Anda di halaman 1dari 56

MODUL

PENDIDIKAN KELUARGA PADA


1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
(HPK)
PELATIHAN CALON PELATIH (PCP)
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
MODUL
PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA
KEHIDUPAN (HPK)

PELATIHAN CALON PELATIH


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
Modul ini merupakan acuan dalam pelaksanaan
Pelatihan Calon Pelatih (PCP)
Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga.

Narasumber, fasilitator, dan penyelenggara


dapat mengembangkan sesuai dengan
kebutuhan di lapangan tanpa
mengurangi esensinya.

ii
SILABUS
MATERI PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
PELATIHAN CALON PELATIH PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

No Materi Tujuan Indikator Metode Alat/Bahan/Sumber Waktu


1. Pendidikan 1. Memahami Program 1) Menjelaskan Program a. Ceramah a. Handout Pendidikan Keluarga 2 JP
Keluarga pada Direktorat Pembinaan Direktorat Pembinaan b. Tanya jawab pada 1000 HPK
1000 Hari Pendidikan Keluarga Pendidikan Keluarga tentang c. Diskusi b. Satu set buku pengasuhan 1.000
tentang 1000 HPK secara 1000 HPK d. World café HPK
Pertama
benar c. Modul kelas orang tua tentang
Kehidupan pengasuhan 1000 HPK
(HPK) 2. Memahami program d. Flipchart untuk kelas orang tua
1) Menjelaskan peran pemerintah
pengasuhan 1000 HPK di daerah, PKK, dan Satuan e. Kartu fakta/mitos (kehamilan
tingkat desa PAUD dalam program 1000 dan anak usia 0-12 bulan)
HPK f. Kartu anjuran/hindari

1
2) Menjelaskan Sumber (kehamilan dan anak usia 0-12
Pendanaan untuk mendukung bulan)
program 1000 HPK g. Kartu perkembangan anak usia
3) Menjelaskan materi 0-12 bulan
pengasuhan bagi ibu hamil. h. Video tentang Pengasuhan 1000
4) Menjelaskan materi HPK
pengasuhan bagi ibu dengan i. ATK: kertas plano/karton,
anak usia 0 – 12 bulan spidol, kertas tempel, doubletip
5) Menjelaskan materi j. TIK: proyektor LCD, laptop
pengasuhan bagi ibu dengan untuk presentasi, layar
anak usia 13 – 24 bulan

1
MODUL
PENDIDIKAN KELUARGA
PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

A. PENDAHULUAN

Stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi oleh kondisi ibu atau calon
ibu, masa janin, dan masa bayi atau balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita.
Seperti masalah gizi lainnya, stunting tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan, tetapi juga
dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung memengaruhi kesehatan. Oleh
karena itu, upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan
secara langsung (intervensi gizi spesifik) serta gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi
sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, tetapi hanya
berkontribusi 30%, sedangkan 70%-nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang
melibatkan berbagai sector, seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi,
penanggulangan kemiskinan, dan pendidikan orang tua.

Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), yaitu ibu hamil, ibu dengan anak usia 0—12 bulan, dan ibu dengan
anak usia 13—24 bulan karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan
pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi 280 hari selama kehamilan dan 720 hari
pertama setelah bayi dilahirkan. Masa tersebut telah dibuktikan secara ilmiah merupakan
periode yang menentukan kualitas kehidupan.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik,
dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sementara itu, dalam jangka panjang akibat buruk
yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif, prestasi belajar, kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung, kanker, strok, dan disabilitas pada usia tua, serta menurunnya kualitas kerja
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

B. TUJUAN
Tujuan
Tujuan dari
dari materi
materiini
iniadalah
adalah agar peserta mampu:
1. memahami Program Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga tentang 1000 HPK
secara benar; dan

2
2. memahami program pengasuhan 1000 HPK di tingkat desa.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan dari materi ini adalah adanya pemahaman peserta tentang:
1. program Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga tentang 1000 HPK;
2. peran pemerintah daerah, PKK, dan Satuan PAUD dalam program 1000 HPK;
3. sumber pendanaan untuk mendukung program 1000 HPK;
4. pengasuhan bagi ibu hamil;
5. pengasuhan bagi ibu dengan anak usia 0–12 bulan; dan
6. pengasuhan bagi ibu dengan anak usia 13–24 bulan.

D. MANFAAT
Manfaat dari materi ini adalah peserta memiliki pengetahuan mengenai:
1. edukasi kepada orang tua tentang pentingnya pendidikan keluarga pada 1000 HPK; dan
2. Sinergisitas antara elemen di desa dalam mencegah stunting.

E. DAMPAK
Dampak yang diharapkan dari materi ini adalah:
1. meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak; dan
2. terlaksananya pendidikan keluarga pada 1000 HPK di desa.

F. PEMBELAJARAN

Pertanyaan Kunci

Beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab dari sesi ini antara lain:
1. Apa yang diketahui tentang program 1000 HPK?
2. Bagaimana peran pemerintah daerah, aparat desa, PKK, dan Satuan PAUD dalam
program 1000 HPK?
3. Dari mana sumber pendanaan untuk mendukung program 1000 HPK di tingkat desa?
4. Apa yang perlu diketahui dan dilakukan orang tua dalam 1000 HPK?

Petunjuk Umum

Fasilitator berperan memfasilitasi proses pembelajaran peserta agar pelaksanaan sesi ini
dapat berjalan dengan baik. Berikut beberapa petunjuk umum.
2

3
1. Fasilitator berperan aktif untuk menciptakan suasana belajar yang aktif partisipatif.
2. Fasilitator bekerja sama dengan co-fasilitator dalam proses belajar peserta.
3. Fasilitator mempelajari bahan tentang Pendidikan Keluarga pada 1000 HPK.
4. Fasilitator wajib membaca buku atau sumber lain yang relevan mengenai materi
pendidikan keluarga pada 1000 HPK.
5. Fasilitator menyiapkan bahan presentasi tentang pendidikan keluarga pada 1000 HPK.
6. Fasilitator mengatur peserta duduk dalam kelompok-kelompok, disarankan
menggunakan format melingkar.
7. Fasilitator memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang kelas orang tua.
8. Fasilitator memberikan paparan tentang kelas orang tua.
9. Fasilitator membuka sesi tanya jawab.
10. Fasilitator memberikan refleksi dan penguatan di akhir sesi.

Sumber, Bahan, dan Alat

1. Handout Pendidikan Keluarga pada 1000 HPK


2. Satu set buku pengasuhan 1.000 HPK
3. Modul kelas orang tua tentang pengasuhan 1000 HPK
4. Flipchart untuk kelas orang tua
5. Kartu fakta/mitos (kehamilan dan anak usia 0--12 bulan)
6. Kartu anjuran/hindari (kehamilan dan anak usia 0--12 bulan)
7. Kartu perkembangan anak usia 0--12 bulan
8. Video tentang Pengasuhan 1000 HPK
9. ATK: kertas plano/karton, spidol, kertas tempel, double tip

Metode

Metode yang digunakan pada sesi ini adalah:


1.
e. ceramah;
2.
f. tanya jawab;
3.
g. diskusi;
4.
h. world café.

4
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi&&
Komunikasi (TIK)
Komunikasi (TIK)

Penggunaan TIK untuk mendukung sesi ini antara lain:


1. proyektor LCD;
PC dan
2. laptop atau PC;
3. layar proyektor LCD.

Ringkasan Sesi

Kegiatan
Pengantar Refleksi Penguatan
Inti
5 menit 3 Menit 2 Menit
110 menit

Langkah-Langkah Kegiatan

No. Kegiatan Waktu

PENGANTAR 5 menit
1. Fasilitator mengucapkan salam dan melakukan penyegaran (energizer); 3 menit
2. Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan hasil yang
2 menit
diharapkan dari kegiatan sesi ini.
110
KEGIATAN INTI
menit
Kegiatan 1: Fasilitator Menggali Pemahaman Peserta 10 menit
tentang pengasuhan pada 1000 HPK
1 Fasilitator menggali pemahaman peserta tentang pengasuhan pada 3 menit
1.000 HPK dengan cara memberikan beberapa pertanyaan berikut.
a. Apa yang diketahui tentang program 1000 HPK?
b. Bagaimana peran pemda, aparat desa, PKK, dan satuan PAUD dalam
program 1000 HPK?
c. Dari mana sumber pendanaan untuk mendukung program 1000 HPK
di tingkat desa?
d. Apa yang perlu diketahui dan dilakukan orang tua dalam 1000 HPK?

5
No. Kegiatan Waktu
2. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan jawaban (minimal tiga) 2 menit
di kertas tempel dan kemudian menempelkannya di media yang telah
disediakan.
3. Fasilitator mengecek jawaban peserta 2 menit
4. Fasilitator mengapresiasi dan menyimpulkan jawaban peserta secara 3 menit
sekilas
Kegiatan 1: Pembagian Kelompok 5 menit
1. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga kelompok besar (jumlah 3 menit
anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah peserta).
2. Fasilitator meminta peserta untuk duduk di kelompoknya masing-masing. 1 menit
3. Fasilitator menjelaskan tugas tiap-tiap kelompok. 1 menit
Ø Kelompok 1: membahas tentang pengasuhan semasa kehamilan.
Ø Kelompok 2: membahas tentang pengasuhan anak usia 0--12 bulan.
Ø Kelompok 3: membahas tentang pengasuhan anak usia 13--24 bulan.
* (Masing-masing kelompok difasilitasi oleh seorang fasilitator.)
35
Kegiatan 2: Diskusi Kelompok
menit
1. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) membagi kelompok besarnya menjadi 3 menit
tiga kelompok kecil.
2. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) memastikan semua peserta duduk di 2 menit
masing-masing kelompok kecilnya.
3. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) menjelaskan tugas masing-masing 3 menit
kelompok kecil.
a. Kelompok Pengasuhan Selama Kehamilan
Kelompok 1: membuat infografis yang berisi tentang tahap
perkembangan janin 0--6 bulan, gizi, dan stimulasi yang
harus dilakukan di kertas plano.
Kelompok 2: menyusun kartu “mitos/fakta” dan “hindari/anjuran”
dan menempelkannya di kertas plano, serta mengubah
lirik lagu tentang peran ayah selama ibu mengandung di
kertas plano.
Kelompok 3: membuat infografis yang berisi tentang tahap
perkembangan janin usia 7--9 bulan dan stimulasinya,
persiapan melahirkan, persiapan menyusui, dan inisiasi
menyusui dini di kertas plano.
b. Kelompok Pengasuhan Anak Usia 0--12 Bulan
Kelompok 1: mengurutkan 1 set gambar perkembangan anak usia 0--
5

6
No. Kegiatan Waktu

12 bulan serta menempelkannya di kertas plano,


menuliskan gangguan yang biasa dihadapi anak dan
stimulasi yang dilakukan pada setiap tahap
perkembangannya di kertas plano.
Kelompok 2: menyusun kartu “mitos/fakta” dan “anjuran/hindari”,
serta menuliskan gizi yang diperlukan pada setiap tahap
perkembangan anak usia 0--12 bulan di kertas plano.
Kelompok 3: menuliskan perkembangan/kemampuan (berpikir,
berbicara, dan sosial emosional) yang sudah dimiliki anak
usia 0--12, stimulasi yang dilakukan, kendala/kesulitan
yang biasa dihadapi, dan solusi yang dilakukan sesuai
dengan tabel berikut.
Kemampuan Stimulasi Kendala Solusi
Bayi

c. Kelompok Pengasuhan Anak Usia 13--24 Bulan


Kelompok 1: menuliskan perkembangan fisik dan berpikir anak usia
13--24 bulan, gizi dan stimulasi yang diberikan, kendala
yang dihadapi, dan solusi yang dilakukan sesuai dengan
tabel berikut*.
Kelompok 2: menuliskan perkembangan berkomunikasi/berbicara
anak usia 13--24 bulan, stimulasi yang dilakukan, kendala
yang dihadapi, dan solusi yang dilakukan sesuai dengan
tabel berikut*.
Kelompok 3: menuliskan perkembangan sosial emosional anak usia
13--24 bulan, stimulasi yang dilakukan, kendala yang
dihadapi, dan solusi yang dilakukan sesuai dengan tabel
berikut*.
*tabel isian untuk setiap kelompok
Perkembangan Gizi dan Kendala Solusi
Anak Stimulasi

7
No. Kegiatan Waktu

4. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) membagikan bahan-bahan/alat peraga 2 menit


untuk berdiskusi kelompok.
a. Kelompok Pengasuhan Selama Kehamilan:
Kelompok 1: kertas plano dan spidol
Kelompok 2: 1 set kartu mitos/fakta, 1 set kartu anjuran/hindari,
kertas plano dan spidol
Kelompok 3: kertas plano dan spidol

b. Kelompok Pengasuhan Anak Usia 0--12 Bulan:


Kelompok 1: 1 set gambar perkembangan bayi 0--12 bulan, kertas
plano, dan spidol
Kelompok 2: 1 set kartu “fakta/mitos”, 1 set kartu “anjuran/hindari”,
dan kertas plano
Kelompok 3: kertas plano dan spidol

c. Kelompok Pengasuhan Anak Usia 13--24 Bulan:


Kelompok 1: kertas plano dan spidol
Kelompok 2: kertas plano dan spidol
Kelompok 3: kertas plano dan spidol
5. Fasilitator mempersilakan peserta untuk berdiskusi sesuai dengan tugas 25 menit
di masing-masing kelompok kecil selama 25 menit.
15
Kegiatan 3: Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok
menit
1. Fasilitator meminta semua peserta memajang hasil diskusi kelompok di 3 menit
media yang telah disediakan.
2. Fasilitator menjelaskan cara presentasi dengan berkeliling dan jika ada 5 menit
tanggapan atas hasil diskusi kelompok lain agar dituliskan di kertas
tempel dan ditempel pada kertas plano.
3. Peserta berkeliling ke kelompok-kelompok lain. 7 menit
40
Kegiatan 4: Pemaparan Materi 45 menit
menit
1. Fasilitator menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan paparan tentang
pendidikan keluarga pada 1000 HPK serta membuka sesi tanya jawab.
REFLEKSI 3 menit
1. tentang
a. Fasilitator memberikan pertanyaan tentang:
1) pemahaman peserta mengenai pendidikan keluarga pada 1000
HPK.
7

8
No. Kegiatan Waktu
2) apakah pendidikan keluarga pada 1000 HPK dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari?
b. Fasilitator meminta peserta menuliskan rencana aksi terkait
pendidikan keluarga pada 1000 HPK dalam buku tindak lanjut.
PENGUATAN 2 menit
1. Fasilitator memberikan penguatan materi pendidikan keluarga pada 1000 1 menit
HPK berdasarkan hasil refleksi.
2. Fasilitator mendorong peserta untuk membaca bahan-bahan bacaan lainnya 1 menit
tentang pendidikan keluarga pada 1000 HPK

9
RINGKASAN MATERI
PENGASUHAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)

A. PENDAHULUAN

Dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), otak anak berkembang dengan sangat pesat.
Meskipun otak manusia akan terus berkembang dan dapat mengalami perubahan sepanjang
hidup, inilah masa perkembangan paling cepat dan tidak ada tandingannya. Apa yang terjadi
pada diri anak pada masa sensitif ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada tahapan selanjutnya, bahkan berdampak hingga masa dewasa.

Semua orang tua tentu ingin anaknya bertumbuh dan berkembang dengan baik. Namun,
kenyataannya kondisi stunting (gagal tumbuh dan berkembang) masih banyak ditemui. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan bahwa 30,8% anak Indonesia mengalami stunting.
Meskipun sudah terjadi penurunan persentase dari sebelumnya yang mencapai 37,2% pada
tahun 2013, angka ini masih di atas batasan yang diberikan oleh World Health Organization
(WHO), yaitu 20%. Jadi, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Oleh karena itu, upaya
untuk mencegah stunting perlu terus dilakukan.

Keluarga sebagai lingkup pertama dan utama bagi anak memiliki peranan yang sangat besar
dalam pencegahan dan penurunan angka stunting, tidak bisa hanya bergantung pada praktisi
dan tenaga profesional di bidang kesehatan. Oleh karena itu, pendidikan keluarga tentang
pemenuhan gizi dan pemberian stimulasi yang baik pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak
menjadi kunci. Modul ini diharapkan dapat membantu para orang tua dan pengasuh dalam
keluarga untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

B. ISI MATERI
1. Tentang 1000 HPK
a. Apa itu 1000 HPK?
1000 HPK dimulai ketika janin masih berada dalam kandungan dan berlanjut hingga
anak berusia dua tahun.

270 HARI 730 HARI


Dalam kandungan Usia 0-2 th
tahun
9

10
b. Apa yang Paling Diperlukan Anak pada 1000 HPK?
Gizi dan stimulasi merupakan dua hal yang diperlukan agar anak bertumbuh kembang
optimal.
v Gizi adalah zat-zat yang dibutuhkan anak agar sistem tubuhnya dapat berfungsi
secara baik, dapat bertumbuh, dan terpelihara kesehatannya.
v Stimulasi adalah pemberian rangsangan untuk mendorong anak agar dapat
mencapai tahapan perkembangan sesuai usianya.
Jika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan stimulasi yang baik dalam
waktu yang lama, anak berisiko mengalami stunting atau gagal tumbuh dan
berkembang.

2. Tentang Stunting
a. Apa Ciri Stunting?
Menurut WHO, stunting adalah kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami anak karena kurang nutrisi, terkena infeksi yang berulang, dan kurang
mendapat stimulasi psikososial. Ciri anak yang mengalami stunting adalah tinggi
badannya lebih pendek 2 standar deviasi jika dibandingkan dengan anak seusianya,
berdasarkan grafik pertumbuhan dari WHO. Studi dengan teknologi terkini
menunjukkan bahwa tinggi badan dan perkembangan otak sangat berkaitan.
b. Apa Penyebab Stunting?
Dalam kerangka konseptual yang dikeluarkan oleh WHO tentang Stunted Growth and
Development, penyebab mengapa anak bisa sampai kekurangan gizi kronis sehingga
gagal tumbuh dan berkembang bisa bersifat multifaktor. Perhatikan tabel berikut ini.

FAKTOR IBU

§ Ibu kurang gizi dari masa sebelum hamil, kehamilan, menyusui.


§ Postur tubuh ibu secara bawaan pendek.
§ Ibu memiliki masalah kesehatan seperti infeksi dan hipertensi.
§ Ibu hamil di usia remaja.
§ Ibu memiliki masalah kesehatan mental.
FAKTOR § Ibu melahirkan premature.
RUMAH DAN § Jarak lahir antaranak singkat.
KELUARGA LINGKUNGAN FISIK RUMAH KURANG BERSIH

§ Kebersihan rumah yang kurang.


§ Sanitasi dan suplai air kurang baik.
STIMULASI DAN PERAWATAN KURANG MEMADAI

§ Pemberian stimulasi dan kegiatan anak yang kurang.

10

11
§ Anak tidak mendapat perawatan kesehatan yang baik, misalnya tidak
diimunisasi.
KUALITAS MAKANAN KURANG BAIK

§ Makanan rendah gizi.


§ Jenis makanan kurang bervariasi dan kurang sumber protein hewani.
§ Makanan pelengkap memiliki kandungan energi yang rendah.
PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN YANG TIDAK TEPAT

§ Pemberian makan tidak cukup sering atau porsi makan kurang.


§ Pemberian makan yang kurang saat anak sakit dan di masa pemulihan.
FAKTOR § Pemberian tekstur makanan lembek terus-menerus.
PEMBERIAN § Proses pemberian makan yang tidak responsif.
MAKAN KEBERSIHAN MAKANAN DAN AIR KURANG TERJAGA

§ Makanan dan minum terkontaminasi.


§ Proses memasak dan penyimpanan makanan yang kurang terjaga
kebersihannya.
§ Praktik hidup bersih yang kurang, misalnya tidak membiasakan cuci
tangan.
PRAKTIK MENYUSUI YANG TIDAK TEPAT
FAKTOR
MENYUSUI § Tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ketika bayi lahir.
§ Tidak melakukan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama.
§ Pemberhentian proses menyusui sebelum usia 2 tahun.
INFEKSI KLINIS

FAKTOR § Infeksi pencernaan atau pernapasan;


INFEKSI § Penurunan nafsu makan karena infeksi;
§ Malaria;
§ Peradangan.

c. Apa Dampak Apabila Anak Mengalami Stunting?


Dampak stunting bukan hanya masalah penampilan fisik anak yang tidak setinggi teman
sebayanya. Studi menunjukkan bahwa stunting bisa berdampak buruk pada berbagai
aspek kehidupan anak, keluarga, bahkan negara.

§ 45% tingkat kematian anak balita adalah karena malanutrisi.


§ Anak lebih mudah terkena infeksi.
KESEHATAN § Lebih rentan meninggal dunia karena penyakit diare, pneumonia,
dan campak.
11

12
§ Pertumbuhan gigi terlambat.
§ Pubertas terlambat.
§ Pada usia dewasa dapat mengalami obesitas (kegemukan) dan
berpeluang menderita penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan
kanker.
PERKEMBANGAN § Keterlambatan perkembangan di berbagai aspek seperti kognitif,
fisik, dan bahasa.
§ Penurunan aktivitas bermain dan ketertarikan untuk eksplorasi
lingkungan.
§ Performa buruk pada tes kognitif termasuk tes atensi, memori, dan
penalaran.
§ Penurunan kapasitas belajar membuat jumlah informasi yang
diterima lebih sedikit, tingkat prestasi akademis lebih rendah, dan
kemungkinan putus sekolah lebih tinggi.
§ Usia 8--10 tahun menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
eye contact.
EKONOMI § Peningkatan biaya kesehatan untuk pengobatan anak sakit dan
penanganan gizi.
§ Tingkat produktivitas kerja lebih rendah yang berakibat pada
penurunan pendapatan pekerja dewasa hingga 20%.
§ Menghambat pertumbuhan ekonomi dan penurunan GDP Indonesia
hingga 11%.
§ Melebarnya kesenjangan dan kemiskinan antargenerasi.
§ Penurunan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktivitas,
dan daya saing bangsa.

3. Tentang Upaya Pencegahan Stunting


Mengetahui dampak negatif stunting yang sedemikian banyak dan luas, tentu perlu
dilakukan upaya yang intensif untuk mengatasi dan mencegah stunting. Upaya ini bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab bersama
semua orang tua, guru, dan praktisi pendidikan yang peduli pada perbaikan generasi
penerus bangsa Indonesia. Upaya ini harus berkelanjutan mulai dari masa kehamilan
hingga anak usia 2 tahun, dan menyeluruh, meliputi pemenuhan gizi, pembentukan
kebiasaan baik untuk hidup bersih dan sehat, serta pemberian stimulasi untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

a. Pemenuhan Gizi Selama Masa Hamil dan Menyusui


Banyak hal yang dapat dilakukan oleh ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak pada
1000 HPK. Dukungan dan keterlibatan ayah, keluarga besar, serta tenaga kesehatan
memiliki peran yang sangat penting untuk
12 keberhasilan upaya ini.

Untuk ibu hamil:


§ Mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat untuk sumber energi ibu dan
janin, dapat ditemukan pada nasi, kentang, singkong, dan umbi-umbian.
13
§ Mengonsumsi makanan yang berprotein tinggi untuk pertumbuhan otak janin, tiga
porsi setiap hari. Makanan sumber protein antara lain daging ayam, daging merah,
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak pada
1000 HPK. Dukungan dan keterlibatan ayah, keluarga besar, serta tenaga kesehatan
memiliki peran yang sangat penting untuk keberhasilan upaya ini.

Untuk ibu hamil:


§ Mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat untuk sumber energi ibu dan
janin, dapat ditemukan pada nasi, kentang, singkong, dan umbi-umbian.
§ Mengonsumsi makanan yang berprotein tinggi untuk pertumbuhan otak janin, tiga
porsi setiap hari. Makanan sumber protein antara lain daging ayam, daging merah,
ikan, tempe dan tahu.
§ Mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat yang penting untuk
pembentukan sistem saraf pusat dan mencegah kelainan bawaan. Makanan yang
kaya asam folat adalah telur, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau.
§ Mengonsumsi makanan yang mengandung iodium untuk memperkecil risiko
keguguran, persalinan prematur, dan kelainan bawaan. Sumber iodium banyak
terdapat pada produk susu seperti keju dan yoghurt, ikan, garam beriodium, dan
telur.
§ Mengonsumsi tablet penambah darah/zat besi minimal 90 tablet, agar tidak
mengalami anemia.
§ Mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk membantu
penyerapan zat besi.
§ Hindari merokok, minuman bersoda dan beralkohol, makanan instan dan
berpengawet.
§ Memeriksakan kehamilan secara teratur minimal empat kali selama masa kehamilan.
§ Melakukan perawatan payudara untuk menjamin keberhasilan pemberian ASI.

Untuk ibu menyusui dengan anak usia 0--6 bulan:


§ Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD adalah proses ketika bayi diberi kesempatan untuk mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir, tanpa ditunda dengan kegiatan menimbang, mengukur, atau
membersihkan bayi (kecuali wajah dan telapak tangan). Idealnya, IMD dilakukan
lebih dari 60 menit. Umumnya pada 30--45 menit pertama, bayi hanya akan diam di
dada ibu, untuk menenangkan dirinya setelah proses kelahiran. Baru kemudian bayi
mulai bergerak mencari dan menemukan payudara ibu, lalu mulai menyusu. Hal
yang penting dalam IMD adalah kontak kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi, yang
memungkinkan terjadinya penyesuaian suhu tubuh sesuai kebutuhan bayi, membuat
pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil, serta membangun kelekatan
emosional. Proses ini juga merangsang hormon oksitosin (sering disebut sebagai
hormon cinta) yang membuat ibu menjadi lebih tenang, lebih kuat menahan nyeri,

13

14
serta membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi pendarahan ibu. Melalui
IMD, bayi bisa mendapat kolostrum, cairan ASI pertama yang kaya akan antibodi
(zat kekebalan tubuh) dan bergizi tinggi.

§ Memberikan ASI Eksklusif selama 6 Bulan


Memberikan ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI selama 6 bulan pertama,
tanpa penambahan apa pun termasuk air putih. Banyak sekali manfaat ASI bagi bayi
dan ibu. Ukuran lambung bayi masih kecil sehingga ASI saja sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi secara lengkap dan sempurna. Makanan lain selain ASI
mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu sapi atau daging
ikan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi sehingga rawan
mengakibatkan alergi. ASI mengandung antibodi dalam jumlah besar yang berasal
dari tubuh ibu sehingga bayi memiliki kekebalan dan terhindar dari penyakit pada
masa awal kehidupannya. Hormon yang terdapat di dalam ASI menciptakan rasa
kantuk dan rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik dan membuat
bayi tertidur setelah menyusu, yang dibutuhkannya untuk bertumbuh. Secara
psikologis, menyusui pun meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi karena posisi
tubuh yang berdekatan dan memicu terbentuknya hormon oksitosin. Bagi ibu,
menyusui juga memiliki dampak kesehatan, yaitu membantu rahim kembali ke
ukuran normal lebih cepat, menurunkan risiko osteoporosis dan kanker,
menurunkan berat badan, dan merupakan metode kontrasepsi yang alami.
Mengingat salah satu faktor ibu yang menjadi penyebab stunting adalah melahirkan
dalam jangka waktu dekat, pemberian ASI ekslusif dapat menjadi upaya pencegahan.
Bagi ibu yang bekerja, pemberian ASI eksklusif tetap dapat dilakukan dengan cara
memerah ASI dan menyimpannya di dalam lemari pendingin, lalu memanaskannya
pada saat ingin diberikan kepada bayi.

Untuk ibu menyusui dengan anak usia 6 bulan–2 tahun:


§ Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk Anak 6 Bulan–2
Tahun.
Pada masa ini, pemberian ASI masih terus dilakukan sesering mungkin, tetapi
ditambah dengan makanan padat. Tanda-tanda anak siap diberi makanan lain selain
ASI adalah anak mampu duduk tanpa bantuan/sandaran, mampu mengontrol
gerakan tangan untuk mengambil dan membawa makanan ke mulut, mampu
mengontrol gerakan lidah untuk menggerakkan makanan di mulut, mampu
mengunyah, serta mampu mengontrol air liur.

6--9 Bulan 9--12 Bulan 12--24 Bulan

14

15
ASI adalah anak mampu duduk tanpa bantuan/sandaran, mampu mengontrol
gerakan tangan untuk mengambil dan membawa makanan ke mulut, mampu
mengontrol gerakan lidah untuk menggerakkan makanan di mulut, mampu
mengunyah, serta mampu mengontrol air liur.

6--9 Bulan 9--12 Bulan 12--24 Bulan

o Utamakan ASI, baru o Utamakan ASI, baru o Utamakan MPASI, baru


MPASI. MPASI.14 ASI.
o Menu MPASI bervariasi, o Menu MPASI bervariasi. o Makanan dapat
terdiri dari karbohidrat, o Tekstur lebih padat disamakan dengan menu
protein hewan, protein seperti bubur saring atau keluarga.
nabati, sedikit lemak dan nasi tim. o Tekstur awalnya dapat
sayuran. o Diberikan 3x sehari dicincang kasar dan naik
o Tekstur lembut atau sekitar bertahap sesuai
lumat. 9--12 sendok makan, kemampuan anak.
o Diberikan 2--3x sehari, ditambah selingan 2x o Berikan 3x sehari,
sekitar sehari berupa biskuit sebanyak 1/3 sampai 1/2
6--9 sendok makan. bayi dan buah. porsi dewasa. Beri
Jumlah porsi dan makanan selingan 2x
frekuensi makan naik sehari (puding, kue, dan
secara bertahap. jus buah).

