Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan fungsi semua sistem organ tubuh akibat
bertambahnya kematangan fungsi sistem organ tubuh, bersifat reversible serta kuantitatif
meliputi: kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara,
emosi-sosial, kemandirian, intelegensi, dan perkembangan moral (Saputra, 2014). Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2016), perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yng lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemamdirian.

Maryanti (2011) menegaskan bahwa periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita. Tahap perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulus
yang tepat agar potensi yang ada pada anak berkembang secara optimal, sehingga pada masa
perkembangan ini perlu mendapat perhatian terutama dari orang tua.

Masa lima tahun pertama merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan, oleh karena
itu disebut juga “Golden Period/masa keemasan)”, “Window of Opportunity/jendela
kesempatan”, dan “Critical Period/masa kritis” (Depkes RI, 2015). Saat anak berusia tiga tahun,
otak telah membentuk 1.000 triliun jaringan koneksi dimana dua kali lebih aktif daripada otak
orang dewasa sehingga dapat menyerap informasi baru lebih cepat. Salah satu perkembangan
anak yang penting untuk dipantau pada usia 1-3 tahun (Toddler) adalah perkembangan motorik
karena banyak kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan perkembangan motorik
(Sitoresmi, dkk, 2015).

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, mengemukakan jumlah balita 0-2 tahun di Indonesia
sebanyak 14.228.917 jiwa, sementara balita dengan interval umur 1- 4 tahun berjumlah
19.388.791 jiwa. Sekitar 16% dari anak usia dibawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami
gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat. Sekitar 5–10% anak
diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan namun penyebab keterlambatan
perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, dan diperkirakan sekitar 1– 3% khusus pada
anak dibawah usia 5 tahun di Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan umum yang
meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio–emosional, dan kognitif (Kemenkes, 2016).

Mengantisipasi adanya keterlambatan perkembangan motorik, perlu adanya penilaian atau


deteksi dini yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita. Melalui deteksi dini dapat
diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan,
stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa –
masa kritis proses tumbuh kembang (Sitoresmi dkk, 2015).
Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari perkembangan motorik halus dan kasar?


2. Bagaimana etiologi dalam perkembangan motorik halus dan kasar?
3. Apa saja faktor resiko yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus dan
kasar?
4. Apa saja ciri - ciri dari perkembangan motorik halus dan kasar?
5. Apa saja gejala yang terdapat pada perkembangan motorik halus dan kasar?
6. Bagaimana penatalaksanaan dalam perkembangan motorik halus dan kasar?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan motorik halus dan kasar.


2. Untuk mengetahui etiologi dalam perkembangan motorik halus dan kasar.
3. Untuk mengetahui faktor resiko yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus
dan kasar.
4. Untuk mengetahui gejala yang terdapat pada perkembangan motorik halus dan kasar.
5. Untuk menegetahui penatalaksanaan dalam perkembangan motorik halus dan kasar.
DEFINISI

Motorik merupakan dari kata “motor” adalah suatu dasar biologis atau mekanika yang
menyebabkan suatu gerak. Dengan kata lain gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu
tindakan yang didasari oleh motorik. Perkembangan motorik merupakan kesempatan yang luas
untuk bergerak, pengalaman beajar untuk menemukan aktivitas sensori motor yang meliputi
penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan
perceptual motorik (Yuliani,2011)

Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar , di antaranya
gerakan keterampilan non lokomotor, gerakan lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan non
lokomotor adalah aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat lain. Contoh: mendorong,
melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan lokomotor adalah aktivitas gerak yang
memindahkan tubuh satu ke tempat lain. Contohnya: berlari, melompat, jalan dan sebagainya,
sedangkan gerakan yang manipulatif adalah aktivitas gerak manipulasi benda. Contohnya:
melempar, menggiring, menangkap, dan menendang (Musfiroh. 2012)

Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot – otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergerakan
tangan yang tepat (Bambang,2012)

Referensi

Saputra, L. (2014). Pengantar asuhan neonatus, bayi, dan balita. Bina Putra Aksara Publiser:
Tangerang Selatan.

Maryanti. (2011). Buku Ajar Neonatus,Bayi& Balita. Prenada Media Group: Jakarta

Sitoresmi, S., Kusnanto., & Krisnana, I. (2015). Perkembangan Motorik Anak Toddler pada Ibu
Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Jurnal Pediomaternal, 03(01).

Kemenkes. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Kemenkes RI: Jakarta

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kemenkes RI: Jakarta.

Yuliani Nurani Sujino. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Indeks.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Bambang. 2012. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai