Anda di halaman 1dari 78

MAKALAH

UUD 1945 DAN AMANDEMENNYA


Untuk Memenuhi Tugas PKN
Yang Dibimbing oleh: Drs. MBM. Munir, MH.

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Desember 2015
BAB1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang terdiri dari
Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea. Pasal-pasal terdiri dari : 16 Bab,
Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1 sampai dengan pasal 37. Setelah
amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI (Bab IV
dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1 sampai dengan Pasal 37, ditambah dengan 3 pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Pembukaan dan Pasal-pasal merupakan satu
kesatuan. Disamping hukum dasar tertulis, di Negara Indonesia juga berlaku hukum dasar yang
tidak tertulis, yaitu konvensi sebagai kebiasaan yang hidup dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan kenegaraan.
Sebagai hukum dasar tertulis UUD 1945 mengikat: Pemerintah, Lembaga Negara,
Lembaga Masyarakat, setiap Warga Negara Indonesia, dan setiap Penduduk yang
berada di Wilayah Negara Republik Indonesia. UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan
hukum dasar yang merupakan sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang
berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
UUD 1945 terbentuk melalui sejarah yang amat panjang melalui pasang surutnya
kejayaan bangsa dan masa-masa penderitaan penjajahan, dan masa-masa perjuangan
untuk merdeka, menentukan sendiri hidup dan masa depannya. UUD 1945 untuk pertama
kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 1945, naskahnya pertama kali dimuat secara
resmi dalam Berita Negara yaitu Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 tanggal 15
Februari 1946. Sebagai warga negara Republik Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah yang
dimaksud dengan UUD 1945, bagaimana fungsi dan kedudukannya dalam Tata Hukum
Negara Republik Indonesia,
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945
karena yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi
kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara yang
mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian
hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi
karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan yang
demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan
sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam
penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak
untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim
orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga
siapapun yang berkuasa dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku
sama dengan penguasa sebelumnya.
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini
telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga
negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah
peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan
sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan
relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu
agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi
jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti
apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses
perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah
merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi
pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis,
sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai
apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-
perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas
keberhasilan sebuah perubahan.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanaa sejarah pembentukan UUD 1945?
2. Apa pengertian UUD 1945?
3. Apa fungsi UUD 1945?
4. Bagaimana kedudukan UUD 1945?
5. Bagaimana sifat UUD 1945?
6. Bagaimana cara mempelajari UUD 1945?
7. Apa makna pembukaan UUD 1945?
8. Apa pokok-pokok pikiran UUD 1945?
9. MengapaUUD 1945 harus di amandemen?
3. Tujuan Penyusunan Makalah
1. Untuk mengetahui sejarah pembentukan UUD 1945.
2. Untuk mengetahui fungsi, kedudukan, dan sifat dari UUD 1945.
3. Untuk mengetahui makna dari pembukaan UUD 1945.
4. Untuk mengetahui sejarah amandemen UUD 1945.

BAB2
PEMBAHASAN
Sejarah Pembentukan UUD 1945
1. Sejarah Lahir Konstitusi
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan dokuritsu zyunbi tyoosakai yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan
19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-
masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI)
ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno
Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001).
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945). Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki
Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo,
Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr.
Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang
(keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan (Kalimantan), R.P.
Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr. Mohammad Hasan (Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari. Janji tersebut antara
lain berisi “Sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan Asia Timur Raya, Dai Nippon
sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah Hindia-
Belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut,
maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua
bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa
Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin
lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul
mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada
sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada
Jepang sampai saat kemerdekaan tiba.
Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi
nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan. Sehingga lengkaplah
Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari
setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan
sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil
dari rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni
1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden
dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden. Pekerjaan presiden
untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang
kemudian menjadi komite Nasional.
4. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar
1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah Negara, sebab syarat
yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada yaitu adanya:
1. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia.
2. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga
ke merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil.
3. Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4. Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk
pimpinan pemerintahan Negara.
Tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila. Bentuk negara yaitu Negara Kesatuan.
2. Perkembangan Konstitusi di Indonesia
Konstitusi sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara dapat berupa konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis.
Dalam hal konstitusi terstulis, hampir semua negara di dunia memilikinya yang lazim disebut
Undang-Undang Dasar (UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan,
pembagian wewenang, dan cara bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak
azasi manusia. Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi
tertulis adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-
lembaga kenegaraan dan semua hak azasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga
tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat tua
seperti Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi
manusia rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai
dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk dalam
kategori negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.
Adanya negara yang dikenal sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki
konstitusi tertulis, nilai-nilai, dan norma-norma yang hidup dalam praktik penyelenggaraan
negara juga diakui sebagai hukum dasar, dan tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam
arti yang luas. Karena itu, Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai
dan norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan dalam
praktik penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi atau
hukum dasar (Droit Constitusionnel) suatu negara.
Dalam perkembangan sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara, konstitusi
menempati posisi yang sangat penting. Pengertian dan materi muatan konstitusi senantiasa
berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan organisasi kenegaraan.
Kajian tentang konstitusi semakin penting dalam negara-negara modern saat ini yang pada
umumnya menyatakan diri sebagai negara konstitusional, baik demokrasi konstitusional
maupun monarki konstitusional. Dengan meneliti dan mengkaji konstitusi, dapat diketahui
prinsip-prinsip dasar kehidupan bersama dan penyelenggaraan negara serta struktur organisasi
suatu negara tertentu. Bahkan nilai-nilai konstitusi dapat dikatakan mewakili tingkat peradaban
suatu bangsa.
Suatu konstitusi tertulis, sebagaimana halnya Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945), nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat serta praktik
penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan suatu norma ke dalam naskah
Undang-Undang Dasar. Karena itu, suasana kebatinan (Geistichenh Enter Grund) yang
menjadi latar belakang filosofis, sosiologis, politis, dan historis perumusan yuridis suatu
ketentuan Undang-Undang Dasar perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti
dengan sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar.
Undang-Undang Dasar tidak dapat dipahami hanya melalui teksnya saja. Untuk
sungguh-sungguh mengerti, kita harus memahami konteks filosofis, sosio-historis, sosio-
politis, sosio-yuridis, dan bahkan sosio-ekonomis yang mempengaruhi perumusannya.
Disamping itu, setiap kurun waktu dalam sejarah memberikan pula kondisi-kondisi kehidupan
yang membentuk dan mempengaruhi kerangka pemikiran (Frame of Reference) dan medan
pengalaman (Ield of Experience) dengan muatan kepentingan yang berbeda, sehingga proses
pemahaman terhadap suatu ketentuan Undang-Undang Dasar dapat terus berkembang dalam
praktik di kemudian hari. Karena itu, penafsiran terhadap Undang-Undang Dasar pada masa
lalu, masa kini, dan pada masa yang akan datang, memerlukan rujukan standar yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya, sehingga Undang-Undang Dasar tidak
menjadi alat kekuasaan yang ditentukan secara sepihak oleh pihak manapun juga. Untuk itulah,
menyertai penyusunan dan perumusan naskah Undang-Undang Dasar, diperlukan pula adanya
pokok-pokok pemikiran konseptual yang mendasari setiap perumusan pasal-pasal undang-
undang dasar serta keterkaitannya secara langsung atau tidak langsung terhadap semangat
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3. Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi negara Indonesia
dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu
sehari setelah kemerdekaan negara Republik Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan
Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Naskah UUD 1945 ini pertama kali
dipersiapkan oleh satu badan bentukan pemerintahbalatentara Jepang yang diberi nama
“Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai” yang dalam bahasa Indonesia disebut “Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (BPUPKI). Pimpinan dan anggota badan ini
dilantik oleh Pemerintah Balatentara Jepang pada tanggal 28 Mei 1945 dalam rangka
memenuhi janji Pemerintah Jepang di depan parlemen (Diet) untuk memberikan kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia . Namun, setelah pembentukannya, badan ini tidak hanya melakukan
usaha-usaha persiapan kemerdekaan sesuai dengan tujuan pembentukannya, tetapi malah
mempersiapkan naskah Undang-Undang Dasar sebagai dasar untuk mendirikan negara
Indonesia merdeka.
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
ini beranggotakan 62 orang, diketuai oleh K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, serta Itibangase
Yosio dan Raden Panji Suroso, masing-masing sebagai Wakil Ketua. Persidangan badan ini
dibagi dalam dua periode, yaitu masa sidang pertama dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni
1945, dan masa sidang kedua dari tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945.
Dalam kedua masa sidang itu, fokus pembicaraan dalam sidang-sidang BPUPKI
langsung tertuju pada upaya mempersiapkan pembentukan sebuah negara merdeka. Hal ini
terlihat selama masa persidangan pertama, pembicaraan tertuju pada soal ‘philosoische
grondslag‘, dasar falsafah yang harus dipersiapkan dalam rangka negara Indonesia merdeka.
Pembahasan mengenai hal-hal teknis tentang bentuk negara dan pemerintahan baru dilakukan
dalam masa persidangan kedua dari tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Agustus 1945 .
Dalam masa persidangan kedua itulah dibentuk Panitia Hukum Dasar dengan
anggota terdiri atas 19 orang, diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini membentuk Panitia Kecil
yang diketuai oleh Prof. Dr. Soepomo, dengan anggota yang terdiri atas Wongsonegoro, R.
Soekardjo, A.A. Maramis, Panji Singgih, Haji Agus Salim, dan Sukiman. Pada tanggal 13 Juli
1945, Panitia Kecil berhasil menyelesaikan tugasnya, dan BPUPKI menyetujui hasil kerjanya
sebagai rancangan Undang-Undang Dasar pada tanggal 16 Agustus 1945. Setelah BPUPKI
berhasil menyelesaikan tugasnya, Pemerintah Balatentara Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang, termasuk Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Ketua dan Wakil Ketua.
Setelah mendengarkan laporan hasil kerja BPUPKI yang telah menyelesaikan
naskah rancangan Undang-Undang Dasar, pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945,
beberapa anggota masih ingin mengajukan usul-usul perbaikan disana-sini terhadap rancangan
yang telah dihasilkan, tetapi akhirnya dengan aklamasi rancangan UUD itu secara resmi
disahkan menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Namun demikian,
setelah resmi disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
UUD 1945 ini tidak langsung dijadikan referensi dalam setiap pengambilan
keputusan kenegaraan dan pemerintahan. UUD 1945 pada pokoknya benar-benar dijadikan alat
saja untuk sesegera mungkin membentuk negara merdeka yang bernama Republik Indonesia.
UUD 1945 memang dimaksudkan sebagai UUD sementara yang menurut istilah Bung Karno
sendiri merupakan ‘revolutie-grondwet‘ atau Undang-Undang Dasar Kilat, yang memang
harus diganti dengan yang baru apabila negara merdeka sudah berdiri dan keadaan sudah
memungkinkan. Hal ini dicantumkan pula dengan tegas dalam ketentuan asli Aturan Tambahan
Pasal II UUD 1945 yang berbunyi:
“Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis ini
bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar”.
Adanya ketentuan Pasal III Aturan Tambahan ini juga menegaskan bahwa UUD
Negara Republik Indonesia yang bersifat tetap barulah akan ada setelah MPR-RI
menetapkannya secara resmi. Akan tetapi, sampai UUD 1945 diubah pertama kali pada tahun
1999, MPR yang ada berdasarkan UUD 1945 belum pernah sekalipun menetapkan UUD 1945
sebagai UUD Negara Republik Indonesia.
4. Konstitusi RIS 1949
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir dengan kemenangan di pihak Tentara
Sekutu dan kekalahan di pihak Jepang, maka kepergian Pemerintah Balatentara Jepang dari
tanah air Indonesia dimanfaatkan oleh Pemerintah Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Namun, usaha Pemerintah Belanda untuk kembali menanamkan pengaruhnya tidak mudah
karena mendapat perlawanan yang sengit dari para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena
itu, Pemerintah Belanda menerapkan politik adu domba dengan cara mendirikan dan
mensponsori berdirinya beberapa negara kecil di berbagai wilayah nusantara, seperti Negara
Sumatera, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, dan sebagainya.
Dengan kekuasaan negara-negara yang terpecah-pecah itu diharapkan pengaruh kekuasaan
Republik Indonesia di bawah kendali pemerintah hasil perjuangan kemerdekaan dapat
dieliminir oleh Pemerintah Belanda.
Sejalan dengan hal itu, Tentara Belanda melakukan Agresi I pada tahun 1947
dan Agresi II pada tahun1948 untuk maksud kembali menjajah Indonesia. Dalam keadaan
terdesak, maka atas pengaruh Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tanggal 23 Agustus 1949
sampai dengan tanggal 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (Round Table
Conference) di Den Haag. Konperensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Republik Indonesia
dan ‘Bijeenkomst voor Federal Overleg‘ (B.F.O.) serta wakil Nederland dan Komisi
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia.
Konferensi Meja Bundar (KMB) tersebut berhasil menyepakati tiga hal, yaitu:
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat.
2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS yang berisi 3 hal, yaitu:
1. Piagam penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda lepada
Pemerintah RIS;
2. Status uni; dan
3. Persetujuan perpindahan.
3. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.
Naskah konstitusi Republik Indonesia Serikat disusun bersama oleh delegasi
Republik Indonesia dan delegasi BFO ke Konperensi Meja Bundar itu. Dalam delegasi
Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem, terdapat Prof. Dr. Soepomo
yang terlibat dalam mempersiapkan naskah Undang-Undang Dasar tersebut. Rancangan UUD
itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai Undang-Undang
Dasar RIS. Naskah Undang- Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi
RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai lembaga perwakilan rakyat di
Republik Indonesia dan kemudian resma mendapat persetujuan Komite Nasional Pusat tersebut
pada tanggal 14 Desember 1949. Selanjutnya, Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal
27 Desember 1949.
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat berdasarkan Konstitusi
RIS Tahun 1949 itu, wilayah Republik Indonesia sendiri masih tetap ada di samping negara
federal Republik Indonesia Serikat. Karena, sesuai ketentuan Pasal 2 Konstitusi RIS, Republik
Indonesia diakui sebagai salah satu negara bagian dalam wilayah Republik Indonesia Serikat,
yaitu mencakup wilayah yang disebut dalam persetujuan Renville. Dalam wilayah federal,
berlaku Konstitusi RIS 1949, tetapi dalam wilayah Republik Indonesia sebagai salah satu
negara bagian tetap berlaku UUD 1945. Dengan demikian, berlakunya UUD 1945 dalam
sejarah awal ketatanegaraan Indonesia, baru berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa
berlakunya Konstitusi RIS, yaitu tanggal 27 Agustus 1950, ketika UUDS 1950 resmi
diberlakukan.
Konstitusi RIS yang disusun dalam rangka Konperensi Meja Bundar di Den
Haag pada tahun 1949 itu, pada pokoknya juga dimaksudkan sebagai UUD yang bersifat
sementara. Disadari bahwa lembaga yang membuat dan menetapkan UUD itu tidaklah
representatif. Karena itu, dalam Pasal 186 Konstitusi RIS ini ditegaskan ketentuan bahwa
Konstituante bersama-sama dengan Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi
Republik Indonesia Serikat. Dari ketentuan Pasal 186 ini, jelas sekali artinya bahwa Konstitusi
RIS 1949 yang ditetapkan di Den Haag itu hanyalah bersifat sementara saja.
5. UUD Sementara 1950
Bentuk negara federal nampaknya memang mengandung banyak sekali nuansa
politis, berkenaan dengan kepentingan penjajahan Belanda. Karena itu, meskipun gagasan
bentuk negara federal mungkin saja memiliki relevansi sosiologis yang cukup kuat untuk
diterapkan di Indonesia, tetapi karena terkait dengan kepentingan penjajahan Belanda itu maka
ide feodalisme menjadi tidak populer. Apalagi, sebagai negara yang baru terbentuk,
pemerintahan Indonesia memang membutuhkan tahap-tahap konsolidasi kekuasaan yang
efektif sedemikian rupa sehingga bentuk negara kesatuan dinilai jauh lebih cocok untuk
diterapkan daripada bentuk negara federal.
Karena itu, bentuk negara federal RIS ini tidak bertahan lama. Dalam rangka
konsolidasi kekuasaan itu, mula-mula tiga wilayah negara bagian, yaitu Negara Republilk
Indonesia, Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur menggabungkan diri menjadi
satu wilayah Republik Indonesia. Sejak itu wibawa Pemerintah Republik Indonesia Serikat
menjadi berkurang, sehingga akhirnya dicapailah kata sepakat antara Pemerintah Republik
Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia untuk kembali bersatu mendirikan
negara kesatuan Republik Indonesia. Kesepakatan itu dituangkan dalam satu naskah
persetujuan bersama pada tanggal 19 Mei 1950, yang pada intinya menyepakati dibentuknya
kembali NKRI sebagai kelanjutan dari negara kesatuan yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.
Dalam rangka persiapan ke arah itu, maka untuk keperluan menyiapkan satu
naskah Undang-Undang Dasar, dibentuklah statu Panitia bersama yang akan menyusun
rancangannya. Setelah selesai, rancangan naskah Undang-Undang Dasar itu kemudian
disahkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat pada tanggal 12 Agustus 1950, dan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus
1950. Selanjutnya, naskah UUD baru ini diberlakukan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus,
1950, yaitu dengan ditetapkannya UU No.7 Tahun 1950. UUDS 1950 ini bersifat mengganti
sehingga isinya tidak hanyamencerminkan perubahan terhadap Konstitusi Republik Indonesia
Serikat Tahun 1949, tetapi menggantikan naskah Konstitusi RIS itu dengan naskah baru sama
sekali dengan nama Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950.
Seperti halnya Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 ini juga bersifat sementara.
Hal ini terlihat jelas dalam rumusan Pasal 134 yang mengharuskan Konstituante bersama-sama
dengan Pemerintah segera menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang akan
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 itu. Akan tetapi, berbeda dari
Konstitusi RIS yang tidak sempat membentuk Konstituante sebagaimana diamanatkan di
dalamnya, amanat UUDS 1950 telah dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga pemilihan umum
berhasil diselenggarakan pada bulan Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante.
Pemilihan Umum ini diadakan berdasarkan ketentuan UU No. 7 Tahun 1953. Undang-Undang
ini berisi dua pasal. Pertama berisi ketentuan perubahan Konstitusi RIS menjadi UUDS 1950;
Kedua berisi ketentuan mengenai tanggal mulai berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara
Tahun 1950 itu menggantikan Konstitusi RIS, yaitu tanggal 17 Agustus 1950. Atas dasar UU
inilah diadakan Pemilu tahun 1955, yang menghasilkan terbentuknya Konstituante yang
diresmikan di kota Bandung pada tanggal 10 November 1956.
Majelis Konstituante ini tidak atau belum sampai berhasil menyelesaikan
tugasnya untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru ketika Presiden Soekarno
berkesimpulan bahwa Konstituante telah gagal, dan atas dasar itu ia mengeluarkan Dekrit
tanggal 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD negara Republik
Indonesia selanjutnya. Menurut Adnan Buyung Nasution dalam disertasi yang
dipertahankannya di negeri Belanda, Konstituante ketika itu sedang reses, dan karena itu tidak
dapat dikatakan gagal sehingga dijadikan alasan oleh Presiden untuk mengeluarkan dekrit.
Namun demikian, nyatanya sejarah ketatanegaraan Indonesia telah berlangsung sedemikian
rupa, sehingga Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 itu telah menjadi kenyataan sejarah dan
kekuatannya telah memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD negara Republik
Indonesia sejak tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang.
Memang kemudian timbul kontroversi yang luas berkenaan dengan status
hukum berlakunya Dekrit Presiden yang dituangkan dalam bentuk Keputusan Presiden itu
sebagai tindakan hukum yang sah untuk memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945.
Prof. Djoko Soetono memberikan pembenaran dengan mengaitkan dasar hukum Dekrit
Presiden yang diberi baju hukum dalam bentuk Keputusan Presiden itu dengan prinsip
‘staatsnoodrecht‘.
Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, prinsip ‘staatsnoodrecht‘ itu
pada pokoknya sama dengan pendapat yang dijadikan landasan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara masa Orde Baru untuk menetapkan Ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966.
Adanya istilah Orde Baru itu saja menggambarkan pendirian MPRS bahwa masa antara tahun
1959 sampai tahun 1965 adalah masa Orde Lama yang dinilai tidak mencerminkan pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Oleh karena itu, MPRS mengeluarkan TAP
No.XX/MPRS/1966 tersebut dengan asumsi bahwa perubahan drastis perlu dilakukan karena
adanya prinsip yang sama, yaitu keadaan darurat (staatsnoodrecht).
Terlepas dari kontroversi itu, yang jelas, sejak Dekrit 5 Juli 1959 sampai
sekarang, UUD 1945 terus berlaku dan diberlakukan sebagai hukum dasar. Sifatnya masih
tetap sebagai UUD sementara. Akan tetapi, karena konsolidasi kekuasaan yang makin lama
makin terpusat di masa Orde Baru, dan siklus kekuasaan mengalami stagnasi yang statis karena
pucuk pimpinan pemerintahan tidak mengalami pergantian selama 32 tahun, akibatnya UUD
1945 mengalami proses sakralisasi yang irrasional selama kurun masa Orde Baru itu. UUD
1945 tidak diizinkan bersentuhan dengan ide perubahan sama sekali. Padahal, UUD 1945 itu
jelas merupakan UUD yang masih bersifat sementara dan belum pernah dipergunakan atau
diterapkan dengan sungguh-sungguh. Satu-satunya kesempatan untuk menerapkan UUD 1945
itu secara relatif lebih murni dan konsekuen hanyalah di masa Orde baru selama 32 tahun.
Itupun berakibat terjadinya stagnasi atas dinamika kekuasaan.
Siklus kekuasaan berhenti, menyebabkan Presiden Soeharto seakan terpenjara
dalam kekuasaan yang dimilikinya, makin lama makin mempribadi secara tidak rasional. Itulah
akibat dari diterapkannya UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Pengertian UUD 1945


UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam
Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus
ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan system ketatanegaraan yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan mengatur pemerintahannya. UUD
merupakan dasar tertulis (convensi). Oleh karena itu UUD menurut sifat dan fungsinya adalah
suatu naska yang memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja badan tersebut. (
Kaelan. Pendidikan Pancasila.2008:178 ) UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat
kekuasaan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat dan
super karena hanya memuat 37 pasal adapun pasal-pasal yang lain, hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan..
Yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan
naskah yang terdiri dari Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan
terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-
pasal Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72
pasal (pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan. Bab IVtentang DPA dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak
lagi merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu
kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak
dapat dipisahkan.
Naskahnya yang resmi telah dimuat dan disiarkan dalam “Berita Republik
Indonesia” Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946, suatu penerbitan resmi
Pemerintah RI. Sebagaimana kita ketahui Undang-Undang Dasar 1945 itu telah ditetapkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoneisa (PPKI) dan mulaiberlaku pada tanggal 18 Agustus
1945. Rancangan UUD 1945 dipersiapkan oleh suatu badan yang bernama Badan Penyelidik
Usaha-usaha Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai,
suatu badan bentukan Pemerintah Penjajah Jepang untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia.
Fungsi UUD 1945
Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi, sebagai contoh kunci
dibuat dengan fungsi sebagai penutup dan pembuka sebuah pintu, dengan demikian secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa kunci berfungsi sebagai pembeda antara pemilik dan bukan
pemilik sebuah rumah. Demikian juga halnya dengan UUD 1945, apakah sebenarnya yang
menjadi fungsi dari sebuah UUD 1945 dalam praktek penyelenggaraan negara? Marilah
bersama-sama kita membahas hal tersebut.
Di atas telah kita bahas bersama bahwa yang dimaksud dengan UUD 1945
adalah
hukum dasar tertulis. Dari pengertian tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga
negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada
di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-undang Dasar
bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk
hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan
setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan
tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan
muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No.
10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam
pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum
tersebut
bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.

Kedudukan UUD 1945


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan “pokok-pokok kaidah
negara yang fundamental (Staatsfundamentalnorm). Maka di samping merupakan suasana
kerohaniaanya dari UUD 1945, juga merupakan sumber penjabaran normatif, oleh karena itu
dalam pembukaan UUD 1945 terkandung sendi-sendi kehidupan negara.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu
hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum
tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya
peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam
pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum
tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.
Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar,
melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu hukum dasar yang
tertulis. Disamping itu masih ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis.
Hukum dasar yang tidak tertulis tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis – yaitu yang biasa
dikenal dengan nama ‘Konvensi’.
Meskipun Konvensi juga merupakan hukum dasar (tidak tertulis), ia tidaklah
boleh bertentangan dengan UUD 1945. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau pengisi
kekosongan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
ketatanegaaan, karena Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945.
Contoh : Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan yang masih dipelihara selama
ini adalah setiap tanggal 16 Agustus, Presiden RI menyampaikan pidato pertanggungjawaban
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Praktek yang demikian tidak diatur dalam UUD 1945,
namun tetap dijaga dan dipelihara dalam praktek penyelenggaraan kenegaraan Republik
Indonesia.
 Kedudukan UUD 1945
1. Hukum tertulis tertinggi
2. Alat kontrol terhadap peraturan hukum yang lebih rendah dari UUD
3. Norma yang mengikat
- Pemerintah
- Lembaga
- lembaga Negara
- Lembaga masyarakat
- Warga Negara

Sifat UUD 1945


Bersifat singkat : 16 bab, 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.
Fleksibel : Bisa diubah sesuai dengan perkembangan zaman. UUD 1945 bersifat supel (elastis),
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis.
Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak
ketinggalan zaman.

Cara Mempelajari UUD 1945


PEMBUKAAN UUD 1945
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan mengamati Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI tahun 1945) di atas, dapat dipahami bahwa tujuan utama para
pendiri negara Indonesia atau cita-cita utama bangsa Indonesia adalah untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Jadi kemerdekaan negara Indonesia diselenggarakan antara lain untuk
membentuk pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, bukan untuk melindungi kepentingan pribadi atau golongan. Untuk
memajukan kesejahteraan umum, yakni mensejahterakan hidup rakyat Indonesia seperti
kemampuan ekonomi dan sebagainya. Mencerdaskan kehidupan bangsa, yakni memajukan
kecerdasan bangsa seperti halnya memajukan kualitas pendidikan, pengadaan dana pendidikan
dan sebagainya.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, dapat dikatakan bahwa cita-cita para pendiri bangsa yang
satu ini sangat mulia. Ini menggambarkan betapa Indonesia pernah mengalami nasib yang
sangat tersiksa dan bangkit berjuang untuk mencapai kebebasan / kemerdekaan. Dapat pula
dimaknai bahwa Indonesia adalah negara yang mencintai perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita bangga sebagai bangsa Indonesia dan peduli
untuk berjuang mensukseskan pembangunan. Lalu bagaimana cara aktif dalam pembangunan?
Tentu saja dengan tulus ikhlas belajar dan bekerja sebaik-baiknya di bidang masing-masing
dengan mematuhi aturan perundang-undangan yang berlaku.

Makna Pembukaan UUD 1945


a. Makna pembukaan UUD 1945 bagi perjuangan bangsa Indonesia
Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Indonesia,
maka pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan
tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin
ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan bangsa-bangsa di Dunia.
Pembukaan yang telah dirumuskan secara khidmat dalam (4) alenia itu, setiap alenia dan kata-
katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal
dan lestari. Universal karena mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
yang berada dimuka bumi. Lestari, karena mengandung dinamika masyarakat dan akan tetap
menjadi landasan perjuangan bangsa dan Negara selama bangsa Indonesia tetap setia terhadap
Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Makna alenia-alenia pembukaan UUD 1945
Alenia pertama dari pembukaan UUD 1945, menunjukan kuatnya pendirian
bangsa Indonesia menghadapi masalah . dengan pernyataan itu bukan saja bangsa Indonesia
bertekad untuk merdeka , tetapi akan terus berdiri di barisan paling depan untuk menentang
dan menghapuskan penjajahan diatas dunia.
Alenia kedua menunjukan kebanggaan dan peghargaan kita atas perjuangan
bangsa Indonesia selama ini. ini juga berarti adanya kesadaran bahwa, keadaan sekarang tidak
dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan
keadaan yang akan datang. Dalam alenia itu jelas apa yang dikehendaki dan diharapkan oleh
para pengantar kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap jiwa bangsa Indonesia dan terus
berusaha untuk mewujudkannya.
Alenia ini menunjukan adanya ketepatan dan ketajaman penilaian:
a) Bahwa perjuangan pergerakan di Indonesia telah pada tingkat yang menentukan.
b) Bahwa momentum yang telah berhasil dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.
c) Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan ahir tetapi masih harus terus diisi
dengan mewujudkan bangsa Indonesia yang merseka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alenia yang ketiga menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil
bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaanya, tetapi juga menjadi keyakinan, motivasi
sepiritual , bahwa maksud dan tindakannya menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah
yang maha kuasa. Dengan ini digambarkan bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan
yang berkeseimbanan kehidupan material dan sprituil, keseimbangan kehidupan baik di dunia
maupun di akhirat.
Alenia keempat merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip
dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka. Tujuan
perjuangan bangsa Indonesia dirumuskan dengan: “Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Sedangkan prinsip
besar yang tetap dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan: menyusun
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
yang berdasarkan pada Pancasila. Dengan rumusan yang panjang dan padat ini, alenia keempat
pembukaan Unang-undang Dasar sekaligus menegaskan:
- Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memejukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
- Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.
- Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila.

Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945


1. Pokok pikiran pertama:
Negara begitu bunyinya ‘melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ dalam pengertian ini diterima pengertian negara
persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
Jadi negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham
perseorangan. Negara menurut pengertian ini menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa
Indonesia, seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan. Rumusan ini
menunjukkan pokok pikiran ‘persatuan’ dengan pengertian yang lazim, negara, penyelenggara
negara dan setiap warganegara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
golongan ataupun perseorangan.
2. Pokok pikiran kedua:
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, ini merupakan
pokok pikiran ‘keadilan sosial’ yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga:
Yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu sistem
negara yang termasuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakat dan
berdasar asas pemusyawaratan perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia, pokok pikiran ‘kedaulatan rakyat’ yang menyatakan kedaulatan di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Namun hasil amandemen UUD 1945 yang tercantum dalam Pasal 6A ‘Presiden
dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat’. Hal ini
membuktikan bahwa ada perubahan kedaulatan rakyat yang tadinya dilakukan sepenuhnya
oleh MPR, khusus untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dilakukan sendiri oleh seluruh
rakyat Indonesia.
4. Pokok pikiran keempat:
Yang terkandung dalam “Pembukaan “ negara berdasarkan Ketuhan Yang
Maha Esa menurut dasar Kemanusia yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang
Dasar harus mengandung isi mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain
untuk memlihara budi pekerti kemanusia yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran
“Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, ini
membuktikan bahwa pokok pikiran ini merupakan dasar falsafat negara Pancasila.

Makna Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan
imperialisme, kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain daripada itu, Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan dengan
padat dan khidmat dalam empat alinea, dimana setiap alinea mengandung arti dan makna yang
sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Mengandung nilai universal
artinya mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh
dunia, sedangkan lestari artinya mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetap
menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa Indonesia tetap setia kepada
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 pada garis besarnya adalah:
1. Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah
hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan).
2. Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur).
3. Alinea III: memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa kemerdekaan
atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa).
4. Alinea IV: memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk susunan
negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.
Selanjutnya marilah kita uraikan satu persatu makna masing-masing Alinea Pembukaan UUD
1945 sebagai berikut:
 Alinea pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan” Makna yang terkandung dalam Alinea pertama ini adalah
menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapai masalah
kemerdekaan melawan penjajah.Alinea ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa
penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, dan oleh karenanya harus
ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak
kemerdekaannya sebagai hak asasinya. Disitulah letak moral luhur dari pernyataan
kemerdekaan Indonesia.
Selain mengungkapkan dalil obyektif, alinea ini juga mengandung suatu
pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri dari
penjajahan. Dalil tersebut di atas meletakkan tugas kewajiban bangsa/pemerintah Indonesia
untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaaan
setiap bangsa.
Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan ialah karena penjajahan itu
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini berarti setiap hal atau sifat yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan juga harus secara
sadar ditentang oleh bangsa Indonesia. Pendirian tersebut itulah yang melandasi dan
mengendalikan politik luar negeri kita.
 Alinea kedua : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur” Kalimat tersebut menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita akan perjuangan
bangsa Indonesia selama ini. Hal Ini juga berarti adanya kesadaran keadaan sekarang yang
tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil sekarang akan
menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alinea ini jelas apa yang dikehendaki atau
diharapkan oleh para "pengantar" kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia
dan terus berusaha untuk mewujudkannya.
Alinea ini mewujudkan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian:
1. Bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada tingkat yang
menentukan;
2. Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan;
3. Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi
dengan mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
 Alinea ketiga : “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” Kalimat tersebut bukan saja menegaskan
apa yang menjadi motivasi nyata dan materiil bangsa Indonesia, untuk menyatakan
kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan motivasi spiritualnya, bahwa maksud dan
tindakan menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa. Hal tersebut
berarti bahwa bangsa Indonesia mendambakan kebidupan yang berkeseimbangan material dan
spiritual serta keseimbangan kebidupan di dunia dan di akhirat.
Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur dan mengilhami Proklamasi
Kemerdekaan (sejak dari Piagam Jakarta) serta menunjukkan pula ketaqwaan bangsa Indonesia
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat ridho-Nyalah bangsa Indonesia berhasil dalam
perjuangan mencapai kemerdekaannya, dan mendirikan negara yang berwawasan kebangsaan.
 Alinea keempat : “Kemudian daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan 13 kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar,
untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Tujuan nasional negara Indonesia dirumuskan dengan "... Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kebidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial". Sedangkan prinsip dasar yang dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan
menyusun kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan
berdasarkan PancasiIa. Dengan rumusan yang panjang dan padat ini, alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan:
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya yaitu:melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat;
3. Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Amandemen UUD 1945


Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 ayat 1, undang-
undang dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Dimaksud
hanya sebagian adalah karena selain UUD (hukum tertulis) juga berlaku hukum tidak tertulis.
Sebagai konstitusi negara Indonesia UUD 1945 berada di posisi tertinggi dalam tata urutan
perundang-undangan. Semua hukum yang berlaku di Indonesia haruslah sesuai dan berintisari
dari UUD 1945. Akan tetapi biar bagaimanapun UUD 1945 adalah hukum yang di ciptakan
manusia dan tidak dapat dikatakan sempurna. Setidaknya telah ada 4 sejarah amandemen UUD
1945.
Sebelum membahas sejarah amandemen UUD 1945 mungkin ada baiknya kita
sedikit mengulang bahasan sebelumnya tentang perbandingan undang-undang dasar sebelum
dan sesudah amandemen. Di sana saya sempat menjelaskan 3 macam UUD yang telah
digunakan di Indonesia. Yang dimaksud ketiganya adalah UUD 1945, UUD RIS 1949, dan
UUDS 1950.
Beruntung saat ini kita tetap menggunakan produk pendiri bangsa kita sebagai
konstitusi negara, UUD 1945. Namun dalam perjalanannya bangsa Indonesia semakin
berkembang dan memiliki kebutuhan yang lebih beragam lagi. UUD 1945 yang diposisikan
sebagai dasar negara ternyata memiliki beberapa kelemahan. Wajar saja karena dalam
prosesnya penyusunan UUD 1945 ini dilakukan dalam situasi kondisi genting, sama halnya
seperti proses perumusan pancasila.
Dalam sejarah amandemen UUD 1945 terhitung sudah 4 kali UUD 1945
mengalami amandemen (Amendment, Perubahan, tetapi bukan dalam pengertian
Pergantian). Setelah 4 kali diamandemen sebanyak 25 butir tidak dirubah, 46 butir dirubah
atau ditambah dengan ketentuan lainnya. Secara keseluruhan saat ini berjumlah 199 butir
ketentuan, 174 ketentuan baru. Mengapa harus diamandemen? Berikut ini beberapa alasan
mengapa perlu dilakukan amandemen.

Alasan dilakukan amandemen yaitu :


1. Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.
2. Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif dan
kekuasaan legislatif).
3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen).
4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM.

Berikut ini sejarah Amandemen UUD 1945 di Indonesia.


Amandemen I
Amandemen yang pertama kali ini disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999 atas
dasar SU MPR 14-21 Oktober 1999. Amandemen yang dilakukan terdiri dari 9 pasal, yakni:
Pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 17, pasal 20, pasal 21.
Inti dari amandemen pertama ini adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu
kuat (executive heavy).

Amandemen II
Amandemen yang kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 dan disahkan
melalui sidang umum MPR 7-8 Agustus 2000. Amandemen dilakukan pada 5 Bab dan 25
pasal. Berikut ini rincian perubahan yang dilakukan pada amandemen kedua.
Pasal 18, pasal 18A, pasal 18B, pasal 19, pasal 20, pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B,
pasal 25E, pasal 26, pasal 27, pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C, pasal 28D, pasal 28E, pasal
28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal 30, pasal 36B, pasal 36C.
Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab XII, Bab XV, Ps. 36A ;
Inti dari amandemen kedua ini adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewenangannya, Hak
Asasi Manusia, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.
Amandemen III
Amandemen ketiga disahkan pada tanggal 10 November 2001 dan disahkan
melalui ST MPR 1-9 November 2001. Perubahan yang terjadi dalam amandemen ketiga ini
terdiri dari 3 Bab dan 22 Pasal. Berikut ini detil dari amandemen ketiga.
Pasal 1, pasal 3, pasal 6, pasal 6A, pasal 7A, pasal 7B, pasal 7C, pasal 8, pasal 11,pasal 17,pasal
22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal 23A, pasal 23C, pasal 23E, pasal 23F, pasal 23G,
pasal 24, pasal 24A, pasal24B, pasal24C.
Bab VIIA, Bab VIIB, Bab VIIIA.
Inti perubahan yang dilakukan pada amandemen ketiga ini adalah Bentuk dan Kedaulatan
Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara,
Kekuasaan Kehakiman.
Amandemen IV
Sejarah amandemen UUD 1945 yang terakhir ini disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002
melalui ST MPR 1-11 Agustus 2002. Perubahan yang terjadi pada amandemen ke-4 ini terdiri
dari 2 Bab dan 13 Pasal.
Pasal 2, pasal 6A, pasal 8, pasal 11, pasal16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24, pasal 31, pasal
32, pasal 33, pasal 34, pasal 37.
BAB XIII, Bab XIV.
Inti Perubahan: DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden, pernyataan perang,
perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan,
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD. Tujuan dari dilakukannya
amandemen UUD 1945 yang terjadi hingga 4 kali ini adalah menyempurnakan aturan-aturan
mendasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Sejarah amandemen UUD 1945 yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan
susunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan juga mempertegas sistem
pemerintahan presidensil.

BAB3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik sutau kesimpulan
bahwa sesungguhnya materi muatan yang terkandung pada Konstitusi Indonesia (UUD 1945)
mencakup hal-hal mengenai politik, ekonomi, hukum dan HAM. Diaturnya hampir semua
elemen kehidupan manusia ini memberikan konsekuensi terhadap pelaksanaan ketatanegaraan
yang harus berdasarkan kepada kepentingan rakyat banyak atau tujuan negara itu sendiri.
Mengenai ketentuan ekonomi pada konstitusi Indonesia sudah mengalami perbaikan yang
sangat berarti, jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum diamandemen. Harus juga
dipahami prinsip perekonomian seperti halnya, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan, kesatuan
ekonomi nasional . Seluruhnya harus dijadikan pedoman pelaksanaan perekonomian di
Indonesia.
Terhadap ketentuan sosial yang terkadung tidak cukup mensejahterakan rakyat, tetapi
perlu juga diperhatikan demi kepentingan bersama untuk mencerdaskan bangsa. Beberapa
alasan diamandemennya UUD 1945 menjadi koreksi bagi pemerintah atau para pelaksana
perubahan UUD 1945 untuk secara langsung melibatkan kepentingan rakyat dan aspirasi
rakyat.

Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan
menerapkan nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Maka , “marilah bersama-sama memahami mendalami ajaran pancasila secara
menyeluruh supaya kita paham dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
dengan tujuan dapat mengurangi sedikit demi sedikit hal hal yang dapat mengancam dan
membahayakan pancasila yang tidak hanya datang dari luar tetapi juga dari dalam, terlebih lagi
di era globalisasi sekarang ini.
Amandemen dirasakan perlu, karena makna dan isi dari UUD 45 itu sendiri agar
bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Dan selain itu juga agar UUD 45 dapat terus
dijadikan sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.

Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=isi+dan+pokok+pikiran+uud+45
http://www.slideshare.net/ediidris2/makalah-pendidikan-pancasila-16287759
Pembukaan UUD 1945, from :http://www.scribd.com/doc/54852812/PEMBUKAAN-UUD-1945
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 , from
:http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Batang tubuh , from
:http://organisasi.org/undang_undang_dasar_1945_pembukaan_batang_tubuh_dan_aturan
Jimly, Asshidiqie. 2005. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Konstitusi Press. Jakarta.
A.G., Pringgodigdo. 1958. “Sejarah Pembentukan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia”. Majalah Hukum dan Masyarakat. Bandung
Dahlan Thaib, dkk,. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soemantri, Sri. 2006. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi dalam Batang-Tubuh UUD
1945 (Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945), Ed. II, Cet. 1, Alumni. Bandung.
Vanzhart. 2012. Sejarah Makalah UUD 1945 Dan Proses Amandemen
Makalah UUD 1945 Dan Proses Amandemen

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun makalah ‘‘UUD 1945 dan Proses Amandemen‘‘ ini diselesaikan dengan tujuan
penyelesaian salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Program Studi Fisika
S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ria
Manurung selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Medan, April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Undang Undang Dasar 1945
2.11 Pengertian Undang Undang Dasar 1945.................................................3
Kedudukan Undang Undang Dasar 1945.............................................3
Sifat Undang Undang Dasar 1945.........................................................4
Proses Perumusan Dasar Negara dan Undang Undang Dasar 1945...4
2.15 Sistem Undang Undang Dasar 1945...................................................10
2.16 Undang Undang Dasar Negara dalam Pelaksanaannya.....................11
2.17 Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang UUD 1945...........12
2.18 Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen
...............................................................................................................13
2.2 Proses Amandemen Undang Undang Dasar 1945
2.21 Pengertian Amandemen.......................................................................23
2.22 Tujuan Amandemen.............................................................................24
2.23 Alasan Amandemen UUD 1945...........................................................25
2.24 Proses Amandemen UUD 1945............................................................25
2.25 Mekanisme Amandemen......................................................................27
2.26 Kelebihan Amandemen........................................................................27
2.27 Kelemahan Amandemen......................................................................31

BAB III
PENUTUP..........................................................................................................35
3.1 Kesimpulan.................................................................................................35
3.2 Saran...........................................................................................................40

UUD 1945 DAN PROSES AMANDEMEN


Makalah UUD 1945 Dan Proses Amandemen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menyadari bahwa di dalam memahami, mengerti, menghayati dan mengamalkan
Undang Undang Dasar 1945 kita perlu mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung
di dalamnya. Bahwa Undang Undang Dasar 1945 mengikat penyelenggara negara,
masyarakat, warga negara dan penduduk maka UUD 1945 dijadikan dasar untuk berulah
negara dan berulah masyarakat.
Untuk ini kami mencoba menguraikan secara popular dan sistematik dengan
harapan dapat membantu dalam mempelajari UUD 1945 ini. Bahwa Undang Undang
Dasar 1945 merupakan hukum dasar, yang tertulis. Sebagai hukum mengikat
Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan Penduduk.
Maka dari itu, apapun namanya atau kedudukannya harus mengetahui,
memahami dan menghayati isi dan makna Undang Undang Dasar 1945. Tanpa terkecuali
kita semua dituntut mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya dan
melaksanakan tugas dan pekerjaan berdasarkan atas dan dijiwai oleh semangat Undang
Undang Dasar 1945. Selain itu, kita juga harus mengetahui bagaimana proses yang
terjadi pada Undang Undang Dasar 1945, apakah yang menyebabkan UUD 1945 tersebut
diamandemen.
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan pada tahun 1999 merupakan sebuah dorongan dari
gerakan reformasi. Tuntutan perubahan UUD 1945 yang digulirkan oleh berbagai kalangan
masyarakat dan kekuatan sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa dalam UUD 1945 belum
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan
penghormatan HAM. UUD 1945 sebelum perubahan merupakan sebuah UUD yang menimbulkan
multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup
yang menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan
Diharapkan kita mendapatkan sedikit bekal dan bahan dasar untuk dapat
mengetahui, mengerti, menghayati dan mengamalkan makna dari Undang Undang Dasar
1945 dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan


- Makalah ini bertujuan untuk menguraikan secara popular dan sistematik isi dari UUD 1945.
- Untuk mengetahui proses amandemen UUD 1945.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Undang Undang Dasar 1945


2.19 Pengertian Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang Dasar ialah piagam tertulis yang sengaja diadakan dan memuat
segala apa yang dianggap oleh pembuatnya menjadi asas fundamental negara tersebut.
Undang Undang Dasar 1945 ialah Undang Undang Dasar Negara Indonesia terdiri dari:
Sistematika UUD 1945
ü Pembukaan UUd 1945 : 4 alinea
ü Batang Tubuh UUD 1945 : 16 Bab
37 Pasal
: 4 Pasal Aturan Peralihan
: 2 Ayat Aturan Tambahan
ü Penjelasan : Penjelasan Umum
Penjelasan Khusus
Undang Undang Dasar 1945 untuk prtama kalinya disahkan oleh Sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan dinyatakan berlaku sejak 18 Agustus 1945.
Pengesahan daripada Undang Undang Dasar tersebut dimuat dan disiarkan Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.

riris (120801073) Kedudukan Undang Undang Dasar 1945


a. Hukum Dasar yang Tertulis
UUD 1945 merupakan Hukum Dasar yang tertulis. Sebagai hukum maka ia mengikat:
Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan Penduduk. Dengan
demikian maka ia mengikat pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, ia mengikat
lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara, lembaga masyarakat termasuk partai politik
dan organisasi massa, semua warga negara dan bahkan setiap penduduk.
b. Hukum Dasar dan Sumber Hukum
UUD 1945 merupakan bentuk peraturan yang tertinggi dan yang menjadi dasar
dan sumber bagi peraturan yang lebih rendah. Dan setiap peraturan perundangan harus
berdasar dan bersumber dengan tegas pada peraturan yang berlaku yang lebih tinggi
tingkatannya.
c. Hukum yang Menempati Lebih Tinggi
Undang Undang Dasar, menurut ketentuan dalam pasal UUD 1945 adalah
ketentuan yang tertinggi tingkatannya. Oleh sebab itu ia adalah hukum yang menempati
kedudukan tertinggi.
d. Fungsi Pengawas
Karena ia menempati kedudukan tertinggi, maka ia adalah sebagaikontrol/pengecek yang
berfungsi sebagai pangawas terhadap produk hukum yang lebih rendah tingkatannya, misalnya
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan lain-lain.

Sifat Undang Undang Dasar 1945


Dikatakan bahwa sifat UUD 1945 adalah singkat dan luwes. Ia hanya memuat
berupa aturan-aturan pokok, dan garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintahan/penyelenggara Negara di dalam Negara yang terdiri dari 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan, 2 ayat Tambahan. Selain singkat maka sifat yang melekat padanya
adalah luwes. Karena luwes maka ia kenyal dalam arti tidak kaku dan tidak akan mudah
ketinggalan zaman (dinamis).
Walaupun sifatnya singkat dan luwes bahwa yang penting semangat penyelenggara. Bahwa
penyelenggara Negara tidak hanya sekedar mengetahui teks UUD 1945 tetapi jauh dari itu juga
harus menghayati dan sekaligus mengamalkannya.
Semangat dan tekad para pemimpin, penyelenggara negara/pemerintah serta
seluruh rakyat Indonesia sebagai keseluruhan dalam menerapkan Undang Undang Dasar
1945.

Proses Perumusan Dasar Negara dan Undang Undang Dasar 1945


Perumusan Undang Undang Dasar 1945 seperti diuraikan di atas setelah terbentuknya
BPUPKI, oleh karenanya perlu dikemukakan tentang sebab-sebab mengapa pada masa itu bangsa
Indonesia berhasil memperoleh kesempatan menyusun Rencana Undang Undang Dasar Negara.
Sesuai dengan janji Jepang, akibat kekalahan dalam Perang Pasifik, maka
kesempatan tersebut sangat menguntungkan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tentu saja janji itu disambut dengan gembira oleh bangsa Indonesia.
Walaupun demikian, dalam perjuangannya bangsa Indonesia tidak pernah
menggantungkan diri semata-mata kepada janji tersebut. Lahirnya bangsa Indonesia hasil
kerja samadengan pihak Jepang melalui pengangkatan anggota BPUPKI, tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap menyusun negara dan kekuatan sendiri yang
mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Kepercayaan pada diri sendiri membara dan
menggelora di dalam sanubari bangsa Indonesia yang sama tua dengan penjajahan itu
sendiri.
Semangat itu kemudian ditempa akibat penderitaan lahir dan batin dari
penjajahan. Sebagai realisasi dari janji Jepang, maka pada tanggal 28 Mei 1945 oleh
Pemerintah Jepang dilantik sebuah badan yang disebut Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 62 orang bangsa
Indonesia dan sebagai Ketua adalah DR.KRT.Radjiman Widijodiningrat. Pelantikan
dilakukan di Gedung Pejambon (Deparlu) Jakarta yang mana sidang pertama dimulai
tanggal 20 Mei 1945.
Adapun maksud dan tujuan pembentukan badan ini adalah semata-mata untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan sesuai dengan janji politik bagi
kemerdekaan Indonesia di kelak kemudian hari. Bangsa Indonesia tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini. Apa yang dikerjakan oleh para pemuka yang duduk dalam badan
tersebut, ternyata tidak hanya sampai pada usaha penyelidikan saja, melainkan lebih jauh
lagi. Mereka dapat menghasilkan sebuah hasil yang sangat gemilang yaitu Rancangan
Undang Undang Dasar. Bahkan dalam sidang terakhir 1 Juni 1945 diusulkan pula
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Sidang pertama BPUPKI yang berlangsung dari tanggal 19 Mei sampai dengan 1 Juni 1945
membicarakan tentang Dasar Negara, sedang Undang Undang Dasar Negara yang sesungguhnya
adalah pada masa persidangan berikutnya. Dan di dalam pembicaraan ini dibentuk Panitia-panitia
yang dimaksudkan untuk membahas dan menghasilkan Pembukaan Hukum Dasar dan Rancangan
Hukum Dasar dari Negara yang akan dibentuk kemudian.
Panitia-Panitia dalam BPUPKI ini adalah:
1. Panitia Perumusan Hukum Dasar.
2. Panitia Perancang Hukum Dasar.
Panitia Penghalus Bahasa
ad.1. Panitia Perumusan Hukum Dasar (Panitia Sembilan)
Bertugas merumuskan Pembukaan Rancangan Hukum Dasar. Panitia ini karena
anggotanya Sembilan orang maka disebut Panitia Sembilan. Panitia ini menghasilkan
naskah politik yang terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada
tanggal 22 Juni 1945.
Piagam Jakarta telah diadakan perubahan yang tidak prinsip yang kemudian
menjadi Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 (PPKI 18 Agustus 1945). Panitia
Sembilan ini diketuai oleh Ir.Soekarno.
ad.2. Panitia Perancang Hukum Dasar
Sehubungan dengan Panitia Hukum Dasar, maka dalm siding BPUPKI
pada tanggal 11 Juni 1945 yang dipimpin oleh Dr.KTR.RAdjiman Widijodiningrat setelah
mendengarkan pandangan dari 20 orang anggota, maka dibentuklah Panitia Hukum
Dasar dan sebagai Ketua Panitia adalah Ir.Soekarno. Panitia Hukum Dasar ini terdiri dari
tiga Panitia Kecil sebagai berikut:
1. Panitia (Kecil) Perancang Hukum Dasar.
Bertugas merumuskan Rancangan Hukum dasar. Setelah diadakan persidangan dari
tanggal 10 Juli 1945 dengan mendengarkan pendapat berupa usul dan saran dari semua
anggota, berhasil merumuskan Rancangan Hukum Dasar. Panitia ini beranggota 7 orang.
2. Panitia (Kecil) Perancang Ekonomi dan Keuangan.
Panitia ini bertugas merumuskan Ekonomi dan Keuangan yang kemudian hasil positif dari
Panitia ini menjelma dalam pasal 33 dan 34 UUD 1945. Dalam Panitia ini peranan
Drs.Moh. Hatta sebagai Ketua sangat menonjol.

3. Panitia (Kecil) Perancang Bagian Pembelaan Tanah Air.


Ditugaskan untuk menyusun pembelaan tanah air.Yang kelak akan menjadi dasar pasal 30 UUD
1945 mengenai pembelaan negara. Panitia ini oleh Abikusno Tjokrosujoso.
ad.3. Panitia Pengalus Bahasa
Bertugas untuk memperluas bahasa yang dituangkan dalam Pembukaan Hukum dasar. Dan
rancangan hukum dasar negara.Panitia ini beranggota Prof.Mr.Soepomo dan Prof.Dr.PAA.Hoesien
Djojodiningrat. Pada tanggal 16 Juli 1945 hasil panitia perancang yang bekerja sama dengan panitia
ekonomi keuangan, panitia pembelaan tanah air dan penghalus bahasa dan hasil panitia kecil
diterima oleh Badan Penyelidik Usaha-usahaPersiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dengan baik. Oleh karena tugas – tugas BPUPKI telah dianggap selesai maka untuk persiapan
selanjutnya dibentuklah oleh Pemerintah jepang sebuah panitia yaitu panitia persiapan
Kemerdekaan Indonesia(PPKI).
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia ini bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kemerdekaan,yang terdiri dari seorang ketua dan
seorang wakil ketua masing-masing Ir.Soekarno sebagai ketua dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil
ketua. Tugas pokok dari PPKI adalah secepatnya memerdekaan Indonesia.
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dilantik tanggal 9 agustus 1945 dan akan selekas
mungkin menyelesaikan soal-soal yang perlu untuk kemerdekaan terutama didasarkan pada
rancangan Hukum Dasar yang telah dihasilkan BPUPKI tersebut di atas. Rancangan hukum dasar
seyogianya akan diserahkan oleh panitia yang selanjutnya untuk disetujui.
Menurut rencana kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan pada tanggal 24Agustus
1945. Pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan masing-masing
di Hiroshima dan Nagasaki, akibat pemboman dikedua kota ini Jepang betekuk lutut dan menyerah
tanpa syarat pada pihak Sekutu. Oleh karena itu janji memberikan kemerdekaan pada
bangsa Indonesia tidak mungkin dilaksanakan lagi danIndonesia terjadi kekosongan kekuasaan.
Tentu saja dalam situasi seperti ini bangsa Indonesia, terutama para pemimpin dan
golongan pemuda tidak tinggal diam. Kesempatan tebuka luas untuk mengambil nasib bangsa di
tangan sendiri. Sehingga atas dorongan pemuda, sebelum kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda
kembali lagi atau penyerah Pemerintah Jepang kepada pihak sekutu sebagai pihak yang
memenagkan perang terlaksana maka pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama rakyat dan bangsa Indonesia.
Dari kenyataan ini jelaslah bahwa kemerdekaan Indonesia sekali kali bukanlah merupakan
hadiah sebagai hasil realisasi janji pemerintah Jepang, tetapi hasil perjuangan bangsa Indonesia
sendiri selama berabad-abad dengan segala pengorbanannya. Dengan
proklamasi kemerdekaan, maka bangsa Indonesia lepas dari ikatan-ikatan penjajah dan bangsa
Indonesia menyatakan sebagai suatu bangsa sejajar dan sederajat dengan bangsa-bangsa lainnya di
dunia. Dan dengan demikian Indonesia adalah negara pertama yang merdeka setelah perang kedua.
Penetapan dan pengesahan undang undang dasar 1945
Seperti telah dikemukakan bahwa untuk menyempurnakan negara yag baru saja merdeka
itu,maka pada tanggal 18 agustus 1945 PPKI bersidang. Anggota PPKI ini telah
disempurnakan,panitia ini walaupun dilantik oleh pemerintah jepang untuk pertma kalinya tetapi
bukan alat Jepang. Sidang kedua dan sidang pertama BPUPKI diadakan setelah kemerdekaan pada
tanggal 18 Agustus atas tanggung jawab bangsaIndonesia sendiri, sebagai bangsa yang merdeka.
Hal ini terbukti bahwa jumlah anggota PPKI yang semula terdiri dari 21 orang termasuk
ketua dan wakil ketua serta ditambah 6 orang lagi atas usul ketua dan atas tanggung jawab
sendiri. Dalam sidang inilah ditetapkan dan disahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar dan
rancangan Hukum Dasar hasil BPUPKI menjadi Undang-Undang Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terkenal dengan nama Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) terdiri dari
Pembukaan Undang –Undang Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undaang-Undang Dasar 1945 setelah
diadakan perubahan dan penyempurnan disana- sini yang tidak prinsip dan jika kita bandingkan
dengan pembukaan Hukum Dasar (Piagam Jakarta) maka pada pokoknya adalah hampir sama,
hanya terdapat perbedaan disana-sini.

Piagam Jakarta (Pembukaan Hukum Dasar) Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
1.Kata *Mukadimah* 1.*Pembukaan*
2....dalam suatu Hukum dasar Negara 2.. dalam suatau undang undang Dasar Negara
Indonesia.. Indonesia..
3...dengan berdasar kepada 3...dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Ketuhanan degan kewajiban menjalankan Esa...
syarat –syarat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya..
4...menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab 4.Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sebaliknya bila kita bandingkan Batang Tubuh dengan Rancangan Hukum Dasar (Hasil Panitia
Perancang) mengalami perubahan – perubahan sebagai berikut:
Rancangan Hukum dasar Batang Tubuh UUD 1945
1.Istilah Hukum dasar Diganti 1.Undang –Undang Dasar
2.Dalam rancangan dua orang Diganti 2.Seorang Wakil presiden
wakil presiden 3.Presiden harus orang Indonesia asli
3.Presiden harus seorang
Indonesia asli dan beragama Diganti
Islam
4.Disebutkan: selama perang
pimpinan perang dipegang 4.Dihapuskan
oleh Jepang dengan Diganti
persetujuan pemerintahan
Indonesia
Semua pembicaraan, naskah-naskah dan putusan-putusan mengenai Rancangan Undang
Undang Dasar 1945 baik dalam sidang BPUPKI maupun dalam sidang PPKI, merupakan
bahan yang sangat berharga untuk dipahami, dihayati dn diamalkan serta bagaimana
penafsirannya. Bahkan dalam sidang– sidang BPUPKI telah dapat dihasilkan suatu piagam yang
amat penting yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Dari uraian di atas jelas bahwa perencanaan Undang Undang Dasar 1945 terjadi sebelum
kemerdekaan tiba,penempatan dan pengesahannya terjadi setelah proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Hal ini bagi pembangunan bangsa Indonesia benar-benar merupakan rahmat dan karunia
yang sebesar-besarnya dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita dapat membayangkan andaikata pada
waktu itu bangsa Indonesia belum mempunyai suatu Rancangan Undang Undang Dasar, sudah
pasti sulit untuk memperoleh suatu Undang Undang Dasar, sudah pasti sulit untuk
memperoleh suatu Undang Undang Dasar setelah proklamasi.
Undang Undang Dasar ternyata mampu untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia,
mampu menampung segala aspirasi, perkembangan dan keutuhan bangsaIndonesia. Sesuai dengan
naskah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia beserta dengan penjelasannya dimuat
dalam Berita Republik Indonesia tahun 1946(tahun II) Nomor 7, tanggal 15 Februari 1946.

2.23 Sistem Undang Undang Dasar 1945


Undang Undang Dasar 1945 disusun dengan singkat dan luwes dan mampu menghadapi
setiap perkembangan dan perubahan zaman yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ,waktu
dan tempat.
Karena sifatnya yang singkat maka ia pun luwes.Didalam penjelasan dikatakan bahwa telah
cukup jikalau Undang Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok saja, memuat garis-garis
besar sebagai perintah kepada pemerintah dan penyelenggara negara.
Terutama bagi negara baru dan negara muda lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya
memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturanyang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada Undang Undang yang lebih mudah cara membuat, mengubah dan mencabut
(undang-undang organik). Kita harus senantiasa ingta kepada dinamika kehidupan mayarakat dan
negara Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang berubah lahir batin. Berhubung dengan hal
itu, janganlah tergesa-gesa memberi keristalisasi, memberi bentuk pada pikiran-pikiran yang masih
mudah berubah (labil). Dan dari sistem inidengan mudah kita dapat mengerti, bahwa
sesungguhnnya UUD 1945 ini tetap memberikan arah yang tepat bagi bangsa Indonesia yang
merupakan negara muda yang masih akan berkembang dengan cepat menuju suatu perubahan yang
semakin maju denagn arah yang telah ditetapkan oleh UUD1945 baik dalm
pembukaan, maupun batanng tubuh dan penjelasannya.

2.24 Undang Undang Dasar Negara dalam Pelaksanaannya


Sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949 NRI
menggunakan UUD 1945. Tetapi pelaksanaannya masih jauh dari sempurna, bahkan terjadi
penyimpangan yang prinsipil sejak tanggal 14 November 1945 yaitu kabinet Presidentil menurut
UUD 1945 berubah menjadi kabinet perlementer dangan perdana menteri Sutan Syahrir. Selain
daripada itu, pemilihan umum untuk membentuk MPR dan DPR belum sempat diadakan karena
revolusi fisik yang sedang berkobar dengan hebatnya. Lembaga-lembaga Tinggi Negara lainnya
seperti DPA, MA dan BPK belum dapat dibentuk dengan Undang Undang karena keadaan belum
mengizinkan, sehingga hanya bersifat sementara dan belum dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Hal yang ditimbulkan sebagai akibat tidak dilaksanakannya UUD 1945 itu dengan
konsekuen ialah lahirnya berpuluh partai politik, tidak stabilnya pemerintahan yang sering jatuh
silih berganti.
Berbagai kesulitan yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan terhadap UUD
1945 pada waktu itu. Sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 4Juli 1959 kita
meninggalkan UUD 1945 secara total. Kita menggunakan dua macam Undang Undang Dasar yang
sangat jauh berbeda dengan UUD 1945, baik falsafahnya,jiwanya, semangatnya, maupun bentuk
dan sistemnya. Yang pertama adalah konstitusi RIS yang berlaku mulai tanggal 27 Desember 1945
dan berakhir tanggal 17 Agustus 1950 karena rakyat tidak dapat menerimanya. Sejak tanggal
17 Agustus 1950, dipakaiUUD 1945 yang baru yaitu UUDS 1950.
Presiden mengeluarkan dekrit untuk kembali ke UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959.
Dengan keluarnya dekrit presiden itu maka mulai tanggal 5 Juli 1959, tidak berlaku lagi UUDS
1950 dan mulai berlaku kembali UUD 1945 dan segera akan dibentuk MPRS dan DPAS.

2.25 Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang UUD 1945


Adapun prisip-prinsip yang terkandung dalam Batang Tubuh UUD 1945 diuraikansebagai berikut
:
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sesuai dengan pasal 1 UUD 1945, negara kita ialah negara kesatuan yang berbentuk
Republik bagi negara kita tiada lain bentuk negara yang paling tepat ialah negara
kesatuan yang bernafaskan Demokrasi Pancasila.
b. Pengakuan Hak Asasi Manusia dalam negara Pancasila
Negara Pancasila menjunjung tinggi HAM. Hak asasi manusia adalah hak dasar dari hak-
hak dan kewajiban-kewajiban yang lain. Disamping hak ssasi, terdapat kewajiban
asasi.kalau dalam masyarakat yang individualistis, tuntutan pelaksanaan HAM sedikit
berlebih-lebihan sehingga merugikan masyarakat, maka dalam masyarakat pancasila
dilaksanakan secara seimbang sebagai manusia sarwa tunggal (monopluralistis) atau
adengan kata lain dapat disebut bersifat kekeluargaan. Contoh-contoh perwujudan HAM
lebih tegas dalam pasal 27 s/d 34 UUD 1945. Sebaiknya contoh kewajiban-kewajiban
asasi adalah kewajiban belajar, kewajiban memberikan suara, kewajiban membayar
pajak,kewajiban menjaga keamanan, kewajiban membela negara, tunduk dan taat
menjalankan aturan negara.
c. Sistem Kebudayaan Nasional
Dalam pasal 32 UUD 1945 disebutkan bahwa Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia mengutamakan pembinaan dan
pembangunan kebudayaan Indonesia. Penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing
kedalam kebudayaan nasional adalah dengan syarat lebih mengembangkan
kebudayaan nasional dan tidak bertentangan dengan ilai pancasila. Disamping itu karena
negara kita terdiri dari banyak pulau dan suku bangsa,mempunyai adat istiadat dan
kebudayaan daerah yang beranekaragam, hal ini tidak perlu dipertentangan perbedaan
bentuk dan wujud (gatra) yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita, malah
sebaliknya dengan keanekaragaman terdebut akan saling melengkapi dan saling
memperkaya yang merupakan suatu kesatuan sebagai kekashan kebudayaan kita.
Dengan demikian perikehidupan masyarakat akan serasi menuju tingkat kemajuan dan
pengembangan (apresiasi) yang merata dan seimbang.
d. Pembelaan Negara
Seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu pasal 30 UUD 1945 menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta di dalam pembelaan negara. Letak
kepulauan nusantara yang strategis dan berbeda di posisi silang sebagai satu kesatuan
pertahanan dan keamanan, berarti bahwa ancaman salah satu bagian daerah Indonesia
ataupun salah satu segi kehidupan pada hakekatnya adalah merupakan ancaman
terhadap keutuhan bangsa indonesia secara keseluruhan. Dan oleh karenanya bangsa
Indonesia sebagai warga negara mempunyai kewajiban untuk membela keutuhan negara
dan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu prinsip wawasan nusantara dan ketahanan
nasional perlu dikembangkan.

2.26 Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen
Orde baru dapat diartikan, susunan, aturan suatu negara atau mesyarakat yang teratur,
berjalan dengan baik semuanya tertib, merupakan suatu kesatuan yang organis dan fungsional
dapatlah disebut Orde. Negara yang tertib hukum, organisasi teratur, masyarakat yang sejahtera
disebut dalam keadaan in-orde, sebaliknya Negara yang tidak mempunyai kepastian Hukum, kacau
kalau disebut dalam keadaan wan-orde. Tumbuhnya orde Baru adalah sebagai produk reaksi yang
logis di negara kita dari keadaan sebelumnya yang disebut Orde lama. Orde baru lahir dipelopori
oleh para pemuda yaitu Mahasiswa, Pelajar dan pemuda umumnya yang tergabung dalam kesatuan
aksi angkatan 66 bersama ABRI, para PARPOL dan ORMAS dengan gigih menyumbangkan rezim
Orde lama.
Istilah Orde Baru timbul untuk petama kali pada seminar II TNI AD di SESKOAD
Bandung, Agustus 1966 dan kemudian dijadikan pembatasan garis demokrasi dan sikap mental
sebelumnya.
1. Pengertian Orde Baru
Orde baru ialah suatu tata kehidupan baru dan sikap mental baru yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Adapun ciri-ciri Orde baru antara lain:
(1) Dasar/ landasan Pancasila dan UUD 1945.
Landasan Idiil ialah Pancasila.
Landasan Konstitusional ialah Undang Undang dasar 1945
Landasan Operasional ialah ketetapan- ketetapan MPR.
(2) Tujuan, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan demi Ampera, demi Tritura dan demi Hanura.
(3) Cara dan pelaksanaan secara konstitusional yaitu melalui saluran hukum, berdasarkan konstitusi
yang ada.
Karena itu perlu adanya aturan permainan, dan aturan itu bersumber pada hukum yang ada dan
berlaku. Adapun pelaksanaannya adalagh dengan jalan melaksanaan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
2. Pengertian Orde Lama
Orde Lama ialah suatu orde atau tata kehidupan lama dalam kenegaraan di indonesia pada masa
pra G 30 S/PKI. Masa orde lama ialah suatu periode antara tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan 11
maret 1966. Jadi dengan demikian masa sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tidak disebut Orde
Baru. Adapun ciri-ciri Orde lama antara lain:
(1) Dasar atau landasan : Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Landasan Idiil dan Pancasila.
(2) Tujuan ialah Struktural ialah Tri Kerangka Tujuan Revolusi Indonesia.
Negara Kesatuan, Sosialisme dan Dunia Baru.
(3) Cara pelaksanaan, penuh penyelewengan.
Penyelewengan di segala bidang kehidupan kenegaraan dari dasar, landasan dan tujuan negara itu
sendiri (bidang ideologi, bidang konstitusi/hukum, bidang sosial dan politik, bidang moral dan
agama).

Bentuk dan jenis penyelewengan Orde lama antara lain:


(1) Bidang Ideologi
Pancasila sebagai dasar dan filsafah negara diperas dan diputarbalikkan tata urutannya. Pemerasan
dan pemutarbalikkan tata urutan sila-sila Pancasila akan menghilangkan arti dan fungsi Pancasila
itu sendiri sebagai Dasar Negara.
(2) Bidang Konstitusi/ Hukum
Timbul peraturan perundangan yang disebut penetapan presiden, dalam Hukum positif/tertib
hukum Indonesia berdasar UUD 1945 tidak dikenal.
Presiden membubarkan DPR hasi pemilihan Umum, dalam UUD 1945, Presiden tidak
berhak membubarkab DPR(sistem pemerintahan berdasarkan UUD1945) Presiden dan DPR pada
dasarnya harus bekerja sama (Co-partnership di bidang legislatif).
Dengan penyelewengan pasal 17 UUD 1945 Ketua Lembaga Tertinggi dan Ketua-ketua
Lembaga Tinggi diangkat sebagai Menteri, dengan demikian mereka sebagai Menteri Pembantu
Presiden (mereka berada di bawah kekuasaan Presiden).Presiden menjadi pusat segala kekuasaan,
sehingga mengabulkan fungsi wewenang Badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif, sehingga
bertentangan dengan UUD 1945 bahwa Presiden adalah mandataris MPR, bahwa Presiden harus
bertanggung jawab pada Majelis dan kekuasaan Presiden tidak tak terbatas.
- Kepolisian Negara dijadikan angkatan kepolisian sebagai angkatan IV untuk mengarah dan
mencapai tujuan awal ORLA dalam pembentukan angkatan V.Ankatan V ini terdiri dari
sukarelawan yang unsur-unsurnya terdiri dari Pemuda Rakyat dan CGMI sebagai intinya.Angkatan
Perang Repubilk Indonesia ada tiga angkatan : Angkatan darat, laut dan udara. ABS yes men dan
lain-lain bertentangan dengan tata krama Indonesia.
- Presiden seumur hidup bertentangan dengan UUD 1945 bahwa masa jabatan selama 5 tahun.
- Adanya Hukum Revolusi UUD 1945 hanya sebagai alat Revolusi bukan sebagai landasan
Negara .
- Lembaga Pemimpin Dasar Revolusi, bahwa segala-galanya yang berada di atas Hukum
Revolusi, dan mengarah pada otoriter dan menjurus pada diktator. Ini tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila dan UUD 1945.
(3) Bidang Sosial dan Politik
Masyarakat Indonesia dibagi- bagi dan dimasukkan ke dalam kotak- kotak dengan poros
NASAKOM (golongan nasionalis, agama dan komunis). Setiap gilongan disuruh berkompetisi
(kompetisi yang tidak sehat secara fisik). Timbullah istilah golongan kanan dan golongan kiri.
Golongan Revolusioner dan Jurang Revolusioner. Kedua golongan tersebut selalu dipertentangkan
. keadaan ini tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 dimana segala sesuatu harus
diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.
(4) Bidang Ekonomi
Berbagai penyelewengan di segala bidang seperti Korupsi, Jabatan, Penyelewengan dan
manipulasi. Persamaan terhadap beban hidup rakyat yang sudah sangat menderita dengan dalih
dana revolusi guna keperluan proyek prestisi. Keadaan ekonomi merosot sehingga inflasi dengan
kenaikan harga yang tinggi dan tidak terkendali.
(5) Bidang Moral/Agama
Berjangkitnya krisis dan dekadensi moral, kemerosotan akhlak masyarakat, terutama di kalangan
pimpinan dan atasan. Martabat dan harkat wanita Indonesia tidak dihargai (merosot). Tentu semua
ingin sangat bertentangan dengan nilai-nilai hukum yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Banyak sekali penyelewengan yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu
yang terjadi di dalam pelaksanaan masa Orde Lama. Sekalipun gambaran umum dapat kita saksikan
penyelewengan Orde Lama itu :Pancasila diperas menjadi NASAKOM, Negara hukum yang
demokrasi menjadi otoriter dan diktator, masyarakat yang adil dan makmur hanya berlaku pada
segelintir atasan yang berkuasa yang berkesempatan melakukan korupsi, persahabatan dan
perdamaian dengan semua bangsa di dunia menjadi berkonfrontasi dengan negara
serumpun(DWIKORA), Politik Luar Negeri yang bebas aktif menjadi kontradiksi antara kekuatan
baru melawan kekuatan lama yang mengarah pada blok sosialis/ komunis.
3. Kedudukan dan Masa Berlaku UUD 1945
a. Kedudukan UUD 1945
Atas dasar Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menyatakan kembali UUD 1945 dimana tidak berlaku lagi
UUDS 1950. Ketentuan tambahan UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan karena MPR belum
terbentuk. Ketentuen dimaksud menyatakan bahwa dalam enam bulan sesudah MPR dibentuk,
Majelis bersidang untuk menentukan Undang – Undang Dasar. MPRS dibentuk sehubungan
dengan Dekrit Presiden 5 Jli 1959 dan dengan TAP MPRS Nomor XX /MPRS/1996 telah
dinyatakan dalam Dekrit Presiden sebagai sumber tertib hukum bagi berlakunya kembali UUD
1945. Tanggal 1 Oktober 1975 MPR hasil pemilihan Umum tahun 1971 dilantik. Dalam sidang
Umu MPR 22 Maret 1973, MPR telah memutuskan TAP MPR Nomor V/MPR/1973 tentang hasil-
hasil yang berupa TAP- TAP MPRS Republik Indonesia.Pasal 3 TAP MPR Nomor V/MPR/1973
yo Tap MPR Nomor IX/MPR/1978 menyatakan TAP MPR Nomor XX/MPRS/1966 tetap berlaku.
Dengan demikian MPR hasil Pemilihan Umum Tahun 1971 dengan TAP MPR Nomor
V/MPR/1973 yo TAP MPR Nomor IX/MPR/1978 telah menetapkan UUD 1945 menjadi Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia melalui TAP MPRS Nomor XX/MPRS/1966 dan Dekrit
Presiden Tanggal 5 Juli 1959.Tindakan penetapan MPR tersebut berdasarkan kewenangan
hukumnya dalam Pasal 3 UUD 1945 dan sesuai pula dengan konstitusinya dalam ayat 2 Aturan
Tambahan UUD 1945. Dengan demikian terhitung mulai tanggal 22 Maret 1973 UUD 1945 telah
kehilangan sifat sementaranya.
b. Masa Berlaku UUD 1945
- Masa berlaku dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
- Masa berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, untuk menjaga
bagian Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
- Masa tidak berlaku dari tanggal 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959, Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950).
- Masa berlaku 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang dan mulai tanggal 22 Maret 1973 mempunyai
sifat tetap.
4. Kedudukan dan Masa Berlaku UUD 1945
Lembaga negara adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Dasar 1945 yang terdiri Lembaga Negara Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi.
Kedudukan lembaga Negara adalah keadaan yang menempatkan lembaga
tersebut dengan lembaga lainnya, apakah lebih rendah, sejajar atau lebih tinggi.
Sedangkan fungsi lembaga Negara ialah suatu lingkungan kerja dalam hubungan dengan
keseluruhannya, yang bekerjasama satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Fungsi menentukan kedudukan suatu badan, fungsi tersebut dapat luas, sempit,
dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Suatu fungsi dapat dipegang oleh suatu badan atau
sebaliknya beberapa fungsi dapat dipegang oleh satu badan.
Untuk melaksanakan fungsinya maka badan tersebut harus dilengkapi dengan
wewenang yang diberikan oleh badan yang lebih tinggi dan ditetapkan berdasarkan
ketentuan atau peraturan yang telah dimuat dalam Undang Undang Dasar. Adapun
lembaga yang dimaksud menurut UUD 1945 adalah:
- Majelis Permusyawaratan Rakyat (pasal 2 dan 3)
- Presiden (pasal 4 sampai dengan 15)
- Dewan Pertimbangan Agung (pasal 16)
- Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 19 sampai dengan 22)
- Badan Pengawas Keuangan (pasal 23)
- Mahkamah Agung (pasal 24 dan 25)
- Menteri-menteri Negara (pasal 17)
- Pemerintah Daerah (pasal 18)
Untuk terselenggaranya hubungan tata kerja yang sebaik-baiknya dalam rangka
pelaksanaan tugas lembaga negara Tertinggi (MPR) dengan dan/atau antar lembaga-
lembaga Tinggi Negara (Presiden, DPR, DPA, BPK dan MA) maka ditetapkan TAP MPR
Nomor VI/MPR/1973 yo TAP MPR Nomor III/MPR/1978. Dalam hubungan tersebut diatur
tentang kedudukan tata kerja antara MPR dan atau Presiden, DPA, DPR, BPK dan MA.
5. UUD 1945 dalam Gerak Pelaksanaannnya
Dari Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7, bahwa yang dimaksud dengan
Undang Undang Dasar 1945 adalah Pembukaan Batang Tubuh dan Penjelasannya. Dari
pengertian ini dapat dijabarkan bahwa sebagai peraturan perundangan yang tertinggi
maka UUD 1945 bersifat mengikat: mengikat pemerintah/penyelenggara negara,
lembaga negara, lembaga masyarakat di daerah maupun di pusat, mengikat senua warga
negara dimanapun ia berada dan atas penduduk yang berada di wilayah negara
Indonesia.
Sebagai peraturan perundangan yang tertinggi Undang Undang Dasar 1945 berisi
norma-norma, peraturan-peraturan dan/atau ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan dan ditaati (bersifat imperatif). Undang Undang Dasar bukan hukum biasa,
melainkan hukum dasar, maka Undang Undang Dasar merupakan sumber hukum. Setiap
jenis hukum, seperti TAP MPR, undang-undang, PEPERPU, PP.KEPRES, peraturan
dan/atau instruksi pelaksanaan yang lebih rendah harus berlandaskan, bersumber pada
peraturan, yang lebih tinggi dan tidak boleh menyimpang atau bertentangan, dan yang
ada pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan Undang
Undang Dasar 1945.
Semenjak ditetapkan dan disahkan UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, mulai saat itu berlakulah Undang Undang Dasar 1945 sebagai Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Semenjak itu penyelenggaraan Negara didasarkan
kepada ketentuan-ketentuan menurut Undang Undang Dasar. Karena pada saat itu
negara Indonesia baru saja berdiri, maka dapat dimengerti bahwa untuk melaksakan
penyelenggaraan berdasarkan UUD 1945, tentu saja tidak akan dapat sekaligus
dilaksanakan sepenuhnya dalam waktu yang singkat. Menyadari hal ini maka Undang
Undang Dasar telah terbentuk pula ketentuan peralihan yang terdiri dari 4 pasal aturan
peralihan ditambah ketentuan tambahan yang terdiri dari 2 ayat aturan tambahan.
Dalam pendahuluan telah disinggung bahwa UUD 1945 berlaku dalam dua kurun
waktu, yang pertama antara tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
dan kurun waktu kedua adalah antara tanggal 5 Juli 1949 sampai dengan sekarang.
Dalam kedua kurun waktu itu telah banyak kita catat dan/atau alami tentang gerak
pelaksanaan tentang pelaksanaan UUD 1945, termasuk pula penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
Dalam kurun waktu 1945-1959, jelas UUD 1945 belum/tidak dilaksankan
sebagaimana mestinya, karena sebagai negara yang masih baru tentu saja banyak sekali
mendapat tantangan, hambatan dan ancaman baik datang dari luar maupun dari dalam
sendiri. Oleh karena itu kelembagaan negara yang seharusnya telah dibentuk ternyata
belum dapat dilaksankan pembentukannya. Begitu juga terjadi penyimpangan dalam
sistem pemerintahan, terjadinya perubahan dalam sistem pemerintahan Presidentil
menjadi sistem pemerintahan Parlementer pada tanggal 3 November 194. Isi Maklumat
Pemerintah pada tanggal 3 November 1945 ini juga merupakan turning pointdari keinginan
semula yaitu mengintrodusir monolithicparty system menjadi multy party system. Yang
akhirnya berakibat timbulnya partai-partai gurem (partai yang masanya sangat minimum)
yang pada saatnya nanti mambuat keadaan politik dan pemerintahan yang tidak stabil.
Mulai tanggal 4 November 1945 kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Perdana
Menteri sebagai pimpinan Kabinet dan Menteri-menteri sebagai anggota Kabinet. Mereka
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggungjawab kepada Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Timbul pertanyaan mengapa bertanggungjawab
kepada KNIP? Sebab sebelum Maklumat Pemerintah ini keluar telah ada lebih dahulu
Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 yang antara lain isinya
memberikan kekuasaan legislatif kepada KNIP yang sebelumnya berdasarkan Aturan
Peralihan hanya sebagai Pembantu Presiden saja. Tetapi dengan Maklumat Wakil
Presiden ini berakibat KNIP tidak lagi ikut campur dalam pemerintahan sehari-hari.
Keadaan yang demikian ini sangat berpengaruh dalam kehidupan negara terutama
stabilitas dan pemerintahan.
Maklumat Nomor X yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 16 Oktober
1945 tersebut, tentunya adalah mengubah kedudukan dan fungsi KNIP dan badan yang
membantu Presiden menjadi:
a. Badan Legislatif, yang sebenarnya wewenang DPR
b. Badan yang ikut menentukan dan menetapkan GBHN yang sebenarnya wewenang MPR dan
c. Suatu badan yang bekerja sehari-harinya dijalankan oleh suatu Badan Pekerja yang
bertanggungjawab kepadanya.
Akhirnya negara Republik Indonesia kesatuan hanyalah merupakan bagian dari
Negara Republik Indonesia Serikat. Untunglah RIS hanya berlangsung sementara. Berkat
kesadaran pemimpin kita, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi dengan Undang Undang Dasar Negara lain.
Menurut Undang Undang Dasar Sementara 1950 sistem pemerintahan adalah
Parlementer. Pelaksanaan UUDS 1950 dan akibat-akibatnya telah dirasakan bersama
berupa kekecewaan berbagai bidang, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
hankam.
Konstituante yang menurut UUDS 1950 bertugas membentuk Undang Undang
Dasar yang tetap telah gagal total (Konstituante Bandung 1955). Kegagalan ini sangat
membahayakan kehidupan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 diberlakukan kembali Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Apabila kita mengadakan pengkajian dan perbandingan pelaksanaan UUD 1945
dalam kurun waktu antara 1959-1965 (Orde Lama) dan kurun waktu 1966 sampai dengan
sekarang (Orde Baru) maka jelas tampak dan terasa kemajuan yang telah dicapai dalam
mengusahakan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama. Selanjutnya banyak
usaha dalam Orde Baru yang dilakukan dalam rangka melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru berhasil menyalurkan aspirasi rakyat
dalam mengadakan koreksi terhadap penyimpangan kekuasaan dipelbagai bidang
melalui cara-cara konstitusional. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah
melaksanakan tugasnya, antara lain mengadakan Sidang Umum dan Sidang Istimewa.
Demikian juga lembaga dan badan lainnya telah berjalan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan sebagai berikut:
(1) Periode antar 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1959.
Pada masa ini belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, adanya tantangan,
hambatan dan ancaman dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar. Lembaga-
lembaga belum terbentuk sebagaimana mestinya. Masih dipergunakan Aturan Peralihan
pasal IV, dimana kekuasaan negara dipegang oleh Presiden dibantu KNIP. Terjadinya
penyimpangan yang sangat prinsipil yaitu sistem Pemerintahan dan sistem Presidentil
menjadi sistem Parlementer.
(2) Periode antara 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950
Undang Undang Dasar tetap berlaku pada negara RIS yang berdasarkan Konstitusi UUD
1945 di negara Bagian Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
(3) Periode antara 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
Kembali kepada negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi menggunakan Undang
Undang Dasar lain yaitu Undang Undang Dasar Sementara 1950. Undang Undang Dasar
1945 pada periode ini tampaknya latent.
(4) Periode antara 5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966
Lembaga negara telah terbentuk, tetapi tidak berdasarkan UUD 1945, tetapi dengan
PENPRES. Adanya penetapan Presiden ini bertentangan dengan peraturan perundangan
negara yang berdasarkan UUD 1945. MPR mengangkat Presiden seumur hidup sangat
bertentangan dengan jiwa UUD 1945. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilihan
Umum karena RAPBN yang diajukan oleh pemerintah kepada DPR ditolak. Terjadinya
kekacauan di seluruh wilayah tanah air, stabilitas dan keamanan terganggu dan mencapai
puncaknya pada peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI pada tanggal 30 September 1965.
Timbul situasi konflik antara rakyat dan Presiden yang kemudian timbullah Tri Tuntutan
Rakyat (Tritura) yang berkesimpulan: bubarkan PKI, bersihkan Kabinet dari unsur-unsur
PKI dan turunkan harga.
(5) Periode mulai 11 Maret 1966 sampai dengan sekarang
Gerakan memperjuangkan TRITURA, makin hari semakin meningkat, sehingga
Pemerintah pada waktu itu boleh dikatakan tidak dapat menguasai keadaan lagi. Dalam
situasi yang demikian itulah Presiden pada waktu tanggal 11 Maret 1966 menyerahkan
Surat Perintah kepada Letnan Jenderal TNI Soeharto, Menteri/panglima Angkatan Darat
yang isinya memberikan wewenang kepadanya untuk mengambil langkah-langkah
pengamanan untuk menyelamatkan keadaan, lahirnya Supersemar ini dianggap oleh
rakyat sebagai Lahirnya Orde Baru.
Dengan berlandaskan kepada Supersemar telah membubarkan PKI dan ormas-
ormasnya yang disambut dengan penuh kelegaan oleh seluruh rakyat. Dan dengan
semangat Supersemar itu pula Orde Baru mengambil langkah-langkah, koreksi dengan
cara-cara yang konstitusional terutama dalam menegakkan, mengamankan dan
mengamalkan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Usaha-usaha apakah yang telah dilakukan Orde Baru dalam pelaksanaan UUD 1945 di
bidang kelembagaan Negara? Orde baru telah berhasil menyalurkan aspirasi rakyat dalam
mengadakan koreksi-koreksi terhadap pemimpin, penyimpangan, kekacauan-kekacauan
dan keadaan-keadaan buruk di berbagai bidang selama Orde Lama, melalui cara-cara
yang konstitusional, artinya melalui sidang-sidang MPR, yaitu sidang umum MPR(S) IV
tahun 1966 dan sidang istimewa tahun 1967. Pada sidang MPR(S) tahun 1968, MPR(S)
telah mengangkat Jenderal TNI Soeharto pengemban TAP MPR Nomor IX/MPRS/1966
sebagai Presiden (tetap) sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil Pemilihan Umum.
Sejak itulah pelaksanaan UUD 1945 diusahakan untuk dapat berlangsung sebaik-baiknya
secara murni dan konsekuen. Dalam rangka ini diusahakan pembentukan kelembagaan
Negara MPR, DPR, DPA dan MA sesuai dengan ketentuan UUD 1945. UUD 1945
menyatakan bahwa pembentukan lembaga-lembaga tersebut dilakukan dengan undang-
undang.

2.2 Proses Amandemen Undang Undang Dasar 1945


2.28Pengertian Amandemen
Amandemen (bahasa Inggris: amendment) artinya perubahan. Mengamandemen artinya
mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya merupakan hak, yaitu hak
parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-undang.
Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang artinya perubahan UUD. Isti1ah
perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian (Taufiqurohman Syahuri, 2004), yaitu:

1. Amandemen kontitusi (constitutional amendment)


2. Pembaruan konstitusi (constitutional reform)
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau
sisipan dari konstitusi yang asli. Jadi, konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian
yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya. Jadi, antara
bagian perubahan dengan konstitusi aslinya masih terkait. Nilai-nilai lama dalam
konstitusi asli yang belum berubah masih tetap eksis. Sistem perubahan ini dianut oleh
Amerika Serikat dengan istilah populemya amandemen. Dalam hal pembaruan konstitusi,
perubahan yang dilakukan adalah ‘baru” secara keseluruhan. Jadi, yang berlaku adalah
konstitusi yang barn, yang tidak lagi ada kaitannya dengan konstitusi lama atau asli.
Sistem ini dianut oleh negara seperti Belanda, Jerman, dan Prancis.

2.29Tujuan Amandemen
Tujuan Amandemen UUD 1945:
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap dalam mencapai
tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan tidak bertentangan dengan
Pembukaan UUD 1945 itu yang berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta
memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusia agar
sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat manusia yang
sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang dicita-citakan oleh UUD 1945.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara
lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem checks and balances yang lebih ketat
dan transparan, pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara
mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral dan
solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara dan perjuangan negara untuk
mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum.
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan
perkembangan aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia dewasi ini
sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.

2.30Alasan Amandemen UUD 1945


Alasan dilakukan amandemen terhadap UUD 1945:
1. Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.
2. Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif dan
kekuasaan legislatif)
3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM
2.31 Proses Amandemen UUD 1945
Rangkaian proses amandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah empat
kali menyelesaikan Amandemen UUD 1945 sejak tahun 1999. Proses amandemen itu jumlah pasal
memang tetap 37 tetapi 10 pasal memiliki cabang ( 6A, 7A, 7B, 7C, 18 A, 18 B, 20 A, 22 A, 22B,
22 C, 22 D, 22E, 23 A, 23 B, 23C, 23D, 24A, 24B, 24C, 25A, 28A, 28B, 28C, 28D, 28F, 28G,
28H, 28I, 28J, 36S, 36B, 36C) sebagaimana juga babnya tetap terdiri 16 Bab tetapi juga mempunyai
cabang (VIIA, VIIB, VIIIA, IXA, XA) dan penambahan sejumlah ayat baru. UUD 1945
sebelumnya terdiri 37 Pasal, 16 Bab, 65 Ayat, 4 Aturan Peralihan, dan 2 Aturan Tambahan. Maka
bandingkan dengan amandemen UUD 1945 satu hingga empat yang terdiri dari 37 Pasal (72 Pasal
jika berikut cabang), 16 Bab (21 Bab jika berikut cabang), 191 Ayat, 3 Aturan Peralihan, dan 2
Aturan tambahan. Maka total amandemen 1- 4 UUD 1945 menghasilkan 196 Ayat, yang terdiri
166 butir perubahan dan 30 butir tidak berubah. Dalam perubahan ini Ramlan Surbakti mengatakan
perubahan yang dilakukan terhadap UUD 1945 dalam prakteknya bukan amandemen biasa, karena
mencakup pasal yang begitu banyak tetapi juga bukan pembuatan UUD baru karena baik
pembukaan maupun banyak pasal yang tetap. (Disampaikan pada Seminar Nasional FH.Usakti 15
Agustus 2002).
Amandemen pertama yang dimulai pada Sidang Umum MPR tahun 1999 telah melakukan
perubahan terhadap 9 Pasal yang meliputi Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 Ayat (2),
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2 dan 3), Pasal 20, dan Pasal 21. sedangkan Amandemen kedua
telah melakukan perubah sebanyak 7 Bab dan 25 Pasal yang yang meliputi Pasal 18, Pasal 18 A,
Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, BAB IXA, Pasal 25E, BaB
X, Pasal 26 Ayat (2 dan 3), Pasal 27 Ayat (3), BAB XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal
28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, BAB XII, Pasal 30, BAB
XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C. Kemudian dilanjutkan dengan Amandemen ketiga yang
meliputi Pasal 1 Ayat (1,2,3, dan 5), Pasal 7A, Pasal 7B Ayat (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7), Pasal 7C,
Pasal 8 Ayat (1, 2), Pasal 11 Ayat (2, 3), Pasal 17 Ayat (4), BAB VIIA, Pasal 22C Ayat (1, 2, 3,
dan 4), Pasal 22D Ayat (1, 2, 3, dan 4), BAB VIIB, Pasal 22E Ayat (1, 2, 3, 4, 5, dan 6), Pasal 23
Ayat (1, 2, dan 3), Pasal 23A, Pasal 23C, BAB VIIIA, Pasal 23E Ayat (1, 2, dan 3), Pasal 23F Ayat
(1 dan 2), Pasal 23G Ayat (1 dan 2), Pasal 24 Ayat (1 dan 2), Pasal 24A Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5),
Pasal 24B Ayat (1, 2, 3, dan 4), dan Pasal 24C Ayat (1, 2, 3, 4, 5, dan 6).

Sedang proses Amandemen ke–4 ini mengubah dan menetapkan antara lain,
perubahan penomoran Pasal 3 Ayat (3) dan Ayat (4) perubahan ketiga UUD 1945 menjadi
Pasal 3 Ayat (2) dan Ayat (3). Pasal 25E perubahan kedua UUD 1945 menjadi Pasal 25A.
Kemudian menghapus judul BAB IV tentang Dewan Pertimbangan Agung dan mengubah
substansi Pasal 16 serta menempatkannya ke dalam BAB III tentang Kekuasaan
Pemerintahan Negara. Dan selanjutnya merubah dan/ atau menambah Pasal 2 Ayat (1),
Pasal 6A Ayat (4), Pasal 8 Ayat (3), Pasal 11 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23 D,
Pasal 24 Ayat (3), Pasal 29 Ayat (1) dan (2), BAB XIII, Pasal 31 Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5),
Pasal 32 Ayat (1 dan 2), BAB XIV, Pasal 33 Ayat (4 dan 5), Pasal 34 Ayat (1, 2, 3, dan 4),
Pasal 37 Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5), Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III, Aturan Tambahan
Pasal I dan II Undang-Undang Dasar 1945.
2.32 Mekanisme Amandemen
Sebagai kontrak sosial sebuah UUD harus jelas mekanisme perubahannya, dan
diberikan waktu yang cukup untuk merubah dan merevisi UUD. Harus difikirkan untuk
membentuk sebuah badan yang seperti Komisi Konstitusi dan mempunyai waktu dan
wewenang yang cukup untuk merubah UUD secara menyeluruh ataupun mensinkronisasi
UUD sehingga baik secara proses maupun substansi. Jika pembentukan Komisi
Konstitusi kembali diserahkan kepada BP MPR atau minimal melalui kewenangan Badan
Pekerja MPR ditakutkan kelemahan- kelemahan yang terjadi pada amandemen atu
hingga empat akan kembali menyesatkan. Sebagaimana yang dikemukakan professor
politik dari Colombia University, Jon Elster : “Menugaskan (reformasi konstitusi) terhadap
sebuah lembaga yang juga berperan sebagai badan legislatif, sama saja seperti menugaskannya
untuk berperan sebagai hakim dalam kasus yang menimpa dirinya sendiri”. Apa yang akan
terjadi di Indonesia, kasus di Bulgaria bisa menjadi cermin dalam hal ini. Proses
penyusunan konstitusi baru yang yang dilakukan oleh Parlemen- yang dimulai tidak lama
setelah rezim komunis jatuh tahun 1989 dan selesai tahun 1991- ternyata menghasilkan
konstitusi yang memberikan kewenangan yang berlebihan pada dirinya sendiri. Akhirnya
konstitusi baru Bulgaria yang diharapkan menjadi faktor terjadinya proses demokratisasi,
malah sering menjadi faktor ketidak menentuan politik di negara itu.
2.33 Kelebihan Amandemen
Kelebihan dari proses amandemen UUD 1945 adalah:
a. Momentum desakralisasi UUD 1945

Dengan adanya UUD 1945 adalah langkah dan strategi yang tepat guna menunjukkan
kepada masyarakat umum bahwa UUD 1945 tidaklah keramat dan dapat diubah jika
sedah tidak relevan lagi ( Thaib, 2010:147).

b. Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum

Melalui Pasal 1 ayat (3) bangsa kita dapat menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan yang merdeka, sehingga penghormatan kepada hak asasi manusia serta
kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of law dapat diwujudkan secara murni
dan konsekuen.

c. Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara

Dengan diaturnya mekanisme dan aturan mengenai pengangkatan dan juga pemilihan
pejabat negara maka transparansi dan juga akuntabilitas dari pemerintahan dan tata
kelolanya dapat dipertanggungjawabkan.

d. Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.


UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga
Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK) (Pan Mohamad Faiz ,2007).

e. Pembangkit dinamika ketatanegaraan

Perubahan UUD 1945 telah banyak memberikan dinamika ketatanegaraan Republik ini.
Masyarakat Indonesia setidak-tidaknya bisa bersuara dari berbagai lembaga negara dan
sistem bernegara yang diperkenalkan oleh Perubahan tersebut.

f. Pembatasan hak dan kekuasaan presiden

Dengan adanya amanden UUD 1945 kita dapat melihat bahwa kekuasaan pemerintahan
presiden yang sebelumnya tidak terbatas dengan adanya amandemen dapat dibatasi
hanya 2 kali masa jabatan dimana sebelumnya presiden dapat menjabat lebih dari 2 kali
masa jabatan( Thaib, 2010:148).

g. Hak prerogative presiden diperjelas dan diatur

Dalam beberapa hal hak prerogative presiden diatur dan harus dikonsultasikan dengan
lebaga negara seperti mengangkat atau menerima duta serta memberikan amnesti,
abolosi grasi dan rehabilitasi( Thaib, 2010:148).

h. Penegasan susunan negara kesatuan RI dari pusat hingga daerah

Susunan pemerintahan dari daerah hingga pusat dapat kita lihat setelah dilakukannya
amandemen beserta dengan otonominya sesuai dengan kekhususan, keistimewaan, dan
keragaman daerahnya( Thaib, 2010:148).

i. Ketentuan pengaturan wilayah negara

Dengan amandemen wilayah dan daerah Ri semakin diatur secara jelas sehingga dapat
dipertahankan dan dijaga dengan baik oleh negara dan rakyat Indonesia( Thaib,
2010:149).

j. Pengaturan dan pengakuan Hak Azasi Manusia

Hak Azasi Manusia diatur dan diakui secara jelas setelah amandemen melalui pasal 28
A hingga 28 J dan beberapa pasal lainnya yang menghargai dan menjamin hak azasi
warga negara Indonesia.

k. Penegasan fungsi lembaga negara

Melalui amandemen UUD 1945 kita dapat mengetahui tentang penegasan fungsi badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif, serta diperkenalkan sistem checks and balances yang
lebih baik daripada UUD 1945 awal sehingga pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
akan dapat dilaksanakan dan diawasi dengan lebih baik lagi.

l. Pengenalan lembaga negara dan mekanisme kerja yang baru.

Pada Perubahan UUD ini juga diperkenalkan lembaga-lembaga negara baru dan
mekanisme baru, yaitu: Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan Dewan Perwakilan
Daerah.

m. Diperlihatkannya pemisahan kekuasaan

Lembaga-lembaga yang baru dalam UUD 1945 telah memperlihatkan struktur pemisahan
kekuasaan yang lebih baik daripada UUD 1945 sebelum perubahan. Pemisahan
kekuasaan diperlihatkan dari 7 organ utama pelaksana kedaulatan rakyat yaitu :

· Presiden sebagai pelaksana eksekutif

· DPR sebagai pelaksana kekuasaan legislative

· MPR sebagai pelaksanan kekuasaan legislative

· DPD sebagai pelaksana kekuasaan legislative

· Mahkamah Agung sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif

· Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif

· BPK sebagai pelaksana kekuasaan legislatif (salah satu fungsi legislatif adalah mengawasi kekuasaan
eksekutif).

n. Ditetapkannya mekanisme pemilu

Mekanisme pemilihan umum yang baru yang diperkenalkan dalam UUD 1945 adalah: 1.
Pemilihan Umum secara langsung untuk Pemilihan Presiden, 2. Pemilihan Umum untuk
memilih wakil rakyat baik DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan
memilih tanda gambar partai politik dan nama wakil rakyat. 3. Mekanisme pemilihan
secara langsung anggota DPD.

o. Penetapan struktur dan komposisi MPR

Tahapan dari amandemen UUD 1945 menuntaskan beberapa materi penting antara lain
tentang struktur dan komposisi MPR, Pemilihan Presiden langsung, peranan negara dan
agama pada Pasal 29, otoritas moneter, Pasal 31 tentang pendidikan dan kebudayaan.
Dan aturan peralihan yang salah satunya akan mengatur soal pemberlakuan hasil
amandemen itu sendiri.

p. Akselerasi perkembangan ketatanegaraan bagi masyarakat umum

Perkembangan yang dihasilkan UUD 1945 selanjutnya adalah kegiatan-kegiatan dan


aktivitas-aktivitas lembaga negara menjadi dinamis dan dilingkupi oleh suasana konstitusi
yang sangat kental. Akselerasi Perkembangan ketatanegaraan semakin meningkat
dengan adanya berbagai permohonan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi yang
berakibat semakin dekatnya masyarakat terutama kaum elit negara ini terhadap
pentingnya pengaturan norma-norma dasar dalam konstitusi. Hal ini, sejalan dengan cita-
cita dan keinginan pembuat UUD agar UUD 1945 dianggap sebagai aturan tertinggi
diantara peraturan-peraturan yang lain

q. Penetapan atas berbagai identitas negara

Dengan ditetapkannya identitas negara maka diharpakn rasa nasionalisme seluruh


bangsa Indonesia dapat ditingkatkan sehingga tujuan negara dapat tercapai ( Thaib,
2010:149).

2.34Kelemahan Amandemen
1. Kelemahan Amandemen dari segi proses:
a. Tidak membuat kerangka dasar perubahan dan content draft
MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD 1945 tidak membuat dan memiliki
content draft konstitusi secara utuh sebagai langkah awal yang menjadi dasar
perubahan (preliminary) yang dapat ditawarkan kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan.
Content draft yang didasari paradigma yang jelas yang menjadi kerangka (overview) tentang
eksposisi ide-ide kenegaraan yang luas dan mendalam mengenai hubungan negara dengan warga
negara, negara dan agama, negara dengan negara hukum, negara dalam pluralitasnya, serta negara
dengan sejarahnya . Juga eksposisi yang mendalam tentang esensi demokrasi, apa syaratnya dan
prinsip-prinsipnya serta check and balancesnya bagaimana dilakukan secara mendalam. Nilai/
values merupakan kerangka dasar yang harus dinyatakan dalam setiap kosntitusi sebuah negara,
sehingga negara yang berdiri atas nilai-nilai ideal yang diperjuangkan akan terlihat Sebuah
pernyataan dari Brian Thompson akan sangat baik jika harus melihat sebuah nilai dalam kerangka
dasar konstitusi ”A constitution can express the values which its framers have for their
country. These values may be seen in the type of governmental institutions which are created, and
in the declaration of rights of the citizens. Values will be found particularly in preamble”.

b. Amandemen yang parsial dan tambal sulam


MPR lebih menekankan perubahan itu dilakukan secara adendum, dengan memakai
kerangka yang sudah ada dalam UUD 1945. Cara semacam ini membuat perubahan itu
menjadi parsial, sepotong-sepotong dan tambal sulam saja sifatnya. MPR tidak berani
keluar dari kerangka dan sistem nilai UUD 1945 yang relevansinya sudah tidak layak lagi
dipertahankan. Proses Amandemen secara parsial seperti diatas tidak dapat memberikan
kejelasan terhadap konstruksi nilai dan bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk.
Sehingga terlihat adanya paradoks dan inkonsistensi terhadap hasil-hasilnya yang telah
diputuskan. Hal ini bisa dilihat dari pasal-pasal yang secara redaksional maupun
sistematikanya yang tidak konsisten satu sama lain. Seperti misalnya, penetapan prinsip
sistem Presidensial namun dalam elaborasi pasal-pasalnya menunjukkan sistem
Parlementer yang memperkuat posisi dan kewenangan MPR/DPR.

c. Adanya bias kepentingan politik


MPR yang dikarenakan keanggotaannya terdiri dari fraksi-fraksi politik menyebabkan dalam setiap
pembahasan dan keputusan amat kental diwarnai oleh kepentingan politik masing-masing. Fraksi-
fraksi politik yang ada lebih mengedepankan kepentingan dan selera politiknya dibandingkan
kepentingan bangsa yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari pengambilan keputusan final
mengenai Amandemen UUD 1945 dilakukan oleh sekelompok kecil elit fraksi dalam rapat Tim
Lobby dan Tim Perumus tanpa adanya risalah rapat.
d. Partisipasi Semu
Sekalipun dalam mempersiapkan materi perubahan yang akan diputuskan MPR melalui Badan
Pekerjanya, melibatkan partisipasi publik baik kalangan Profesi, ornop, Perguruan Tinggi,
termasuk para pakar/ahli. Namun partisipasi tersebut menjadi semu sifatnya dan hanya
melegitimasi kerja MPR saja. Dalam kerja BP MPR ini rakyat tidak mempunyai hak untuk
mempertanyakan dan turut menentukan apa yang diinginkan untuk diatur dalam konstitusinya,
MPR jugalah menentukan materi apa yang boleh dan tidak boleh.
MPR hanya membatasi pada materi-materi yang belum diputuskan dan dalam
penyerapannya yang tidak mencakup seluruh wilayah. Pembatasan itu jelas akan memperpanjang
inkonsistensi nilai dan sistematika yang ada. Jelas hal ini merupakan bagian dari pemenjaraan
secara politis untuk menyelamatkan kepentingan-kepentingan fraksi yang ada di MPR. Sedangkan
dalam penyerapan dan sosialisasi (uji sahih), BP MPR tidak memberikan ruang dan waktu yang
cukup bagi publik untuk dapat berpartisipasi dalam memahami dan mengusulkan apa yang menjadi
kepentingannya. Termasuk dalam proses amandemen yang keempat, MPR tidak melakukannya
secara intensif dan luas kepada seluruh lapisan masyarakat diseluruh wilayah Indonesia.
Alasan keterbatasan dana yang dikemukakan oleh MPR RI sebagai alasan untuk membatasi
uji sahih, kami anggap sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab. Apalagi tampak bahwa
pihak MPR tidak pernah mengeluh kekurangan dana apabila akan melakukan sosialisasi atau studi
banding ke keluar negeri yang telah memakan biaya besar pada tahun-tahun sebelumnya. Substansi
yang disosialisasikan pada proses uji sahih ini juga dibatasi pada materi yang belum diputuskan
dan beberapa materi yang tidak dapat dirubah. Publik tidak akan dapat memberikan penilaian
terhadap substansi Amandemen pertama sampai keempat yang telah dilakukan oleh MPR selama
ini. Menurut hemat kami ini merupakan indikasi pengingkaran MPR terhadap prinsip kedaulatan
rakyat. MPR telah bertindak diatas konstitusi yang semestinya adalah milik semua rakyat untuk
dapat mengusulkan dan menentukan.
e. Tidak intensif dan maksimal
Dalam proses itu ada keterbatasan waktuyang dimiliki oleh anggota MPR , terutama
anggota Badan Pekerja yang diserahi tugas mempersiapkan materi Amandemen UUD
1945 karena merangkap jabatan sebagai anggota DPR RI dengan beban pekerjaan yang
cukup banyak. Terlebih lagi, sebagai parpol di DPR, anggota–anggota ini diharuskan
untuk ikut berbagai rapat/pertemuan yang diadakan oleh DPR atau partainya sehingga
makin mengurangi waktu dan tenaga yang tersedia untuk dapat mengolah materi
Amandemen UUD 1945 sekaligus melakukan konsultasi publik secara lebih efektif.
Akibatnya kualitas materi yang dihasilkan tidak memuaskan. Padahal, konstitusi adalah
suatu Kontrak Sosialanatra rakyat dan negara sehingga proses perubahannya
seharusnya melibatkan sebanyak mungkin partisipasi publik.

2. Kelemahan dari segi substansi:


Perubahan yang tercermin dalam Perubahan UUD 1945 berlangsung cepat dan
dalam skala yang sangat luas dan mendasar. Perubahan UUD 1945 dari naskahnya yang
asli sebagai warisan zaman proklamasi tahun 1945 yang hanya berisi 71 butir kaedah
dasar, sekarang dalam waktu empat kali perubahan, telah berisi 199 butir kaedah hukum
dasar. Perubahan-perubahan substantif itu menyangkut konsepsi yang sangat mendasar
dan sangat luas jangkauannya, serta dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu
secara bertahap selama empat kali dan empat tahun.
Dalam waktu yang sangat singkat, Perubahan UUD 1945 dilakukan sehingga sampai saat
ini ada berbagai kelemahan yang menghinggapi UUD 1945. Kelemahan-kelemahan tersebut
diantaranya adalah:
 Tidak adanya paradigma yang jelas.
Model rancangan perubahan UUD 1945 yang ada sekarang, dimana semua alternatif perubahan
dimasukkan dalam satu rancangan, membuka peluang lebar bagi tidak adanya paradigma, kurang
detailnya konstruksi nilai dan bangunan ketatanegaraan yang hendak dibentuk dan dianut dengan
perubahan tersebut. Persoalan nilai yang hendak dibangun secara prinsip telah ada dalam
Pembukaan UUD 1945, hal itu juga merupakan sebab untuk tidak dirubahnya Pembukaan UUD
1945. Nilai-nilai yang secara prinsip tersebut tidak diatur dengan jelas pada batang tubuh UUD
1945. Persoalan seperti nilai/value pembangunan ekonomi yang hendak dibangun pada UUD 1945
setelah perubahan. Apakah yang dimaksud dengan azas kekeluargaan tidak pernah jelas
dikemukakan oleh negara. Bagaimanakah cara dan proses menjalankan azas kekeluargaan dalam
sistem perekonomian juga menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah diselesaikan oleh negara. Hal-
hal tersebut
 Inkonsistensi rumusan.
MPR dalam melakukan amandemen UUD 1945, banyak menghasilkan rumusan-rumusan yang
paradoks dan inkonsistensi. Keberadaan MPR dalam posisinya sebagai lembaga tertinggi negara
membuat rancu sistem pemerintahan yang demokratis, karena perannya juga seperti lembaga
legislatif. MPR yang dimaknai sebagai representasi kekuasaan tertinggi rakyat dan dapat
melakukan kontrol terhadap kekuasaan lainnya menjadi superbody yang tidak dapat dikontrol.
 Tidak Sistematis
MPR dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebagaimana yang telah dibahas pada
prosesnya, tidak mau atau tidak berani keluar dari kerangka dengan mendekonstruksikan prinsip
dan nilai UUD 1945 yang relevansinya saat ini sudah layak dipertanyakan. MPR tidak
mendasarinya dengan ide-ide konstitusionalisme, yang esensinya merupakan spirit/jiwa bagi
adanya pengakuan Hak Azasi Manusia dan lembaga-lembaga negara yang dibentuk untuk
melindungi HAM dibatasi oleh hukum.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk dapat memahami,mengerti dan mengamalkan UUD 1945 secara benar perlu
diketahui maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya. Bertitik tolak dari pernyataan di atas
maka kita mencoba menguraikan secara populer dan sistematik.Oleh sebab itu diperlukan beberapa
pengertian sehingga tidak akan menimbulkan keraguan dalam memahai,mengerti ,mengamalkan
Undang Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
Undang Undang Dasar 1945 tidak hanya skedar dipahami, dimengerti ,diamalkan
dan sekaligus diamankan agar dia tetap lestari.
Pengamanan Undang Undang Dasar 1945 berarti mempertahankan Undang
Undang Dasar 1945 yang telah ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
Bahwa Undang Undang Dasar 1945 melekat pada negara Indonesia dan menjadi dasar
untuk bernegara dan bermasyarakat. Jadi sepanjang kita masih mengakui negara
proklamasi,kita harus melaksanakan Undang Undang Dasar 1945 sebagaimana adanya
(tidak diubah).
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 sebagai pokok kaidah yang fundamental
dengan jalan hukum tidak dapat diubah,sekali pun oleh DPR dan MPR hasil pemilihan
umum sesuai dengan sifat konstitutifnya pasal 3 dan 37. Mengubah pembukaan berarti
menghilangkan negara proklamasi.Kedua nya merupakan dua sisi mata uang,dapat
dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan.
Dekrit presiden 5 juli 1959 membelakukan kembali undang undang dasar 945
secara murni dan konsekuen.Walaupun pasal 37 menyebutkan tentang wewenang
perubahan,tetapi perubahan tersebut berupa penjelasan perubahan setiap pasal secara
terpisah(lampiran).Dengan kata lain teks Undang Undang Dasar 1945 harus
dipertahankan sebagimana adanya tidak ditambah atau dikurangi serta tidak diubah
susunan letak pasal pasal maupunsusnan kalimatnya.
Jadi tetap,sesuai dengan sistematika sebagaimana dapat dilihat pada berita
Republik Indonesia Tahun II No.7 tanggal 15 Februari 1946.
Melestarikan Undang –Undang Dasar 1945 berarti bahwa UUD 1945 mampu
menampung dinamika masyarakat dalam setiap situasi dan kondisi.Dengan kata lain
melestarikan adalah melaksanakan UUD 1945 yang dinyatakan dalam kata-kata,pasal-
pasal,penjelasan-penjelasan baik dalam pembukaan maupun batang tubuh itu akan
terwujud dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara indonesia.
Apabila kita melihat sistematika UUD 1945 ini secara utuh dan menyeluruh :
1. Pembukaan yang merupakan perwujudan politik dari negara yang didirikan yaitu:
a. Pernyataan hak asasi dan kewajiban asasi.
b. Pernyataan pengakuan pada pahlawan pergerakan/kemerdekaan.
c. Pernyataan pengakuan pada rahmat yang dilimpahkan Allah pada bangsa Indonesia.
d. Pernyataaan bangsa Indonesia mengenai:
1. Dasar atau alasan mengapa bangsa indonesia harus merdeka.
2. Tujuan kemerdekaan,keamanan,kesejahteraan,dan persahabatan
3. Dasar dari negara Indonesia , Pancasila.
2. Batang Tubuh, isinya merupakan Hukum dasar(tertulis) dan memuat ketentuan–ketentuan
yang mengatur serta menjadi sumber hukum tertinggi yang meliputi:
a. Sistem pemerintahan negara dan hubungan antara lembaga-lembaga negara termasuk kedudukan
,fungsi dan wewenang lembaga negara.
b. Hubungan negara dengan warga negara penduduk
c. Konsepsi negara di pelbagai bidang seperti bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan
lain-lain dalam negara.
3. Penjelasan–penjelasan khusus pasal demi pasal penjelasan umum dari pembukaan yang merupakan
kejelasan dalam memahami dan mengamalkan isi UUD 1945 secara utuh dan meyeluruh.
Ketiga hal tersebut di atas merupakan suatu kesatuan yang utuh, satu kesatuan historis yang
tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian maka isi Undang
Undang Dasar tersebut seperti diuraikan di atas menunjukkan hal-hal yang sangat fundamental
bagi kehidupan suatu negara dan bangsa, bahkan fundamental bagi setiap manusia yang beradab
yang disebut hak asasi manusia dan juga menunjukkan suatu keunikan bangsa yang merupakan
identitasnya(kepribadian).
Amandemen UUD 1945 :
Perubahan terhadap UUD 1945, dilakukan melalui mekanisme sidang MPR yaitu:
a. Sidang Umun MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002
A. Amandemen Pertama
Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu
:
· 5 ayat 1 : Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
· Pasal 7 : Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
· Pasal 9 ayat 1 dan 2 : Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
· Pasal 13 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan dan Penempatan Duta
· Pasal 14 ayat 1 : Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
· Pasal 14 ayat 2 : Pemberian amnesty dan abolisi
· Pasal 15 : Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
· Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan Menteri
· Pasal 20 ayat 1-4 : DPR
· Pasal 21 : Hak DPR untuk mengajukan RUU
B. Amandemen Kedua
Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
· Bab VI : Pemerintahan Daerah
· Bab VII : Dewan Perwakilan Daerah
· Bab IX A : Wilayah Negara
· Bab X : Warga Negara dan Penduduk
· Bab XA : Hak Asasi Manusia
· Bab XII : Pertahanan dan Keamanan
· Bab XV : Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
C. Amandemen Ketiga
Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
· Bab I : Bentuk dan Kedaulatan
· Bab II : MPR
· Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
· Bab V : Kementrian Negara
· Bab VII A : DPR
· Bab VII B : Pemilihan Umum
· Bab VIII A : BPK
D. Amandemen Keempat
Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam perubahaan keempat ini ditetapkan
bahwa :
a. UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
b. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18 Agustus
2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
c. Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan pengubahan substansi
pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang “Kekuasaan Pemerintahan
Negara”.

3.2 Saran
Bagaimanapun juga, Amandemen dilakukan atas dasar kebutuhan kita akan landasan
konstitusi yang benar dan jelas. Sehingga dalam kehidupan bernegara, kita tidak salah melangkah
dalam melaksanakan isi UUD 1945. Sehingga, amandemen dianggap sebagai salah satu langkah
yang tepat untuk mengatur kebutuhan kita akan landasan konstitusi yang benar dan jelas. Seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa ternyata UUD 1945 hasil amandemen lebih unggul dari
segi isi. Karena lebih jelas dan berkurangnya pasal-pasal yang multitafsir, memperkuat sistem
presidensial, terwujudnya sistem Check and Balances, dan jaminan HAM kepada seluruh warga
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://litigasi.blogspot.com/2008/03/urgensi-amandemen-uud-1945-jurnal.html
http://www.siputro.com/2012/09/sejarah-amandemen-uud-1945/
Kansil. 1994. PANCASILA DAN UUD 1945. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Pradnya Paramita
Widjaja. 2002. PEDOMAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN PANCASILA PADA PERGURUAN
TINGGI. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun makalah ‘‘UUD 1945 dan Proses Amandemen‘‘ ini diselesaikan dengan tujuan
penyelesaian salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Program Studi Fisika
S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ria
Manurung selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Medan, April 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Undang Undang Dasar 1945
2.11 Pengertian Undang Undang Dasar 1945.................................................3
Kedudukan Undang Undang Dasar 1945.............................................3
Sifat Undang Undang Dasar 1945.........................................................4
Proses Perumusan Dasar Negara dan Undang Undang Dasar 1945...4
2.15 Sistem Undang Undang Dasar 1945...................................................10
2.16 Undang Undang Dasar Negara dalam Pelaksanaannya.....................11
2.17 Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang UUD 1945...........12
2.18 Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen
...............................................................................................................13
2.2 Proses Amandemen Undang Undang Dasar 1945
2.21 Pengertian Amandemen.......................................................................23
2.22 Tujuan Amandemen.............................................................................24
2.23 Alasan Amandemen UUD 1945...........................................................25
2.24 Proses Amandemen UUD 1945............................................................25
2.25 Mekanisme Amandemen......................................................................27
2.26 Kelebihan Amandemen........................................................................27
2.27 Kelemahan Amandemen......................................................................31

BAB III
PENUTUP..........................................................................................................35
3.1 Kesimpulan.................................................................................................35
3.2 Saran...........................................................................................................40

UUD 1945 DAN PROSES AMANDEMEN


Makalah UUD 1945 Dan Proses Amandemen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menyadari bahwa di dalam memahami, mengerti, menghayati dan mengamalkan
Undang Undang Dasar 1945 kita perlu mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung
di dalamnya. Bahwa Undang Undang Dasar 1945 mengikat penyelenggara negara,
masyarakat, warga negara dan penduduk maka UUD 1945 dijadikan dasar untuk berulah
negara dan berulah masyarakat.
Untuk ini kami mencoba menguraikan secara popular dan sistematik dengan
harapan dapat membantu dalam mempelajari UUD 1945 ini. Bahwa Undang Undang
Dasar 1945 merupakan hukum dasar, yang tertulis. Sebagai hukum mengikat
Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan Penduduk.
Maka dari itu, apapun namanya atau kedudukannya harus mengetahui,
memahami dan menghayati isi dan makna Undang Undang Dasar 1945. Tanpa terkecuali
kita semua dituntut mengetahui maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya dan
melaksanakan tugas dan pekerjaan berdasarkan atas dan dijiwai oleh semangat Undang
Undang Dasar 1945. Selain itu, kita juga harus mengetahui bagaimana proses yang
terjadi pada Undang Undang Dasar 1945, apakah yang menyebabkan UUD 1945 tersebut
diamandemen.
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan pada tahun 1999 merupakan sebuah dorongan dari
gerakan reformasi. Tuntutan perubahan UUD 1945 yang digulirkan oleh berbagai kalangan
masyarakat dan kekuatan sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa dalam UUD 1945 belum
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan
penghormatan HAM. UUD 1945 sebelum perubahan merupakan sebuah UUD yang menimbulkan
multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup
yang menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan
Diharapkan kita mendapatkan sedikit bekal dan bahan dasar untuk dapat
mengetahui, mengerti, menghayati dan mengamalkan makna dari Undang Undang Dasar
1945 dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan


- Makalah ini bertujuan untuk menguraikan secara popular dan sistematik isi dari UUD 1945.
- Untuk mengetahui proses amandemen UUD 1945.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Undang Undang Dasar 1945


2.19 Pengertian Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang Dasar ialah piagam tertulis yang sengaja diadakan dan memuat
segala apa yang dianggap oleh pembuatnya menjadi asas fundamental negara tersebut.
Undang Undang Dasar 1945 ialah Undang Undang Dasar Negara Indonesia terdiri dari:
Sistematika UUD 1945
ü Pembukaan UUd 1945 : 4 alinea
ü Batang Tubuh UUD 1945 : 16 Bab
37 Pasal
: 4 Pasal Aturan Peralihan
: 2 Ayat Aturan Tambahan
ü Penjelasan : Penjelasan Umum
Penjelasan Khusus
Undang Undang Dasar 1945 untuk prtama kalinya disahkan oleh Sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan dinyatakan berlaku sejak 18 Agustus 1945.
Pengesahan daripada Undang Undang Dasar tersebut dimuat dan disiarkan Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.

riris (120801073) Kedudukan Undang Undang Dasar 1945


a. Hukum Dasar yang Tertulis
UUD 1945 merupakan Hukum Dasar yang tertulis. Sebagai hukum maka ia mengikat:
Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, Warga Negara dan Penduduk. Dengan
demikian maka ia mengikat pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, ia mengikat
lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara, lembaga masyarakat termasuk partai politik
dan organisasi massa, semua warga negara dan bahkan setiap penduduk.
b. Hukum Dasar dan Sumber Hukum
UUD 1945 merupakan bentuk peraturan yang tertinggi dan yang menjadi dasar
dan sumber bagi peraturan yang lebih rendah. Dan setiap peraturan perundangan harus
berdasar dan bersumber dengan tegas pada peraturan yang berlaku yang lebih tinggi
tingkatannya.
c. Hukum yang Menempati Lebih Tinggi
Undang Undang Dasar, menurut ketentuan dalam pasal UUD 1945 adalah
ketentuan yang tertinggi tingkatannya. Oleh sebab itu ia adalah hukum yang menempati
kedudukan tertinggi.
d. Fungsi Pengawas
Karena ia menempati kedudukan tertinggi, maka ia adalah sebagaikontrol/pengecek yang
berfungsi sebagai pangawas terhadap produk hukum yang lebih rendah tingkatannya, misalnya
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan lain-lain.

Sifat Undang Undang Dasar 1945


Dikatakan bahwa sifat UUD 1945 adalah singkat dan luwes. Ia hanya memuat
berupa aturan-aturan pokok, dan garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintahan/penyelenggara Negara di dalam Negara yang terdiri dari 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan, 2 ayat Tambahan. Selain singkat maka sifat yang melekat padanya
adalah luwes. Karena luwes maka ia kenyal dalam arti tidak kaku dan tidak akan mudah
ketinggalan zaman (dinamis).
Walaupun sifatnya singkat dan luwes bahwa yang penting semangat penyelenggara. Bahwa
penyelenggara Negara tidak hanya sekedar mengetahui teks UUD 1945 tetapi jauh dari itu juga
harus menghayati dan sekaligus mengamalkannya.
Semangat dan tekad para pemimpin, penyelenggara negara/pemerintah serta
seluruh rakyat Indonesia sebagai keseluruhan dalam menerapkan Undang Undang Dasar
1945.

Proses Perumusan Dasar Negara dan Undang Undang Dasar 1945


Perumusan Undang Undang Dasar 1945 seperti diuraikan di atas setelah terbentuknya
BPUPKI, oleh karenanya perlu dikemukakan tentang sebab-sebab mengapa pada masa itu bangsa
Indonesia berhasil memperoleh kesempatan menyusun Rencana Undang Undang Dasar Negara.
Sesuai dengan janji Jepang, akibat kekalahan dalam Perang Pasifik, maka
kesempatan tersebut sangat menguntungkan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Tentu saja janji itu disambut dengan gembira oleh bangsa Indonesia.
Walaupun demikian, dalam perjuangannya bangsa Indonesia tidak pernah
menggantungkan diri semata-mata kepada janji tersebut. Lahirnya bangsa Indonesia hasil
kerja samadengan pihak Jepang melalui pengangkatan anggota BPUPKI, tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap menyusun negara dan kekuatan sendiri yang
mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Kepercayaan pada diri sendiri membara dan
menggelora di dalam sanubari bangsa Indonesia yang sama tua dengan penjajahan itu
sendiri.
Semangat itu kemudian ditempa akibat penderitaan lahir dan batin dari
penjajahan. Sebagai realisasi dari janji Jepang, maka pada tanggal 28 Mei 1945 oleh
Pemerintah Jepang dilantik sebuah badan yang disebut Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 62 orang bangsa
Indonesia dan sebagai Ketua adalah DR.KRT.Radjiman Widijodiningrat. Pelantikan
dilakukan di Gedung Pejambon (Deparlu) Jakarta yang mana sidang pertama dimulai
tanggal 20 Mei 1945.
Adapun maksud dan tujuan pembentukan badan ini adalah semata-mata untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan sesuai dengan janji politik bagi
kemerdekaan Indonesia di kelak kemudian hari. Bangsa Indonesia tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini. Apa yang dikerjakan oleh para pemuka yang duduk dalam badan
tersebut, ternyata tidak hanya sampai pada usaha penyelidikan saja, melainkan lebih jauh
lagi. Mereka dapat menghasilkan sebuah hasil yang sangat gemilang yaitu Rancangan
Undang Undang Dasar. Bahkan dalam sidang terakhir 1 Juni 1945 diusulkan pula
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Sidang pertama BPUPKI yang berlangsung dari tanggal 19 Mei sampai dengan 1 Juni 1945
membicarakan tentang Dasar Negara, sedang Undang Undang Dasar Negara yang sesungguhnya
adalah pada masa persidangan berikutnya. Dan di dalam pembicaraan ini dibentuk Panitia-panitia
yang dimaksudkan untuk membahas dan menghasilkan Pembukaan Hukum Dasar dan Rancangan
Hukum Dasar dari Negara yang akan dibentuk kemudian.
Panitia-Panitia dalam BPUPKI ini adalah:
1. Panitia Perumusan Hukum Dasar.
2. Panitia Perancang Hukum Dasar.
Panitia Penghalus Bahasa
ad.1. Panitia Perumusan Hukum Dasar (Panitia Sembilan)
Bertugas merumuskan Pembukaan Rancangan Hukum Dasar. Panitia ini karena
anggotanya Sembilan orang maka disebut Panitia Sembilan. Panitia ini menghasilkan
naskah politik yang terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada
tanggal 22 Juni 1945.
Piagam Jakarta telah diadakan perubahan yang tidak prinsip yang kemudian
menjadi Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 (PPKI 18 Agustus 1945). Panitia
Sembilan ini diketuai oleh Ir.Soekarno.
ad.2. Panitia Perancang Hukum Dasar
Sehubungan dengan Panitia Hukum Dasar, maka dalm siding BPUPKI
pada tanggal 11 Juni 1945 yang dipimpin oleh Dr.KTR.RAdjiman Widijodiningrat setelah
mendengarkan pandangan dari 20 orang anggota, maka dibentuklah Panitia Hukum
Dasar dan sebagai Ketua Panitia adalah Ir.Soekarno. Panitia Hukum Dasar ini terdiri dari
tiga Panitia Kecil sebagai berikut:
1. Panitia (Kecil) Perancang Hukum Dasar.
Bertugas merumuskan Rancangan Hukum dasar. Setelah diadakan persidangan dari
tanggal 10 Juli 1945 dengan mendengarkan pendapat berupa usul dan saran dari semua
anggota, berhasil merumuskan Rancangan Hukum Dasar. Panitia ini beranggota 7 orang.
2. Panitia (Kecil) Perancang Ekonomi dan Keuangan.
Panitia ini bertugas merumuskan Ekonomi dan Keuangan yang kemudian hasil positif dari
Panitia ini menjelma dalam pasal 33 dan 34 UUD 1945. Dalam Panitia ini peranan
Drs.Moh. Hatta sebagai Ketua sangat menonjol.

3. Panitia (Kecil) Perancang Bagian Pembelaan Tanah Air.


Ditugaskan untuk menyusun pembelaan tanah air.Yang kelak akan menjadi dasar pasal 30 UUD
1945 mengenai pembelaan negara. Panitia ini oleh Abikusno Tjokrosujoso.
ad.3. Panitia Pengalus Bahasa
Bertugas untuk memperluas bahasa yang dituangkan dalam Pembukaan Hukum dasar. Dan
rancangan hukum dasar negara.Panitia ini beranggota Prof.Mr.Soepomo dan Prof.Dr.PAA.Hoesien
Djojodiningrat. Pada tanggal 16 Juli 1945 hasil panitia perancang yang bekerja sama dengan panitia
ekonomi keuangan, panitia pembelaan tanah air dan penghalus bahasa dan hasil panitia kecil
diterima oleh Badan Penyelidik Usaha-usahaPersiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dengan baik. Oleh karena tugas – tugas BPUPKI telah dianggap selesai maka untuk persiapan
selanjutnya dibentuklah oleh Pemerintah jepang sebuah panitia yaitu panitia persiapan
Kemerdekaan Indonesia(PPKI).
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia ini bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kemerdekaan,yang terdiri dari seorang ketua dan
seorang wakil ketua masing-masing Ir.Soekarno sebagai ketua dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil
ketua. Tugas pokok dari PPKI adalah secepatnya memerdekaan Indonesia.
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dilantik tanggal 9 agustus 1945 dan akan selekas
mungkin menyelesaikan soal-soal yang perlu untuk kemerdekaan terutama didasarkan pada
rancangan Hukum Dasar yang telah dihasilkan BPUPKI tersebut di atas. Rancangan hukum dasar
seyogianya akan diserahkan oleh panitia yang selanjutnya untuk disetujui.
Menurut rencana kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan pada tanggal 24Agustus
1945. Pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan masing-masing
di Hiroshima dan Nagasaki, akibat pemboman dikedua kota ini Jepang betekuk lutut dan menyerah
tanpa syarat pada pihak Sekutu. Oleh karena itu janji memberikan kemerdekaan pada
bangsa Indonesia tidak mungkin dilaksanakan lagi danIndonesia terjadi kekosongan kekuasaan.
Tentu saja dalam situasi seperti ini bangsa Indonesia, terutama para pemimpin dan
golongan pemuda tidak tinggal diam. Kesempatan tebuka luas untuk mengambil nasib bangsa di
tangan sendiri. Sehingga atas dorongan pemuda, sebelum kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda
kembali lagi atau penyerah Pemerintah Jepang kepada pihak sekutu sebagai pihak yang
memenagkan perang terlaksana maka pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamasikan
kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama rakyat dan bangsa Indonesia.
Dari kenyataan ini jelaslah bahwa kemerdekaan Indonesia sekali kali bukanlah merupakan
hadiah sebagai hasil realisasi janji pemerintah Jepang, tetapi hasil perjuangan bangsa Indonesia
sendiri selama berabad-abad dengan segala pengorbanannya. Dengan
proklamasi kemerdekaan, maka bangsa Indonesia lepas dari ikatan-ikatan penjajah dan bangsa
Indonesia menyatakan sebagai suatu bangsa sejajar dan sederajat dengan bangsa-bangsa lainnya di
dunia. Dan dengan demikian Indonesia adalah negara pertama yang merdeka setelah perang kedua.
Penetapan dan pengesahan undang undang dasar 1945
Seperti telah dikemukakan bahwa untuk menyempurnakan negara yag baru saja merdeka
itu,maka pada tanggal 18 agustus 1945 PPKI bersidang. Anggota PPKI ini telah
disempurnakan,panitia ini walaupun dilantik oleh pemerintah jepang untuk pertma kalinya tetapi
bukan alat Jepang. Sidang kedua dan sidang pertama BPUPKI diadakan setelah kemerdekaan pada
tanggal 18 Agustus atas tanggung jawab bangsaIndonesia sendiri, sebagai bangsa yang merdeka.
Hal ini terbukti bahwa jumlah anggota PPKI yang semula terdiri dari 21 orang termasuk
ketua dan wakil ketua serta ditambah 6 orang lagi atas usul ketua dan atas tanggung jawab
sendiri. Dalam sidang inilah ditetapkan dan disahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar dan
rancangan Hukum Dasar hasil BPUPKI menjadi Undang-Undang Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terkenal dengan nama Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) terdiri dari
Pembukaan Undang –Undang Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undaang-Undang Dasar 1945 setelah
diadakan perubahan dan penyempurnan disana- sini yang tidak prinsip dan jika kita bandingkan
dengan pembukaan Hukum Dasar (Piagam Jakarta) maka pada pokoknya adalah hampir sama,
hanya terdapat perbedaan disana-sini.

Piagam Jakarta (Pembukaan Hukum Dasar) Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
1.Kata *Mukadimah* 1.*Pembukaan*
2....dalam suatu Hukum dasar Negara 2.. dalam suatau undang undang Dasar Negara
Indonesia.. Indonesia..
3...dengan berdasar kepada 3...dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Ketuhanan degan kewajiban menjalankan Esa...
syarat –syarat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya..
4...menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab 4.Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sebaliknya bila kita bandingkan Batang Tubuh dengan Rancangan Hukum Dasar (Hasil Panitia
Perancang) mengalami perubahan – perubahan sebagai berikut:
Rancangan Hukum dasar Batang Tubuh UUD 1945
1.Istilah Hukum dasar Diganti 1.Undang –Undang Dasar
2.Dalam rancangan dua orang Diganti 2.Seorang Wakil presiden
wakil presiden 3.Presiden harus orang Indonesia asli
3.Presiden harus seorang
Indonesia asli dan beragama Diganti
Islam
4.Disebutkan: selama perang
pimpinan perang dipegang 4.Dihapuskan
oleh Jepang dengan Diganti
persetujuan pemerintahan
Indonesia
Semua pembicaraan, naskah-naskah dan putusan-putusan mengenai Rancangan Undang
Undang Dasar 1945 baik dalam sidang BPUPKI maupun dalam sidang PPKI, merupakan
bahan yang sangat berharga untuk dipahami, dihayati dn diamalkan serta bagaimana
penafsirannya. Bahkan dalam sidang– sidang BPUPKI telah dapat dihasilkan suatu piagam yang
amat penting yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Dari uraian di atas jelas bahwa perencanaan Undang Undang Dasar 1945 terjadi sebelum
kemerdekaan tiba,penempatan dan pengesahannya terjadi setelah proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Hal ini bagi pembangunan bangsa Indonesia benar-benar merupakan rahmat dan karunia
yang sebesar-besarnya dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita dapat membayangkan andaikata pada
waktu itu bangsa Indonesia belum mempunyai suatu Rancangan Undang Undang Dasar, sudah
pasti sulit untuk memperoleh suatu Undang Undang Dasar, sudah pasti sulit untuk
memperoleh suatu Undang Undang Dasar setelah proklamasi.
Undang Undang Dasar ternyata mampu untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia,
mampu menampung segala aspirasi, perkembangan dan keutuhan bangsaIndonesia. Sesuai dengan
naskah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia beserta dengan penjelasannya dimuat
dalam Berita Republik Indonesia tahun 1946(tahun II) Nomor 7, tanggal 15 Februari 1946.

2.23 Sistem Undang Undang Dasar 1945


Undang Undang Dasar 1945 disusun dengan singkat dan luwes dan mampu menghadapi
setiap perkembangan dan perubahan zaman yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ,waktu
dan tempat.
Karena sifatnya yang singkat maka ia pun luwes.Didalam penjelasan dikatakan bahwa telah
cukup jikalau Undang Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok saja, memuat garis-garis
besar sebagai perintah kepada pemerintah dan penyelenggara negara.
Terutama bagi negara baru dan negara muda lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya
memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturanyang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada Undang Undang yang lebih mudah cara membuat, mengubah dan mencabut
(undang-undang organik). Kita harus senantiasa ingta kepada dinamika kehidupan mayarakat dan
negara Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang berubah lahir batin. Berhubung dengan hal
itu, janganlah tergesa-gesa memberi keristalisasi, memberi bentuk pada pikiran-pikiran yang masih
mudah berubah (labil). Dan dari sistem inidengan mudah kita dapat mengerti, bahwa
sesungguhnnya UUD 1945 ini tetap memberikan arah yang tepat bagi bangsa Indonesia yang
merupakan negara muda yang masih akan berkembang dengan cepat menuju suatu perubahan yang
semakin maju denagn arah yang telah ditetapkan oleh UUD1945 baik dalm
pembukaan, maupun batanng tubuh dan penjelasannya.

2.24 Undang Undang Dasar Negara dalam Pelaksanaannya


Sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949 NRI
menggunakan UUD 1945. Tetapi pelaksanaannya masih jauh dari sempurna, bahkan terjadi
penyimpangan yang prinsipil sejak tanggal 14 November 1945 yaitu kabinet Presidentil menurut
UUD 1945 berubah menjadi kabinet perlementer dangan perdana menteri Sutan Syahrir. Selain
daripada itu, pemilihan umum untuk membentuk MPR dan DPR belum sempat diadakan karena
revolusi fisik yang sedang berkobar dengan hebatnya. Lembaga-lembaga Tinggi Negara lainnya
seperti DPA, MA dan BPK belum dapat dibentuk dengan Undang Undang karena keadaan belum
mengizinkan, sehingga hanya bersifat sementara dan belum dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Hal yang ditimbulkan sebagai akibat tidak dilaksanakannya UUD 1945 itu dengan
konsekuen ialah lahirnya berpuluh partai politik, tidak stabilnya pemerintahan yang sering jatuh
silih berganti.
Berbagai kesulitan yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan terhadap UUD
1945 pada waktu itu. Sejak tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 4Juli 1959 kita
meninggalkan UUD 1945 secara total. Kita menggunakan dua macam Undang Undang Dasar yang
sangat jauh berbeda dengan UUD 1945, baik falsafahnya,jiwanya, semangatnya, maupun bentuk
dan sistemnya. Yang pertama adalah konstitusi RIS yang berlaku mulai tanggal 27 Desember 1945
dan berakhir tanggal 17 Agustus 1950 karena rakyat tidak dapat menerimanya. Sejak tanggal
17 Agustus 1950, dipakaiUUD 1945 yang baru yaitu UUDS 1950.
Presiden mengeluarkan dekrit untuk kembali ke UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959.
Dengan keluarnya dekrit presiden itu maka mulai tanggal 5 Juli 1959, tidak berlaku lagi UUDS
1950 dan mulai berlaku kembali UUD 1945 dan segera akan dibentuk MPRS dan DPAS.

2.25 Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang UUD 1945


Adapun prisip-prinsip yang terkandung dalam Batang Tubuh UUD 1945 diuraikansebagai berikut
:
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sesuai dengan pasal 1 UUD 1945, negara kita ialah negara kesatuan yang berbentuk
Republik bagi negara kita tiada lain bentuk negara yang paling tepat ialah negara
kesatuan yang bernafaskan Demokrasi Pancasila.
b. Pengakuan Hak Asasi Manusia dalam negara Pancasila
Negara Pancasila menjunjung tinggi HAM. Hak asasi manusia adalah hak dasar dari hak-
hak dan kewajiban-kewajiban yang lain. Disamping hak ssasi, terdapat kewajiban
asasi.kalau dalam masyarakat yang individualistis, tuntutan pelaksanaan HAM sedikit
berlebih-lebihan sehingga merugikan masyarakat, maka dalam masyarakat pancasila
dilaksanakan secara seimbang sebagai manusia sarwa tunggal (monopluralistis) atau
adengan kata lain dapat disebut bersifat kekeluargaan. Contoh-contoh perwujudan HAM
lebih tegas dalam pasal 27 s/d 34 UUD 1945. Sebaiknya contoh kewajiban-kewajiban
asasi adalah kewajiban belajar, kewajiban memberikan suara, kewajiban membayar
pajak,kewajiban menjaga keamanan, kewajiban membela negara, tunduk dan taat
menjalankan aturan negara.
c. Sistem Kebudayaan Nasional
Dalam pasal 32 UUD 1945 disebutkan bahwa Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia mengutamakan pembinaan dan
pembangunan kebudayaan Indonesia. Penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing
kedalam kebudayaan nasional adalah dengan syarat lebih mengembangkan
kebudayaan nasional dan tidak bertentangan dengan ilai pancasila. Disamping itu karena
negara kita terdiri dari banyak pulau dan suku bangsa,mempunyai adat istiadat dan
kebudayaan daerah yang beranekaragam, hal ini tidak perlu dipertentangan perbedaan
bentuk dan wujud (gatra) yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita, malah
sebaliknya dengan keanekaragaman terdebut akan saling melengkapi dan saling
memperkaya yang merupakan suatu kesatuan sebagai kekashan kebudayaan kita.
Dengan demikian perikehidupan masyarakat akan serasi menuju tingkat kemajuan dan
pengembangan (apresiasi) yang merata dan seimbang.
d. Pembelaan Negara
Seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu pasal 30 UUD 1945 menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta di dalam pembelaan negara. Letak
kepulauan nusantara yang strategis dan berbeda di posisi silang sebagai satu kesatuan
pertahanan dan keamanan, berarti bahwa ancaman salah satu bagian daerah Indonesia
ataupun salah satu segi kehidupan pada hakekatnya adalah merupakan ancaman
terhadap keutuhan bangsa indonesia secara keseluruhan. Dan oleh karenanya bangsa
Indonesia sebagai warga negara mempunyai kewajiban untuk membela keutuhan negara
dan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu prinsip wawasan nusantara dan ketahanan
nasional perlu dikembangkan.

2.26 Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen
Orde baru dapat diartikan, susunan, aturan suatu negara atau mesyarakat yang teratur,
berjalan dengan baik semuanya tertib, merupakan suatu kesatuan yang organis dan fungsional
dapatlah disebut Orde. Negara yang tertib hukum, organisasi teratur, masyarakat yang sejahtera
disebut dalam keadaan in-orde, sebaliknya Negara yang tidak mempunyai kepastian Hukum, kacau
kalau disebut dalam keadaan wan-orde. Tumbuhnya orde Baru adalah sebagai produk reaksi yang
logis di negara kita dari keadaan sebelumnya yang disebut Orde lama. Orde baru lahir dipelopori
oleh para pemuda yaitu Mahasiswa, Pelajar dan pemuda umumnya yang tergabung dalam kesatuan
aksi angkatan 66 bersama ABRI, para PARPOL dan ORMAS dengan gigih menyumbangkan rezim
Orde lama.
Istilah Orde Baru timbul untuk petama kali pada seminar II TNI AD di SESKOAD
Bandung, Agustus 1966 dan kemudian dijadikan pembatasan garis demokrasi dan sikap mental
sebelumnya.
1. Pengertian Orde Baru
Orde baru ialah suatu tata kehidupan baru dan sikap mental baru yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Adapun ciri-ciri Orde baru antara lain:
(1) Dasar/ landasan Pancasila dan UUD 1945.
Landasan Idiil ialah Pancasila.
Landasan Konstitusional ialah Undang Undang dasar 1945
Landasan Operasional ialah ketetapan- ketetapan MPR.
(2) Tujuan, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan demi Ampera, demi Tritura dan demi Hanura.
(3) Cara dan pelaksanaan secara konstitusional yaitu melalui saluran hukum, berdasarkan konstitusi
yang ada.
Karena itu perlu adanya aturan permainan, dan aturan itu bersumber pada hukum yang ada dan
berlaku. Adapun pelaksanaannya adalagh dengan jalan melaksanaan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
2. Pengertian Orde Lama
Orde Lama ialah suatu orde atau tata kehidupan lama dalam kenegaraan di indonesia pada masa
pra G 30 S/PKI. Masa orde lama ialah suatu periode antara tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan 11
maret 1966. Jadi dengan demikian masa sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tidak disebut Orde
Baru. Adapun ciri-ciri Orde lama antara lain:
(1) Dasar atau landasan : Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Landasan Idiil dan Pancasila.
(2) Tujuan ialah Struktural ialah Tri Kerangka Tujuan Revolusi Indonesia.
Negara Kesatuan, Sosialisme dan Dunia Baru.
(3) Cara pelaksanaan, penuh penyelewengan.
Penyelewengan di segala bidang kehidupan kenegaraan dari dasar, landasan dan tujuan negara itu
sendiri (bidang ideologi, bidang konstitusi/hukum, bidang sosial dan politik, bidang moral dan
agama).

Bentuk dan jenis penyelewengan Orde lama antara lain:


(1) Bidang Ideologi
Pancasila sebagai dasar dan filsafah negara diperas dan diputarbalikkan tata urutannya. Pemerasan
dan pemutarbalikkan tata urutan sila-sila Pancasila akan menghilangkan arti dan fungsi Pancasila
itu sendiri sebagai Dasar Negara.
(2) Bidang Konstitusi/ Hukum
Timbul peraturan perundangan yang disebut penetapan presiden, dalam Hukum positif/tertib
hukum Indonesia berdasar UUD 1945 tidak dikenal.
Presiden membubarkan DPR hasi pemilihan Umum, dalam UUD 1945, Presiden tidak
berhak membubarkab DPR(sistem pemerintahan berdasarkan UUD1945) Presiden dan DPR pada
dasarnya harus bekerja sama (Co-partnership di bidang legislatif).
Dengan penyelewengan pasal 17 UUD 1945 Ketua Lembaga Tertinggi dan Ketua-ketua
Lembaga Tinggi diangkat sebagai Menteri, dengan demikian mereka sebagai Menteri Pembantu
Presiden (mereka berada di bawah kekuasaan Presiden).Presiden menjadi pusat segala kekuasaan,
sehingga mengabulkan fungsi wewenang Badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif, sehingga
bertentangan dengan UUD 1945 bahwa Presiden adalah mandataris MPR, bahwa Presiden harus
bertanggung jawab pada Majelis dan kekuasaan Presiden tidak tak terbatas.
- Kepolisian Negara dijadikan angkatan kepolisian sebagai angkatan IV untuk mengarah dan
mencapai tujuan awal ORLA dalam pembentukan angkatan V.Ankatan V ini terdiri dari
sukarelawan yang unsur-unsurnya terdiri dari Pemuda Rakyat dan CGMI sebagai intinya.Angkatan
Perang Repubilk Indonesia ada tiga angkatan : Angkatan darat, laut dan udara. ABS yes men dan
lain-lain bertentangan dengan tata krama Indonesia.
- Presiden seumur hidup bertentangan dengan UUD 1945 bahwa masa jabatan selama 5 tahun.
- Adanya Hukum Revolusi UUD 1945 hanya sebagai alat Revolusi bukan sebagai landasan
Negara .
- Lembaga Pemimpin Dasar Revolusi, bahwa segala-galanya yang berada di atas Hukum
Revolusi, dan mengarah pada otoriter dan menjurus pada diktator. Ini tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila dan UUD 1945.
(3) Bidang Sosial dan Politik
Masyarakat Indonesia dibagi- bagi dan dimasukkan ke dalam kotak- kotak dengan poros
NASAKOM (golongan nasionalis, agama dan komunis). Setiap gilongan disuruh berkompetisi
(kompetisi yang tidak sehat secara fisik). Timbullah istilah golongan kanan dan golongan kiri.
Golongan Revolusioner dan Jurang Revolusioner. Kedua golongan tersebut selalu dipertentangkan
. keadaan ini tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 dimana segala sesuatu harus
diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.
(4) Bidang Ekonomi
Berbagai penyelewengan di segala bidang seperti Korupsi, Jabatan, Penyelewengan dan
manipulasi. Persamaan terhadap beban hidup rakyat yang sudah sangat menderita dengan dalih
dana revolusi guna keperluan proyek prestisi. Keadaan ekonomi merosot sehingga inflasi dengan
kenaikan harga yang tinggi dan tidak terkendali.
(5) Bidang Moral/Agama
Berjangkitnya krisis dan dekadensi moral, kemerosotan akhlak masyarakat, terutama di kalangan
pimpinan dan atasan. Martabat dan harkat wanita Indonesia tidak dihargai (merosot). Tentu semua
ingin sangat bertentangan dengan nilai-nilai hukum yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Banyak sekali penyelewengan yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu
yang terjadi di dalam pelaksanaan masa Orde Lama. Sekalipun gambaran umum dapat kita saksikan
penyelewengan Orde Lama itu :Pancasila diperas menjadi NASAKOM, Negara hukum yang
demokrasi menjadi otoriter dan diktator, masyarakat yang adil dan makmur hanya berlaku pada
segelintir atasan yang berkuasa yang berkesempatan melakukan korupsi, persahabatan dan
perdamaian dengan semua bangsa di dunia menjadi berkonfrontasi dengan negara
serumpun(DWIKORA), Politik Luar Negeri yang bebas aktif menjadi kontradiksi antara kekuatan
baru melawan kekuatan lama yang mengarah pada blok sosialis/ komunis.
3. Kedudukan dan Masa Berlaku UUD 1945
a. Kedudukan UUD 1945
Atas dasar Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menyatakan kembali UUD 1945 dimana tidak berlaku lagi
UUDS 1950. Ketentuan tambahan UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan karena MPR belum
terbentuk. Ketentuen dimaksud menyatakan bahwa dalam enam bulan sesudah MPR dibentuk,
Majelis bersidang untuk menentukan Undang – Undang Dasar. MPRS dibentuk sehubungan
dengan Dekrit Presiden 5 Jli 1959 dan dengan TAP MPRS Nomor XX /MPRS/1996 telah
dinyatakan dalam Dekrit Presiden sebagai sumber tertib hukum bagi berlakunya kembali UUD
1945. Tanggal 1 Oktober 1975 MPR hasil pemilihan Umum tahun 1971 dilantik. Dalam sidang
Umu MPR 22 Maret 1973, MPR telah memutuskan TAP MPR Nomor V/MPR/1973 tentang hasil-
hasil yang berupa TAP- TAP MPRS Republik Indonesia.Pasal 3 TAP MPR Nomor V/MPR/1973
yo Tap MPR Nomor IX/MPR/1978 menyatakan TAP MPR Nomor XX/MPRS/1966 tetap berlaku.
Dengan demikian MPR hasil Pemilihan Umum Tahun 1971 dengan TAP MPR Nomor
V/MPR/1973 yo TAP MPR Nomor IX/MPR/1978 telah menetapkan UUD 1945 menjadi Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia melalui TAP MPRS Nomor XX/MPRS/1966 dan Dekrit
Presiden Tanggal 5 Juli 1959.Tindakan penetapan MPR tersebut berdasarkan kewenangan
hukumnya dalam Pasal 3 UUD 1945 dan sesuai pula dengan konstitusinya dalam ayat 2 Aturan
Tambahan UUD 1945. Dengan demikian terhitung mulai tanggal 22 Maret 1973 UUD 1945 telah
kehilangan sifat sementaranya.
b. Masa Berlaku UUD 1945
- Masa berlaku dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
- Masa berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, untuk menjaga
bagian Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
- Masa tidak berlaku dari tanggal 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959, Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950).
- Masa berlaku 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang dan mulai tanggal 22 Maret 1973 mempunyai
sifat tetap.
4. Kedudukan dan Masa Berlaku UUD 1945
Lembaga negara adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Dasar 1945 yang terdiri Lembaga Negara Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi.
Kedudukan lembaga Negara adalah keadaan yang menempatkan lembaga
tersebut dengan lembaga lainnya, apakah lebih rendah, sejajar atau lebih tinggi.
Sedangkan fungsi lembaga Negara ialah suatu lingkungan kerja dalam hubungan dengan
keseluruhannya, yang bekerjasama satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Fungsi menentukan kedudukan suatu badan, fungsi tersebut dapat luas, sempit,
dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Suatu fungsi dapat dipegang oleh suatu badan atau
sebaliknya beberapa fungsi dapat dipegang oleh satu badan.
Untuk melaksanakan fungsinya maka badan tersebut harus dilengkapi dengan
wewenang yang diberikan oleh badan yang lebih tinggi dan ditetapkan berdasarkan
ketentuan atau peraturan yang telah dimuat dalam Undang Undang Dasar. Adapun
lembaga yang dimaksud menurut UUD 1945 adalah:
- Majelis Permusyawaratan Rakyat (pasal 2 dan 3)
- Presiden (pasal 4 sampai dengan 15)
- Dewan Pertimbangan Agung (pasal 16)
- Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 19 sampai dengan 22)
- Badan Pengawas Keuangan (pasal 23)
- Mahkamah Agung (pasal 24 dan 25)
- Menteri-menteri Negara (pasal 17)
- Pemerintah Daerah (pasal 18)
Untuk terselenggaranya hubungan tata kerja yang sebaik-baiknya dalam rangka
pelaksanaan tugas lembaga negara Tertinggi (MPR) dengan dan/atau antar lembaga-
lembaga Tinggi Negara (Presiden, DPR, DPA, BPK dan MA) maka ditetapkan TAP MPR
Nomor VI/MPR/1973 yo TAP MPR Nomor III/MPR/1978. Dalam hubungan tersebut diatur
tentang kedudukan tata kerja antara MPR dan atau Presiden, DPA, DPR, BPK dan MA.
5. UUD 1945 dalam Gerak Pelaksanaannnya
Dari Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7, bahwa yang dimaksud dengan
Undang Undang Dasar 1945 adalah Pembukaan Batang Tubuh dan Penjelasannya. Dari
pengertian ini dapat dijabarkan bahwa sebagai peraturan perundangan yang tertinggi
maka UUD 1945 bersifat mengikat: mengikat pemerintah/penyelenggara negara,
lembaga negara, lembaga masyarakat di daerah maupun di pusat, mengikat senua warga
negara dimanapun ia berada dan atas penduduk yang berada di wilayah negara
Indonesia.
Sebagai peraturan perundangan yang tertinggi Undang Undang Dasar 1945 berisi
norma-norma, peraturan-peraturan dan/atau ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan dan ditaati (bersifat imperatif). Undang Undang Dasar bukan hukum biasa,
melainkan hukum dasar, maka Undang Undang Dasar merupakan sumber hukum. Setiap
jenis hukum, seperti TAP MPR, undang-undang, PEPERPU, PP.KEPRES, peraturan
dan/atau instruksi pelaksanaan yang lebih rendah harus berlandaskan, bersumber pada
peraturan, yang lebih tinggi dan tidak boleh menyimpang atau bertentangan, dan yang
ada pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan Undang
Undang Dasar 1945.
Semenjak ditetapkan dan disahkan UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, mulai saat itu berlakulah Undang Undang Dasar 1945 sebagai Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Semenjak itu penyelenggaraan Negara didasarkan
kepada ketentuan-ketentuan menurut Undang Undang Dasar. Karena pada saat itu
negara Indonesia baru saja berdiri, maka dapat dimengerti bahwa untuk melaksakan
penyelenggaraan berdasarkan UUD 1945, tentu saja tidak akan dapat sekaligus
dilaksanakan sepenuhnya dalam waktu yang singkat. Menyadari hal ini maka Undang
Undang Dasar telah terbentuk pula ketentuan peralihan yang terdiri dari 4 pasal aturan
peralihan ditambah ketentuan tambahan yang terdiri dari 2 ayat aturan tambahan.
Dalam pendahuluan telah disinggung bahwa UUD 1945 berlaku dalam dua kurun
waktu, yang pertama antara tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
dan kurun waktu kedua adalah antara tanggal 5 Juli 1949 sampai dengan sekarang.
Dalam kedua kurun waktu itu telah banyak kita catat dan/atau alami tentang gerak
pelaksanaan tentang pelaksanaan UUD 1945, termasuk pula penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
Dalam kurun waktu 1945-1959, jelas UUD 1945 belum/tidak dilaksankan
sebagaimana mestinya, karena sebagai negara yang masih baru tentu saja banyak sekali
mendapat tantangan, hambatan dan ancaman baik datang dari luar maupun dari dalam
sendiri. Oleh karena itu kelembagaan negara yang seharusnya telah dibentuk ternyata
belum dapat dilaksankan pembentukannya. Begitu juga terjadi penyimpangan dalam
sistem pemerintahan, terjadinya perubahan dalam sistem pemerintahan Presidentil
menjadi sistem pemerintahan Parlementer pada tanggal 3 November 194. Isi Maklumat
Pemerintah pada tanggal 3 November 1945 ini juga merupakan turning pointdari keinginan
semula yaitu mengintrodusir monolithicparty system menjadi multy party system. Yang
akhirnya berakibat timbulnya partai-partai gurem (partai yang masanya sangat minimum)
yang pada saatnya nanti mambuat keadaan politik dan pemerintahan yang tidak stabil.
Mulai tanggal 4 November 1945 kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Perdana
Menteri sebagai pimpinan Kabinet dan Menteri-menteri sebagai anggota Kabinet. Mereka
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggungjawab kepada Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Timbul pertanyaan mengapa bertanggungjawab
kepada KNIP? Sebab sebelum Maklumat Pemerintah ini keluar telah ada lebih dahulu
Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 yang antara lain isinya
memberikan kekuasaan legislatif kepada KNIP yang sebelumnya berdasarkan Aturan
Peralihan hanya sebagai Pembantu Presiden saja. Tetapi dengan Maklumat Wakil
Presiden ini berakibat KNIP tidak lagi ikut campur dalam pemerintahan sehari-hari.
Keadaan yang demikian ini sangat berpengaruh dalam kehidupan negara terutama
stabilitas dan pemerintahan.
Maklumat Nomor X yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 16 Oktober
1945 tersebut, tentunya adalah mengubah kedudukan dan fungsi KNIP dan badan yang
membantu Presiden menjadi:
a. Badan Legislatif, yang sebenarnya wewenang DPR
b. Badan yang ikut menentukan dan menetapkan GBHN yang sebenarnya wewenang MPR dan
c. Suatu badan yang bekerja sehari-harinya dijalankan oleh suatu Badan Pekerja yang
bertanggungjawab kepadanya.
Akhirnya negara Republik Indonesia kesatuan hanyalah merupakan bagian dari
Negara Republik Indonesia Serikat. Untunglah RIS hanya berlangsung sementara. Berkat
kesadaran pemimpin kita, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi dengan Undang Undang Dasar Negara lain.
Menurut Undang Undang Dasar Sementara 1950 sistem pemerintahan adalah
Parlementer. Pelaksanaan UUDS 1950 dan akibat-akibatnya telah dirasakan bersama
berupa kekecewaan berbagai bidang, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
hankam.
Konstituante yang menurut UUDS 1950 bertugas membentuk Undang Undang
Dasar yang tetap telah gagal total (Konstituante Bandung 1955). Kegagalan ini sangat
membahayakan kehidupan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 diberlakukan kembali Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Apabila kita mengadakan pengkajian dan perbandingan pelaksanaan UUD 1945
dalam kurun waktu antara 1959-1965 (Orde Lama) dan kurun waktu 1966 sampai dengan
sekarang (Orde Baru) maka jelas tampak dan terasa kemajuan yang telah dicapai dalam
mengusahakan pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa Orde Lama. Selanjutnya banyak
usaha dalam Orde Baru yang dilakukan dalam rangka melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru berhasil menyalurkan aspirasi rakyat
dalam mengadakan koreksi terhadap penyimpangan kekuasaan dipelbagai bidang
melalui cara-cara konstitusional. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah
melaksanakan tugasnya, antara lain mengadakan Sidang Umum dan Sidang Istimewa.
Demikian juga lembaga dan badan lainnya telah berjalan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan sebagai berikut:
(1) Periode antar 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1959.
Pada masa ini belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, adanya tantangan,
hambatan dan ancaman dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar. Lembaga-
lembaga belum terbentuk sebagaimana mestinya. Masih dipergunakan Aturan Peralihan
pasal IV, dimana kekuasaan negara dipegang oleh Presiden dibantu KNIP. Terjadinya
penyimpangan yang sangat prinsipil yaitu sistem Pemerintahan dan sistem Presidentil
menjadi sistem Parlementer.
(2) Periode antara 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950
Undang Undang Dasar tetap berlaku pada negara RIS yang berdasarkan Konstitusi UUD
1945 di negara Bagian Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
(3) Periode antara 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
Kembali kepada negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi menggunakan Undang
Undang Dasar lain yaitu Undang Undang Dasar Sementara 1950. Undang Undang Dasar
1945 pada periode ini tampaknya latent.
(4) Periode antara 5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966
Lembaga negara telah terbentuk, tetapi tidak berdasarkan UUD 1945, tetapi dengan
PENPRES. Adanya penetapan Presiden ini bertentangan dengan peraturan perundangan
negara yang berdasarkan UUD 1945. MPR mengangkat Presiden seumur hidup sangat
bertentangan dengan jiwa UUD 1945. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilihan
Umum karena RAPBN yang diajukan oleh pemerintah kepada DPR ditolak. Terjadinya
kekacauan di seluruh wilayah tanah air, stabilitas dan keamanan terganggu dan mencapai
puncaknya pada peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI pada tanggal 30 September 1965.
Timbul situasi konflik antara rakyat dan Presiden yang kemudian timbullah Tri Tuntutan
Rakyat (Tritura) yang berkesimpulan: bubarkan PKI, bersihkan Kabinet dari unsur-unsur
PKI dan turunkan harga.
(5) Periode mulai 11 Maret 1966 sampai dengan sekarang
Gerakan memperjuangkan TRITURA, makin hari semakin meningkat, sehingga
Pemerintah pada waktu itu boleh dikatakan tidak dapat menguasai keadaan lagi. Dalam
situasi yang demikian itulah Presiden pada waktu tanggal 11 Maret 1966 menyerahkan
Surat Perintah kepada Letnan Jenderal TNI Soeharto, Menteri/panglima Angkatan Darat
yang isinya memberikan wewenang kepadanya untuk mengambil langkah-langkah
pengamanan untuk menyelamatkan keadaan, lahirnya Supersemar ini dianggap oleh
rakyat sebagai Lahirnya Orde Baru.
Dengan berlandaskan kepada Supersemar telah membubarkan PKI dan ormas-
ormasnya yang disambut dengan penuh kelegaan oleh seluruh rakyat. Dan dengan
semangat Supersemar itu pula Orde Baru mengambil langkah-langkah, koreksi dengan
cara-cara yang konstitusional terutama dalam menegakkan, mengamankan dan
mengamalkan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Usaha-usaha apakah yang telah dilakukan Orde Baru dalam pelaksanaan UUD 1945 di
bidang kelembagaan Negara? Orde baru telah berhasil menyalurkan aspirasi rakyat dalam
mengadakan koreksi-koreksi terhadap pemimpin, penyimpangan, kekacauan-kekacauan
dan keadaan-keadaan buruk di berbagai bidang selama Orde Lama, melalui cara-cara
yang konstitusional, artinya melalui sidang-sidang MPR, yaitu sidang umum MPR(S) IV
tahun 1966 dan sidang istimewa tahun 1967. Pada sidang MPR(S) tahun 1968, MPR(S)
telah mengangkat Jenderal TNI Soeharto pengemban TAP MPR Nomor IX/MPRS/1966
sebagai Presiden (tetap) sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil Pemilihan Umum.
Sejak itulah pelaksanaan UUD 1945 diusahakan untuk dapat berlangsung sebaik-baiknya
secara murni dan konsekuen. Dalam rangka ini diusahakan pembentukan kelembagaan
Negara MPR, DPR, DPA dan MA sesuai dengan ketentuan UUD 1945. UUD 1945
menyatakan bahwa pembentukan lembaga-lembaga tersebut dilakukan dengan undang-
undang.

2.2 Proses Amandemen Undang Undang Dasar 1945


2.28Pengertian Amandemen
Amandemen (bahasa Inggris: amendment) artinya perubahan. Mengamandemen artinya
mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen sebenarnya merupakan hak, yaitu hak
parlemen untuk mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-undang.
Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang artinya perubahan UUD. Isti1ah
perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua pengertian (Taufiqurohman Syahuri, 2004), yaitu:

1. Amandemen kontitusi (constitutional amendment)


2. Pembaruan konstitusi (constitutional reform)
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau
sisipan dari konstitusi yang asli. Jadi, konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian
yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya. Jadi, antara
bagian perubahan dengan konstitusi aslinya masih terkait. Nilai-nilai lama dalam
konstitusi asli yang belum berubah masih tetap eksis. Sistem perubahan ini dianut oleh
Amerika Serikat dengan istilah populemya amandemen. Dalam hal pembaruan konstitusi,
perubahan yang dilakukan adalah ‘baru” secara keseluruhan. Jadi, yang berlaku adalah
konstitusi yang barn, yang tidak lagi ada kaitannya dengan konstitusi lama atau asli.
Sistem ini dianut oleh negara seperti Belanda, Jerman, dan Prancis.

2.29Tujuan Amandemen
Tujuan Amandemen UUD 1945:
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap dalam mencapai
tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan tidak bertentangan dengan
Pembukaan UUD 1945 itu yang berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta
memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusia agar
sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat manusia yang
sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang dicita-citakan oleh UUD 1945.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara
lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem checks and balances yang lebih ketat
dan transparan, pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara
mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral dan
solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara dan perjuangan negara untuk
mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum.
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan
perkembangan aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia dewasi ini
sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.

2.30Alasan Amandemen UUD 1945


Alasan dilakukan amandemen terhadap UUD 1945:
1. Lemahnya checks and balances pada institusiinstitusi ketatanegaraan.
2. Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogatif dan
kekuasaan legislatif)
3. Pengaturan terlalu fleksibel (vide:pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4. Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM
2.31 Proses Amandemen UUD 1945
Rangkaian proses amandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah empat
kali menyelesaikan Amandemen UUD 1945 sejak tahun 1999. Proses amandemen itu jumlah pasal
memang tetap 37 tetapi 10 pasal memiliki cabang ( 6A, 7A, 7B, 7C, 18 A, 18 B, 20 A, 22 A, 22B,
22 C, 22 D, 22E, 23 A, 23 B, 23C, 23D, 24A, 24B, 24C, 25A, 28A, 28B, 28C, 28D, 28F, 28G,
28H, 28I, 28J, 36S, 36B, 36C) sebagaimana juga babnya tetap terdiri 16 Bab tetapi juga mempunyai
cabang (VIIA, VIIB, VIIIA, IXA, XA) dan penambahan sejumlah ayat baru. UUD 1945
sebelumnya terdiri 37 Pasal, 16 Bab, 65 Ayat, 4 Aturan Peralihan, dan 2 Aturan Tambahan. Maka
bandingkan dengan amandemen UUD 1945 satu hingga empat yang terdiri dari 37 Pasal (72 Pasal
jika berikut cabang), 16 Bab (21 Bab jika berikut cabang), 191 Ayat, 3 Aturan Peralihan, dan 2
Aturan tambahan. Maka total amandemen 1- 4 UUD 1945 menghasilkan 196 Ayat, yang terdiri
166 butir perubahan dan 30 butir tidak berubah. Dalam perubahan ini Ramlan Surbakti mengatakan
perubahan yang dilakukan terhadap UUD 1945 dalam prakteknya bukan amandemen biasa, karena
mencakup pasal yang begitu banyak tetapi juga bukan pembuatan UUD baru karena baik
pembukaan maupun banyak pasal yang tetap. (Disampaikan pada Seminar Nasional FH.Usakti 15
Agustus 2002).
Amandemen pertama yang dimulai pada Sidang Umum MPR tahun 1999 telah melakukan
perubahan terhadap 9 Pasal yang meliputi Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 Ayat (2),
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2 dan 3), Pasal 20, dan Pasal 21. sedangkan Amandemen kedua
telah melakukan perubah sebanyak 7 Bab dan 25 Pasal yang yang meliputi Pasal 18, Pasal 18 A,
Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, BAB IXA, Pasal 25E, BaB
X, Pasal 26 Ayat (2 dan 3), Pasal 27 Ayat (3), BAB XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal
28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, BAB XII, Pasal 30, BAB
XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C. Kemudian dilanjutkan dengan Amandemen ketiga yang
meliputi Pasal 1 Ayat (1,2,3, dan 5), Pasal 7A, Pasal 7B Ayat (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7), Pasal 7C,
Pasal 8 Ayat (1, 2), Pasal 11 Ayat (2, 3), Pasal 17 Ayat (4), BAB VIIA, Pasal 22C Ayat (1, 2, 3,
dan 4), Pasal 22D Ayat (1, 2, 3, dan 4), BAB VIIB, Pasal 22E Ayat (1, 2, 3, 4, 5, dan 6), Pasal 23
Ayat (1, 2, dan 3), Pasal 23A, Pasal 23C, BAB VIIIA, Pasal 23E Ayat (1, 2, dan 3), Pasal 23F Ayat
(1 dan 2), Pasal 23G Ayat (1 dan 2), Pasal 24 Ayat (1 dan 2), Pasal 24A Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5),
Pasal 24B Ayat (1, 2, 3, dan 4), dan Pasal 24C Ayat (1, 2, 3, 4, 5, dan 6).

Sedang proses Amandemen ke–4 ini mengubah dan menetapkan antara lain,
perubahan penomoran Pasal 3 Ayat (3) dan Ayat (4) perubahan ketiga UUD 1945 menjadi
Pasal 3 Ayat (2) dan Ayat (3). Pasal 25E perubahan kedua UUD 1945 menjadi Pasal 25A.
Kemudian menghapus judul BAB IV tentang Dewan Pertimbangan Agung dan mengubah
substansi Pasal 16 serta menempatkannya ke dalam BAB III tentang Kekuasaan
Pemerintahan Negara. Dan selanjutnya merubah dan/ atau menambah Pasal 2 Ayat (1),
Pasal 6A Ayat (4), Pasal 8 Ayat (3), Pasal 11 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23 D,
Pasal 24 Ayat (3), Pasal 29 Ayat (1) dan (2), BAB XIII, Pasal 31 Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5),
Pasal 32 Ayat (1 dan 2), BAB XIV, Pasal 33 Ayat (4 dan 5), Pasal 34 Ayat (1, 2, 3, dan 4),
Pasal 37 Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5), Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III, Aturan Tambahan
Pasal I dan II Undang-Undang Dasar 1945.
2.32 Mekanisme Amandemen
Sebagai kontrak sosial sebuah UUD harus jelas mekanisme perubahannya, dan
diberikan waktu yang cukup untuk merubah dan merevisi UUD. Harus difikirkan untuk
membentuk sebuah badan yang seperti Komisi Konstitusi dan mempunyai waktu dan
wewenang yang cukup untuk merubah UUD secara menyeluruh ataupun mensinkronisasi
UUD sehingga baik secara proses maupun substansi. Jika pembentukan Komisi
Konstitusi kembali diserahkan kepada BP MPR atau minimal melalui kewenangan Badan
Pekerja MPR ditakutkan kelemahan- kelemahan yang terjadi pada amandemen atu
hingga empat akan kembali menyesatkan. Sebagaimana yang dikemukakan professor
politik dari Colombia University, Jon Elster : “Menugaskan (reformasi konstitusi) terhadap
sebuah lembaga yang juga berperan sebagai badan legislatif, sama saja seperti menugaskannya
untuk berperan sebagai hakim dalam kasus yang menimpa dirinya sendiri”. Apa yang akan
terjadi di Indonesia, kasus di Bulgaria bisa menjadi cermin dalam hal ini. Proses
penyusunan konstitusi baru yang yang dilakukan oleh Parlemen- yang dimulai tidak lama
setelah rezim komunis jatuh tahun 1989 dan selesai tahun 1991- ternyata menghasilkan
konstitusi yang memberikan kewenangan yang berlebihan pada dirinya sendiri. Akhirnya
konstitusi baru Bulgaria yang diharapkan menjadi faktor terjadinya proses demokratisasi,
malah sering menjadi faktor ketidak menentuan politik di negara itu.
2.33 Kelebihan Amandemen
Kelebihan dari proses amandemen UUD 1945 adalah:
a. Momentum desakralisasi UUD 1945

Dengan adanya UUD 1945 adalah langkah dan strategi yang tepat guna menunjukkan
kepada masyarakat umum bahwa UUD 1945 tidaklah keramat dan dapat diubah jika
sedah tidak relevan lagi ( Thaib, 2010:147).

b. Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum

Melalui Pasal 1 ayat (3) bangsa kita dapat menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan yang merdeka, sehingga penghormatan kepada hak asasi manusia serta
kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of law dapat diwujudkan secara murni
dan konsekuen.

c. Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat negara

Dengan diaturnya mekanisme dan aturan mengenai pengangkatan dan juga pemilihan
pejabat negara maka transparansi dan juga akuntabilitas dari pemerintahan dan tata
kelolanya dapat dipertanggungjawabkan.

d. Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.


UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga
Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK) (Pan Mohamad Faiz ,2007).

e. Pembangkit dinamika ketatanegaraan

Perubahan UUD 1945 telah banyak memberikan dinamika ketatanegaraan Republik ini.
Masyarakat Indonesia setidak-tidaknya bisa bersuara dari berbagai lembaga negara dan
sistem bernegara yang diperkenalkan oleh Perubahan tersebut.

f. Pembatasan hak dan kekuasaan presiden

Dengan adanya amanden UUD 1945 kita dapat melihat bahwa kekuasaan pemerintahan
presiden yang sebelumnya tidak terbatas dengan adanya amandemen dapat dibatasi
hanya 2 kali masa jabatan dimana sebelumnya presiden dapat menjabat lebih dari 2 kali
masa jabatan( Thaib, 2010:148).

g. Hak prerogative presiden diperjelas dan diatur

Dalam beberapa hal hak prerogative presiden diatur dan harus dikonsultasikan dengan
lebaga negara seperti mengangkat atau menerima duta serta memberikan amnesti,
abolosi grasi dan rehabilitasi( Thaib, 2010:148).

h. Penegasan susunan negara kesatuan RI dari pusat hingga daerah

Susunan pemerintahan dari daerah hingga pusat dapat kita lihat setelah dilakukannya
amandemen beserta dengan otonominya sesuai dengan kekhususan, keistimewaan, dan
keragaman daerahnya( Thaib, 2010:148).

i. Ketentuan pengaturan wilayah negara

Dengan amandemen wilayah dan daerah Ri semakin diatur secara jelas sehingga dapat
dipertahankan dan dijaga dengan baik oleh negara dan rakyat Indonesia( Thaib,
2010:149).

j. Pengaturan dan pengakuan Hak Azasi Manusia

Hak Azasi Manusia diatur dan diakui secara jelas setelah amandemen melalui pasal 28
A hingga 28 J dan beberapa pasal lainnya yang menghargai dan menjamin hak azasi
warga negara Indonesia.

k. Penegasan fungsi lembaga negara

Melalui amandemen UUD 1945 kita dapat mengetahui tentang penegasan fungsi badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif, serta diperkenalkan sistem checks and balances yang
lebih baik daripada UUD 1945 awal sehingga pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
akan dapat dilaksanakan dan diawasi dengan lebih baik lagi.

l. Pengenalan lembaga negara dan mekanisme kerja yang baru.

Pada Perubahan UUD ini juga diperkenalkan lembaga-lembaga negara baru dan
mekanisme baru, yaitu: Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan Dewan Perwakilan
Daerah.

m. Diperlihatkannya pemisahan kekuasaan

Lembaga-lembaga yang baru dalam UUD 1945 telah memperlihatkan struktur pemisahan
kekuasaan yang lebih baik daripada UUD 1945 sebelum perubahan. Pemisahan
kekuasaan diperlihatkan dari 7 organ utama pelaksana kedaulatan rakyat yaitu :

· Presiden sebagai pelaksana eksekutif

· DPR sebagai pelaksana kekuasaan legislative

· MPR sebagai pelaksanan kekuasaan legislative

· DPD sebagai pelaksana kekuasaan legislative

· Mahkamah Agung sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif

· Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekuasaan yudikatif

· BPK sebagai pelaksana kekuasaan legislatif (salah satu fungsi legislatif adalah mengawasi kekuasaan
eksekutif).

n. Ditetapkannya mekanisme pemilu

Mekanisme pemilihan umum yang baru yang diperkenalkan dalam UUD 1945 adalah: 1.
Pemilihan Umum secara langsung untuk Pemilihan Presiden, 2. Pemilihan Umum untuk
memilih wakil rakyat baik DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan
memilih tanda gambar partai politik dan nama wakil rakyat. 3. Mekanisme pemilihan
secara langsung anggota DPD.

o. Penetapan struktur dan komposisi MPR

Tahapan dari amandemen UUD 1945 menuntaskan beberapa materi penting antara lain
tentang struktur dan komposisi MPR, Pemilihan Presiden langsung, peranan negara dan
agama pada Pasal 29, otoritas moneter, Pasal 31 tentang pendidikan dan kebudayaan.
Dan aturan peralihan yang salah satunya akan mengatur soal pemberlakuan hasil
amandemen itu sendiri.

p. Akselerasi perkembangan ketatanegaraan bagi masyarakat umum

Perkembangan yang dihasilkan UUD 1945 selanjutnya adalah kegiatan-kegiatan dan


aktivitas-aktivitas lembaga negara menjadi dinamis dan dilingkupi oleh suasana konstitusi
yang sangat kental. Akselerasi Perkembangan ketatanegaraan semakin meningkat
dengan adanya berbagai permohonan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi yang
berakibat semakin dekatnya masyarakat terutama kaum elit negara ini terhadap
pentingnya pengaturan norma-norma dasar dalam konstitusi. Hal ini, sejalan dengan cita-
cita dan keinginan pembuat UUD agar UUD 1945 dianggap sebagai aturan tertinggi
diantara peraturan-peraturan yang lain

q. Penetapan atas berbagai identitas negara

Dengan ditetapkannya identitas negara maka diharpakn rasa nasionalisme seluruh


bangsa Indonesia dapat ditingkatkan sehingga tujuan negara dapat tercapai ( Thaib,
2010:149).

2.34Kelemahan Amandemen
1. Kelemahan Amandemen dari segi proses:
a. Tidak membuat kerangka dasar perubahan dan content draft
MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD 1945 tidak membuat dan memiliki
content draft konstitusi secara utuh sebagai langkah awal yang menjadi dasar
perubahan (preliminary) yang dapat ditawarkan kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan.
Content draft yang didasari paradigma yang jelas yang menjadi kerangka (overview) tentang
eksposisi ide-ide kenegaraan yang luas dan mendalam mengenai hubungan negara dengan warga
negara, negara dan agama, negara dengan negara hukum, negara dalam pluralitasnya, serta negara
dengan sejarahnya . Juga eksposisi yang mendalam tentang esensi demokrasi, apa syaratnya dan
prinsip-prinsipnya serta check and balancesnya bagaimana dilakukan secara mendalam. Nilai/
values merupakan kerangka dasar yang harus dinyatakan dalam setiap kosntitusi sebuah negara,
sehingga negara yang berdiri atas nilai-nilai ideal yang diperjuangkan akan terlihat Sebuah
pernyataan dari Brian Thompson akan sangat baik jika harus melihat sebuah nilai dalam kerangka
dasar konstitusi ”A constitution can express the values which its framers have for their
country. These values may be seen in the type of governmental institutions which are created, and
in the declaration of rights of the citizens. Values will be found particularly in preamble”.

b. Amandemen yang parsial dan tambal sulam


MPR lebih menekankan perubahan itu dilakukan secara adendum, dengan memakai
kerangka yang sudah ada dalam UUD 1945. Cara semacam ini membuat perubahan itu
menjadi parsial, sepotong-sepotong dan tambal sulam saja sifatnya. MPR tidak berani
keluar dari kerangka dan sistem nilai UUD 1945 yang relevansinya sudah tidak layak lagi
dipertahankan. Proses Amandemen secara parsial seperti diatas tidak dapat memberikan
kejelasan terhadap konstruksi nilai dan bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk.
Sehingga terlihat adanya paradoks dan inkonsistensi terhadap hasil-hasilnya yang telah
diputuskan. Hal ini bisa dilihat dari pasal-pasal yang secara redaksional maupun
sistematikanya yang tidak konsisten satu sama lain. Seperti misalnya, penetapan prinsip
sistem Presidensial namun dalam elaborasi pasal-pasalnya menunjukkan sistem
Parlementer yang memperkuat posisi dan kewenangan MPR/DPR.

c. Adanya bias kepentingan politik


MPR yang dikarenakan keanggotaannya terdiri dari fraksi-fraksi politik menyebabkan dalam setiap
pembahasan dan keputusan amat kental diwarnai oleh kepentingan politik masing-masing. Fraksi-
fraksi politik yang ada lebih mengedepankan kepentingan dan selera politiknya dibandingkan
kepentingan bangsa yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari pengambilan keputusan final
mengenai Amandemen UUD 1945 dilakukan oleh sekelompok kecil elit fraksi dalam rapat Tim
Lobby dan Tim Perumus tanpa adanya risalah rapat.
d. Partisipasi Semu
Sekalipun dalam mempersiapkan materi perubahan yang akan diputuskan MPR melalui Badan
Pekerjanya, melibatkan partisipasi publik baik kalangan Profesi, ornop, Perguruan Tinggi,
termasuk para pakar/ahli. Namun partisipasi tersebut menjadi semu sifatnya dan hanya
melegitimasi kerja MPR saja. Dalam kerja BP MPR ini rakyat tidak mempunyai hak untuk
mempertanyakan dan turut menentukan apa yang diinginkan untuk diatur dalam konstitusinya,
MPR jugalah menentukan materi apa yang boleh dan tidak boleh.
MPR hanya membatasi pada materi-materi yang belum diputuskan dan dalam
penyerapannya yang tidak mencakup seluruh wilayah. Pembatasan itu jelas akan memperpanjang
inkonsistensi nilai dan sistematika yang ada. Jelas hal ini merupakan bagian dari pemenjaraan
secara politis untuk menyelamatkan kepentingan-kepentingan fraksi yang ada di MPR. Sedangkan
dalam penyerapan dan sosialisasi (uji sahih), BP MPR tidak memberikan ruang dan waktu yang
cukup bagi publik untuk dapat berpartisipasi dalam memahami dan mengusulkan apa yang menjadi
kepentingannya. Termasuk dalam proses amandemen yang keempat, MPR tidak melakukannya
secara intensif dan luas kepada seluruh lapisan masyarakat diseluruh wilayah Indonesia.
Alasan keterbatasan dana yang dikemukakan oleh MPR RI sebagai alasan untuk membatasi
uji sahih, kami anggap sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab. Apalagi tampak bahwa
pihak MPR tidak pernah mengeluh kekurangan dana apabila akan melakukan sosialisasi atau studi
banding ke keluar negeri yang telah memakan biaya besar pada tahun-tahun sebelumnya. Substansi
yang disosialisasikan pada proses uji sahih ini juga dibatasi pada materi yang belum diputuskan
dan beberapa materi yang tidak dapat dirubah. Publik tidak akan dapat memberikan penilaian
terhadap substansi Amandemen pertama sampai keempat yang telah dilakukan oleh MPR selama
ini. Menurut hemat kami ini merupakan indikasi pengingkaran MPR terhadap prinsip kedaulatan
rakyat. MPR telah bertindak diatas konstitusi yang semestinya adalah milik semua rakyat untuk
dapat mengusulkan dan menentukan.
e. Tidak intensif dan maksimal
Dalam proses itu ada keterbatasan waktuyang dimiliki oleh anggota MPR , terutama
anggota Badan Pekerja yang diserahi tugas mempersiapkan materi Amandemen UUD
1945 karena merangkap jabatan sebagai anggota DPR RI dengan beban pekerjaan yang
cukup banyak. Terlebih lagi, sebagai parpol di DPR, anggota–anggota ini diharuskan
untuk ikut berbagai rapat/pertemuan yang diadakan oleh DPR atau partainya sehingga
makin mengurangi waktu dan tenaga yang tersedia untuk dapat mengolah materi
Amandemen UUD 1945 sekaligus melakukan konsultasi publik secara lebih efektif.
Akibatnya kualitas materi yang dihasilkan tidak memuaskan. Padahal, konstitusi adalah
suatu Kontrak Sosialanatra rakyat dan negara sehingga proses perubahannya
seharusnya melibatkan sebanyak mungkin partisipasi publik.

2. Kelemahan dari segi substansi:


Perubahan yang tercermin dalam Perubahan UUD 1945 berlangsung cepat dan
dalam skala yang sangat luas dan mendasar. Perubahan UUD 1945 dari naskahnya yang
asli sebagai warisan zaman proklamasi tahun 1945 yang hanya berisi 71 butir kaedah
dasar, sekarang dalam waktu empat kali perubahan, telah berisi 199 butir kaedah hukum
dasar. Perubahan-perubahan substantif itu menyangkut konsepsi yang sangat mendasar
dan sangat luas jangkauannya, serta dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu
secara bertahap selama empat kali dan empat tahun.
Dalam waktu yang sangat singkat, Perubahan UUD 1945 dilakukan sehingga sampai saat
ini ada berbagai kelemahan yang menghinggapi UUD 1945. Kelemahan-kelemahan tersebut
diantaranya adalah:
 Tidak adanya paradigma yang jelas.
Model rancangan perubahan UUD 1945 yang ada sekarang, dimana semua alternatif perubahan
dimasukkan dalam satu rancangan, membuka peluang lebar bagi tidak adanya paradigma, kurang
detailnya konstruksi nilai dan bangunan ketatanegaraan yang hendak dibentuk dan dianut dengan
perubahan tersebut. Persoalan nilai yang hendak dibangun secara prinsip telah ada dalam
Pembukaan UUD 1945, hal itu juga merupakan sebab untuk tidak dirubahnya Pembukaan UUD
1945. Nilai-nilai yang secara prinsip tersebut tidak diatur dengan jelas pada batang tubuh UUD
1945. Persoalan seperti nilai/value pembangunan ekonomi yang hendak dibangun pada UUD 1945
setelah perubahan. Apakah yang dimaksud dengan azas kekeluargaan tidak pernah jelas
dikemukakan oleh negara. Bagaimanakah cara dan proses menjalankan azas kekeluargaan dalam
sistem perekonomian juga menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah diselesaikan oleh negara. Hal-
hal tersebut
 Inkonsistensi rumusan.
MPR dalam melakukan amandemen UUD 1945, banyak menghasilkan rumusan-rumusan yang
paradoks dan inkonsistensi. Keberadaan MPR dalam posisinya sebagai lembaga tertinggi negara
membuat rancu sistem pemerintahan yang demokratis, karena perannya juga seperti lembaga
legislatif. MPR yang dimaknai sebagai representasi kekuasaan tertinggi rakyat dan dapat
melakukan kontrol terhadap kekuasaan lainnya menjadi superbody yang tidak dapat dikontrol.
 Tidak Sistematis
MPR dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebagaimana yang telah dibahas pada
prosesnya, tidak mau atau tidak berani keluar dari kerangka dengan mendekonstruksikan prinsip
dan nilai UUD 1945 yang relevansinya saat ini sudah layak dipertanyakan. MPR tidak
mendasarinya dengan ide-ide konstitusionalisme, yang esensinya merupakan spirit/jiwa bagi
adanya pengakuan Hak Azasi Manusia dan lembaga-lembaga negara yang dibentuk untuk
melindungi HAM dibatasi oleh hukum.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk dapat memahami,mengerti dan mengamalkan UUD 1945 secara benar perlu
diketahui maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya. Bertitik tolak dari pernyataan di atas
maka kita mencoba menguraikan secara populer dan sistematik.Oleh sebab itu diperlukan beberapa
pengertian sehingga tidak akan menimbulkan keraguan dalam memahai,mengerti ,mengamalkan
Undang Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
Undang Undang Dasar 1945 tidak hanya skedar dipahami, dimengerti ,diamalkan
dan sekaligus diamankan agar dia tetap lestari.
Pengamanan Undang Undang Dasar 1945 berarti mempertahankan Undang
Undang Dasar 1945 yang telah ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
Bahwa Undang Undang Dasar 1945 melekat pada negara Indonesia dan menjadi dasar
untuk bernegara dan bermasyarakat. Jadi sepanjang kita masih mengakui negara
proklamasi,kita harus melaksanakan Undang Undang Dasar 1945 sebagaimana adanya
(tidak diubah).
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 sebagai pokok kaidah yang fundamental
dengan jalan hukum tidak dapat diubah,sekali pun oleh DPR dan MPR hasil pemilihan
umum sesuai dengan sifat konstitutifnya pasal 3 dan 37. Mengubah pembukaan berarti
menghilangkan negara proklamasi.Kedua nya merupakan dua sisi mata uang,dapat
dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan.
Dekrit presiden 5 juli 1959 membelakukan kembali undang undang dasar 945
secara murni dan konsekuen.Walaupun pasal 37 menyebutkan tentang wewenang
perubahan,tetapi perubahan tersebut berupa penjelasan perubahan setiap pasal secara
terpisah(lampiran).Dengan kata lain teks Undang Undang Dasar 1945 harus
dipertahankan sebagimana adanya tidak ditambah atau dikurangi serta tidak diubah
susunan letak pasal pasal maupunsusnan kalimatnya.
Jadi tetap,sesuai dengan sistematika sebagaimana dapat dilihat pada berita
Republik Indonesia Tahun II No.7 tanggal 15 Februari 1946.
Melestarikan Undang –Undang Dasar 1945 berarti bahwa UUD 1945 mampu
menampung dinamika masyarakat dalam setiap situasi dan kondisi.Dengan kata lain
melestarikan adalah melaksanakan UUD 1945 yang dinyatakan dalam kata-kata,pasal-
pasal,penjelasan-penjelasan baik dalam pembukaan maupun batang tubuh itu akan
terwujud dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara indonesia.
Apabila kita melihat sistematika UUD 1945 ini secara utuh dan menyeluruh :
1. Pembukaan yang merupakan perwujudan politik dari negara yang didirikan yaitu:
a. Pernyataan hak asasi dan kewajiban asasi.
b. Pernyataan pengakuan pada pahlawan pergerakan/kemerdekaan.
c. Pernyataan pengakuan pada rahmat yang dilimpahkan Allah pada bangsa Indonesia.
d. Pernyataaan bangsa Indonesia mengenai:
1. Dasar atau alasan mengapa bangsa indonesia harus merdeka.
2. Tujuan kemerdekaan,keamanan,kesejahteraan,dan persahabatan
3. Dasar dari negara Indonesia , Pancasila.
2. Batang Tubuh, isinya merupakan Hukum dasar(tertulis) dan memuat ketentuan–ketentuan
yang mengatur serta menjadi sumber hukum tertinggi yang meliputi:
a. Sistem pemerintahan negara dan hubungan antara lembaga-lembaga negara termasuk kedudukan
,fungsi dan wewenang lembaga negara.
b. Hubungan negara dengan warga negara penduduk
c. Konsepsi negara di pelbagai bidang seperti bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan
lain-lain dalam negara.
3. Penjelasan–penjelasan khusus pasal demi pasal penjelasan umum dari pembukaan yang merupakan
kejelasan dalam memahami dan mengamalkan isi UUD 1945 secara utuh dan meyeluruh.
Ketiga hal tersebut di atas merupakan suatu kesatuan yang utuh, satu kesatuan historis yang
tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian maka isi Undang
Undang Dasar tersebut seperti diuraikan di atas menunjukkan hal-hal yang sangat fundamental
bagi kehidupan suatu negara dan bangsa, bahkan fundamental bagi setiap manusia yang beradab
yang disebut hak asasi manusia dan juga menunjukkan suatu keunikan bangsa yang merupakan
identitasnya(kepribadian).
Amandemen UUD 1945 :
Perubahan terhadap UUD 1945, dilakukan melalui mekanisme sidang MPR yaitu:
a. Sidang Umun MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002
A. Amandemen Pertama
Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu
:
· 5 ayat 1 : Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR
· Pasal 7 : Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
· Pasal 9 ayat 1 dan 2 : Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
· Pasal 13 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan dan Penempatan Duta
· Pasal 14 ayat 1 : Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
· Pasal 14 ayat 2 : Pemberian amnesty dan abolisi
· Pasal 15 : Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
· Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan Menteri
· Pasal 20 ayat 1-4 : DPR
· Pasal 21 : Hak DPR untuk mengajukan RUU
B. Amandemen Kedua
Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
· Bab VI : Pemerintahan Daerah
· Bab VII : Dewan Perwakilan Daerah
· Bab IX A : Wilayah Negara
· Bab X : Warga Negara dan Penduduk
· Bab XA : Hak Asasi Manusia
· Bab XII : Pertahanan dan Keamanan
· Bab XV : Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
C. Amandemen Ketiga
Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
· Bab I : Bentuk dan Kedaulatan
· Bab II : MPR
· Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
· Bab V : Kementrian Negara
· Bab VII A : DPR
· Bab VII B : Pemilihan Umum
· Bab VIII A : BPK
D. Amandemen Keempat
Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam perubahaan keempat ini ditetapkan
bahwa :
a. UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
b. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18 Agustus
2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
c. Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan pengubahan substansi
pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang “Kekuasaan Pemerintahan
Negara”.

3.2 Saran
Bagaimanapun juga, Amandemen dilakukan atas dasar kebutuhan kita akan landasan
konstitusi yang benar dan jelas. Sehingga dalam kehidupan bernegara, kita tidak salah melangkah
dalam melaksanakan isi UUD 1945. Sehingga, amandemen dianggap sebagai salah satu langkah
yang tepat untuk mengatur kebutuhan kita akan landasan konstitusi yang benar dan jelas. Seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa ternyata UUD 1945 hasil amandemen lebih unggul dari
segi isi. Karena lebih jelas dan berkurangnya pasal-pasal yang multitafsir, memperkuat sistem
presidensial, terwujudnya sistem Check and Balances, dan jaminan HAM kepada seluruh warga
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://litigasi.blogspot.com/2008/03/urgensi-amandemen-uud-1945-jurnal.html
http://www.siputro.com/2012/09/sejarah-amandemen-uud-1945/
Kansil. 1994. PANCASILA DAN UUD 1945. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Pradnya Paramita
Widjaja. 2002. PEDOMAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN PANCASILA PADA PERGURUAN
TINGGI. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Lahir dan Perkembangan Konstitusi (UUD 1945).http://vahzhart.blogspot.com/. Diakses pada


hari Rabu tanggal 28 November 2012 pukul 18.30.

Anda mungkin juga menyukai