Makanan yang dianjurkan Makanan yang tidak dianjurkan

o Bubur tepung beras/beras merah yang o Makanan yang terbuat dari tepung
dimasak menggunakan kaldu daging terigu seperti mi atau roti karena
atau sayuran. kandungan protein dan vitaminnya
o Makanan yang mengandung zat besi rendah.
tinggi seperti daging merah tanpa o Menambahkan penyedap rasa pada
lemak, hati sapi/ayam, sayuran hijau makanan bayi terutama pada tahun
(bayam, brokoli), kuning telur, tahu. pertama.
o Sayur-sayuran dan kacang-kacangan o Makanan terlalu berlemak.
(seperti kacang polong, kacang merah, o Makanan pedas atau berbumbu tajam.
wortel, tomat, kentang, labu kuning, o Buah-buahan yang terlalu asam.
kacang hijau) yang direbus kemudian o Buah-buahan dan sayuran yang
dihaluskan menggunakan blender. mengandung gas seperti durian, kol,
o Buah-buahan seperti pepaya, pisang, kembang kol, atau lobak.
apel, melon, dan alpukat. o Susu sapi dan olahannya karena memicu
o Ikan yang diblender, gunakan ikan alergi.
segar dan tidak berduri seperti o Kacang tanah karena memicu alergi.
kembung, patin, kakap, gindara, atau o Kadangkala telur dapat memacu alergi.
salmon. Berikan secara bertahap dan dengan
o Suplemen zat besi porsi kecil. Jika bayi alergi segera
hentikan.

15

16.
16
§ Memberikan Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi adalah upaya untuk membentuk antibodi dalam tubuh bayi sehingga
meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit. Imunisasi aman untuk dilakukan
dan penting untuk mencegah terjadinya wabah penyakit dalam masyarakat.
Imunisasi dasar lengkap terdiri dari:

Jenis Tujuan Waktu Imunisasi


Imunisasi
Imunisasi HB mencegah penyakit hepatitis B 4x: lahir, 1 bulan, 2 bulan, 4
(sakit kuning) bulan

Imunisasi BCG mencegah penyakit TBC 1x: lahir/usia 1 bulan

Imunisasi polio mencegah penyakit polio 4x: lahir/ usia 1 bulan, 2


bulan, 3 bulan, 4 bulan

Imunisasi DPT mencegah penyakit dipteri, batuk 3x: usia 2 bulan, 3 bulan, 4
rejan, dan tetanus bulan

Imunisasi Hib mencegah penyakit radang selaput 3x: usia 2 bulan, 3 bulan, 4
otak (meningitis), pneumonia, bulan
radang saluran pendengaran/
telinga
Imunisasi Mencegah penyakit campak 1x: usia 9 bulan
campak

§ Memberikan Obat Cacing


Cacingan dapat menyebabkan terganggunya penyerapan zat-zat bergizi sehingga
anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pada anak yang cacingan, asupan gizi yang
masuk ke dalam tubuh justru diambil oleh cacing-cacing yang berkembang biak di
dalam organ pencernaan. Akibatnya, anak menjadi kurang gizi. Di samping
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan obat cacing. Untuk usia 1--2 tahun, diberikan 6 bulan sekali dengan
dosis 200 mg. Tunda pemberian obat cacing apabila anak sedang demam atau sakit.

b. Pembentukan Kebiasaan Baik untuk Menjaga Kebersihan


Salah satu faktor penyebab stunting adalah lingkungan rumah yang kurang bersih.
Upaya pembentukan praktik kebiasaan baik untuk menjaga kebersihan dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut.
§ Membiasakan cuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir. Cuci tangan
sebaiknya dilakukan sebelum memberi ASI, sebelum memasak, sebelum dan
16

17
sesudah makan, sesudah bermain, dan sesudah buang air kecil/buang air besar.
Untuk membentuk kebiasaan baik cuci tangan pada anak, dapat dilakukan dengan
cara yang menyenangkan seperti melalui lagu. Contoh lagu yang bisa diperkenalkan
adalah ‘Yuk Cuci Tangan’ dari Kejora (https://www.youtube.com/watch?v=P-
MqEOlQ99Q).
§ Melakukan proses menyiapkan dan menyimpan makanan yang higienis
seperti mencuci bahan makanan dengan air bersih yang mengalir, memasak hingga
matang untuk mematikan bakteri, tidak menyimpan bahan makanan langsung di atas
lantai, menyimpan bahan makanan di suhu yang sesuai agar tidak cepat busuk,
memisahkan bahan makanan yang mentah dan yang sudah matang, serta
memisahkan bahan makanan dari bahan kimia (cairan pembersih, racun serangga).

§ Mengelola sampah dengan cara membuang sampah pada tempatnya, menutup


tempat sampah agar tidak mengundang hama dan serangga, serta mencuci tempat
sampah secara berkala agar tidak menjadi sumber pencemaran.

§ Menjaga kebersihan rumah dan diri seluruh anggota keluarga dengan cara
menyapu dan mengepel rumah setiap hari, melakukan buang air di tempat tertutup,
mencuci bak penampungan air secara berkala, mencuci dan mengganti seprai secara
berkala, mandi dua kali sehari, dan menggunting kuku secara berkala.

c. Praktik Pemberian Makan yang Responsif


Orang tua perlu memperhatikan bukan saja apa yang dimakan anak, melainkan juga
bagaimana proses makan itu berlangsung. Kekurangan gizi dapat disebabkan anak
menolak makan, sebagai dampak dari suasana makan yang tidak menyenangkan dan
tidak responsif. Oleh karena itu, perlu diupayakan praktik pemberian makan yang
responsif (responsive feeding), yaitu proses dua arah di mana orang tua memperhatikan
sinyal dari anak dan merespons secara tepat. Praktik ini merupakan dasar dari pola
perilaku makan yang sehat dan mengembangkan keterampilan regulasi diri pada anak.

anak memberi
sinyal lapar

orang tua orang tua merespon


menghentikan dengan menawarkan
proses makan ASI atau makanan

anak memberi
anak merespon
sinyal tidak mau 17
dan makan
makan lagi

18
Usia Sinyal Saat Lapar Sinyal Saat Kenyang

0–6 Bulan Mengemut tangan, menangis atau Mengatupkan bibir, menolehkan kepala
merengek, membuka mulut, ke arah lain, gerakan mengisap
tersenyum, dan menatap pengasuh. melambat atau berhenti, mengamati hal-
hal lain, tidur.

6–12 Mencoba meraih sendok atau Mengatupkan bibir, menolehkan kepala


Bulan makanan, menunjuk makanan, ke arah lain, terdistraksi hal lain,
terlihat bersemangat ketika makanan menggelengkan kepala saat ditawarkan
dihidangkan. makanan.

12–24 Seperti usia 6–12 bulan, plus Seperti usia 6–12 bulan, plus
Bulan mengekspresikan keinginan terhadap peningkatan kosakata ketika menolak
makanan tertentu dengan suara atau makanan.
kata.

Pemberian Makan yang Responsif Pemberian Makanan yang Tidak


Responsif

§ Menciptakan rutinitas makan bersama § Orang tua menentukan sepenuhnya apa


keluarga, dampingi anak saat makan. yang dimakan, kapan, dan seberapa banyak.
§ Terlibat dalam percakapan dan § Orang tua tidak mengenali sinyal kapan anak
mempertahankan kontak mata saat lapar /kenyang, atau mengabaikan sinyal dari
waktu makan (tidak sibuk main/nonton). anak.
§ Mengomunikasikan kepada anak apa yang § Anak harus menghabiskan apa yang ada di
dimakan dan aturan makan. piring, walau sudah kenyang.
§ Memperhatikan sinyal lapar dan kenyang § Orang tua menyuapi anak dengan paksa dan
dari anak, lalu merespons secara tepat. dengan cepat (masih mengunyah sudah
§ Memberi kesempatan anak untuk disuapi lagi).
mencoba makan sendiri menggunakan § Orang tua membiarkan anak makan sendiri
tangan atau alat makannya. (tidak didampingi).
§ Menawarkan makanan yang bergizi dan § Orang tua dan anak tidak terlibat dalam
sesuai kebutuhan tahap perkembangan percakapan seputar makanan.
anak. § Suasana makan tidak nyaman dan membuat
§ Untuk mengatasi penolakan makanan, frustrasi bagi orang tua dan anak.
menyediakan makanan yang bervariasi § Orang tua tidak menetapkan aturan apa pun
(jenis, rasa, tesktur) dan membuat terkait proses makan.
penyajian yang menarik (contohnya nasi § Orang tua menggunakan makanan sebagai
18

19
dibentuk bintang). hadiah atau alat mengontrol perilaku anak
§ Saat anak sakit atau sedang tidak (contoh: kalau anak mau berhenti nonton,
berselera makan, berikan porsi kecil, akan diberi makan).
tetapi sering. § Orang tua salah memahami sinyal anak dan
§ Menghargai saat anak belum lapar dan berpikir makanan adalah solusi (contoh:
tawarkan lagi pada jam makan anak rewel karena mengantuk, tetapi
berikutnya, tidak menghukum anak kemudian diberi es krim agar tenang).
karena tidak mau makan.

4. Prinsip Perkembangan dan Proses Belajar Anak


National Association for the Education of Young Children (NAEYC) mengemukakan 12
prinsip perkembangan dan belajar anak sebagai landasan bagi siapa pun yang ingin
mengembangkan program untuk anak usia dini.
a. Semua aspek perkembangan penting dan saling berhubungan.
Perkembangan terdiri dari beberapa aspek, yaitu motorik kasar, motorik halus,
personal sosial, bahasa, dan kognitif. Semua aspek tersebut perlu diperhatikan dan
distimulasi. Apa yang terjadi di satu aspek dapat memengaruhi dan dipengaruhi aspek
lainnya. Misalnya, kemampuan anak untuk merangkak dan berjalan membuat anak
dapat mengeksplorasi lingkungannya secara lebih luas dan meningkatkan
pemahamannya tentang dunia.

b. Banyak aspek perkembangan dan proses belajar yang terjadi dalam


urutan/ sekuens. Pengetahuan dan keterampilan yang anak miliki menjadi dasar
tahapan selanjutnya. Misalnya, anak belajar membuat suara vokal dahulu, lalu
kombinasi konsonan-vokal, lalu mengeluarkan bunyi suku kata yang berulang, baru
reproduksi kata-kata tunggal, menggabungkan dua kata menjadi kalimat sederhana,
hingga bisa berbicara dengan kalimat lengkap.

c. Perkembangan dan proses belajar setiap anak memiliki kecepatan dan


polanya masing-masing. Ada anak yang berjalan lancar lebih dahulu baru
berbicara, atau sebaliknya. Temperamen, minat, serta pengalaman yang anak dapatkan
dari keluarga maupun lingkungan sosial budayanya dapat memengaruhi apa yang
dipelajari dan bagaimana anak belajar. Anak berkebutuhan khusus memerlukan usaha
dan sumber daya tambahan untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

d. Perkembangan dan proses belajar merupakan hasil interaksi antara


kematangan biologis (faktor bawaan) dan pengalaman anak (faktor
lingkungan). Misalnya, anak yang terlahir dengan kondisi bawaan sempurna (dalam
arti tidak ada masalah kesehatan atau genetika) bisa jadi tidak mencapai potensi
19

20
dirinya secara penuh karena faktor kurang gizi atau karena tidak mendapat
kesempatan pendidikan akibat kemiskinan.

e. Pengalaman di awal kehidupan anak memiliki dampak besar pada


perkembangan dan proses belajar selanjutnya. Misalnya, bayi yang tangisan
dan ocehannya ditanggapi oleh orang dewasa akan mengembangkan rasa aman dan
keinginan berkomunikasi. Sebaliknya, apabila orang dewasa tidak responsif dan
membiarkan bayi menangis terus-menerus, serta tidak merespons ocehan bayi, bayi
akan kehilangan motivasi untuk menjalin interaksi dengan lingkungan sosialnya dan ke
depannya hal ini bisa menimbulkan masalah psikologis. Penelitian juga menunjukkan
bahwa ada periode sensitif, yaitu anak belajar hal tertentu secara lebih mudah dan
cepat, misalnya 0--1 tahun adalah periode sensitif untuk perkembangan motorik
kasar.

f. Perkembangan bergerak menuju hal yang semakin kompleks. Misalnya,


awalnya anak bermain dengan objek konkret (menggunakan sendok sebagai sendok
untuk menyuapi boneka), baru kemudian bisa bermain pura-pura (menggunakan stik
es krim untuk jadi sendok). Saat baru lahir, bayi bergantung sepenuhnya pada orang
dewasa untuk membuat dirinya tenang, dengan digendong atau dinyanyikan. Semakin
besar, bayi belajar untuk menenangkan dirinya sendiri, misalnya dengan mengisap
jempol, dan anak 2 tahun mulai bisa diajarkan untuk memeluk dirinya sendiri jika
butuh waktu tenang.

g. Anak berkembang paling baik ketika memiliki hubungan yang positif


dengan orang dewasa dan teman sebaya. Membangun kelekatan atau
kedekatan psikologis antara bayi dan orang tua/pengasuh utamanya merupakan hal
yang sangat penting, terutama pada tiga bulan pertama sejak kelahirannya. Kelekatan
yang baik mendukung bayi untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri,
mandiri, berani mencoba hal baru, dan kooperatif. Ia percaya bahwa ada orang yang
dapat diandalkan untuk menjaganya. Sebaliknya, bayi yang kurang memiliki kelekatan
dengan orang tua akan lebih sulit membangun relasi positif dan pertemanan dengan
orang lain. Cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun kelekatan dengan
bayi adalah dengan senantiasa menyentuh, memandang, menggendong, mengajak
bicara dengan nada positif, menyanyikan lagu, dan tersenyum kepadanya. Berilah
dukungan dan apresiasi saat ia mengembangkan keterampilan-keterampilan dirinya,
dengan bertepuk tangan, memeluk, atau memujinya. Saat bersama bayi, bermainlah
dengan penuh perhatian dan jauhkan gawai.

20

21
h. Perkembangan dan pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sosial budaya.
Apa yang anak pelajari dan bagaimana mereka belajar turut ditentukan oleh latar
belakang sosial budaya dari diri anak, seperti agama dan etnis, sekolah, dan
masyarakat. Misalnya, era digital membawa banyak perubahan terhadap cara anak
berkomunikasi dan bagaimana anak mengisi waktu luang sehari-hari.

i. Anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah belajar
dengan melihat, mendengar, atau melakukan langsung. Semakin bervariasi metode
dan semakin banyak indra yang digunakan saat anak belajar sesuatu, pemahamannya
akan semakin baik. Misalnya, anak belajar tentang konsep besar dan kecil dengan cara
melihat gambar, mengelompokkan bola besar (bola tenis) dan bola kecil (bola
pingpong), berjalan mengelilingi lingkaran besar dan kecil yang terbuat dari kapur,
atau melalui lagu yang disertai gerakan.

j. Bermain adalah cara anak mengembangkan berbagai keterampilan


dirinya dengan cara yang menyenangkan. Bagi orang dewasa, bermain itu
sebagai pengisi waktu luang, pereda penat, dan penghilang stres. Bagi anak, bermain
merupakan keinginan, kebutuhan, dan hak. Anak perlu dikenalkan dan diajak untuk
melakukan berbagai jenis permainan, yaitu permainan dengan objek (segala benda
yang bisa diputar, ditarik, ditepuk, digoyang), permainan fisik (berlari, lempar tangkap
bola), permainan pura-pura (bermain peran jadi dokter/penjual), permainan
konstruktif (lego, balok), dan permainan dengan aturan (petak umpet, ular tangga).

k. Tantangan dan kesempatan berlatih dapat meningkatkan perkembangan


dan proses belajar anak. Misalnya, anak yang sedang belajar berjalan akan
meningkat kemampuannya jika sering diajak bermain di tempat terbuka, berlatih jalan
di berbagai tekstur (jalan berbatu, aspal, rumput, pasir) dan permukaan (jalan
menanjak, jalan menurun, jalan bergelombang).

l. Pengalaman anak menentukan motivasi dan sikap anak terhadap proses


belajar itu sendiri. Apabila pada masa-masa awal anak memiliki pengalaman belajar
yang menyenangkan dan merasakan pengalaman berhasil, akan terbentuk pandangan
yang positif terhadap proses belajar. Anak akan menjadi lebih bersemangat, lebih
tekun, dan lebih tidak cepat menyerah saat menemui kesulitan. Orang tua perlu
menekankan pada proses daripada hasil semata, yaitu bahwa kesalahan adalah hal
yang wajar dan merupakan bagian dari pembelajaran.

21

22
5. Aspek Perkembangan Anak
Perkembangan anak meliputi berbagai aspek, yaitu motorik kasar, motorik halus,
personal sosial, bahasa, dan kognitif. Setiap aspek tersebut perlu distimulasi karena
memiliki peran dan dampak yang berbeda-beda bagi diri anak.
a. Motorik Kasar
Aspek motorik kasar berkaitan dengan gerakan tubuh yang melibatkan penggunaan
otot-otot besar. Motorik kasar penting untuk melakukan fungsi sehari-hari seperti
duduk, berjalan, dan berlari, untuk bermain fisik seperti memanjat dan
bergelantungan, untuk mengembangkan keterampilan olahraga seperti menendang,
melempar, mengayuh sepeda, dan berenang. Perkembangan motorik kasar
memengaruhi kemampuan anak untuk mempertahankan postur tubuh yang nantinya
mendukung anak dalam melakukan aktivitas duduk seperti menulis, menggambar, dan
menggunting. Motorik kasar juga berdampak pada kemampuan anak bergerak dengan
seimbang dan luwes, mengurangi kemungkinan terjatuh atau pun menabrak. Anak
yang motorik kasarnya baik tidak akan mudah lelah, aktif, dan menunjukkan kekuatan
saat bergerak.

b. Motorik Halus
Aspek motorik halus berkaitan dengan penggunaan otot-otot kecil di tangan,
mengoordinasikan gerakan mata-tangan untuk melakukan manipulasi objek dan
mengerjakan hal-hal yang menuntut kecekatan dan kelincahan jemari seperti kegiatan
dengan alat tulis, menempel stiker, membuka tutup botol, menggunakan sendok
garpu, membuka kancing baju, mengikat tali sepatu, menyusun puzzle, dan menyikat
gigi. Perkembangan motorik halus menentukan kualitas hasil dan kecepatan dalam
melakukan sesuatu. Tanpa motorik halus yang baik, pilihan kegiatan bermain menjadi
lebih terbatas dan perkembangan kemandirian pun dapat terhambat.

c. Personal Sosial
Aspek personal sosial berkaitan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, memahami situasi yang terjadi, mengekspresikan perasaan dan
keinginan diri, mengenali perasaan orang lain, mengontrol perilaku sesuai aturan dan
norma sosial, serta membangun hubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya.
Perkembangan aspek ini sangat penting karena memberi anak panduan tentang siapa
diri mereka, bagaimana relasi mereka dengan orang lain, dan bagaimana
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Anak yang berkembang baik pada
aspek personal sosialnya akan lebih mudah berteman, lebih cakap dalam menghadapi
konflik, lebih percaya diri, dan lebih mampu mencapai tujuannya.

22

23
d. Bahasa
Aspek perkembangan bahasa terdiri dari dua aspek, yaitu bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif. Bahasa reseptif berkaitan dengan pemahaman anak terhadap kata dan
kalimat, baik yang diucapkan oleh orang lain maupun apa yang dibacanya. Bahasa
ekspresif berkaitan dengan penggunaan bahasa, seberapa banyak kata-kata yang dapat
diucapkan oleh anak dan kemampuan dalam menyusun kata menjadi kalimat sesuai
aturan berbahasa. Bahasa reseptif berkembang lebih dahulu daripada bahasa
ekspresif. Misalnya, bayi berusia 8 bulan mungkin belum bisa mengucap “mama/papa”,
tetapi ketika ada yang bertanya “mana mama/papa?” maka ia dapat menoleh ke orang
yang tepat. Kemampuan bahasa sangat penting untuk mendukung komunikasi dan
interaksi anak dengan orang lain. Kemampuan bahasa yang terhambat seringkali
memunculkan masalah emosi dan perilaku karena anak sulit mengutarakan apa yang
ia inginkan dan butuhkan, serta sulit memahami arahan dan instruksi dari orang lain.

e. Kognitif
Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, bagaimana menerima dan
mengolah informasi yang didapat, mengenali pola dan membuat prediksi, serta
melakukan penalaran dan penyelesaian masalah. Termasuk di dalam perkembangan
kognitif adalah atensi dan memori. Sebelum anak dapat memproses informasi, atensi
dan memorinya pun harus berkembang agar dapat menyaring hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan dan diingat olehnya. Perkembangan kognitif yang baik mendukung
pemahaman anak tentang bagaimana dunia bekerja, membantu dalam mencari solusi
dari masalah sehari-hari yang ditemui, serta meningkatkan peluang keberhasilan anak
di sekolah maupun ketika sudah bekerja nantinya.

6. Pemberian Stimulasi saat Bayi dalam Kandungan


Perkembangan janin sudah terjadi sejak di dalam kandungan, termasuk indra
pendengaran, indra penglihatan, dan indra vestibular (keseimbangan). Oleh karena itu,
stimulasi pun sudah bisa dilakukan untuk mendukung perkembangan bayi. Yuk lakukan
hal-hal berikut ini.
a. Mengajak bayi berbicara. Indra pendengaran bayi mulai berkembang sejak minggu
ke-16 dan sudah berkembang baik pada minggu ke-24. Bayi dapat menolehkan
kepalanya sebagai respons terhadap suara dan bunyi yang familier. Ibu dan ayah perlu
meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan bayi. Sapalah bayi dan berceritalah
tentang apa yang terjadi sehari-hari, gunakan nada yang riang dan tenang. “Hai sayang,
apa kabar? Kata dokter, detak jantungmu kencang dan berat badanmu bertambah. Papa
senang sekali mendengarnya. Semoga kamu selalu sehat-sehat ya.”

