Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMENSIA

A. Masalah Utama : Gangguan fungsi kognitif : Demensia


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang
secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian. Penyakit yang dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar
belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan
khusus untuk demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh
dilakukan.
2. Factor Predisposisi
a. Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit
Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya
kelainan gen tertentu.
b. Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut
c. Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
a) Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi
pada sistem enzim, atau pada metabolism
b) Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
c) Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) Penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun

3. Proses Terjadinya Demensia ( Patofisiologi )


Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah
adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi
aktivitas sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala
yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya
mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh
penderita itu sendiri, mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika
meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan
meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama
mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan
dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah
masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada
Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi
seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan
memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat
ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa Lansia
penderita demensia ke rumah sakit dimana demensia bukanlah menjadi hal
utama fokus pemeriksaan. Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan
tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki
kemampuan untuk dapat mengkaji ddan mengenali gejala demensia.
Faktor Psikososial, derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia
dapat dipengaruhi oleh faktor psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan
pendidikan pasien sebelum sakit maka semakin tinggi juga kemampuan untuk
mengkompensasi deficit intelektual. Pasien dengan awitan demensia yang cepat
(rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang lebih sedikit daripada pasien
yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan depresi dapat
memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pada
individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan gangguan memori, akan
tetapi pada kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika depresinya
berhasil ditanggulangi, maka defek kognitifnya akan menghilang.

C. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
- Perubahan proses pikir/Gangguan funsi Kognitif : Demensia
- Perubahan persepsi sensori
- Perubahan pola tidur
- Kurang perawatan diri
2. Data yang Perlu Dikaji
- Penyebab dari Demensia
- Tanda dan Gejala
- Dukungan atau peran keluarga
- Riwayat kesehatan
- Kegiatan sehari-hari

D. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses pikir/Gangguan funsi Kognitif : Demensia
b. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi,
gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya
daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.

3. Diagnosa Prioritas
Perubahan proses pikir/Gangguan funsi Kognitif : Demensia

E. Rencana Tindakan Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Setelah diberikan - Kembangkan - Mengurangi
tindakan keperawatan lingkungan yang kecemasan dan
diharapkan klien mampu mendukung dan emosional.
mengenali perubahan hubungan klien- - Kebisingan merupakan
dalam berpikir dengan perawat yang sensori berlebihan
KH: terapeutik. yang meningkatkan
- Mampu - Pertahankan gangguan neuron.
memperlihatkan lingkungan yang - Menimbulkan
kemampuan kognitif menyenangkan dan perhatian, terutama
untuk menjalani tenang. pada klien dengan
konsekuensi kejadian - Tatap wajah ketika gangguan perceptual.
yang menegangkan berbicara dengan - Nama adalah bentuk
terhadap emosi dan klien. identitas diri dan
pikiran tentang diri. - Panggil klien dengan menimbulkan
- Mampu namanya. pengenalan terhadap
mengembangkan - Gunakan suara yang realita dan klien.
strategi untuk agak rendah dan - Meningkatkan
mengatasi anggapan berbicara dengan pemahaman.
diri yang negative. perlahan pada klien. - Ucapan tinggi dan
- Mampu mengenali keras menimbulkan
tingkah laku dan stress yg mencetuskan
faktor penyebab. konfrontasi dan respon
marah.
2. Setelah diberikan - Kembangkan - Meningkatkan
tindakan keperawatan lingkungan yang kenyamanan dan
diharapkan perubahan suportif dan menurunkan
persepsi sensori klien hubungan perawat- kecemasan pada klien.
dapat berkurang atau klien yang terapeutik. - Meningkatkan koping
terkontrol dengan KH: - Bantu klien untuk dan menurunkan
- Mengalami penurunan memahami halusinasi.
halusinasi. halusinasi. - Keterlibatan otak
- Mengembangkan - Kaji derajat sensori memperlihatkan
strategi psikososial atau gangguan masalah yang bersifat
untuk mengurangi persepsi dan asimetris
stress. bagaiman hal menyebabkan klien
- Mendemonstrasikan tersebut kehilangan
respons yang sesuai mempengaruhi klien kemampuan pada
stimulasi. termasuk penurunan salah satu sisi tubuh.
penglihatan atau - Untuk menurunkan
pendengaran. kebutuhan akan
- Ajarkan strategi halusinasi.
untuk mengurangi - Piknik menunjukkan
stress. realita dan
- Ajak piknik memberikan stimulasi
sederhana, jalan- sensori yang
jalan keliling rumah menurunkan perasaan
sakit. Pantau curiga dan halusinasi
aktivitas. yang disebabkan
perasaan terkekang.
3. Setelah diberikan - Identifikasi kesulitan - Memahami penyebab
tindakan keperawatan dalam berpakaian/ yang mempengaruhi
diharapkan klien dapat perawatan diri, intervensi. Masalah
merawat dirinya sesuai seperti : keterbatasan dapat diminimalkan
dengan kemampuannya gerak fisik, apatis/ dengan menyesuaikan
dengan KH : depresi, penurunan atau memerlukan
- Mampu melakukan kognitif seperti konsultasi dari ahli
aktivitas perawatan apraksia. lain.
diri sesuai dengan - Identifikasi - Seiring perkembangan
tingkat kemampuan. kebutuhan penyakit, kebutuhan
- Mampu kebersihan diri dan kebersihan dasar
mengidentifikasi dan berikan bantuan mungkin dilupakan.
menggunakan sumber sesuai kebutuhan - Kehilangan sensori dan
pribadi/ komunitas dengan perawatan penurunan fungsi
yang dapat rambut/kuku/ kulit, bahasa menyebabkan
memberikan bantuan. bersihkan kaca mata, klien mengungkapkan
dan gosok gigi. kebutuhan perawatan
- Perhatikan adanya diri dengan cara
tanda-tanda nonverbal, seperti
nonverbal yang terengah-engah, ingin
fisiologis. berkemih dengan
- Beri banyak waktu memegang dirinya.
untuk melakukan - Pekerjaan yang tadinya
tugas. mudah sekarang
- Bantu mengenakan menjadi terhambat
pakaian yang rapi karena penurunan
dan indah. motorik dan
perubahan kognitif.
- Meningkatkan
kepercayaan untuk
hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC :
Jakarta.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC : Jakarta.

Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta

Nugroho, Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik Edisi 2 Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.

Silvia.A.Price & Wilson, Patofisiologi. Ed.8. Jakarta. EGC.2006

Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC; Jakarta.

Sumber : http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/03/demensia-pada-lansia-3/

Arjatmo, (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Brunner & Suddart, (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Capernito, (2000). Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC

Doengoes, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Prince, Loraine M. Wilson, (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, edisi
4. Jakarta: EGC

Corwin, J. Elizabeth, (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai