Pada perkembangan baru-baru ini strategi karakterisasi yang terintegrasi untuk
berbagai jenis polimorf yaitu dengan menggunakan teknik kristalografi, spektroskopi, mikroskopis dan termal. Mungkin banyak sekali obat-obatan dalam bentuk padatan yang mungkin memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Bentuk padat ini termasuk polimorf ‘sesungguhnya’, solvat (pseudopolymorph), desolvat dan padatan amorf (Gambar 1). Fenomena ini, secara luas disebut sebagai Polimorfisme. Para penulis menggunakan definisi polimorfisme yang diperluas yang mencakup semua bentuk padat dari molekul yang sama yang memiliki fase uap, cairan atau larutan yang sama. Jadi, polimorf sejati, desolvat, kristal cair, bahan amorf dan campurannya semuanya dianggap polimorf, dan solvat juga termasuk dalam definisi ini. Definisi yang diperluas ini mencerminkan kebutuhan praktis untuk mengkarakterisasi semua bentuk padatan dari zat obat yang dapat diproduksi oleh proses standar farmasi: kristalisasi, penggilingan, pengeringan beku, pengeringan semprot, granulasi basah, dispersi padat, dan penyimpanan 'dipercepat'. Selain berdampak pada kualitas obat, penting untuk mengkarakterisasi polimorfisme karena alasan lain:
1. Bentuk kristal dapat dipatenkan
2. Jenis-jenis bentuk padat yang dihasilkan oleh suatu molekul dapat bervariasi. Dengan demikian, beberapa molekul menghasilkan polimorf yang sesunnguhnya dan solvat yang lain; beberapa mengkristal dengan mudah, yang lain membentuk glas; dan beberapa diprediksi polimorf mengkristal , sedangkan yang lain sulit dipahami (‘polimorf yang menghilang') 3. Harapan regulasi untuk karakterisasi produk obat baru telah meluas hingga mencakup jenis polimorf dan kemurniannya Tingkat 6 4. Polimorfisme memberikan peluang khusus untuk mempelajari hubungan struktur-sifat dalam padatan organik dan kontrol termodinamika dan kinetik kristalisasi. 5. Bentuk padat dapat 'direkayasa' untuk mengoptimalkan sifat fisik tertentu (mis. Laju disolusi dan ketersediaan hayati). Gambar 1. Bentuk padatan yang berbeda ('polimorf') dari suatu zat obat. Molekul obat (a), molekul obat (konformasi berbeda) (b) dan molekul pelarut. Polimorf sebenarnya adalah kristal bebas-pelarut dengan kemasan molekul atau konformasi yang berbeda. Bentuk 1 dan 2 berbeda dalam pengemasan molekuler dan bentuk 1 dan 3 dalam konformasi molekul (polimorf konformasi). Solvat adalah ko-kristal dari molekul obat dan pelarut. Desolvasi solvat dapat menyebabkan struktur kepadatan rendah (desolvat isomorfik) yang mempertahankan simetri Crystal solvat awal. Padatan amorf (kaca) adalah pdatan yg tersusun secara acak baik dalam kemasan molekuler dan konformasi molekuler. Dalam industri farmasi saat ini, pembahasan tentang strategi untuk karakterisasi obat polimorfik tentu rumit. Sedangkan pendekatan 'umum' diinginkan, polimorf yang berbeda membutuhkan strategi dan teknik yang berbeda (kristal vs amorf, polimorf sesungguhnya vs pelarut, molekul kecil vs besar, bentuk murni vs campuran, dll.). Para peneliti sekarang memiliki akses ke banyak teknik analitik yang memungkinkan mereka mempelajari banyak aspek polimorfisme, tetapi keseimbangan antara kecukupan dan kedalaman sangat penting. Pendekatan yang telah di adopsi oleh peneliti adalah untuk mengenali elemen dasar dari karakterisasi polimorf meliputi Identifikasi dan kuantisasi, Struktur, sifat, Hubungan struktur-sifat