1. Untuk mengetahui ayat-ayat yang membahas tentang ilmu pengetahuan.


2. Untuk memahami tafsir ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surah Al-Nahl [16]: 78


1. Ayat dan Terjemahan Surah Al-Nahl [16]: 78
‫ه‬
‫كمَه‬ ۡ ‫ه‬ ۡ ۡ ‫ه َ َٰ ه‬ ‫ك ِّ ه ه‬ ‫ه‬ ۡ ‫َه‬
‫ونَأمهتِّكمََلَتعلمونَشيَاَوجعلَل‬ ِّ ‫مَم ۢنَبط‬ ‫ّللَأخرج‬
َ ‫وَٱ‬
‫َ ه ۡ ۡ ه‬ ۡ ۡ َٰ ۡ ۡ َ ‫ٱ‬
َ َ٧٨َ‫لس ۡمعََوَٱۡلبصرََوَٱۡلفَِّدةََلعلكمَتشكرون‬
‫ه‬

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”

2. Asba>b al-Nuzu>l Surah Al-Nahl [16]: 78


Dari beberapa referensi yang penulis baca, penulis tidak menemukan
Asba>b al-Nuzu>l ayat ini. Sehingga penulis tidak bisa menjabarkan penjelasan
terkait sebab-sebab turunnya ayat ini.

3. Tafsir Surah Al-Nahl [16]: 78


Ayat ini menyatakan: Dan sebagaimana Allah mengeluarkan kamu
berdasar kuasa dan ilmu-Nya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu
tidak wujud. Ketika Dia mengeluarkan kamu dari ibu kamu, kamu semua
dalam keadaan tidak mengetahui suatu apa pun yang ada di sekeliling kamu
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan, dan
aneka hati sebagai bekal dan alat untuk meraih pengetahuan agar kamu
bersyukur dengan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah
menganugerahkannya kepada kamu.1
Dalam tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab menjelaskan pada ayat di
atas penggunaan kata (‫ )السّمع‬as’sam’/pendengaran dengan bentuk tunggal dan

1
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah jilid 6, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), 672.

3
4

menempatkannya sebelum kata )‫ )اآلبصار‬al-abshari penglihatan-penglihatan


yang berbentuk jamak serta (‫ )اآلفئدة‬al-afidah/aneka hati yang juga berbentuk
jamak. Kata al-afidah adalah bentuk jamak dari kata fu’ad yang berarti aneka
hati guna menunjuk makna jamak itu. Kata ini banyak dipahami oleh ulama
dalam arti akal. Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan merupakan
perurutan yang sungguh tepat karena memang ilmu kedokteran modern
membuktikan bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra
penglihatan. Ia mulai tumbuh pada diri seorang bayi pada pekan-pekan
pertama. Sedangkan indra penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan
menjadi sempurna menginjak bulan keenam. Adapun kemampuan akal dan hati
yang berfungsi membedakan yang baik dan yang buruk. Hal ini dapat
dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra pada ayat di atas
mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra tersebut. 2
Adapun kesimpulan dari isi kandungan surat Al-Nahl ayat 78 yaitu:
1. Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan tidak mengerti apa-apa, tidak
bisa melakukan apa-apa bahkan membutuhkan banyak bantuan orang lain
di sekitarnya terutama orang tua.
2. Allah memberikan bekal kepada manusia dengan 3 hal yaitu : berupa
pendengaran, penglihatan serta hati nurani agar manusia bersyukur dan
memanfaatkannya dengan baik untuk meraih ilmu pengetahuan.
3. Allah lebih dahulu menyebutkan pendengaran daripada penglihatan.
Dalam ilmu kedokteran dijelaskan bahwa pendengaran sudah berkembang
saat manusia dalam bentuk janin, dan perkembangan telinga akan
sempurna apabila janin telah berusia 5 bulan, sedangkan mata akan
mencapai kesempurnaan setelah kelahiran.

2
Quraish Shihab, ... , 672.
5

B. Surah Al-Zumar [39]: 9


1. Ayat dan Terjemahan Surah Az-Zumar [39]: 9
ۡ ْ
َ‫خرةَ َوي ۡر هجوا َرۡحة‬
ۡ ٓ
ِّ ‫جداَوقائِّماََيذ هر َٱٓأۡل‬ ‫ا‬‫س‬ َ َ
‫ل‬ ۡ‫ت َءانآء َ َٱَّل‬
ٌ ِّ ‫ن َ ههو َقَٰن‬
َۡ ‫أ َم‬
ِّ ِّ
ْ ‫َه هْه‬ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ۡ‫ه‬
َ‫رب ِّ َهِّۦََقلَهلَي ۡستوِّيَٱَّلِّينََيعلمونَوَٱَّلِّينَََلَيعلمونَإِّنماَيتذك َرَأولوا‬
‫ه‬ ‫ه‬
ۡ ۡ
َ َ٩َ‫ب‬ َِّ َٰ‫ٱۡللب‬
Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

2. Asba>b al-Nuzu>l Surah Az-Zumar [39]: 9

Dalam suatu riwayat dikemukakan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari Ibnu Umar bahwa yang dimaksud dengan, ‘amman huwa qanit .... (Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat
...) dalam ayat ini (Q.S.Az-Zumar : 9) ialah Utsman bin Affan (yang selalu
bangun malam sujud kepada Allah swt).
Menurut riwayat Ibnu Sa’ad dari al-Kalbi, dari Shalih, yang bersumber
dari Ibnu ‘Abbas, orang yang dimaksud dalam ayat ini (Q.S. Az-Zumar:9)
adalah ‘Ammar bin Yasir. Menurut riwayat Juwaibir yang bersumber dari Ibnu
Abbas, orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini ialah Ibnu Mas’ud, ‘Ammar
bin Yasir, dan Salim pelayan Abu Hudzaifah”. Menurut riwayat Juwaibir juga
6

yang bersumber dari Ikrimah, orang yang dimaksud dalam ayat ini ialah
‘Ammar bin Yasir.3

3. Tafsir Surah Az-Zumar [39]: 9


Setelah ayat yang lalu mengecam dan mengancam orang-orang kafir,
ayat di atas menegaskan perbedaan sikap dan ganjaran yang akan mereka
terima dengan sikap dan ganjaran bagi orang-orang beriman.4 Di sini Allah
berfirman: ”Apakah orang-orang yang beribadah secara tekun dan tulus di
waktu-waktu malam dalam keadaan sujud dan berdiri secara mantap, demikian
juga yang ruku dan duduk atau berbaring, dalam keadaan takut kepada azab
akhirat dan dalam saat yang sama senantiasa mengharapkan rahmat Tuhannya,
baik di dunia maupun di akhirat, apakah yang demikian itu halnya sama dengan
mereka yang baru berdoa berdoa saat terkena musibah dan melupakan-Nya
ketika memperoleh nikmat, lalu menjadikan bagi Allah swt sekutu-sekutu?”
tentu saja tidak sama! Sekali lagi, Nabi Muhammad saw, diperintahkan untuk
menyampaikan bahwa : adakah sama orang –orang yang mengetahui hak-hak
Allah swt dan mengesakan-Nya dengan orang-orang yang tidak mengetahui
hak-hak Allah dan mengufuri-Nya? Sesungguhnya orang yang dapat menarik
banyak pelajaran adalah Ulul Albab, yakni orang-orang yang cerah
pikirannya.5
Awal ayat di atas ada yang membacanya (‫ )أمن‬aman dalam bentuk
pertanyaan dan ada juga yang membacanya (‫ )أ ّمن‬amman. Yang pertama
merupakan bacaan Nafi’, Ibnu Katsir dan Hamzah. Ia terdiri dari huruf ( ‫ ) أ‬alif
dan (‫ )من‬man yang berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai subjek (mubtada),
sedang predikat (khabar) nya tidak tercanmtum karena telah diisyratkan oleh
kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-
adakan bagi Allah sekutu-sekutu.6

3
Qamaruddin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-
Qur’an ,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000), 464.
4
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Jilid 11, (Jakarta : Penerbit Lentera Hati,2002), hal. 453
5
Quraish Shihab, Al-Lubab, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), Hal, 419
6
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Jilid 11, (Jakarta : Penerbit Lentera Hati,2002), hal. 454.
7

Bacaan kedua, (‫ )أ ّمن‬amman adalah bacaan mayoritas ulama. Ini mulanya


terdiri dari dua kata yaitu (‫ )أم‬am dan (‫ )من‬man, lalu digabung dalam bacaan
dan tulisannya. Ia mengandung dua kemungkinan makna. Yang pertama kata
am berfungsi sebagai kata yang digunakan bertanya. Dengan demikian, ayat
ini bagaikan menyatakan : “apakah si kafir yang mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah sama dengan yang percaya dan tekun beribadah?” yang kedua, kata
am berfungsi memindahkan uraian ke uraian yang lain, serupa dengan kata
bahkan. Makna ini menjadikan ayat diatas bagaikan menyatakan. “Tidak usah
mengancam mereka, tetapi tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan
sekutu bagi Allah dengan yang tekun beribadah?”7
Kata (‫ )قانت‬qanit terambil dari kata )‫ (قنوت‬qunut, yaitu ketekunan dalam
ketaatan disertai dengan ketundukan hati dan ketulusannya. Sementara ulama
menyebut juga nama-nama tertentu bagi tokoh yang dinamai qanit oleh ayat
diatas, seperti Sayyidina Abu Bakar, atau Ammar Ibn Yasir r.a dan lain-lain.8
Ayat di atas menggambarkan sikap lahir dan batin siapa yang tekun itu.
Sikap lahirnya digambarkan oleh kata-kata sajidan/sujud dan qa’iman / berdiri
sedang sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat (‫ )يحذراألخرة ويرجوا رحمة‬takut
kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. Ayat ini juga
menggarisbawahi rasa takut hanya pada akhirat, sedang rahmat tidak dibatasi
dengan akhirat sehingga dapat mencakup rahmat duniawi dan ukhrawi.
Memang, seorang mukmin hendaknya tidak merasa takut menghadapi
kehidupan duniawi karena apa pun yang terjadi selama ia bertakwa itu tidak
masalah. Bahkan dapat merupakan sebab ketinggian derajatnya di akhirat.
Adapun rahmat, tentu saja yang diharapkan adalah rahmat menyeluruh, dunia
dan akhirat. 9
Kata (‫ )يعلمون‬ya’lamun pada ayat di atas ada juga ulama yang
memahaminya sebagai kata yang tidak memerlukan objek. Maksudnya, siapa
yang memiliki pengetahuan apa pun pengetahuan itu pasti tidak sama dengan

7
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Jilid 11, (Jakarta : Penerbit Lentera Hati, 2002), 454.
8
Quraish Shihab, ..., 454.
9
Quraish Shihab, ..., 455.
8

yang tidak dimilikinya. Hanya saja, jika makna ini yang dipilih, harus
digarisbawahi bahwa ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan
yang bermanfaat yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu
menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuannya itu. 10
Kata (‫ )يتذ ّكر‬yatadzakkaru terambil dari kata (‫ )ذكر‬dzikr, yakni
pelajaran/peringatan. Penambahan huruf (‫ )ت‬ta’ pada kata yang digunakan ayat
ini mengisyaratkan banyaknya pelajaran yang dapat diperoleh oleh Ulul Albab.
Ini berarti bahwa selain mereka pun dapat memperoleh pelajaran, tetapi tidak
sebanyak Ulul Albab. 11
Adapun pelajaran yang dapat diambil dari ayat di atas yaitu:
1. Yang taat kepada Allah swt., tercermin sikapnya, secara lahiriah pada
ketekunannya sujud dan ruku, sedangkan secara batiniah tercermin dari
rasa takut dan prihatin yang disertai dengan harapan
2. Seorang mukmin hendaknya tidak merasa takut menghadapi kehidupan
duniawi, karena apa pun yang terjadi, selama ia bertakwa, maka itu tidak
masalah, bahkan dapat merupakan sebab ketinggian derajatnya di akhirat.
Adapun rahmat, maka ia mesti mengharapkannya dalam bentuk
menyeluruh, bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia.
3. Takut dan harap menjadikan seseorang selalu waspada, namun tidak
berputus asa.

C. Surah Al-Najm [53]: 27 - 30

‫ۡه‬ َٰٓ ۡ
1. Ayat dan Terjemahan Surah Al-Najm [53]: 27 - 30
ۡ َ َ
َ‫َوما‬٢٧َ‫نث‬ َ ‫خرَة َِّل هيس ُّمونَٱلملئِّكةََت ۡس ِّميةَٱۡل‬
َٰ ِّ ‫نَٱَّلِّينَََلَيهؤم هِّنونََب ِّٱٓأۡل‬
َ ِّ ‫إ‬
ۡ ۡ ۡ‫َ َ َ َ َ َ ه‬ َ ۡ
َ‫قَشيَا‬ َِّ ‫نََلَيغ ِِّنَمِّنَٱۡل‬ َ ‫نَِإَونَٱلظ‬ َ ‫ل ههمَب ِّ َهِّۦَم ِّۡنَعِّلمٍَۖإِّنَيتب ِّ هعونَإَِّلَٱلظ‬
ۡ ُّ َٰ ۡ َ ۡ ‫ۡ ه‬ ۡ َ َ ‫ض َع‬ ۡ ۡ
ََ‫ َذَٰل ِّك‬٢٩َ ‫ٱدلنيا‬ َ َ‫نَمنَتو ََّٰل َعنَذِّك ِّرناَولم َي ِّرد َإَِّل َٱۡليوة‬ َ ‫ َفأع ِّر‬٢٨

10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah ...hal,455
11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah ...hal,455
9

ۡ ‫ه‬ َ ۡ ‫ه‬ َ ۡ ۡ ‫ه‬


َ‫م ۡبلغ ههمَمِّن َٱلعِّل َِّم َإِّن َر َبك َهو َأعل هم َبِّمنَضل َعنَسبِّيل ِّ َهِّۦ َوهو َأعل هم‬
ۡ
َ َ٣٠َ‫ى‬ََٰ ‫بِّم ِّنَٱهتد‬
Artinya: (27). Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada
kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu
dengan nama perempuan. (28). Dan mereka tidak mempunyai sesuatu
pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah
sedikit pun terhadap kebenaran (29). Maka berpalinglah (hai
Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan
tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (30). Itulah sejauh-jauh
pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling
mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang
paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

2. Asba>b al-Nuzu>l Surah Al-Najm [53]: 27 - 30

Dari beberapa referensi yang penulis baca, penulis tidak menemukan


asbab al-nuzul ayat ini. Sehingga penulis tidak bisa menjabarkan penjelasan
terkait sebab-sebab turunnya ayat ini. Penulis hanya bisa memberikan inti
bahwa ayat ini menjelaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan bagi
manusia.

3. Tafsir Surah Al-Najm [53]: 27 - 30


Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa, harapan para penyembah berhala
itu untuk memeroleh syafaat sembahan-sembahan mereka tidak mungkin akan
tercapai. Sebenarnya, berhala-berhala itu mereka personifikasikan dari
malaikat-malaikat yang menurut kepercayaan akan mendekatkan mereka
kepada Allah. Nah, ayat di atas menegaskan kepercayaan mereka itu dengan
menyatakan bahwa: Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, yakni kaum musyrikin Mekkah yang menyembah berhala
10

itu, mereka benar-benar menamakan malaikat dan menyifati mereka dengan


nama sifat perempuan dengan menyatakan bahwa mereka adalah anak-anak
perempuan Allah. Mereka menyatakan demikian padahal mereka tidak
mempunyai suatu pengetahuan pun yang mendasari kepercayaan dan ucapan
itu. Mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sekuat kemampuan dugaan mereka yang tidak berdasar
kecuali hawa nafsu, sedang sesungguhnya dengan tiada berfaedah
menyangkut penetapan kebenaran yang bersifat pasti, sedikit faedah pun.
Karena itu, dugaan tidak dapat dijadikan dasar dalam keyakinan keagamaan.12

Kata )‫ )يس ّمون‬yusammun terambil dari kata )‫ )إسم‬ism yang dapat berarti
nama, yakni kata yang digunakan menunjuk dan membedakan seseorang dari
yang lain dan dapat juga berarti kata yang menunjuk satu makna tertentu
dengan lain sifat. Ia tidak jarang juga digunakan untuk mengukuhkan makna
sesuatu yang sedang diungkap. Salah satu contohnya –menurut sementara
ulama – adalah penyebutan kata ism pada Basmalah. Di sana Dia mengukuhkan
perintah untuk memulai aktivitas dengan mengingat Allah bukan sekedar
mengingat nama-Nya. Yang dimaksud oleh ayat di atas adalah menyifati. Ayat
di atas tidak menunjuk secara tegas siapa yang menyifati malaikat dengan sifat
perempuan, tetapi menunjuk sifat mereka, yakni orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat. Ini mengesankan keburukan penamaan itu
dan bahwa yang berani menyatakan demikian hanyalah mereka yang tidak
memercayai adanya kiamat, dan karena itu pula mereka wajar mendapat siksa
pada hari itu.13

Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan kesesatan para penyembah


berhala serta ke-keras kepala-an mereka menolak kebenaran, maka ayat di atas
bagaikan menyatakan: Jika demikian itu sikap mereka maka berpalinglah dari
orang yang berpaling, yaitu enggan mendengar, dari peringatan Kami, yakni
wahai Nabi Muhammad, jangan hiraukan keselamatan atau ketidakselamatan

12
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2009), 193.
13
Quraish Shihab, ....,193 - 194.
11

dan murka Allah akibat keengganan mereka menerima ajakanmu, jangan


pedulikan gangguan, cemoohan, dan sikap kepala batu mereka yang
mengabaikan tuntunan al-Quran, lagi tidak menginginkan kecuali nikmat
kehidupan duniawi yang bersifat sementara serta cepat punahnya sambil
menolak keniscayaan hari Kemudian. Itulah, yakni keberpalingan dan
keinginan meraih nikmat duniawi semata, yang merupakan batas akhir
pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu yang selama ini membimbing
dan berbuat baik kepadamu, wahai Nabi Muhammad, Dia-lah sendiri yang
lebih mengetahui siapa yang telah memiliki potensi serta kecenderungan untuk
sesat dari jalan-Nya juga bersikeras untuk itu dan Dia pulalah saja yang lebih
mengetahui siapa yang telah memiliki kecenderungan berikut potensi untuk
mendapat petunjuk lahir atau batin.14

Dalam buku Al-Quran dan Tafsirnya oleh Departemen Agama RI, pada
ayat 27, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada
hari akhirat dan apa-apa yang terjadi di alam akhirat sebagaimana yang telah
disampaikan para rasul; mereka itu menambah kekafiran dengan kebodohan
perkataan mereka yang menganggap bahwa malaikat itu adalah anak
perempuan Tuhan (Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan). Allah swt.
mencap orang-orang yang seperti itu sebagai orang-orang yang tidak beriman
dan sebagai isyarat bahwa perkataan mereka telah sampai kepada batas
kekejian yang tidak mungkin berasal dari orang-orang yang percaya adanya
hisab dan pembalasan. Kemudian pada ayat 28 menjelaskan bahwa perkataan
yang demikian itu adalah suatu tanda bahwa mereka tidak mendapat petunjuk
Tuhan berupa pengetahuan yang membawa mereka ke jalan benar yang
menyebabkan mereka mengatakan seperti itu. Mereka hanya terpengaruh oleh
prasangka yang menjauhkan mereka dari kebenaran. Sesungguhnya suatu
pengetahuan yang benar haruslah berdasarkan keyakinan, bukan hanya
perkiraan atau persangkaan. Adapun orang musyrik itu hanyalah mengikuti

14
Quraish Shihab, ...., hlm. 194-195
12

persangkaan dalam menamakan malaikat sebagai anak perempuan Tuhan,


bukan dengan analisa ilmiah.15

Pada ayat 29, Allah memerintahkan Rasul agar berpaling dari orang-
orang kafir dan musyrik yang telah berpaling dari Al-Quran, dan mereka tidak
mau menjadikannya sebagai pedoman hidup, padahal seharusnya mereka sadar
bahwa Al-Quran bisa menuntun mereka untuk meraih kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Kemudian pada ayat 30, Allah swt. menegaskan bahwa
sesungguhnya Dia Maha Mengetahui orang-orang yang memikirkan tanda-
tanda kekuasaan-Nya di alam semesta ini serta memikirkan apa-apa yang
terkandung dalam seruan Rasul-Nya sehingga ia mendapat petunjuk ke jalan
yang kebenaran yang menyelamatkannya pada hari kebangkitan dan mendapat
keredaan Tuhannya.16

Kemudian dalam tafsir al-Maraghy, menjelaskan bahwa sebelumnya,


Allah telah mengecam orang-orang musyrik atas peribadatan mereka kepada
patung-patung dan berhala-berhala, juga atas pengakuan mereka bahwa Allah
mempunyai anak yang terdiri dari para malaikat. Allah kembali mengecam
orang-orang musyrik atas kerendahan lainnya. Yaitu bahwa mereka
manamakan para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Dan Allah swt
menerangkan kepada mereka, bahwa perkataan seperti ini adalah perkataan
keji yang hanya keluar dari orang yang tiada beriman kepada akhirat, hisab
maupun hukuman Allah. Ayat 27 menerangkan bahwa sesungguhnya orang-
orang yang tidak beriman kepada kebangkitan dan hal ihwal yang terjadi
sesudah itu menurut keyakinan yang telah diterangkan oleh rasul-rasul Allah,
mereka itu selain kafir juga mengucapkan perkataan keji dan kebodohan yang
sangat tolol, yaitu ucapan mereka bahwa para malaikat itu anak-anak
perempuan Allah.17

15
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009),
539 – 540.
16
Departemen Agama RI, ...., 540 – 541.
17
Ahmad Mustafa al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar,
Hery Noer Aly, K. Anshori Umar Sitanggal, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), 92 – 93.
13

‫َو َمالَ ُه ْم ِبه ِم ْن ِع ْلم‬

Dengan anggapan seperti itu, mereka sebenarnya tidak mempunyai bukti


akan ucapan mereka tersebut, dan mereka tak pernah didatangi wahyu yang
mengajarkan seperti itu, sehingga tak patutlah mereka berkata seperti itu.
Selanjutnya Allah lebih mempertegas lagi pernyataannya bahwa dengan
anggapan seperti itu mereka sama sekali tidak mengetahui kebenaran.
Sesungguhnya mengetahui sesuatu dengan pengetahuan yang hakiki haruslah
berdasarkan keyakinan, bukan berdasarkan persangkaan maupun wahm.
Keyakinan seperti ini semestinya harus berdasarkan suatu dalil akal.18

Mereka yang mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah,


sesungguhnya mereka tidak mempunyai sedikit pengetahuan pun yang
mendasari kepercayaan dan ucapan itu. Jika yang demikian itu sikap dan
kepercayaan mereka, maka berpalinglah dari siapa pun yang enggan
mendengar peringatan kami/Allah swt. Keberpalingan dan keinginan meraih
nikmat duniawi itulah yang merupakan batas akhir pengetahuan mereka.19

Hemat penulis, dalam kandungan surat an-Najm ayat 27-30, Allah


menekankan kita agar tidak sembarangan bicara bila tidak mempunyai
pengetahuan dan bukti konkret. Seperti kisah orang Quraisy yang mengatakan
bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah, padahal mereka pun tidak
mengetahui bagaimana penciptaan malaikat. Sesungguhnya orang-orang
seperti itu akan mendapatkan balasannya di Yaumul Qiyamah nanti. Kisah
tersebut dapat kita ambil hikmahnya, bahwa mencari ilmu pengetahuan sangat
lah penting. Segala sesuatu yang kita ucapkan, segala sesuatu yang kita lakukan
haruslah dilandasi dengan ilmu, karena setiap sesuatu yang kita kerjakan akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak nanti.

18
Ahmad Mustafa al-Maraghy, ...., 94 – 95.
19
Quraish Shihab, Al-Lubab, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), 96.
14

D. Surah Al-Mujadilah [58]: 11


1. Ayat dan Terjemahan Surah Al-Mujadilah [58]: 11
ْ ‫ۡ ه‬ ۡ ْ ‫ه ۡ َ ه‬ ْٓ ‫ه‬ َ ُّ َٰٓ
َ‫وا‬َ ‫سَفَٱفسح‬َ ِّ ِّ ‫َِفَٱلمجَٰل‬ ِّ ‫وا‬ ‫ح‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫َت‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫َل‬ ‫ِّيل‬ ‫ق‬َ‫ا‬‫ذ‬ِّ ‫إ‬ َ ‫ا‬‫و‬ ‫ن‬ ‫ام‬‫ء‬ َ ‫ِّين‬
َ ‫َّل‬‫يأيهاَٱ‬
‫ه‬
َۡ‫ِّنكم‬ ْ ‫ه‬ َ ‫َه‬ ْ ‫ه ه ْ ه ه‬ ‫َه ه‬ ۡ
‫ّللَٱَّلِّينََءامنواَم‬ ۡ
َ ‫واَيرفعِّ َٱ‬ َ ‫ّللَلك ۡمَِإَوذاَقِّيلَٱنُش‬
َ ‫واَفَٱنُش‬ َ ‫يفسحِّ َٱ‬
ٞ ‫ۡ ه‬ ‫ه‬ َ َٰ ۡ ۡ ْ ‫ه ه‬ َ
َ َ١١َ‫ّللَبِّماَتعملونَخ َب ِّري‬
َ ‫وَٱَّلِّينََأوتواَٱلعِّلمََدرجتَوَٱ‬
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”

2. Asba>b al-Nuzu>l Surah Al-Mujadilah [58]: 11


Dikutip dari kitab Tafsir Al-Mishbah karya Profesor Quraish Shihab
mengemukakan bahwa terdapat riwayat yang menyatakan bahwa ayat tersebut
turun pada hari Jumat. Dikisahkan ketika itu Rasulullah ‫ ﷺ‬berada di suatu
tempat yang sempit, dan telah menjadi kebiasaan beliau memberi tempat
khusus buat para sahabat yang terlibat dalam perang Badar karena besarnya
jasa mereka. Ketika majelis tengah berlangsung, beberapa orang sahabat-
sahabat tersebut hadir, lalu mengucapkan salam kepada Nabi ‫ﷺ‬, kemudian
Nabi menjawab, selanjutnya memberi salam kepada hadirin, yang juga
dijawab, namun mereka tidak memberinya tempat. Para sahabat tetap saja
berdiri. Nabi pun memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya yang lain – yang
tidak terlibat perang Badar – untuk mengambil tempat lain dan mempersilakan
para sahabat yang berjasa dalam perang Badar itu untuk duduk di dekat Nabi.
Perintah Nabi itu mengecilkan hati sahabat yang lain sekaligus dimanfaatkan
oleh kaum munafik untuk memecah belah mereka dengan berkata, “Katanya
15

Muhammad berlaku adil, tetapi ternyata tidak!”. Nabi yang mendengar kritik
itu bersabda, “Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi
saudaranya”. Kaum beriman menyambut tuntunan Nabi tersebut dan ayat ini
turun sebagai pengukuhan perintah dan sabda nabi itu.20

3. Tafsir Surah Al-Mujadilah [58]: 11


Ayat tersebut secara umum menjelaskan tentang akhlak dan etika. Di
dalam ayat tersebut pula ingin memberi tuntunan bagaimana menjalin
hubungan harmonis dalam satu majelis. Allah berfirman, “Hai orang-orang
yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu oleh siapa pun: “Berlapang-
lapanglah”, dapat diartikan sebagai “berluas-luaslah!”21 yakni berupaya
dengan sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi
tempat orang lain, “dalam majelis-majelis”, yakni satu tempat, baik tempat
duduk maupun bukan untuk duduk. Apabila diminta kepada kamu agar
melakukan itu “maka lapangkanlah” tempat itu untuk orang lain dengan
sukarela. Jika kamu melakukan hal tersebut, “niscaya Allah akan melapangkan
segala sesuatu buat kamu. Dan Apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” ke
tempat lain, atau untuk diduduki tempatmu buat orang yang lebih wajar, maka
bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk salat dan berjihad – dapat
pula salat dan melakukan segala amal kebaikan22 – maka berdiri dan
bangkitlah, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kamu, wahai yang memperkenankan tuntunan ini, dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan akhirat, dan Allah
terhadap apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa datang. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui.23

Kata tafassahu dan ifsahu terambil dari kata fasaha, yakni lapang.
Sedang, kata unsyuzy terambil dari kata nusyuz, yakni tempat yang tinggi.

20
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Jilid 13, (Ciputat: Lentera Hati, 2017), 489.
21
Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaludin Al-Suyuti, Tafsir Jalalain, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2017), 543.
22
Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaludin Al-Suyuti, ... , 543.
23
Quraish Shihab, ... , 488 – 489.
16

Perintah tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang tinggi. Yang
dimaksud di sini pindah ke tempat lain untuk memberi kesempatan kepada
yang lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar pindah itu atau
bangkit melakukan aktivitas positif. Ada juga yang memahaminya berdirilah
dari rumah Nabi, jangan berlama-lama di sana, karena boleh jadi ada
kepentingan Nabi ‫ ﷺ‬yang lain dan perlu segera beliau hadapi.

Kata majalis adalah bentuk jamak dari kata majlis. Pada mulanya berarti
tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud di sini adalah
tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri, maupun
tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah
memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang
dihormati atau yang lemah.

Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan
derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-
derajat, yakni yang lebih tinggi daripada yang sekadar beriman. Tidak
disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang
dimilikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang
diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.

Tentu saja yang dimaksud dengan alladzina utu al-‘ilm / yang diberi
pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan
pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua
kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang
kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat
kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang
disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik
secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.24

24
Quraish Shihab, ... , 490 – 491.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Islam ialah agama yang menjunjung tinggi peran akal dalam mencari
pengetahuan atas sesuatu. Peran akal ini sangat penting sekaligus pembeda antara
manusia dengan makhluk Allah yang lain. Manusia diberi karunia tersebut
diharapkan mampu berbuat sebaik mungkin di dalam kehidupannya. Oleh
karenanya, Allah memberikan tuntunan kepada manusia melalui ayat-ayat dan
firman-Nya dalam Alquran.

Alquran memberi keterangan-keterangan tentang ilmu pengetahuan. Di


antara kebahagiaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu dan menuntut ilmu
yaitu Allah akan meninggikan tempat bagi mereka di surganya dan menjadikan
mereka di dalam surga termasuk orang-orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan
kesedihan. Di samping itu, mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi umat
manusia dan mengamalkannya juga merupakan ibadah. Semakin tinggi ilmu yang
dikuasai, semakin takut pula kepada Allah SWT sehingga dengan sendirinya akan
mendekatkan diri kepada-Nya.

B. Saran

Untuk memahami ayat-ayat di atas secara lebih lanjut, kami menyarankan


kepada pembaca agar mengkaji kitab-kitab tafsir lain. Hal tersebut bertujuan untuk
memperkaya ilmu sehingga tujuan dan kepuasan batin dalam memahami ayat-ayat
Alquran bisa didapatkan.

Di samping itu, kami menyadari bahwa kami selaku pemakalah masih jauh
dari kata sempurna, ke depannya kami akan lebih fokus dan lebih detail dalam
menjelaskan apa yang terkandung dalam makalah di atas disertai sumber - sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa al-Maraghy. Tafsir al-Maraghy, diterjemahkan oleh Bahrun


Abu Bakar, Hery Noer Aly, K. Anshori Umar Sitanggal. Semarang: CV.
Toha Putra, 1989.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama
RI, 2009.
Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaludin Al-Suyuti, Tafsir Jalalain. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2017.
Shaleh, Qamaruddin dkk. Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya
Ayat-ayat al-Qur’an. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000.
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah jilid 6. Jakarta : Lentera Hati, 2002.
_____________. Tafsir Al Misbah Jilid 11. Jakarta : Penerbit Lentera Hati, 2002.
_____________. Tafsir Al-Lubab. Ciputat: Lentera Hati, 2012.
_____________. Tafsir Al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati, 2009.
_____________. Tafsir Al-Mishbah: Jilid 13. Ciputat: Lentera Hati, 2017.

18
90% Unique
Total 11580 chars (2000 limit exceeded) , 256 words, 13 unique sentence(s).

Results Query Domains (original links)


Unique DAFTAR ISIDAFTAR ISIivBAB I -
PENDAHULUAN1A
Unique Tujuan Penulisan1BAB II PEMBAHASAN2A -
Unique Surah Al-Mujadilah [58]: 114BAB III -
PENUTUP8A
Unique Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang ilmu -
pengetahuan
Unique Tujuan PenulisanAda pun tujuan penulisan -
makalah ini pada dasarnya adala
Unique manusia berpikir terhadap berbagai kejadian atau -
fenomena yang terjadi di bumi ini sehingga dapat
mengenal
Unique Allah melengkapi manusia dengan bakat dan -
pemahaman yang baik melalui akal tersebut yang
memungkinkan
7 results berakhir dengan memahami posisi dirinya di alam kumpulan-makalah-
raya ini dan menentukan bagaimana ia harus adinbuton.blogspot.com
ayudarakharisma.blogspot.com
berbuat scribd.com academia.edu
es.scribd.com
repository.uinjkt.ac.id
slideshare.net
Unique Alquran sebagai kitabullah berisi berbagai -
tuntunan agama, pesan hidup, kisah-kisah umat
terdahulu, dan sebagainya yang
Unique Sudah sepatutnya kita umat Islam mempelajari -
Alquran, bukan sebatas membaca, namun
memahami isi demi
Unique Di dalam kitab suci Alquran – kendati bukan kitab -
ilmu pengetahuan – namun di dalamnya
Unique Di makalah ini kami tuliskan dalam empat surah -
yaitu Surah Al-Nahl [16]: 78, Al-Zumar
Unique Keempat ayat tersebut memiliki kekhasan isi -
kandungan dan tafsirannya yang akan kami
paparkan satu
Unique Perumusan MasalahBerdasarkan silabus mata -
kuliah Tafsir disertai hasil diskusi kelompok, maka
kami memutuskan perumusan masalah

Anda mungkin juga menyukai