Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI

“KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT”

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Hj.Elvia Metti, M.Kep, Sp.KEP.Mat

DI SUSUN OLEH :

RANA GEMITA SARI

193110187

1B

D III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020
1. Jelaskan berbagai macam bentuk obat dan contoh obatnya disertai gambar

1. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian luar.

2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah
puyer.

3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a. Tablet kempa
Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya
tergantung desain cetakan.

b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang
cetakan
c. Tablet trikurat
Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang
ditemukan

d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu
untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.

e. Tablet sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet
di bawah lidah.

f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau
kemasan tahan lembab.

Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"


h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut,
mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan

6. Kaplet (kapsul tablet)


Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval
seperti kapsul.

7. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan,
atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga
dikatakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum)
dan larutan topikal (kulit).

8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk
susu/magma),suspensi topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga
bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering.
9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.

11. Ekstrak (extractum)


Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang
sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

12. Infus
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
13. Salep (unguenta)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

14. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu
tubuh. Tujuan pengobatan adalah :

a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan


inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk
anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.
15. Obat tetes (guttae)
Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara
lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga),
guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

16. Injeksi (injectiones)


Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

2. Berbagai macam bentuk kemasan obat disertai contoh obatnya dan gambar

1. Bahan kemas primer


Adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas diproduk.
Antara lain : strip/blister,botol,ampul,vial,plastik,dll.
Contoh obat : a. Ceftigra (vial) b. Ampul vascon
a. Vial b. Ampul

2. Bahan kemas sekunder


Adalah pembungkus selanjutnya ,biasanya dikenal dengan inner box.
Contoh obat : Paracetamol
3. Bahan kemas tersier
Adalah pembungkus setelah sekunder,biasanya berupa outer box.
Contoh obat : aforsida

4. Kemasan strip
Merupakan kemasan yang menganut sistem dosis tunggal ,biasanya untuk sediaan padat per
oral. Bahan kemasan dapat berupa kertas,kertas timah (alumunium foil),plastik/selofan,sendiri
atau dalam bentuk kombinasi.
Contoh obat : Antimo

5. Kemasan Blister
Bentuk kemasan ini mampu menyediakan perlindungan yang sangat baik terhadap keadaan
sekitarnya,disertai dengan penampilan estetis yang menyenangkan dan efisien.
Contoh obat : Risperdal tablets
6. Kemasan bulk produk
Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan,multi
wall paper sack.

7. Kertas timah,kertas,atau kantung plastik


Kantung yang fleksibel adalah konsep kemasan yang tidak hanya mampu menyediakan
kemasan yang tahan gangguan,tetapi melalui seleksi bahan yang sesuai,juga menyediakan
kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat ampuh terhadap keadaan sekitarnya.
Contoh obat : tolak angin

3. Jelaslan cara penyimpanan obat dan contoh obatnya

a. Menjauhkan obat dari jangkauan anak-anak


b. Menyimpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah yang tertutup rapat serta
etiket yang masih lengkap
c. Menyimpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung
atau mengikuti aturan yang tertera pada kemasan
d. Jangan meninggalkan obat didalam mobil dalam jangka waktu yang lama karena
suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat
e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa. Periksa obat dalam kotak obat
secara berkala untuk menghindari pemakaian obat yang telah rusak atau
kadaluarsa.
f. Kondisi seperti panas, terpapar udara, sinar matahari dan kelembapan dapat
merusak obat
g. Letakkan obat pada lemari khusus untuk obat

Berikut beberapa cara penyimpanan obat jika disesuaikan dengan bentuk sediaannya:

a. Tablet dan kapsul


Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat yang panas atau lembab
b. Sediaan obat cair (sirup dan suspense) Jangan menyimpan obat dalam bentuk cair
didalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku, kecuali jika ditentukan pada
etiket atau kemasan obat
c. Sediaan vagina dan anus
Sediaan obat yang digunakan dengan memasukkan ke dalam vagina (ovula) atau
anus (suppositoria) disimpan dalam lemari es karena dalam suhu kamar akan
mencair.
d. Sediaan aerosol atau spray
Jangan menyimpan ditempat suhu tinggi untuk sediaan bentuk aerosol atau spray
karena dapat menyebabkan ledakan.

Penyimpanan obat yang tepat sangat penting untuk menjaga efektifitas obat.
Umumnya obat harus disimpan ditempat sejuk dan kering. Beberapa obat memerlukan
penyimpanan dengan suhu khusus seperti di lemari es atau bahkan freezer. Tidak
semua obat perlu diletakkan pada lemari es.

Obat mata memiliki beberapa bentuk sediaan dengan masa penyimpanan yang berbeda.

a. Tetes mata single dose


Obat jenis ini merupakan obat tetes mata tanpa pengawet. Kemasannya berbentuk
botol-botol kecil dalam untaian, yang jika akan digunakan, untaian tersebut
dipatahkan dan tutup botol dapat ditutup kembali. Sediaan ini memiliki 12 tetes tiap
botolnya dan setelah kemasan dibuka dapat digunakan paling lama 3 hari setelah
kemasan dibuka (Rekomendasi Manufactur)
b. Tetes mata multi dose
Obat jenis ini merupakan obat tetes mata dalam kemasan botol yang dapat digunakan
berulang kali sampai dengan 1 bulan setelah kemasan dibuka. Untuk mempertahankan
kondisi obat tetap baik.Bentuk sediaan ini mengandung pengawet yang sesuai
digunakan pada obat mata.s
c. Viscous tetes mata (gel)
Bentuk sediaan gel memiliki kekentalan (viskositas) yang lebih tinggi dari tetes mata
sehingga bentuk sediaan ini dapat tinggal dalam organ mata dalam waktu yang lebih
panjang daripada sediaan tetes mata.
d. Salep mata single dose
Salep mata merupakan bentuk sediaan obat mata yang memilki kekentalan paling
tinggi diantara jenis obat mata di atas. Sehingga waktu kontak dengan organ mata
lebih lama. Obat jenis ini merupakan obat salep mata tanpa pengawet. Kemasannya
berbentuk botol-botol kecil dalam untaian, yang jika akan digunakan, untaian tersebut
dipatahkan dan tutup botol dapat ditutup kembali. Sediaan ini setelah kemasan dibuka
dapat digunakan paling lama 3 hari setelah kemasan dibuka (Rekomendasi
Manufactur).
e. Salep mata multi dose
Kemasan salep mata jenis ini berada dalam bentuk tube, yang dapat digunakan
berulang kali dengan masa kadaluarsa selama 1 bulan sejak tutup kemasan dibuka.

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta dapat
menjaga mutu obat. Sistem penyimpanan yang tepat dan baik akan menjadi salah satu faktor
penentu mutu obat yang didistribusikan.

Terdapat beberapa tujuan dilakukannya kegiatan penyimpanan obat, antara lain adalah
memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan stok obat, serta memudahkan untuk pencarian dan pengawasan. Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus ada sistem penyimpanan yang baik dan sesuai
standar.

Penyimpanan berdasarkan jenis sediaan adalah pengelompokan obat sesuai jenisnya dan
menempatkannya pada area terpisah. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan,
misalnya dikelompokkan menjadi obat oral (tablet/kapsul, sirup), obat suntik (ampul, vial,
cairan infus), obat luar (salep, gel, tetes mata, obat kumur). Penyimpanan obat di tiap
kategori dapat disusun berdasarkan efek farmakologinya.
Untuk obat LASA seperti gambar 1 di atas, perlu diberikan penandaan khusus
(misalnya dengan stiker berlogo “LASA” pada wadah obat, dan penyimpanan obat
LASA tidak diletakkan berdampingan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kemungkinan salah ambil akibat kemiripan tampilan obat.

Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (Hight Alert Medication), (gambar 2)


harus disimpan di tempat terpisah , akses terbatas dan diberi tanda khusus (misalnya:
area penyimpanan ditandai dengan selotib berwarna merah dan diberi stiker “Hight
Alert”.

Obat antikanker (sitostatika) harus disimpan terpisah dari obat lain dan diberi stiker
khusus “Obat Kanker, tangani dengan hati-hati”.

Selain berdasarkan jenis dan bentuk sediaan, penyimpanan obat juga perlu
memperhatikan suhu penyimpanan untuk menjaga stabilitas obat. Suhu penyimpanan
obat dibagi menjadi 4 kelompok, yakni:

1. Penyimpanan suhu beku (-20° dan -10° C) yang umumnya digunakan untuk
menyimpan vaksin
2. Penyimpanan suhu dingin (2° – 8° C)
3. Penyimpanan suhu sejuk (8° – 15° C), dan
4. Penyimpanan suhu kamar (15° – 30° C)

Pengelompokan berdasarkan kestabilan suhu ruang ini harus disesuaikan dengan


instruksi penyimpanan yang tertera di kemasan obat.

Untuk obat yang stabilitasnya dipengaruhi oleh cahaya, maka harus disimpan di tempat
yang terlindung dari cahaya matahari langsung. Obat yang bersifat higroskopis harus
disimpan dengan menggunakan absorben/disikator.
Penyimpanan berdasarkan sifat bahan

misalnya dilakukan pada bahan berbahaya dan beracun (B3). B3 harus disimpan di
area terpisah dan diberi simbol sesuai klasifikasinya.

Terdapat beberapa klasifikasi B3, di antaranya adalah mudah meledak, bersifat


pengoksidasi, mudah terbakar, beracun, bersifat iritasi, bersifat korosif, merusak
lingkungan, dan lain-lain. Area penyimpanan B3 pun harus difasilitasi dengan alat
pengaman yang dapat meminimalisasi kerusakan apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. 2001. Farmakologi untuk Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai