Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tengtang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mnegatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara, (Kusumawati, 2010)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori presepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
perabaan, penghidupan tanpa stimulus yang nyata. (KKJK, 2007).
Halusinasi adalah gangguan presepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indera.
Halusinasi merpakan salah satu gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Yusuf,
2015).
B. Klasifikasi
Tabel 1.1 Klasifikasi Halusinasi
Jenis Halusinasi Data obyektif Data Subyektif
Halusinasi dengar/suara 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-suara
sendiri atau kegaduhan
2. Marah- marah tanpa 2. Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
3. Mengarahkan telinga kea cakap
rah tertentu 3. Mendengar suara
4. Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi peneglihatan 1. Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
arah tertentu bentuk, geometris, bentuk
2. Ketakutan pada sesuatu kartun, melihat hantu, atau
yang tidak jelas monster
Halusinasi penciuman 1. Mencium seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
membaaul bau darah, urine, feses, dan
2. Menutup hidung kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
Halusianasi pengecapan 1. Sering meludah Merasakan rasa seperti
2. Muntah darah, urine atau feses
Halusinasi perabaan 1. Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di permukaan
kulit
2. Merasa seperti tersengat
listrik

C. Proses Terjadinya Halusinasi


Halusinasi berkmbang malalui empat fase, yaitu sebagai berikut;
1. Fase pertama
Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam
golongan non psikotic. Karakteristik; klien mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara
Perilaku klien ; tersenyum, atau tertawa yang tidak sesuai, mengerakan bibir tanpa
suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau unsietas berat yaitu halusinasi menjadi
memjijikan. Termasuk dalam psikolik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori
menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir senidri
jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tau dan ia tetap dapat mengkontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda system saraf otonon seperti: peningatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
3. Fase ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteriktik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Periaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya bebrapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringan, tremor, dan tidak
mampu mematuhi perintah
4. Fase keempat
Adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat
Karakteristik: halusnasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi
klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungannya.
Perilaku klien: perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri, atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu merespon lebih dari satu orang.

Anda mungkin juga menyukai