Anda di halaman 1dari 6

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No.

3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

IDENTIFIKASI GENUS JAMUR FUSARIUM YANG MENGINFEKSI


ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DI DANAU TONDANO

Yolan S. Ngittu1), Feky R. Mantiri 1) Trina E. Tallei1), dan Febby E. F. Kandou1)


1)
Program Studi Biologi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is an very important annual aquatic weeds. This weed
is presisten and its population will grow very rapidly in freshwater habitats. This study aims
to identify the Fusarium fungus that can infect the water hyacinth in Lake Tondano. Fusarium
fungi can naturally infect plants that cause desease in plants. Fusarium fungi were isolated
from the leaves and stem of infected water hyacinth. Typical symptoms due to Fusarium
infection characterized by leaf yellowing, wilting occurrence of unilateral or whole, rootstock
turns into brown, blackish or yellowish. The results of this study indicate that the number of
water hyacinth plants that show symptoms of wilt disease found some isolates and
macroscopis characteristics resemble Fusarium oxysporum, Fusarium monoliforme,
Fusarium subglutinans dan Fusarium poae.

Key words : Fusarium sp. Eichhornia crassipes. Water hyacinth, Lake Tondano

ABSTRAK

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma air tahunan yang sangat penting.
Gulma ini bersifat presisten dan populasinya akan berkembang dengan sangat cepat pada
habitat air tawar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur Fusarium yang dapat
menginfeksi eceng gondok di Danau Tondano. Jamur Fusarium secara alami dapat
menginfeksi tumbuhan sehingga menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Jamur Fusarium
diisolasi dari bagian daun dan batang eceng gondok yang terinfeksi. Gejala yang khas akibat
infeksi jamur Fusarium yang ditandai dengan daun menguning, terjadinya layu sepihak atau
keseluruhan, batang bawah berubah menjadi warna cokelat, kehitaman ataupun kekuningan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada sejumlah tumbuhan eceng gondok yang
menunjukkan gejala penyakit layu ditemukan beberapa isolat yang karakteristik makroskopis
dan mikroskopisnya menyerupai Fusarium oxysporum, Fusarium monoliforme, Fusarium
subglutinans dan Fusarium poae.

Kata kunci : Fusarium sp. Eichhornia crassipes. Eceng gondok, Danau Tondano

156
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN


Danau Tondano merupakan danau Bahan dan Alat
alami terbesar di Sulawesi Utara yang Bahan yang digunakan yaitu Eceng
mempunyai peranan penting dalam gondok (Eichhornia crassipes), medium
menunjang kehidupan penduduk kota Potato Dextrose Agar (PDA), Banana
Tondano dan sekitarnya. Ruang dan tanah Leaf Agar (BLA), dan alkohol 70%.
di sekitar kawasan danau dirombak untuk Alat yang digunakan yaitu
dijadikan tempat pemukiman, pertanian, autoklaf, gelas Erlenmeyer, cawan Petri,
saluran limbah rumah tangga, obyek jarum inokulasi, pinset, aluminium foil,
wisata dan sebagainya. Aktivitas-aktivitas mikroskop, kaca objek, pipet tetes
tersebut berjalan dan berkembang dengan akuades, kamera, kertas tissue, kain kasa,
pesat sehingga menimbulkan kapas dan buku petunjuk kunci identifikasi
permasalahan, antara lain menurunnya jamur Fusarium (Seifert, 1996) dan
kualitas perairan danau yang menimbulkan (Gagkaeva, 2008).
potensi eutrofikasi sehingga menyebabkan
pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia Isolasi Jamur
crassipes) yang mencapai sekitar 20% Bagian tumbuhan yang diambil
luasan danau (Sittadewi, 2008). sebagai sampel berasal dari Danau
Eceng gondok merupakan salah Tondano. Pemilihan tumbuhan yang sakit
satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng didasarkan pada gejala luar yang khas
gondok memiliki kecepatan tumbuh yang akibat infeksi jamur Fusarium yang
tinggi. Pertumbuhan eceng gondok yang ditandai dengan daun menguning,
cepat ini terutama disebabkan oleh air terjadinya layu sepihak atau keseluruhan,
yang mengandung nutrien yang tinggi, batang bawah berubah menjadi warna
terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat cokelat, kemerahan, kehitaman ataupun
dan potassium sehingga tumbuhan ini kekuningan.
dianggap sebagai gulma yang merusak Bagian tumbuhan daun dan batang
lingkungan perairan (Haryanti et al., yang sakit dipotong sekitar 2 cm dibuat
2004). empat sampel, kemudian dibilas
Keberadaan ekosistem danau selain menggunakan akuades dan alkohol 70%
memberikan fungsi yang menguntungkan dikeringkan, kemudian ditanam pada
bagi kehidupan, juga sebagai tempat cawan Petri yang berisi media PDA dan
berlangsungnya siklus hidup jenis flora diinkubasi pada suhu 370 C dengan posisi
dan fauna. Salah satu organisme yang juga Petridis terbalik selama 24-48 jam (3 hari).
memiliki habitat di perairan yaitu jamur Setelah koloni tumbuh, diambil satu koloni
(Muslimin, 1996). Salah satu jamur yang dan diinokulasikan lagi pada media PDA
dapat dijumpai pada beberapa tempat yaitu dengan metode goresan T (3 kuadran), dan
jamur Fusarium. Jamur Fusarium sangat diinkubasi 24-48 jam (3 hari) dan diamati
merugikan, karena jamur Fusarium dapat bentuk morfologi koloni. Biakan murni
menyebabkan tumbuhan mengalami layu dibuat terlebih dahulu dengan mengambil
patologis yang berakhir dengan kematian cuplikan koloni jamur secara acak yang
(Sunarmi, 2010). Jamur Fusarium dapat tumbuh pada media PDA dengan jarum
digunakan sebagai agen pengendali gulma ose, kemudian diinokulasikan pada media
secara hayati karena dapat menimbulkan agar miring secara zig-zag, dan diinkubasi
kerusakan pada eceng gondok (Wayanti, selama 24-48 jam (3 hari) untuk
2003). Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh biakan murni.
mengidentifikasi jamur genus Fusarium
yang dapat menginfeksi eceng gondok Identifikasi
yang ada di Danau Tondano. Setelah didapatkan biakan murni
pada media agar miring dilakukan

157
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

pengamatan dengan menggunakan dicocokkan dengan spesies jamur


mikroskop untuk melihat beberapa Fusarium dan karakteristik spesies jamur
karakter yang menunjukkan ciri khusus Fusarium serta gambar berdasarkan
genus jamur Fusarium. Secara literatur (Saragih dan Silalahi, 2006).
makroskopis karakter-karakter yag diamati
meliputi warna koloni, bentuk koloni, HASIL DAN PEMBAHASAN
permukaan koloni, pola pertumbuhan Pengamatan secara makroskopis
koloni, dan diameter koloni. Sedangkan dengan melihat warna koloni, bentuk
pengamatan mikroskopis karakter-karakter koloni, permukaan koloni, pola
yang diamati meliputi bentuk pertumbuhan koloni dan diameter koloni
makrokonidia dan mikrokonidia serta ada pada media Potato Dextrose Agar (PDA)
tidaknya chlamydospora miselium, phyalid data pengamatan makroskopis disajikan
dan konidia yang membedakan jamur pada Tabel 1.
Fusarium. Setelah dilakukan identifikasi

Tabel 1. Ciri makroskopis koloni jamur Fusarium


Ciri-Ciri Koloni
Kode
Isolat Pola Diameter
Warna Bentuk Permukaan
Pertumbuhan cm
1 Putih Bergerigi Rata Berkoloni, bulat 0,5
2 Putih Bergerigi Rata Berkoloni, bulat 0,3
3 Putih Bergerigi Rata Berkoloni, menyebar 0,2
4 Kuning Bergerigi Bergelombang Berkoloni 0,7
5 Kuning Bergerigi Bergelombang Berkoloni 0,4
6 Kuning Bergerigi Bergelombang Berkoloni 0,3

Pengamatan secara mikroskopis dan mikrokonidia pada media PDA. data


dengan melihat bentuk konidia, bentuk pengamatan mikroskopis disajikan pada
fialid, bentuk miselium dan bentuk makro Tabel 1 dan Gambar 6.

Tabel 2. Ciri mikroskopis koloni jamur Fusarium


Ciri-Ciri Koloni Ket
Kode Bentuk
Isolat Bentuk Bentuk
Bentuk Konidia Bentuk Miselium Makrokonidia &
Fialid Klamidospora
Mikrokonidia
1 Ada, bulat, -
- - - berpasangan,
berangkai-rangkai
2 - - Membentuk massa - -
3 - Mono - - -
4 - Poli - - -
5 Bulat, berangkai- - -
- -
rangkai
6 Bulat, berpasangan - - - -

158
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

Gambar 6. Hasil pengamatan mikroskopis

Pada penelitian ini jamur diisolasi bergerigi, permukaan rata, pola


dari bagian tanaman yang terserang jamur pertumbuhan berkoloni dan bulat
Fusarium yang diambil dari empat titik mempunyai diameter 0,5 mm. Isolat 2
yang berbeda di danau Tondano untuk memiliki warna koloni putih, bentuk
dijadikan sampel. Pengamatan secara koloni bergerigi, permukaan rata, pola
makroskopis dilakukan dengan cara pertumbuhan berkoloni, bulat serta
melihat bentuk koloni, warna koloni diameter koloni 0,3 mm. Isolat 3 warna
permukaan koloni, pola pertumbuhan koloni putih, bentuk koloni bergerigi,
koloni serta diameter koloni. Dari total permukaan rata, pola pertumbuhan
enam puluh isolat didapatkan enam isolat berkoloni dan menyebar serta diameter
yang menunjukkan ciri morfologi koloni koloni 0,2 mm. Isolat 4 warna koloni
yang sama dengan ciri morfologi jamur kuning, bentuk koloni bergerigi,
Fusarium. Enam isolat yang diidentifikasi permukaan bergelombang, pola
diberi kode isolat 1-6. Isolat 1 memiliki pertumbuhan berkoloni serta diameter
warna koloni putih, bentuk koloni koloni 0,7 mm. Isolat 5 warna koloni

159
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

kuning, bentuk koloni bergerigi, dan mikrokonidia bersel satu yang


permukaan bergelombang, pola berbentuk bulat telur atau lonjong yang
pertumbuhan berkoloni serta diameter menjadi ciri khas Fusarium tidak
koloni 0,4 mm. Isolat 6 warna koloni terbentuk. Oleh sebab itu, analisis lebih
kuning bentuk koloni bergerigi, lanjut dengan analisis DNA perlu
permukaan bergelombang, pola dilakukan untuk mengkonfirmasi
pertumbuhan berkoloni serta diameter identifikasi spesies-spesies dari genus
koloni 0,3 mm. Fusarium ini.
Setelah pengamatan karakteristik Fusarium sp. merupakan salah satu
makroskopis keenam isolat yang diduga jamur yang mempunyai sebaran yang
merupakan anggota genus Fusarium sangat luas dengan jenis yang beragam.
selanjutnya dilakukan pengamatan secara Jamur Fusarium dianggap sangat
mikroskopis dengan melihat bentuk merugikan karena dapat menginfeksi
konidia, bentuk fialid, bentuk miselium tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang
dan bentuk makro dan mikrokonidia pada dapat diinfeksi oleh jamur Fusarium yaitu
media PDA. Hasil pengamatan dapat eceng gondok. Jamur Fusarium pada
dilihat pada tabel 2 identifikasi ciri penelitian ini diisolasi dari bagian
mikroskopis koloni Jamur Fusarium, dan tumbuhan eceng gondok yang sakit
gambar 6 hasil pengamatan koloni jamur sehingga dapat dikatakan bahwa jamur ini
Fusarium secara mikroskopis. Hasil juga menyukai tumbuhan eceng gondok
pengamatan secara mikroskopis sebagai inangnya dan menginfeksi eceng
menunjukan bentuk klamidospora pada gondok. Hal ini mengindikasikan bahwa
isolat 1 menyerupai bentuk klamidospora jamur Fusarium sp. ini dapat digunakan
Fusarium oxysporum. Bentuk miselium sebagai agen pengendali hayati gulma
pada isolat 2 menyerupai bentuk miselium eceng gondok, sehingga jamur ini
Fusarium oxysporum. Bentuk monofialid berpotensi dikembangkan sebagai agen
pada isolat 3 menyerupai bentuk pengendali hayati gulma tersebut.
monofialid Fusarium monoliforme. Bentuk
polifialid pada isolat 4 menyerupai bentuk PENUTUP
polifialid Fusarium subglutinans. Bentuk Kesimpulan
konidospora pada isolat 5 menyerupai Dari hasil penelitian dapat
bentuk konidospora Fusarium sp. Bentuk disimpulkan bahwa jamur Fusarium dapat
konidospora pada isolat 6 menyerupai menginfeksi eceng gondok di Danau
bentuk konidospora Fusarium poae. Tondano, karena didapatkan tumbuhan
Hasil pengamatan secara eceng gondok yang menunjukkan gejala
mikroskopis diduga keenam isolat penyakit layu Fusarium pada keempat titik
menunjukan bentuk klamidospora, lokasi di Danau Tondano dan
miselium, monofialid, polifialid, dan menunjukkan pengamatan secara
konidospora yang sama dengan jamur makroskopis dan mikroskopis
Fusarium pada umumnya yang menunjukkan karakteristik jamur
dikulturkan pada media PDA. Struktur Fusarium oxysporum, Fusarium
makrokonidia dan mikrokondia pada jamur monoliforme, Fusarium subglutinans dan
Fusarium sp. akan terbentuk apabila Fusarium poae
dikulturkan pada media BLA (Banana
Leaf Agar). Pada penelitian ini telah
diupayakan untuk menumbuhkan isolat DAFTAR PUSTAKA
pada media BLA, namun walaupun telah Haryanti, S., Hastusti, B. R., Hastuti, D.
diupayakan beberapa kali, makrokonidia E., dan Nurchayati, Y. 2004.
berbentuk sabit yang umumnya bersekat Adaptasi Morfologi Fisiologi dan
tiga dan berukuran 30–40 x 4,5–5,5 μm, Anatomi Eceng Gondok (Eichhornia

160
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 3 No. 3 Agustus 2014 ISSN 2302 - 2493

crassipes) di Berbagai Perairan Mitigasi Bencana Badan Pengkaji


Tercemar. Jurnal Biologi FMIPA dan Penerapan Teknologi 9(1): 59-
UNDIP 1(9): 39-56. 66.
Muslimin, W. L. 1996. Mikrobiologi Sunarmi, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Lingkungan. Djambatan. Jakarta Jamur Endofit dari Akar Tanaman
Saragih, Y. S dan Silalahi, H. F. 2006. Kentang Sebagai Anti Jamur
Isolasi dan Identifikasi Spesies (Fusarium sp, Phytoptora infestans)
Fusarium Penyebab Penyakit Layu dan Anti Bakteri (Ralstonia
Pada Tanaman Markisa Asam. solanacaerum) [Skripsi]. Jurusan
Jurnal Hort 16(14): 336-344 Biologi Fakultas Sains dan
Seifert, K. 1996. Fusarium Interactive Teknologi UINM, Malang.
Key. Agri-Food and Wayanti, H. S., 2003. Inventarisasi Jamur-
Agroalimentaire. Canada jamur Parasitik pada Gulma Eceng
Sittadewi, H. E. 2008. Fungsi Strategi Gondok (Eichhornia crassipes
Danau Tondano, Perubahan (Martius) Solms-Laubach). (Skripsi)
Ekosistem dan Masalah Yang Fakultas Pertanian Universitas
Terjadi. Jurnal Penelitian di Pusat Mataram
Teknologi Lahan Kawasan dan

161

Anda mungkin juga menyukai