Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol
dan jika tidak dapat dikontrol dengan baik maka akan terjadi kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah1. Kasus diabetes yang terbanyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe
2, yang ditandai adanya gangguan insulin ataupun gangguan kerja insulin (resistensi
insulin) pada organ target terutama hati dan otot. Kegagalan dalam pengendalian
glikemia pada DM setelah melakukan perubahan gaya hidup dan memerlukan intervensi
farmakoterapi agar komplikasi dapat dicegah. Hal tersebut merupakan peran dari
pelayanan kesehatan primer Keberhasilan menjalankan pengobatan tidak hanya di
tentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat tetapi juga kepatuhan dalam
menjalankan pengobatan merupakan salah satu faktor yang tidak kalah penting.

Diabetes melitus merupakan salah satu jenis keadaan darurat kesehatan global terbesar
pada abad ke 21 dan 10 penyebab kematian secara global bersama dengan tiga besar
lainnya yaitu penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit pernapasan. Ada sekitar
kurang lebih 425 juta orang diseluruh dunia, atau 8,8% orang dewasa (20-79 tahun)
diperkirakan telah menderita diabetes. Dan jumlah orang dengan diabetes akan
meningkat menjadi 451 juta jika usia diperluas menjadi (18-99 tahun). Jika tren ini terus
berlanjut, maka diperkirakan pada tahun 2045 jumlahnya akan meningkat menjadi 693
juta orang dengan rentang usia (18-99 tahun), atau 629 juta orang berusia (20-79 tahun).
Peningkatan terbesar terjadi pada daerah dimana tingkat ekonomi dan pendapatan
rendah ke tingkat pendapatan menengah yaitu ada sekitar 80%. Perkiraan diabetes telah
meningkat selama beberapa dekade, lebih dari 2/3 kasus diabetes di perkirakan berasal
dari pertumbuhan penduduk dan penuaan, 28% dari peningkatan prevalensi usia tertentu
dan 32% dari interaksi keduanya (IDF, 2017).

Menurut Kementerian kesehatan RI (2014) dalam perbandingan Riskesdas tahun 2007


dan 2013 prevalensi orang dengan diabetes cenderung meningkat yaitu dari 5,7% (2007)
menjadi 6,9% (2013). Di Indonesia penyakit diabetes menempati peringkat ke tujuh
dunia bersama dengan China, India, Amerika Serikat, Brazil, Meksiko dengan jumlah
estimasi orang dengan diabetes sebesar 16,7 juta orang (IDF, 2017). Ada kurang lebih
2/3 orang diabetes di Indonesia tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki diabetes. Hal
ini karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melakukan cek
kesehatan rutin di pelayanan kesehatan, dan mereka berpotensi untuk mengakses ke
layanan kesehatan dalam kondisi terlambat karena sudah adanya komplikasi dengan
penyakit lainnya.

Perkiraan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES) memperkirakan


pravalensi penyakit DM di Indonesia tahun 2030 mencapai 21,3 juta jiwa. Diantara
semua peserta DM, untuk Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) paling banyak diderita
laki-laki dari pada perempuan dengan perbandingan 2 :1 tetapi sebaliknya untuk
Glukosa Darah Puasa (GDP) Terganggu lebih banyak diderita perempuan dengan
perbandingan yang sama (Kemenkes, 2013).di RSUD KOJA Jakarta pada tahun 2018
data penyakit Diabetes melitus sebanyak 345 pasien data terakhir tahun 2019 pada bulan
januari- agustus 2019 sebanyak 245 pasien.

Pilar penatalaksanaan dimulai dengan pendekatan nonfarmakologi, yaitu berupa


pemberian edukasi, perencanaan maka/terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani dan
penurunan berat badan bila di dapat lebih1. Bila langkah pendekatan belum mencapai
sasaran maka perlu dibantu intervensi dari terapi medikamentosa disamping tetap
memerlukan pengaturan makan dan aktivitas fisik yang sesuai1. Pengobatan diabetes
melitus umumnya seumur hidup baik itu pengendalian faktor risiko, kontrol aktivitas
dan nutrisinya dan obatnya. Karena diabetes melitus adalah penyakit seumur hidup dan
tidak bisa disembuhkan maka dibutuhkan pengobatan jangka panjang sehingga banyak
pasien yang tidak patuh baik itu soal makanan yang tidak bisa bebas memilih, kebiasaan
merokok yang sulit dihentikan dan malas untuk kontrol gula darah ke dokter.

Salah satu strategi untuk membantu tatalaksana penanganan pasien DM adalah dengan
pendekatan dengan orang terdekat yaitu keluarga. Keluarga merupakan sistem
pendukung utama terhadap masalah yang terjadi pada anggota keluarga. Secara umum
orang yang menerima perhatian dan pertolongan yang dibutuhkan dari orang terdekat
atau sekelompok orang cenderung untuk mengikuti nasihat medis dari pada mereka
yang tidak mendapat dukungan sama sekali.
Upaya pencegahan merupakan cara terbaik dalam menghindari komplikasi DM. Untuk
mencegah komplikasi yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan dan pengobatan
tekanan darah, perawatan kaki diabetes, pemeriksaan mata secara rutin pemeriksaan
protein dalam urine, menghentikan kebiasaan merokok. Penyakit ini tidak dapat
disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM
meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan/diit, latihan fisik teratur dan minum
obat hipoglikemik oral (OHO)/insulin seumur hidup (Niven, 2012).

Sacket dalam Niven (2012), menyatakan untuk mendapatkan status kesehatan lebih
baik, penderita DM dianjurkan untuk patuh melaksanakan penatalaksanaan DM.
Kepatuhan merupakan kondisi dimana penderita DM bersedia dan melakukan anjuran
terapi yang dilakukan (Kaplan, 2007). Hasil penelitian oleh Hidayat (2013), di Bogor
menjelaskan bahwa masih terdapat 45,5% responden yang tidak patuh dalam melakukan
penatalaksanaan DM. Menurut Stein dalam Niven (2005) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pasien termasuk kepatuhan dalam melaksanakan
penatalaksanaan DM yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, dukungan
sosial keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian pasien.

Ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan DM dapat meningkatkan risiko


berkembangnya masalah kesehatan atau dapat memperpanjang maupun memperburuk
penyakit yang dialami. Menurut Stein, et, al (1999) dalam Niven (2005) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas
interaksi, dukungan keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian klien. Dari
keempat faktor tersebut, dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak
dapat diabaikan begitu saja karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor
yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang
mempengaruhi kepatuhan klien DM.

Pelaksanaan Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi adanya dukungan dari keluarga.


Menurut Friedman (2010) peran dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan
yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota yang menderita
Diabetes Mellitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada
pasien Diabetes Mellitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya, memanfaatkan dengan
baik fasilitas – fasilitas kesehatan untuk pasien Diabetes Mellitus.

Dukungan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan
keluarga kepada salah satu anggota keluarga yang sakit yaitu anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan (Friedman, 2010). Penelitian Senok (2009) mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM didapatkan hubungan yang
bermakna antara hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM dalam
menjalani diet. Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 41% klien DM
dengan dukungan keluarga yang baik tetap tidak patuh terhadap diet DM sedangkan
12,5% klien DM yang tidak mendapat dukungan keluarga yang baik tetap mampu
menjalani diet DM sesuai anjuran. Penelitian lainnya oleh Lestari (2010) mengenai
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM dalam melaksanakan
program diet di RSUD Cimahi didapatkan ada hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM dalam melaksanakan diet dengan p
value = 0,0001. Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk mengakat
masalah “ Hubungan kepatuhan keluarga terhadap perawatan luka pasien ulkus
dekubitus di RSUD Koja Jakarta”.

B. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis Hubungan kepatuhan keluarga terhadap perawatan luka pasien ulkus
dekubitus di RSUD Koja Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan,sosial ekonomi) pasien ulkus dekubitus di RSUD Koja Jakarta.
b. Mengetahui gambaran kepatuhan keluarga pasien ulkus dekubitus di RSUD
Koja Jakarta.
c. Mengetahui gambaran perawatan luka pasien ulkus dekubitus di RSUD Koja
Jakarta.
d. Hubungan kepatuhan keluarga terhadap perawatan luka pasien ulkus dekubitus
di RSUD Koja Jakarta.
C. Manfaat penilitian
1. Bagi peniliti
Hasil peniliti dapat menambah pengetahuan dalam memberikan keperawatan
keluarga pada penderita ulkus diabetes.
2. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi untuk
pengembangan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan sebagai
sumber data untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan dukungan
keluarga dan diabetes melitus.
3. Bagi intansi kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga
kesehatan dalam menangani pasien diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai