Pengertian
Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu kondisi yang terjadi
ketika jantung tidak dapat berespons secara adekuat terhadap stres untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh. Pada kondisi ini jantung gagal untuk melakukan tugasnya
sebagai pompa dan akibatnya gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan
patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
mempertahankan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peningkatan tekanan pengisian ventrikel. Gagal
jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolism
jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan pengisian ke dalam jantung masih
cukup tinggi (Aspiani, 2014).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana
cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), yang mengakibatkan
jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ. Gagal jantung
kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga
jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada jika disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan jika terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan (Sudoyo, 2009)
2. Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif
atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia
dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
3. Manifestasi Klinis
a. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel
kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :
- Dispnu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu
pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND).
- Batuk
- Mudah lelah terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
- Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress
akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik.
b. Gagal jantung kanan:
- Kongestif jaringan perifer dan viseral.
- Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, asites
penambahan berat badan.
- Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
- Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
- Nokturia
- Kelemahan.
4. Patofisiologi
a. Proses perjalanan penyakit
peningkatan volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh
dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak
pemompaan.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang untuk menegakkan diagnosa gagal jantung antara lain:
a. EKG (elektrokardiogram)
Untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung. EKG :Hipertrofi
atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin
terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten
6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
b. Echokardiogram
Menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung,
serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
c. Foto rontgen dada
Untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan di paru-
paru atau penyakit paru lainnya.
d. Tes darah BNP
Untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide) yang pada
gagal jantung akan meningkat.
e. Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
f. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
g. Kateterisasi jantung
Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan
ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
6. Pathway
Malformasi Hipertensi Abnormalitas Penyakit arteri
penurunan
kontraktilita
s
Gagal jantung
a. Pengkajian Primer
Airway
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen.
Breathing
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
Circulation
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit,
kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas
b. Pengkajian Sekunder
- Aktifitas/istirahat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
- Integritas ego
- Eliminasi
- Hygiene
- Neurosensori
- Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
- Interaksi social
c. Diagnosa Keperawatan
hepatomegali, splenomegali.
d. Perencanaan Keperawatan
Di
Acid Base
Managemen
a. Monitro IV line
b. Monitor AGD,
tingkat elektrolit
c. Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
d. Monitor adanya
tanda tanda gagal
nafas
e. Monitor pola
respirasi
f. Lakukan terapi
oksigen
g. Monitor status
neurologi
Fluid Monitoring
a. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminaSi
b. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
c. Monitor serum dan
elektrolit urine
d. Monitor serum dan
osmilalitas urine
e. Monitor BP, HR,
dan RR
f. Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan irama
jantung
g. Monitor parameter
hemodinamik infasif
h. Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
i. Monitor tanda dan
gejala dari odema