PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apotosis dan nekrosis merupakan mekanisme kematian sel terprogram yang sangat
penting bagi tubuh manusia. Banyak proses dalam tubuh manusia sejak dalam
kandungan melibatkan proses apoptosis. Pembentukan jari dan membuang sel yang
struktur genetiknya rusak merupakan contoh dari apoptosis. Proses patologi dan
fisiologi tubuh juga banyak melibatkan nekrosis, terutama dalam mengatasi infeksi
menstimulasi terjadinya apoptosis pada sel kanker. Dengan demikian sel yang menjadi
tumor dapat disingkirkan dengan jalan kematian sel. Pada akhirnya strategi terapi
dapat meluas karena menulari sel sekitar yang sebenarnya sehat. Penelitian untuk
pengendalian nekrosis perlu dikembangkan, terutama pada penderita DM yang saat ini
B. Rumusan Masalah
3
5. Apa saja penyakit akibat gangguan proses apoptosis?
C. Tujuan
5. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang berkaitan dengan gannguan apoptosis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kematian sel
menyebabkan keatian sel. Banyak agen yang dapat menyebabkan kematian sel, salah
satunya adalah mikroba. Mikroba tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah dalam
tubuh, seperti hipertrofi, hyperplasia, dan metaplasia. Jika respon yang diterima sel
berlebihan sehingga sel tidak mampu mengatasi maka akan terjadi jejas sel atau cedera
Kematian bermula dari jejas (cedera) pada sel. Jejas tersebut dapat kembali normal
apabila keadaan lingkungan mendukung. Namun ketika lingkungan tetap buruk, cedera
sel akan semakin parah yang mana sel tersebut tidak akan kembali normal (irreversible)
B. Pengertian Apoptosis
kematian sel memegang peranan proses fisiologis dari organisme multiselular, terutama
selama embriogenesis dan metamorfosis. Pada tahun 1972, Keri dkk. mempublikasikan
sebuah artikel mengenai proses fisiologis dari kematian sel atau dikenal dengan istilah
apoptosis. Apoptosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti turun jatuh dianalogikan
seperti daun yang jatuh dari pohon atau daun bunga yang jatuh dari bunga.
Menurut Linda Kurniaty Wijaya dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2009),
jaewab untuk mengatur jumlah sel dalam suatu jaringan dan menyingkirkan sel-sel yang
3
mengancam kehidupan suatu organisme. Berbeda dengan nekrosis yang merupakan
kematian sel akibat iskemia atau pengaruh bahan toksik, apoptosis diawali oleh interaksi
antara ligan dan reseptor yang telah teregulasi dengan tepat dan dirangkai dengan proses
fagositosis dengan tujuan mengeliminasi sel yang rusak atau sel normal yang sudah
tidak diperlukan lagi. Apoptosis telah dikenal sebagai kematian sel yang terjadi pada
pertengahan kehidupan jaringan. Meskipun ada bentuk lain dari kematian sel seperti
manusia, oleh karena itu apoptosis juga dikenal sebagi kematian sel terprogram.
3
C. Penyebab dan mekanisme apoptosis
1. Penyebab
Dalam Buku Ajar Patologi (Hamdani,2015), secara garis besar Robbins membagi
penyebab apoptosis menjadi dua yaitu penyebab apoptosis pada situasi fisiologis dan
menghilangkan sel yang tidak diperlukan lagi dan untuk mempertahankan jumlah
sel pada berbagai jaringan. Hal tersebut penting untuk situasi fisiologis berikut :
dengan kematian sejumlah sel serta jaringan baru. Pada manusia daerah embrio
yang berkembang menjadi kaki atau tangan pada awalnya memiliki struktur
2) Involusi jaringan yang bergantung hormon pada saat terjadi kekuranga hormon,
misalnya luruhnya sel endometrium saat siklus haid, dan regresi payudara
3) Hilangnya sel pada populasi sel yang sedang proliferatif, misalnya epitel kripta
4) Eliminasi sel yang telah selesai melakukan tugasnya, misalnya neutrofil pada
reaksi radang akut dan limfosit pada akhir respon imunologi. Pada situasi ini,
sel mengalami apoptosis karena hilangnya sinyal yang dibutuhkan untuk hidup,
3
5) Eliminasi limfosit reaktif yag berpotensi merugikan diri pada saat sebelum atau
terhadap virus dan tumor untuk membinasakan sel yang terkena infeksi virus
patologis :
1) Kerusakan DNA
Radiasi, obat sitotoksik anti kanker, temperatur yang ekstrem, dan bahkan
radikal bebas. Apabila proses perbaikan tidak dapat mengatasi jejas, sel akan
rusak, akan terjadi akumulasi protein p53 di dalam sel. Mula-mula akan terjadi
penghentian siklus sel (pada fase G1) agar terjadi perbaikan DNA sebelum
terjadi replikasi. Namun apabila kerusakan terlalu berat untuk diperbaiki p53
kelompok Bcl-2. Apabila terjadi mutasi p53 atau tidak dijumpai p53, sel yang
bertahan hidup.
3
Pada situasi ini, eliminasi sel merupakan alternatif yang lebih baik, daripada
mengambil risiko terjadinya mutasi di dalam DNA yang dapat berubah ganas
menjadi tumor atau kanker. Stimulus yang merugikan ini bisa menyebabkan
apoptosis bila kerusakan ringan, tetapi apabila jumlah dosis stimulus yang
Protein salah bentuk dapat terjadi akibat mutasi gen yang menyandi protein
stress ER, yang mengaktifkan kaspase dan berakhir dengan kematian sel
apoptotik.
2. Mekanisme apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis
Mesin molekuler yang dibutuhkan untuk kematian sel hanya memerlukan aktivasi
yang cepat. Siynal yang menginduksi apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler dan
pelepasan faktor sinyal dari mitokondria dalam sel. Peristiwa apoptosis jalur
ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan molekul sinyal yang disebut ligan oleh
sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang akan mengalami apoptosis. Ligan
tersebut berikatan dengan death reseptor yang terletak pada transmembran sel
3
target yang menginduksi apoptosis. Death reseptor yang terletak di permukaan sel
adalah famili reseptor TNF (Tumor Necrosis Faktor), yang meliputi TNF-R1, CD
95 (Fas), dan TNF-Related Apoptosis Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan R2. Ligan
Kompleks yang terbentuk antara ligan-reseptor dan FADD disebut DISC (Death
sedangkan TNF-R1 terikat secara tidak langsung melalui molekul adaptor lain,
mitokondria. Protein capcase-8 akan memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid.
Kemudian Bid yang terpotong pada bagian ujungnya akan menginduksi insersi
Dengan adanya dATP akan terbentuk kompleks antara sitokrom c, APAF1 dan
Polymerase (PARP) dan DNA protein kinase yaitu protein struktural seluler di
nukleus, termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, aktin, serta endonuklease,
3
seluler lainnya. Selain itu, kaspase 3 juga mempunyai kemampuan untuk
Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi famili
protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai kaspase. Sel yang berbeda
sedangkan sel miosit tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.
b. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi sinyal dan induksi gen apoptosis yang
berhubungan).
Pada tahap ini terdapat molekul regulator positif atau negatif yang dapat
tetap hidup atau mengalami apoptosis (mati). Apoptosis diperantarai oleh famili
protease yang disebut kaspase, yang diaktifkan melalui proteolisis dari bentuk
sisi aktif Cys (C) dan membelah pada terminal C pada residu Asp, oleh karena itu
dikenal sebagai Kaspases (Cys containing Asp specific protease). Saat ini telah
yang pertama terdiri dari kaspase 8, 9, dan 10 yang mengandung prodomain yang
panjang pada terminal N, fungsinya sebagai inisiator dalam proses kematian sel.
3
Golongan yang kedua terdiri dari kaspase 3, 6, dan 7 yang mengandung
substrat yang mati yang pada akhirnya menyebabkan perubahan morfologi dan
biokimia yang tampak pada sel yang mengalami apoptosis. Molekul efektor lain
adalah anggota famili Bcl-2. Saat ini ada 18 anggota famili Bcl-2 yang telah
pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL yang berfungsi sebagai anti-apoptosis.
Anggota grup kedua diwakili oleh Bax dan Bak (Bcl-2 associated killer), anggota
grup yang ketiga yaitu Bid (a novel BH3 domain-only death agonist) dan Bad (the
membelah, maka menjadi jelas kaspase membelah satu sama lain dalam suatu
jika mereka mengumpul pada konsentrasi kritik. Ini bisa terjadi oleh ikatan
molekul sinyal bunuh diri di permukaan sel. Target kaspase apoptosis melibatkan
pemadatan inti sel, pemadatkan dan pembagian sitoplasma ke dalam selaput ikat
berbagai nukleosom.
3
c. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll)
Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan sel T
yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama diperantarai oleh
untuk TNF yaitu TNFR-1 dan TNFR-2. TNF yang berikatan dengan TNFR-
1 dapat menginisiasi jalur aktivasi kaspase. Fas (Apo-1 atau CD 95) adalah
reseptor untuk sinyal apoptosis ekstrinsik lain pada membran sel, dan
termasuk famili reseptor TNF. FasL (Fas ligan) adalah protein yang
berikatan dengan Fas untuk mengaktifkan jalur Fas. Fas merupakan protein
(trimerisasi).
3
e) Kaspase 8 yang teraktivasi (heterotetramer) dilepaskan dari DISC ke
2) Jalur Mitokondria
permeabel, terdiri atas dua protein selaput bagian dalam (adenine nucleotide
sisi luar dan sisi dalam terjadi kontak. Perubahan gradien proton menyebabkan
dan memilki luas permukaan jauh lebih besar dibanding selaput yang luar,
bengkak pada matriks mengarah rusaknya sisi luar, sehingga sitokrom c dan
Apaf-1 keluar masuk sitoplasma. Jalur ini biasa diaktifkan dalam respon
stimulus letal yang lain seperti pengrusakan DNA, stress oksidatif, dan
3
berbahaya, akan tetapi tersimpan aman dalam mitokondria. Saat keduanya
Pelepasannya diatur oleh famili Bcl-2 yang terikat dengan mitokondria, yaitu
Bax dan Bad. Sitokrom c dalah protein heme yang berperan sebagai pembawa
elektron yang larut dalam air dalam fosforilasi oksidatif mitokondria. Bila
Kaspase memecah protein dan menyebabkan inti sel pecah. Protein yang
merupakan target kaspase biasanya terikat dengan protein lain, yaitu sebuah
gelsolin, yaitu suatu protein yang terlibat dalam pemeliharaan morfologi sel.
Gelsolin yang terpecah akan membelah filamen aktin di dalam sel. Kaspase 3
3
apoptotic body. Selama apoptosis, mitokondria mengalami perubahan yang
disebabkan oleh :
b) Perubahan dalam potensial redoks sel dan turunan Reactive Oxygen Species
(ROS).
apoptosis, dimana keduanya akan menjaga sel dari menjadi sel tumor. Oleh
3, 6, 7).
d. Fagositosis.
Sel yang terfragmentasi menjadi apoptotic body mengeluarkan sinyal “eat me”
yang dikenali oleh fagosit. Ada 2 macam fagosit, yaitu fagosit professional
contohnya sel makrofag dan fagosit semiprofesional, sel tetangga dari sel yang
mengalani apoptosis. Adanya sel-sel fagosit ini dapat menjamin tidak timbulnya
respon inflamasi setelah terjadinya apoptosis. Sel fagosit juga harus dihilangkan
setelah aktif bekerja. Sel imun aktif mulai mengekspresikan Fas beberapa hari
setelah aktivasi, mentargetkannya untuk eliminasi. Beberapa sel yang stress dapat
mengekspresikan Fas dan FasL lalu digunakan untuk bunuh diri. Akan tetapi
3
sebagian besar hanya dapat mengekspresikan Fas, sedangkan FasL diekspresikan
anti-kanker yang genotoksik, dan faktor deprifasi. Fas ligan, salah satu contoh
pada DISC menjadi bentuk enzim yang aktif. Ada 2 jalur aktivasi kaspase 3
melalui kaspase 8 :
kromosom DNA.
melalui mekanisme yang belum diketahui. Hal ini dapat menyebabkan pelepasan
3
Apoptosis yang diinduksi oleh faktor deprifasi dapat dipelajari dengan baik
menggunakan IL-3 dependent myeloid cell lines. Dengan keberadaan IL-3, sinyal
Bcl-2. Bad yang terfosforilasi tertangkap oleh adaptor 14-3-3. Bila IL-3 sudah
tidak ada lagi maka Bad yang tak terfosforilasi dilepaskan dari adaptor 14-3-3,
mengaktifkan kaspase 9.
Ada beberapa cirri yang dapat diamati untuk mengenali sel yang sedang
1) Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut kaspase yang
2) Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai
tahap ini, membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun
kaspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai
degradasi DNA.
3
6) Sel tersebut kemudian di’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung
DNA yang diisolasi dalam gel agarosa. TUNEL juga dapat digunakan untuk
yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang sangat bervariasi.
terlalu sedikit apoptosis juga menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol
(kanker).
3
Apoptosis juga berfungsi dalam berbagai proses metabolisme dan pengaturan tubuh.
Hal tersebut sangat penting bagi keseimbangan jumlah sel dalam tubuh manusia.
Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel yang rusak tidak bisa diperbaiki
lagi atau terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan apoptosis dapat
berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau dari sel yang
merupakan bagian sistem imun. Jika kemampuan sel untuk ber-apoptosis rusak
atau jika inisiasi apotosis dihambat, sel yang rusak dapat terus membelah tanpa
Kondisi stress sebagaimana kerusakan DNA sel yang disebabkan senyawa toksik,
pemaparan sinar ultraviolet, atau radiasi ionisasi (sinar gamma atau sinar X),
kerusakan genom dalam inti sel, adanya enzim PARP-1 memacu terjadinya
apoptosis. Enzim ini memiliki peranan penting dalam menjaga integritas genom,
mengubah proses kematian sel menjadi nekrosis (kematian sel yang tidak
terprogram).
c. Homeostasis
3
seimbang dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu sel membelah
lebih cepat dari sel mati sel atau membelah lebih lambat dari sel mati.
2. Pengendalian apoptosis
Haruslah jelas sel menjaga kontrol kaspases. Dua spesies untuk menginhibisi
apoptosis adalah protein mitokondrial Bcl-2 dan Bcl-xL, yang dapat menghalangi
pelepasan sitokrom c dari mitokondria. Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus
hidrofob dan terikat di sisi luar permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti
dan retikulum endoplasma. Protein ini mampu membentuk kanal ion di liposom.
Sejauh ini 15 anggota keluarga Bcl (ced-9 yang dihubungkan dengan C. elegans)
telah ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga mengikat Apaf-1 dan menghalangi
pengaktifan inisiasi kaspase 9. Bcl-2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2,
Kelebihan ekpresi Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel menjadi suatu sel tumor.
Anggota lain yaitu Bax dan Bad mengikat mitokondria dan memfasilitasi apoptosis
apoptotis lainnya.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronis pada jarinagn sinovium sendi
yang berhubungan dengan morbiditas jangka panjang dan mortalitas dini, walaupun
3
osteoarthritis (OA) bila dibandingkan dengan RA, maka pada sinovial RA akan
didapat jumlah fibroblast yang lebih banyak daripada OA. Lapisan intima sinovium
normal terdiri dari 1 sampai 3 lapisan tanpa membran dasar dan mengandung terutaa
lapisan tersebut terkandung akumulasi sel T, sel plasma, makrofag, dan sel lainnya.
Makrofag terutama terdapat dalam lapisan intima yang diperkirakan berasal dari
sebagai respon dari faktor kemotaktik. FLS yang terdapat khusus pada sinovium
berasal dari fibroblast. FLS yang dikultur seperti halnya FLS in situ,
karakteristik sel yang dapat tumbuh secara abnormal. Proto-onkogen adalah protein
penyandi yang terlibat pada pertumbuhan dan diferensiasi sel. Keluarga C-myc
dan merupakan sinyal yang pentinag untuk memulai proliferasi sel. Induksi C-myc
yaitu pada transisi dari fase G0 ke G1 siklus sel. Pada AR, 30% jaringan sinovial
Salah satu mekanisme penyakit pada SLE adalah terdapatnya gangguan pada
Hipotesis ini didukung penelitian pada model murine lupus, yaitu terdapatnya
proliferasi limfoid dan perkembangan penyakit seperti lupus yang berat dengan
imunoglomerulonefritis.
3
Peningkatan jumlah apoptosis pada SLE secara teori akan dapat meningkatkan
kebocoran antigen ekstraselular yang dapat mnjadi pemicu respon autoimun atau
berpartisipasi untuk formasi kompleks imun. Pada keadaan normal sel yang
mengalamai apoptosis akan difagositosis oleh makrofag pada fase awal dari
kematian sel, tanpa menyebabkan respon inflamasi atau respon imun. Namun pada
studi terbaru menunjukkan, bahwa pembersihan sel yang mengalami apoptosis pada
SLE oleh makrofag terganggu. Hal ini tidak hanya terjadi pada monosit dan
makrofag yang terdapat pada darah perifer, tetapi juga pada germinal centers lymph
nodes.
Alasan mengapa terjadi gangguan pembersihan pada sel yag mengalami apoptosis
pada SLE masih belum jelas. Hal tersebut dapat saja terjadi karena efek kuantitatif
ataupun kualitatif dari protein komplemen seperti C1q, C2, atau C4. Reseptor C1q
pada permukaan sel memiliki mekanisme yang penting untuk pembersihan sel yang
kelainan autoantibody dan lupus like syndrome akibat dari ketidakmampuan untuk
membersihkan sel yang mengalami apoptosis secara efektif, yang akhirnya akan
meningkatkan paparan antigen pada system imun. Anti C1q antibody bisa ditemukan
dalam jumlah yang banyak pada pasien SLE terutama mereka dengan penyakit
ginjal. Hal ini dapat berakibat defisiensi fungsional dalam protein reseptor. Pada
pasien SLE, anti C1q antibody yang abnormal berperan pada mekanisme
kekambuhan penyakit.
Apoptosis juga ditemukan pada osteosit kartilago pada OA. Pada osteoarthritis
3
kondrosit yang diperlihatkan melalui teknik imunohistokimia berhubungan dengan
pada artikular kartilago dan tulang subkondral. Belum dapat dipastikan apakah
Apoptosis merupakan cara untuk memastikan jika sel yang abnormal dihancurkan
untuk menjaga kesehatan tubuh. Namun pada kanker mekanisme apoptosis ini tidak
dapat bekerja. Mutasi umum yang menyebabkan sel kanker kebal terhadap apoptosis
adalah mutasi yang terjadi pada gen p53. Sel kanker bersifat immortal, yang berarti
mereka dapat menghindari apoptosis. Suatu struktur yang dikenal sebagai telomer
berlokasi di ujung kromosom. Pada sel normal telomer menjadi lebih pendek setelah
siklus pembelahan sel. Karena telomer menjadi lebih pendek, maka ia tidak mampu
melindungi ujung kromosom, dan hasilnya fragmen kromosom dan sel mati. Sel
F. Pengertian Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan selakut atau
trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terlalu berat dan
3
berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian sel
di mana sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel
yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang
melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu
mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara
Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme
kematian sel yang sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup tertentu
maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya
sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.
G. Macam-macam Nekrosis
1. Nekrosis koagulatif
Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang disebabkan oleh
hambatan kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik hidrolitik juga dihambat
struktur jaringan yang mati masih dipertahankan, terutama pada tahap awal (Sarjadi,
2003).
Terjadi pada nekrosis iskemik akibat putusnya perbekalan darah. Daerah yang
terkena menjadi padat, pucat dikelilingi oleh daerah yang hemoragik. Mikroskopik
tampak inti-inti yang piknotik. Sesudah beberapa hari sisa-sisa inti menghilang,
sitoplasma tampak berbutir, berwarna merah tua. Sampai beberapa minggu rangka
3
Contoh utama pada nekrosis koagulatif adalah infark ginjal dengan keadaan sel
yang tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap sampai beberapa minggu
kerja enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel mati, seperti pada infark otak, atau akibat
kerja lisosom dari sel radang seperti pada abses (Sarjadi, 2003).
teraba lunak kenyal seperti keju, maka dari itu disebut nekrosis perkejuan. Infeksi
bakteri tuberkulosis dapat menimbulkan nekrosis jenis ini (Sarjadi, 2003). Gambaran
jaringan nekrotik tersusun atas debris granular amorf, tanpa struktur terlingkupi
4. Nekrosis lemak
Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau jaringan yang banyak mengandung
disebabkan oleh kerja lypolitic dan proteolytic pancreatic enzymes yang dilepas
3
oleh sel pankreas yang rusak (Sarjadi, 2003).Aktivasi enzim pankreatik
yang menghasilkan area putih seperti kapur (mikroskopik) (Kumar; Cotran &
Robbins, 2007).
5. Nekrosis fibrinoid
Nekrosis ini terbatas pada pembuluh darah yang kecil, arteriol, dan glomeruli akibat
penyakit autoimun atau hipertensi maligna. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan
nekrosis dinding pembuluh darah sehingga plasma masuk ke dalam lapisan media.
H. Penyebab Nekrosis
1. Iskemia
Terjadi akibat anoksia (hambatan total pasokan oksigen) atau hipoksia seluler
(kekurangan oksigen pada sel). Dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti berikut
e. Oksigenasi darah yang buruk, sebagai akibat penyakit paru, obstruksi saluran
3
2. Agen biologik
trombosis.Toksin biasanya berasal dari bakteri yang virulensinya tinggi baik endogen
maupun eksogen.Virus dan parasit juga dapat mengeluarkan beberapa enzim dan
toksin yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi jaringan dan
3. Agen kimia
Natrium dan glukosa merupakan zat kimia yang berada dalam tubuh.Namun ketika
osmotik sel. Beberapa zat tertentu dapat pula menimbulkan nekrosis ketika
Respon jaringan terhadap zat kimia berbeda.Misalnya, sel epitel pada tubulus ginjal
dan sel beta pada pulau Langerhans mudah rusak oleh alloxan.Gas yang digunakan
pada perang seperti mustard dapat merusak jaringan paru, gas kloroform dapat
4. Agen fisik
Trauma, suhu yang ekstrim (panas maupun dingin), tenaga listrik, cahaya matahari,
(Pringgoutomo, 2002).
5. Hipersensitivitas
dapat timbul secara genetik maupun didapat (acquired) dan menimbulkan reaksi
3
hipersensitivitas terhadap obat sulfat ketika mengonsumsi obat sulfat dapat timbul
I. Mekanisme Nekrosis
Seperti yang dijelaskan sejak awal, nekrosis merupakan kematian sel akibat cedera
(jejas) yang bersifat irreversible. Ketika sel mengalami gangguan, makan sel akan
berusaha beradaptasi dengan jalan hipertrofi, hiperplasia, atrofi, dan metaplasia supaya
dapat mengembalikan keseimbangan tubuh. Namun, ketika sel tidak mampu untuk
beradaptasi sel tersebut akan mengalami jejas atau cedera. Jejas tersebut dapat kembali
dalam keadaan normal, apabila penyebab jejas hilang (reversible). Tetapi ketika jejas
bersifat irreversible (tidak bisa kembali normal) dan selanjutnya akan terjadi kematian
Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar; Cotran &
Robbins, 2007):
1. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti mempertahankan
osmolaritas seluler, proses transport, sintesis protein, dan jalur metabolik dasar.
2. Deprivasi oksigen
3
ekstrasel diikuti pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium sitosol
Membran plasma dpat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus, komponen
membran dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau aktivasi
6. Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan produk pemecahan lipid
Apoptosis dan nekrosis sama-sama merupakan jenis kematian sel. Namun ada
1. Apoptosis adalah kematian sel per sel (sel tunggal), sedangakan nekrosis melibatkan
sekelompok se (jaringan).
keluar tanpa disertai hilangnya integritas membrane. Pada sel yang mengalami
3
3. Sel yang mengalami apoptosis akan menciut, dan akan terbentuk badan apoptosis.
Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan membengkak dan kemudian akan
lisis.
5. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat
bertambah kompak dan membentuk masa padat yang uniform. Sedangkan sel yang
3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apoptosis merupakan mekanisme kematian sel terprogram yang sangat penting bagi
apoptosis dapat menjadi awal dari kanker ataupun tumor. Kegagalan pembentukan
organ juga merupakan salah satu dampak kegagalan apoptosis saat organogenesis dalam
kandungan.
Berbeda dengan apoptosis, nekrosis menyebabkan respon inflamasi dan dapat menyebar
ke sel tetangga. Dan dalam perawatan luka, jaringan yang mengalami nekrosis perlu
B. Saran
pengetahuan agar pengetahuan mengenai mekanisme dan peran dari apoptosis dan
apoptosis dapat sepenuhnya dipahami maka program terapi dari suatu penyakit dapat
meningkat kualitasnya.
3
Bagi pemerintah hendaknya memberikan perhatian lebih kepada institusi atau pihak
yang terlibat dalam pengembangan suatu ilmu pengetahuan. Dapat dengan memfasilitasi
atau dengan dukungan lain. Dengan begitu akan mudah bagi ilmu untuk berkembang.
3
DAFTAR PUSTAKA
Alpers, Charles. Dkk.2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi ke 9. Diterjemahkan oleh : I
Hamdani, Chairil. Dkk . 2012. Patologi Molekuler. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Sudoyo, Aru. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing
Sudoyo, Aru. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing
3
LAMPIRAN
NORMAL CELL
(Homeostasis)
Stress, increased demand injurious stimulus
Inability to adapt
ADAPTATION CELL INJURY
Point of irreversibility
NECROSIS APOPTOSIS
Gambar I
3
Tabel 1. Perbedaan Apoptosis dan Nekrosis
Keutuhan Sel
Tetap Terintegrasi Lisis
Membran