23

24
b. Menyanyikan lagu dan memutarkan musik. Bayi dapat merespons lagu dan
musik yang didengarnya dengan membuat gerakan-gerakan. Bila bayi mendengar
musik yang sama secara berkala, musik tersebut dapat menimbulkan efek
menenangkan untuknya setelah lahir. Hindari menggunakan pengeras suara atau
meletakkan headphone di perut, gunakan volume suara yang sedang dan nada lembut.

c. Melakukan permainan cahaya dan permainan ketuk. Di minggu ke-16, indra


penglihatan bayi sudah cukup berkembang untuk mendeteksi cahaya dari luar. Sering-
seringlah berjalan-jalan di bawah sinar matahari pagi untuk mendukung perkembangan
matanya. Mulai minggu ke-22, bayi semakin sensitif terhadap cahaya. Contoh stimulasi
yang bisa dilakukan adalah menyinari perut dengan senter. Ubahlah posisi senter
beberapa kali dan lihat apakah bayi merespons, misalnya menendang ringan di tempat
yang terkena cahaya seolah berkata “halo!” Apaila tidak ada senter, lakukan
permainan ketuk. Tepuklah perut di berbagai spot dan lihat apakah bayi merespons
balik.

d. Aktif bergerak. Sistem vestibular atau keseimbangan adalah sistem yang pertama
terbentuk di dalam kandungan, dan sepenuhnya berkembang pada minggu ke-20.
Sistem ini terstimulasi melalui pergerakan ibu, yang akan menghubungkan sel-sel saraf
dan menunjang perkembangan jalur-jalur di otak bayi. Oleh karena itu, saat hamil ibu
tetap harus bergerak aktif, misalnya dengan berjalan-jalan keliling taman, menari
mengikuti irama musik, berolahraga, dan beraktivitas seperti biasa. Jika ternyata ada
masalah kehamilan yang membuat ibu harus beristirahat dan berbaring, cobalah tetap
bergerak dengan cara mengubah posisi tidur secara berkala.

7. Tahap Perkembangan Anak 0--2 Tahun dan Stimulasinya


Anak perlu mendapat stimulasi yang tepat agar dapat berkembang sesuai tahapan usianya.
Ketika orang tua mewaspadai risiko stunting pada anak, perlu dilakukan upaya stimulasi
yang lebih intensif. Apabila stimulasi intensif terjadi sebelum anak berusia 2 tahun, anak
dapat mengejar ketertinggalan serta kembali ke pertumbuhan dan perkembangan normal
seperti teman sebayanya.

0–3 BULAN TAHAP PERKEMBANGAN STIMULASI

Motorik Kasar § Menendang-nendang kaki dan § Telentangkan bayi, pegang kedua


menggerak-gerakkan tangan. kakinya dan buat gerakan
§ Di posisi tengkurap, belajar mengayuh sepeda.
mengangkap kepala (sudut 30, § Posisikan bayi telentang/
45, sampai 90 derajat). tengkurap, tunjukkan mainan di

24

25
§ Kepala bergerak dari posisi atas kepalanya. Gerakkan mainan
kanan/kiri ke tengah, kemudian ke berbagai arah untuk stimulasi
dari satu sisi ke sisi lain (180 otot lehernya.
derajat). § Letakkan bayi di berbagai posisi
untuk memberi kesempatan
menggerakkan seluruh otot
tubuhnya secara bergantian.
Motorik Halus § Mengikuti cahaya/gerakan benda § Berikan mainan dengan tangkai
dengan pandangan matanya. yang dapat mengeluarkan bunyi
§ Belajar menggapai benda-benda untuk dipegang dan digerak-
di dekatnya, seringkali gagal gerakkan.
meraih. § Gantung mainan di atas tempat
§ Menggenggam dan menggoyang tidur, biarkan bayi berusaha
kerincingan yang diletakkan di menggapai-gapai walau belum
tangannya. berhasil.
§ Elus-elus telapak tangannya, bayi
akan refleks mengenggam jari
orang yang mengelus.
Personal § Bulan pertama ekspresi datar, § Ajak bayi bermain pandang-
Sosial bulan kedua mulai tersenyum, pandangan, sambil tersenyum dan
membuat kontak mata, dan memanggil namanya.
membalas senyuman. § Sering-seringlah mendekap dan
§ Tenang saat disentuh, dipeluk, menggoyangkan bayi dalam
digendong, disusui. pelukan seolah berdansa.
§ Menjadi bosan jika tidak § Beri pijatan lembut setiap habis
mendapat cukup stimulasi. mandi.

Bahasa § Dari awalnya menangis sebagai § Perdengarkan berbagai jenis suara


bentuk komunikasi satu-satunya, untuk mengenal dunia sekitarnya,
hingga mulai membuat suara- seperti suara manusia, suara
suara vokal (oohhh, aahh). hewan, suara kipas angin, dsb.
§ Memberi perhatian dan mencari § Ajak bayi bicara dengan nada
sumber suara. lembut dan menenangkan. Meski
§ Mulai membedakan suara belum paham kata-kata, bayi
percakapan dengan suara lain. dapat menangkap nada suara.
§ Responsif pada tangisan bayi, agar
ia terdorong untuk menjalin
komunikasi.

25

26
Kognitif § Menatap sekeliling, lebih suka § Perlihatkan mainan yang punya
mengamati orang daripada garis tegas dan warna kontras
benda. (hitam-putih-merah).
§ Mengeksplorasi mulut, wajah, § Bimbing tangan bayi untuk
dan bagian tubuh dengan menyentuh bagian-bagian wajah
tangannya sendiri. dan tubuhnya.
§ Mulai menghubungkan seseorang § Gendong bayi dan ajak berkeliling
dengan aktivitas tertenatu rumah untuk melihat dunia
(contoh: ibu-menyusu). sekitarnya.

D. REFERENSI

Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. 2017. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Harbron, J., Booley, S., Najaar B., & Day, C.E. 2013. Responsive feeding: establishing healthy
eating behaviour early on in life. Paediatric Food-Based Dietary Guidelines for South
Africa.

https://www.ajol.info/index.php/sajcn/article/viewFile/97829/87130

Keluarga Sehat Idamanku, Kota Sehat Kotaku. 2014. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

National Association for the Education of Young Children. 2009. Developmentally


Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving Children from Birth
through Age 8. https://www.naeyc.org/sites/default/files/globally-
shared/downloads/PDFs/resources/position-statements/PSDAP.pdf

Rumah Dandelion. 2015. Panduan Tumbuh Kembang dan Stimulasi Anak Usia 0-5 Tahun.

World Health Organization (WHO). 2013. Childhood Stunting: Context, Causes and
Consequences.
http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_Co
nceptualFramework_colour.pdf

United Nations Children’s Fund (UNICEF). Responsive Feeding: Supporting Families for
Nurturing Care.
https://issa.nl/sites/default/files/pdf/Publications/cross%20sectoral/16.Module-
ResponsiveFeeding-LOWRES.pdf

United Nations Children’s Fund (UNICEF). Pemberian Makan Bayi dan Anak.
https://www.unicef.org/indonesia/id/PaketKonseling-3Logos.pdf
26
Fetal Development. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/fetal-development/

PAPARAN
PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
27
Fetal Development. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/fetal-development/

PAPARAN
PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

27

28
28

29
29

30
30

31
31

32
32

33
33

34
34

35
35

36
36

37
37

38
38

39
39

40
40

41.
41
41

42.
42
42

43
43

44
44

45
45

46
46

46

47
47

48
48

49
50.

Anda mungkin juga menyukai