Anda di halaman 1dari 21

METODOLOGI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Oleh: Dr Edi Suharto, M.Sc.

“If you have come to help me you can go home again. But if you see my struggle as part of your own
survival then perhaps we can work together“

(Australian Aborigine Woman).

PENDAHULUAN

Pengembangan Masyarakat (PM)3 memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaan sosial (Payne,
1995; Suharto, 1997). Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, PM memungkinkan pemberi dan
penerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi. PM meliputi
berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk anak-anak
sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah.

Meskipun PM memiliki peran penting dalam pekerjaan sosial, PM belum sepenuhnya menjadi ciri
khas praktek pekerjaan sosial. PM masih menjadi bagian dari kegiatan profesi lain, seperti perencana
kota dan pengembang perumahan. PM juga masih sering dilakukan oleh para voluntir dan aktivis
pembangunan yang tidak dibayar. Telah terjadi perdebatan panjang mengenai apakah PM dapat dan
harus didefinisikan sebagai kegiatan profesional. Yang jelas, PM memiliki tempat khusus dalam
khazanah pendekatan pekerjaan sosial, meskipun belum dapat dikategorikan secara tegas sebagai
satu-satunya metode milik pekerjaan sosial (Mayo, 1998).

PENGEMBANGAN MASYARAKAT: KONSEP DAN CAKUPAN

PM memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat
untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan
bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. PM seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a)
proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan
dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Payne,
1995:165).

PM (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”.
Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa
sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Masyarakat dapat diartikan dalam
dua konsep, yaitu (Mayo, 1998:162):
· Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai
contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah
pedesaan.

Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan


dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau
kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para
orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para
pengguna pelayanan kesehatan mental.

Istilah masyarakat dalam PM biasanya diterapkan terhadap pelayanan-pelayanan sosial


kemasyarakatan yang membedakannya dengan pelayanan-pelayanan sosial kelembagaan.
Pelayanan perawatan manula yang diberikan di rumah mereka dan/atau di pusat-pusat pelayanan
yang terletak di suatu masyarakat merupakan contoh pelayanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan
perawatan manula di sebuah rumahsakit khusus manula adalah contoh pelayanan sosial
kelembagaan. Istilah masyarakat juga sering dikontraskan dengan “negara”. Misalnya, “sektor
masyarakat” sering diasosiasikan dengan bentuk-bentuk pemberian pelayanan sosial yang kecil,
informal dan bersifat bottom-up. Sedangkan lawannya, yakni “sektor publik”, kerap diartikan sebagai
bentuk-bentuk pelayanan sosial yang relatif lebih besar dan lebih birokratis.

PM yang berbasis masyarakat seringkali diartikan dengan pelayanan sosial gratis dan swadaya yang
biasanya muncul sebagai respon terhadap melebarnya kesenjangan antara menurunnya jumlah
pemberi pelayanan dengan meningkatnya jumlah orang yang membutuhkan pelayanan. PM juga
umumnya diartikan sebagai pelayanan yang menggunakan pendekatan-pendekatan yang lebih
bernuansa pemberdayaan (empowerment) yang memperhatikan keragaman pengguna dan pemberi
pelayanan.

Dengan demikian, PM dapat didefinisikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses
yang mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993). Menurut Twelvetrees (1991:1) PM adalah “the
process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective
actions.” Secara khusus PM berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang
tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi
berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Secara teoretis, PM dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pekerjaan sosial yang
dikembangkan dari dua perspektif yang berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-Marxis) dan kanan
(kapitalis-demokratis) dalam spektrum politik. Dewasa ini, terutama dalam konteks menguatnya
sistem ekonomi pasar bebas dan “swastanisasi” kesejahteraan sosial, PM semakin menekankan
pentingnya swadaya dan keterlibatan informal dalam mendukung strategi penanganan kemiskinan
dan penindasan, maupun dalam memfasilitasi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Secara garis besar, Twelvetrees (1991) membagi perspektif PM ke dalam dua bingkai, yakni
pendekatan “profesional” dan pendekatan “radikal”. Pendekatan profesional menunjuk pada upaya
untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian pelayanan dalam kerangka
relasi-relasi sosial. Sementara itu, berpijak pada teori struktural neo-Marxis, feminisme dan analisis
anti-rasis, pendekatan radikal lebih terfokus pada upaya mengubah ketidakseimbangan relasi-relasi
sosial yang ada melalui pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab kelemahan
mereka, serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya.

Sebagaimana diungkapkan oleh Payne (1995:166), “This is the type of approach which supports
minority ethnic communities, for example, in drawing attention to inequalities in service provision and
in power which lie behind severe deprivation.” Seperti digambarkan oleh Tabel 1, dua pendekatan
tersebut dapat dipecah lagi kedalam beberapa perspektif sesuai dengan beragam jenis dan tingkat
praktek PM. Sebagai contoh, pendekatan profesional dapat diberi label sebagai perspektif (yang)
tradisional, netral dan teknikal. Sedangkan pendekatan radikal dapat diberi label sebagai perspektif
transformasional (Dominelli, 1990; Mayo, 1998).

Berdasarkan perspektif di atas, PM dapat diklasifikasikan kedalam enam model sesuai dengan gugus
profesional dan radikal (Dominelli, 1990: Mayo, 1998). Keenam model tersebut meliputi: Perawatan
Masyarakat, Pengorganisasian Masyarakat dan Pembangunan Masyarakat pada gugus profesional;
dan Aksi Masyarakat Berdasarkan Kelas Sosial, Aksi Masyarakat Berdasarkan Jender dan Aksi
Masyarakat Berdasarkan Ras (Warna Kulit) pada gugus radikal

(Tabel 2).

1. Perawatan Masyarakat merupakan kegiatan volunter yang biasanya dilakukan oleh warga kelas
menengah yang tidak dibayar. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi kesenjangan legalitas
pemberian pelayanan.

2. Pengorganisasian Masyarakat memiliki fokus pada perbaikan koordinasi antara berbagai lembaga
kesejahteraan sosial.

3. Pembangunan Masyarakat memiliki perhatian pada peningkatan keterampilan dan kemandirian


masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

4. Aksi Masyarakat Berdasarkan Kelas bertujuan untuk membangkitkan kelompok-kelompok lemah


untuk secara bersama-sama meningkatkan kemampuan melalui strategi konflik, tindakan
langsung dan konfrontasi.

5. Aksi Masyarakat Berdasarkan Jender bertujuan untuk mengubah relasi-relasi-relasi sosial


kapitalis-patriakal antara laki-laki dan perempuan, perempuan dan negara, serta orang dewasa
dan anak-anak.

6. Aksi Masyarakat Berdasarkan Ras (Warna Kulit) merupakan usaha untuk memperjuangkan
kesamaan kesempatan dan menghilangkan diskriminasi rasial.
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Model-model PM perlu dibangun berdasarkan perspektif alternatif (baik profesional maupun radikal)
yang secara kritis mampu memberikan landasan teoritis dan pragmatis bagi praktek pekerjaan sosial.
Apapun perspektif dan model yang digunakan, pekerja sosial perlu meningkatkan perangkat
pengetahuan, teknik dan keterampilan profesionalnya yang saling melengkapi. Secara umum,
beberapa bidang yang harus dikuasai adalah:

 Engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi).


 Assessment (termasuk assessment kebutuhan dan profile wilayah).
 Penelitian (termasuk penelitian aksi-partisipatif dengan masyarakat).
 Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah maupun kelompok-
kelompok kepentingan).
 Negosiasi (termasuk bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi-situasi konflik).
 Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga).
 Konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat dengan beragam latar
kebudayaan)
 Manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi-aplikasi untuk memperoleh
bantuan).
 Pencatatan dan pelaporan.
 Monitoring dan evaluasi.
Pekerja sosial juga memerlukan pengetahuan mengenai kebijakan sosial, sistem negara
kesejahteraan (welfare state), dan hak-hak sosial masyarakat, termasuk pengetahuan-pengetahuan
khusus dalam bidang-bidang dimana praktek pekerjaan sosial beroperasi, seperti: kebijakan
kesejahteraan sosial dan kesehatan, praktek perawatan masyarakat, peraturan dan perundang-
undangan perlindungan anak, serta perencanaan sosial termasuk perencanaan wilayah (perkotaan
dan pedesaan) dan perumahan. Sebagai tambahan, seperti diungkapkan oleh Mayo (1994:74),
pekerja sosial perlu memiliki pengetahuan mengenai:

The socio-economic and political backgrounds of the areas in which they are to work, including
knowledge and understanding of political structures, and of relevant organisations and resources in
the statutory, voluntary and community sectors. And they need to have knowledge and understanding
of equal opportunities policies and practice, so that they can apply these effectively in every aspect of
their work.

PERENCANAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Pelaksanaan PM dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan.
Secara garis besar, perencanannya dapat dilakukan dengan mengikuti 6 langkah perencanaan.

1. Perumusan masalah. PM dilaksanakan berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat


setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh PM berkaitan dengan kemiskinan,
pengangguran, kenakalan remaja, pemberantasan buta hurup, dll. Perumusan masalah dilakukan
dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), diskusi kelompok, rapat desa,
dst.

2. Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas yang
perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut.

3. Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat
diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik
memiliki karakteristik jelas dan spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia.

4. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan ditingkatkan
kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.
5. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menunjang program kegiatan, termasuk didalamnya adalah sarana, sumber dana, dan
sumber daya manusia.

6. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda yang dapat digunakan
dalam melaksanakan program kegiatan.

7. Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau proses dan hasil
pelaksanaan program. Apakah program dapat dilaksanakan sesuai dengan strategi dan jadwal
kegiatan? Apakah program sudah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan?
suatu kegiatanindikator keberhasilan.

PENUTUP

Sejalan dengan menguatnya sistem ekonomi pasar bebas dan swastanisasi kesejahteraan sosial, PM
memiliki tantangan yang lebih besar daripada waktu-waktu sebelumnya. Pekerja sosial harus mampu
memobilisasi masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhannya, dan kemudian
berkerjasama untuk memenuhinya. Pekerja sosial juga perlu mampu mengurangi kesenjangan dalam
pemberian pelayanan, penghapusan diskriminasi dan ketelantaran melalui strategi-strategi
pemberdayaan masyarakat. Fragmentasi dan konflik antar masyarakat yang cederung meningkat
dewasa ini semakin menuntut pekerja sosial untuk lebih meningkatkan kemampuan profesionalnya,
khususnya dalam bidang pendekatan-pendekatan kritis dan alternatif.

Tanpa perubahan-perubahan dalam konteks yang lebih luas, seperti perubahan dalam kebijakan
sosial dan sistem pemberian pelayanan sosial, PM akan menjadi metoda yang kurang effektif. PM
hanya akan menjadi sebatas jargon, bukan sebagai pendekatan pekerjaan sosial. Model-model
alternatif yang memadukan sisi-sisi positif pendekatan profesional dan radikal dapat dikembangkan
sebagai strategi PM yang bersifat holistik, preventif, dan anti-diskriminatif yang dibingkai oleh
semangat partisipatif dan pemberdayaan.

CATATAN

1. Makalah disajikan pada Pelatihan TKSM di Pusdiklat TKSM, Jl. Dewi Sartika No.200 Jakarta,
Sabtu 10 Agustus 2002.

2. Penulis adalah staf pengajar STKS dan UNPAS Bandung. Setelah menamatkan Sarjana
Pekerjaan Sosial di STKS Bandung tahun 1990, penulis melanjutkan studi S2 di Asian Institute of
Technology (AIT) Bangkok dan memperoleh MSc dalam bidang Development Planning pada
tahun 1994. Pada tahun 2002 belum lama ini, penulis baru saja kembali dari New Zealand
setelah memperoleh PhD dalam bidang Development Studies dari Massey University. Area of
interest-nya antara lain: Poverty, The Urban Informal Sector, Community Development, Social
Work Research, Social Planning dan Social Policy.
3. Dalam makalah ini, Pengembangan Masyarakat sepadan dengan istilah Community Development
dan/atau Community Work dalam literatur pekerjaan sosial.

ASSIGNMENTS

· Community work in New Zealand

· Handle with care

· Suicide

· Analisis masalah

· Pembuatan program

DAFTAR PUSTAKA

AMA (1993), Local Authorities and Community Development: A Strategic Opportunity for the 1990s,
London: Association of Metropolitan Authorities

Dominelli, L. (1990), Women and Community Action, Birmingham: Venture Press.

Mayo, M. (1994), “Community Work”, dalam Hanvey and Philpot (eds), Practising Social Work,
London: Routhledge.

--------, (1998), “Community Work”, dalam Adams, Dominelli dan Payne (eds), Social Work: Themes,
Issues and Critical Debates, London: McMillan.

Payne, M. (1995), Social Work and Community Care, London: McMillan.

Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran,
Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).

Twelvetrees, A. (1991), Community Work, London: McMillan


“ Prinsip-prinsip , Metode dan Teknik
Pengembangan Masyarakat”
PENDAHULUAN

Berdasarkan kajian konsep dasar pengembangan masyarakat yang dilanjutkan dengan


mengkontruksi konsep sebagai bagian dari upaya membangun paradigma baru model maka
pengembangan masyarakat harus mengikuti beberapa prinsip dasar, yaitu pertama, orientasi
pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Pengembangan masyarakat tidak
dilaksanakan sekedar merumuskan keinginan sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan
sebagai usaha membenahi kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan,
ketidakadilan, dan kesewenangan–wenangan tidak lagi hidup ditengah-tengah mereka .
Skala mikro kepentingan individu anggota masyarakat. Demikian pula bisa jadi
tercapainya kesejahteraan masyarakat luas dapat dilakukan melalui sekelompok orang yang
tergolong elit dalam masyarakat. Apalagi jika elit-elit tersebut merupakan sekelompok
pembuat kebijakan yang sangat mempengaruhi terhadap tatanan sosial. Dengan demikian
mutlak sebenarnya pengembangan masyarakat yang ditujukan kepada mereka dalam upaya
menyadarkan dan mengingatkan terhadap persoalan–persoalan kehidupan sosial yang ada di
masyarakat.
Kedua, pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya melakukan sosial
engineering (rekaya sosial) untuk mendapatkan suatu perubahan tatanan sosial kehidupan
sosial yang lebih baik. Pengembangan masyarakat merupakan proses perencanaan perubahan
sosial yang berlandaskan pada nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sasaran utama
pengembangan masyarakat lebih pada setting sosial kehidupan masyarakat daripada individu-
individu. Landasan berpikir para ahli dalam melihat problem yang dihadapi masyarakat
adalah sebuah permasalahan sosial yang oleh karena itu pemecahannya mesti dilaksanakan
dalam skala kehidupan sosial.
Disamping kedua prinsip dasar tersebut ada beberapa prinsip lain yang harus terpenuhi
dalam pengembangan masyarakat antara lain prinsip kebutuhan artinya program
pengembangan masyarakat harus didasarkan atas dan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan disini tidak hanya dipahami sebagai kebutuhan fisik material namun
juga non material. Oleh karena itu program pengembangan masyarakat harus disusun
bersama, baru kemudian dirumuskan pula metode materi dan medianya. Dengan demikian
seseorang tidak lagi terasing dengan masyarakat sasaran. Konsep pengembangan masyarakat
yang inilah yang ditawarkan sebagai jawaban dan tuntunan kontekstualisasi pengembangan
masyarakat.
Prinsip keterpaduan mencerminkan adanya upaya untuk memadukan seluruh potensi
dan sumber daya yang dimiliki masyarakat. Dalam konteks inilah pengembangan masyarakat
itu bukan monopoli sekelompok orang yang ahli atau organisasi melainkan lebih luas dari itu,
yaitu siapapun yang mempunyai komitmen community development yang berpijak pada
universalitas nilai-nilai sosial adalah bagian dari seorang yang terjun dalam pengembangan
masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat itu bersifat lintas budaya dan lintas
sektoral. Untuk itulah intergrated or holistic strategy merupakan pilihan yang tepat dalam
proses pengembangan masyarakat model ini.
Selain prinsip-prinsip yang disebutkan pada kalimat sebelumnya, masih terdapat
prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan atau proses dalam pengembangan masyarakat.
Adapun prinsip-prinsip tersebut akan dibahas dalam bab pembahasan.

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Pembangunan Masyarakat


Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat akan menjadi ranah bagi implementasi
pembangunan masyarakat. Korelasi dari prinsip-prinsip tersebut sangat diperlukan dalam
upaya mewujudkan keberhasilan pembangunan masyarakat. Jim Ife (1995:178)
mengungkapkan 22 prinsip pembangunan masyarakat, yang dapat diuraikan dibawah ini:
1. Pembangunan terpadu dan seimbang
Pembangunan masyarakat pada dasarnya harus mencakup pembangunan di bidang politik,
ekonomi, sosial, kultural, lingkungan dan personal atau spiritual.
2. Konfrontasi terhadap ketimpangan struktural
Pembangunan masyarakat harus mampu merubah adanya ketimpangan kelas maupun
ketimpangan gender dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat. Oleh karena
itu, pembangunan masyarakat perlu diupayakan.
3. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
Dalam rangka menjamin hak asasi manusia, maka perlu adanya aturan atau regulasi yang
memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap hak asasi manusia. Hak-hak yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah adalah pemenuhan tiap standard kehidupan, hak mendapatkan
pendidikan, hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan kultural komunitasnya, hak untuk
berkembang secara mandiri dan hak untuk mendapatkan perlindungan keluarga.
4. Keberlanjutan
Dua aspek penting dalam rangka mewujudkan keberlanjutan pembangunan adalah
pentingnya pembangunan tersebut memperhatikan dimensi keseimbangan ekologis dan
keadilan sosial. Dalam konteks keseimbangan ekologis, pembangunan masyarakat ditujukan
pada upaya meminimalkan ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan menggantikannya dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Di
sisi lain, peminimalan terhadap polusi lingkungan dan konservasi terhadap sumber-sumber
daya alam menjadi issue utama dari pendekatan ekologis ini. Sementara pada asas keadilan
sosial, distribusi pendapatan yang proporsional dari negara terhadap warga negaranya
menjadi issue yang perlu dikedepankan.
5. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan menjadi basis utama dalam pembangunan masyarakat. Pemberdayaan
memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep utama
yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana memberikan kesempatan yang luas
bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.
6. Pembangunan personal dan politik
Pembangunan masyarakat pada hakekatnya perlu untuk menyeimbangkan hubungan antara
personal dan politik, individu dan struktur maupun personal privat dan publik. Persoalan-
persoalan dalam masyarakat seperti pengangguran, perdagangan bebas, asuransi kesehatan,
pembangunan industri perlu diakomodasi sebagai obyek dari pembangunan masyarakat.
7. Pemilikan komunitas
Pemilikan komunitas mencakup dua level, yaitu kepemilikan pada sebuah benda material dan
kepemilikan pada struktur serta proses. Benda material mencakup tanah, bangunan dan
beberapa hal lain yang dimiliki individu. Perluasan pemilikan komunitas menjadi aspek
penting dalam membangun komunitas, dapat mendorong tumbuhnya rasa memiliki terhadap
identitas komunitas, dapat memberi akan alasan bagi seseorang untuk menjadi aktif terlibat
dalam setiap level komunitas dan dapat mendorong penggunaan sumber daya secara lebih
efisien. Pemilikan terhadap struktur dan proses merupakan aspek lain dari pemilikan
komunitas. Hal tersebut dibutuhkan untuk melakukan kontrol terhadap sesuatu seperti
penyampaian pelayanan kesehatan, pendidikan, pembuatan keputusan tentang aktivitas lokal,
perumahan, pembangunan lokal dan sebagainya. Dalam konteks ini, desentralisasi menjadi
hal yang essensial. Oleh karena itu, pembangunan masyarakat haruslah difokuskan pada
upaya untuk memberikan stimulasi dan mendukung kontrol dan pemilikan komunitas melalui
pengembangan sumber daya, keterampilan dan kepercayaan diri serta tanggung jawab.
8. Kemandirian
Kemandirian memiliki makna bahwa komunitas seharusnya mendayagunakan sumber-
sumber daya yang ada dengan kekuatan sendiri dan tidak bergantung pada pihak eksternal.
Kemandirian komunitas akan sangat bermanfaat dalam menghadapi ketidakpastian dan krisis.
Oleh karena itu, pembangunan masyarakat seharusnya diupayakan untuk penguatan
kemandirian komunitas.
9. Independen dari negara
Hal ini tidak berarti bahwa dukungan pemerintah tidak perlu diterima. Dukungan pemerintah
sangat diperlukan untuk memulai proses pembangunan masyarakat. Setelah tahap itu, maka
inisiatif dan kreativitas dalam melaksanakan pembangunan harus diserahkan kepada
pemerintah.
10. Tujuan dekat (antara) dan visi akhir jangka panjang
Dalam pembangunan masyarakat adalah sangat penting dan essensial untuk menjaga
keseimbangan antara tujuan dekat dan tujuan akhir jangka panjang. Hal ini selaras dengan
prinsip ekologis dan prinsip keadilan sosial seperti yang telah diuraikan di muka. Dalam
konteks ini, memiliki makna bahwa meskipun dalam jangka pendek pembangunan harus
diupayakan pada terwujudnya keadilan sosial, namun dalam jangka panjang pembangunan
mesti memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan agar hasil pembangunan dapat terus
berkelanjutan
11. Pembangunan organis
Pembangunan organis pada dasarnya menjadi suatu konsep yang berlawanan dengan
pembangunan yang bersifat mekanistik. Oleh karena itu, pembangunan komunitas tidak
diperintahkan dengan teknik yang sifatnya sedehana, akan tetapi melalui proses yang
kompleks dan dinamis. Pembangunan organis memiliki arti upaya untuk membangun melalui
pemahaman hubungan yang sifatnya kompleks antara komunitas dengan lingkungannya. Hal
ini seperti pendekatan kabutuhan secara holistik daripada perspektif linear.
12. Tahapan pembangunan
Konsekuensi logis dari konsep pembangunan organis adalah adanya suatu keharusan bahwa
suatu proses pembangunan harus melalui beberapa tahapan. Dengan demikian, pembangunan
masyarakat memerlukan proses waktu yang lama, sebab ia lebih mengutamakan keaktifan
dari partisipasi komunitas. Hal inilah yang seringkali membuat frustasi para pelaksana/
pekerja, para birokrasi pembangunan terutama bagi mereka yang ingin segera melihat
hasilnya. Situasi demikian seringkali menjadi alasan mengapa para birokrat untuk
menentukan cara pendekatan dalam pembangunan masyarakat harus membutuhkan waktu
yang relatif lama.
13. Bebas dari tekanan luar
Pembangunan masyarakat tidak akan berjalan dengan baik, ketika ada tekanan-tekanan dari
pihak eksternal. Oleh karena itu, pembangunan masyarakat haruslah dibangun secara murni
oleh komunitas itu sendiri dengan memperhatikan sensivitas terhadap budaya komunitas
lokal, tradisi dan lingkungan. Perspektif pembangunan masyarakat membutuhkan komunikasi
yang bersifat horizontal (belajar dari sesama komunitas, tidak dari tekanan luar),
pertanggungjawaban terhadap komunitas dan pengakuan adanya keberagaman.
14. Pembangunan komunitas
Semua pembangunan masyarakat seharusnya bertujuan untuk membangun komunitas.
Pembangunan komunitas meliputi semua interaksi sosial dengan komunitas dan membantu
mereka untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi jalan untuk menuju dialog yang murni,
pemahaman dan aksi sosial. Pendek kata, pembangunan komunitas memiliki makna
membangun masyarakat secara bersama-sama. Oleh karena itu, proses berkelompok,
inklusivitas, membangun rasa saling percaya diri, dan membangun semangat bersama untuk
mencapai tujuan sangat penting dalam membangun komunitas.
15. Proses dan hasil
Penekanan pada proses dan hasil menjadi issue utama dalam kerja komunitas. Pendekatan
pragmatis cenderung hanya akan melihat hasil, sehingga bagaimana upaya untuk memperoleh
hasil tersebut tidaklah begitu penting. Namun demikian, pandangan ini kemudian ditentang
oleh berbagai pihak, karena proses dan hasil pada hakekatnya merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Proses pada dasarnya harus merefleksikan hasil, demikian juga hasil juga
merupakan refleksi dari proses. Dalam konteks ini, moral dan etika dalam memperoleh hasil
akan menjadi pusat perhatian.
16. Integritas proses
Integritas dalam proses akan menjadi unsur penting dalam menentukan hasil dan tujuan.
Proses bimbingan sosial masyarakat mengandung dua unsur pokok yaitu perencanaan dan
pengintegrasian masyarakat yang dapat memperlancar penumbuhan kesadaran akan loyalitas
kepada masyarakat dimana perorangan, peningkatan perasaan tanggungjawab terhadap
kondisi serta kedudukan masyarakat, permunculan sikap-sikap yang memungkinkan kerja
sama dengan orang-orang yang mempunyai perbedaan dalam berbagai seginya, dan
pertumbuhan nilai-nilai yang sama didalam masyarakat secara keseluruhan (Soetarso, 1994:
39).

17. Anti kekerasan


Pada konteks ini, pembangunan masyarakat menghendaki sebuah proses pendekatan yang
anti kekerasan. Oleh karena itu, pendekatan yang bersifat koersif ataupun pendekatan atau
penekanan terhadap sesama merupakan aspek-aspek yang mesti dihindari dalam konteks
pembangunan masyarakat.
18. Inklusif
Aplikasi prinsip inklusif dalam pembangunan masyarakat membutuhkan proses adanya
keterlibatan masyarakat untuk mengambil bagian dalam proses pelaksanaan pembangunan.
Proses pembangunan haruslah bersifat terbuka dan memanjang aspirasi dari warga
masyarakat.
19. Konsesus
Prinsip anti kekerasan dan pendekatan inklusif memerlukan proses pembangunan masyarakat
yang seharusnya dibangun atas dasar konsesus dan keputusan konsesus tersebut seharusnya
dibuat untuk dapat diaplikasikan. Pendekatan konsesus pada hakekatnya didasarkan pada
persetujuan dari masyarakat dan hal ini merupakan konsekuensi dari prinsip anti kekerasan
dan inklutif. Dengan prinsip ini, diharapkan tidak ada menganalisa dan alienasi dalam
kehidupan masyarakat.
20. Kooperasi
Perspektif ekologis dan pendekatan anti kekerasan kedua-duanya menekankan pada
kebutuhan struktur yang kooperatif daripada struktur yang kompetitif. Banyak dari struktur,
proses dan institusi masyarakat modern dibangun atas dasar asumsi kompetisi yang baik,
termasuk sistem pendidikan, ekonomi, kesibukan, pekerjaan, seni, rekreasi dan pelayanan
kesehatan. Kooperasi mengasumsikan bahwa problem maupun masalah sosial yang dihadapi
tidak sekedar menjadi tanggungjawab dari komunitas itu sendiri, melainkan juga harus diatasi
bersama-sama dengan komunitas lain.

21. Partisipasi
Pembangunan masyarakat harus selalu melihat partisipasi masksimal, dengan tujuan setiap
orang dalam komunitas dapat secara aktif berperan dalam kegiatan masyarakat. Prinsip
partisipasi yakni bertujuan mendorong tumbuhnya perubahan sikap dan perilaku masyarakat
yang kondusif untuk kemajuan, meningkatkan kualitas partisipatif masyarakat dari sekedar
mendukung, menghadiri, menjadi konstributor kegiatan dakwah dan menyegarkan dan
meningkatkan efektifitas fungsi dan peran pemimpin lokal. Dalam hubungan sosial
masyarakat, faktor yang esensi dari pengembangan masyarakat adalah penumbuhan
demokrasi partisipatif dari segenap masyarakat padahal untuk menumbuhkan demokrasi
tersebut mempersyaratkan adanya desentralisasi dan pemerataan kekuasaan, persatuan yang
dapat mendukung keanekaragaman intern di dalam masyarakat, partisipasi dalam pertemuan
dan diskusi untuk menghasilkan konsesus yang sebenarnya, serta hak untuk menjadi salah
satu bagian mempengaruhi arah kehidupan sosial di dalam masyarakat.
Adapun strategi bimbingan sosial masyarakat berdasarkan atas prinsip pemberdayaan
agar proses pengembangan masyarakat lebih efektif, langkah yang perlu dilakukan sebagai
berikut:
1) Mengindentifikasi, menamai masalah dan isu-isu.
2) Menganalisis masalah dan mengidentifikasi pelaku (analisis masalah)
3) Mengidentifikasi tujuan umum dan khusus.
4) Menyiapkan rencana tindakan yang secara rinci berisi taktik, program, tugas dan proses
mencapai tindakan.
5) Melaksanakan rencana tindakan.
6) Mengevaluasi seluruh proses dan rencana tindakan dalam rangka membandingkan hasil yang
ditetapkan dan hasil yang nyata.
7) Melaksanakan evaluasi dan pengendalian (Kenny, 1994 : 13-115).

B. Metode dan Teknik Pengembangan Masyarakat


1. Metodologi Pengembangan Masyarakat
Untuk menjangkau masyarakat secara luas pendekatan yang digunakan oleh yaitu
pembinaan melalui pembinaan sumberdaya manusianya seperti pembinaan kelompok dan
kader lokal.
a) Pembinaan melalui kelompok mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
 Mempermudah pengorganisasian
 Memperlancar pencapaian tujuan bersama
 Meningkatkan kerjasama dan gotong-royong
b) Pembinaan kader lokal diharapkan membentuk seseorang menjadi motivator, fasilitator dan
katalisator bagi masyarakat sendiri sehingga keberlanjutan kegiatan diharapkan dapat lebih
terjamin.
2. Teknik dan Metode Lapangan
Masyarakat mempunyai karakteristiknya masing-masing. Untuk itu ada beberapa teknik dan
metode pendekatan lapangan lain:
a) Participatori Rural Appraisal (PRA), teknik ini merupakan kelanjutan dari RRA yang
mengemas metode-metode pengembangan masyarakat menjadi bagian dari metodenya.
b) Achievement Motivation Training (AMT), yaitu latihan motivasi yang berdasarkan pada
prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa yang memperhatikan 3 aspek domain, yaitu
achievement, power dan psikomotorik.
c) Action-Research adalah sebuah metode untuk menyadarkan masyarakat terhadap potensi dan
masalah yang ada pada masyarakat.
d) Participatory Action Research adalah metode penyadaran masyarakat terhadap potensi dan
masalah yang dimiliki yang menekankan pada keikutsertaan masyarakat pada kegiatan yang
dilaksanakan.
e) Why tree dan problem tree merupakan metode perencanaan dan evaluasi yang
mempergunakan struktur analisis jaringan seperti pohon. Teknik ini antara lain problem tree,
solution tree dan sebagainya.
Terdapat beberapa metoda pemberdayaan masyarakat yang digunakan sejak
lama. Antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Ragam Metoda Pemberdayaan Masyarakat
No. Kelompok Ragam Metoda Keterangan
Metoda
1. Tatap-muka Percakapan/dialog, Anjang-sana, Anjang-karya. Individual
Pertemuan, Ceramah, diskusi, FGD, RRA, PRA,
PLA, Sekolah Lapang, Pelatihan. Kelompok
Pameran

Masal
2. Percakapan tak- Telepon, TV, Radio. Individual
langsung Teleconference Kelompok
3. Demonstrasi Demonstrasi cara, Demonstrasi hasil, Kelompok
Demonstrasi cara dan hasil.
4. Barang cetakan Foto, pamflet, leaflet, folder, brosur, poster,
baliho, dll
5. Media-masa Surat kabar, tabloid, majalah. Media cetak
Radio, tape-recorder. Media lisan
TV, VCD, DVD. Media
terproyeksi
6. Kampanye Gabungan dari semua metoda di atas
Sumber: Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat (Mardikanto, 2011)
Selain metoda di atas, terdapat beberapa metoda pemberdayaan masyarakat partisipatif.
Antara lain adalah sebagai berikut.
1) RRA (Rapid Rural Appraisal)
RRA merupakan metoda penilaian keadaan desa secara cepat, yang dalam praktek,
kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan
masyarakat setempat. Meskipun sering dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan
kasar/kotor” tetapi RRA dinilai masih lebih baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.
Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a) Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara
ringkas
b) Oservasi/pengamatan lapang secara langsung
c) Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya
d) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik
e) Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi
f) Kecenderungan-kecenderungan
g) Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat
h) Pembuatan laporan lapang secara cepat
Untuk itu, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan informasi yang
dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar jumah dan ketepatan serta relevansi
informasi yang dibutuhkan.
b) Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang, tanyakan
kepada kelompok termiskin.
c) Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya dalam
beragam perspektif
d) Belajar dari dan bersama masyarakat
e) Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan yang telah
disiapkan
2) PRA (Participatory Rural Appraisal)
PRA merupakan penyempurnaan dari RRA. PRA dilakukan dengan lebih banyak
melibatkan “orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholders dengan difasilitasi oleh
orang-luar yang lebih berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator dibanding sebagai
instruktur atau guru yang menggurui.
Melalui PRA dilakukan kegiatan-kegiatan:
a) Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topik penilaian keadaan.
b) Analisis keadaan yang berupa:
i. Kedaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa depan
ii. Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-alasan atau
penyebabnya
iii. Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah
iv. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau analisis strength, weakness,
opportunity, and treat (SWOT) terhadap semua alternatif pemecahan masalah.
c) Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau dapat diandalkan (dapat
dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
d) Rincian tentang stakeholders dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta jumlah dan
sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk melaksanakan program/kegiatan
yang akan diusulkan/direkomendasikan.
3) FGD (Focus Group Discussion) atau Diskusi Kelompok yang Terarah
Sebagai suatu metoda pengumpulan data, FGD merupakan interaksi individu-individu
(sekitar 10-30 orang) yang tidak saling mengenal dan oleh seorang pemandu (moderator)
diarahkan untuk mendiskusikan pemahaman dan atau pengalamannya tentang sesuatu
program atau kegiatan yang diikuti dan atau dicermatinya.
Sebagai suatu metoda pengumpulan data, FGD dirancang dalam beberapa tahapan, yaitu:
a) Perumusan kejelasan tujuan FGD, utamanya tentang isu-isu pokok yang akan dipercakapkan,
sesuai dengan tujuan kegiatannya.
b) Persiapan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan
c) Identifikasi dan pemilihan partisipan, yang terdiri dari para pemangku kepentingan kegiatan
terkait, dan atau narasumber yang berkompeten.
d) Persiapan ruangan diskusi, termasuk tata-suara, tata-letak, dan perlengkapan diskusi
(komputer dan LCD, papan-tulis, peta-singkap, kertas-plano, kertas meta-plan, spidol
berwarna, dll)
e) Pelaksanaan diskusi
f) Analisis data (hasil diskusi)
g) Penulisan laporan, termasuk lampiran tentang transkrip diskusi, rekaman suara, foto, dll.
Tentang hal ini, Krueger (1994)) menyampaikan adanya beberapa jenis pertanyaan yang
harus disiapkan, yaitu:
a) Pertanyaan pembuka, yang sebenarnya hanya berfungsi sebagai penciran suasana (ice
breaking), agar proses interaksi/diskusi antar peserta dapat berlangsung lancar
b) Pertanyaan pengantar,
c) Pertanyaan transisi, yaitu pertanyaan tentang isu pokok yang berfungsi untuk membuka
wawasan partisipan tentang topik diskusi
d) Pertanyaan kunci, yang terdiri sekitar 5 isu yang akan dikaji melalui FGD
e) Pertanyaan penutup, tentang catatan tambahan yang ingin disampaikan oleh para peserta.
4) PLA (Participatory Learning and Action), atau proses belajar dan praktek secara partisipatif
PLA merupakan bentuk baru dari metoda pemberdayaan masyarakat yang dahulu dikenal
sebagai “learning by doing” atau belajar sambil bekerja. Secara singkat, PLA merupakan
metoda pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses belajar tentang suatu topik, seperti
pesemaian, pengolahan lahan, perlindungan hama tanaman, dll. Yang segera setelah itu
diikuti aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi pemberdayaan masyarakat tersebut.
Melalui kegiatan PLA, akan diperoleh beragam manfaat, berupa:
a) Segala sesuatu yang tidak mungkin dapat dijaab oleh “orang luar”
b) Masyarakat setempat akan memperoleh banyak pengetahuan yang berbasis pada pengalaman
yang dibentuk dari lingkungan kehidupan mereka yang sangat kompleks
c) Masyarakat akan melihat bahwa masyarakat setempat lebih mampu untuk mengemukakan
masalah dan solusi yang tepat dibanding orang luar
d) Melalui PLA, orang luar dapat memainkan peran penghubung antara masyarakat setempat
dengan lembaga lain yang diperlukan. Disamping itu, mereka dapat menawarkan keahlian
tanpa harus memaksakan kehendaknya.
Terkait dengan hal itu, sebagai metoda belajar partisipatif, PLA memiliki beberapa
prinsip sebagai berikut:
a) PLA merupakan proses belajar secara berkelompok yang dilakukan oleh semua stakeholders
secara interaktif dalam suatu proses analisis bersama
b) Multi perspective, yang mencerminkan beragam interpretasi pemecahan masalah yang riil
yang dilakukan oleh para pihak yang beragam dan berbeda cara pandangnya
c) Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak yang terlibat
d) Difasilitasi oleh ahli dan stakeholders (bukan anggota kelompok belajar) yang bertindak
sebagai katalisator dan fasilitator dalam pengambil keputusan; dan (jika diperlukan) mereka
akan meneruskannya kepada pengambil keputusan
e) Pemimpin perubahan, dalam arti bahwa keputusan yang diambil melalui PLA akan dijadikan
acuan bagi perubahan-perubahan yang akan dilaksanakan oleh masyarakat setempat
5) SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field School)
Sebagai metoda pemberdayaan masyarakat, SL/FFs merupakan kegiatan pertemuan
berkala yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pada hamparan tertentu, yang diawali
dengan membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti dengan curah pendapat,
berbagi pengalaman (sharing), tentang alternatif dan pemilihan cara-cara pemecahan masalah
yang paling efektif dan efisien sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
6) Pelatihan Partisipatif
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat harus diawali dengan “scopping” atau
penelusuran tentang program pendidikan yang diperlukan dan analisis kebutuhan atau “need
assesment”. Untuk kemudian berdasarkan analisis kebutuhannya, disusunlah programa atau
acara pemberdayaan masyarakat yang dalam pendidikan formal (sekolah) disebut dengan
silabus dan kurikulum, dan perumusan modul/lembar persiapan fasilitator pada setiap
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Berbeda dengan kegiatan pelatihan konvensional, pelatihan partisipatif dirancang sebagai
implementasi metoda pendidikan orang dewasa (POD), dengan ciri utama:
a) Hubungan instruktur/fasilitator dengan peserta didik tidak lagi bersifat vertikal tetapi bersifat
lateral/horizontal
b) Lebih mengutamakan proses daripada hasil, dalam arti, keberhasilan pelatihan tidak diukur
dari seberapa banyak terjadi alih-pengetahuan, tetapi seberapa jauh terjadi interaksi atau
diskusi dan berbagi pengalaman (sharing) antara sesama peserta maupun antara fasilitator
dan pesertanya.

KESIMPULAN
Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat akan menjadi ranah bagi implementasi
pembangunan masyarakat. Korelasi dari prinsip-prinsip tersebut sangat diperlukan dalam
upaya mewujudkan keberhasilan pembangunan masyarakat. Macam-macam prinsip
pengembangan masyarakat antara lain : pembangunan terpadu dan seimbang, konfrontasi
terhadap ketimpangan struktural, menjunjung tinggi hak asasi manusia, keberlanjutan,
pemberdayaan, pembangunan personal dan politik, pemilikan komunitas, kemandirian,
independen dari negara, tujuan dekat (antara) dan visi akhir jangka panjang, pembangunan
organis, tahapan pembangunan, bebas dari tekanan luar, pembangunan komunitas, proses dan
hasil, integritas proses, anti kekerasan, inklusif, konsesus, kooperasi, dan partisipasi.
Selain itu terdapat metode dan teknik dalam pengembangan masyarakat. Metode dan
teknik sangat erat hubungannya. Kedua hal itu tiak dapat dipisahkan karena karakteristik
masyarakat sangat beragam, metode akan menganalisis masyarakat masuk dalam
karakterristik masyarakat apa sehingga dapat diketahui teknik apa juga yang akan digunakan
agar mudah dalam proses pengembangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ife, Jim. 1996. Community Development: Creating Community Alternatives Vision. Analisysis and
Practice. Melbourne. Longman.

Kenny, S. 1994. Developing Communities For The Future Development The Australia. Australia :
Nelson Australia Prelimited, Canbera.

Mardikanto, Totok. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta. UNS Press

Moh. Ali Aziz. 2005. Dakwah Pengembangan Masyarakat. Gramedia. Jakarta.


BERITA INDUSTRI
Fashion dan Kerajinan Dominasi Industri Kreatif

sumber : Republika

Fashion dan kerajinan merupakan subsektor yang dominan dalam memberikan kontribusi ekonomi. Kedua
jenis industri ini menjadi lokomotof dalam perkembangan industri kreatif nasional. Direktur Jenderal
Industri Kecil dan Menengah IIKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan,
kontribusi fashion dan kerajinan jauh mengungguli kontribusi jenis industri kecil lainnya. "Baik dalam nilai
tambah, tenaga kerja.jumlah perusahaan, maupun ekspornya," kata Euis saat pidato pembukaan pameran
fashion dan kerajinan bertema "Indonesia arid Craft 2013" di Jakarta, Kamis [27/6].
Menurut Euis, untuk mengembangkan industri kreatif yang dimotori oleh IKM, pemerintah telah
menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif
sebagai dasar bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan 14 sektor ekonomi kreatif.
Sub-sektor industri kreatif yang masuk dalam lingkup pembinaan Kemenperin adalah fashion, kerajinan,
layanan komputer, dan peranti lunak.
Dia melanjutkan, nilai tambah yang dihasilkan subsektor fashion dan kerajinan, berturut-turut sebesar 44,3
persen dan 24,8 persen dari total kontribusi sektor industri kreatif. Adapun penyerapan tenaga kerja kedua
industri kecil ini rnencapai 54,3 persen dan 31,13 persen dengan jumlah usaha sebesar 51,7 persen dan 35,7
persen. "Dominasi kedua subsektor tersebut karena populasinya menyebar di seluruh wilayah Indonesia
serta didukung kekayaan budaya etnis di masing-masing daerah," kata Euis.
Euismenuturkan, pertumbuhan industri kreatif harus ditopang dengan kekuatan enam pilar ekonomi kreatif,
di antaranya, sumber daya insani, industri, teknologi, sumber daya, institusi, dan lembaga pembiayaan.
Pembangunan industri kreatif pada hakikatnya dipayungi oleh kerja sama antara cendekiawan, bisnis, dan
pemerintah yang disebut sebagai Triple Helix. Hubungan ketiga faktor itu merupakan penggerak lahirnya
kreativitas, ide, itmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif.."Hubungan
tersebut harus saling menunjang dengan peran-peran seperti peran cendekiawan yang menyebarkan dan
mengimplementasikan ilmu pengetahuan," ujar Euis.
Untuk mendukung subsektor fashion dan kerajinan, diadakan industri fashion dan kerajinan (fashion and
craft) 2013. Ketua panitia pameran Indonesia Fashion and Craft 2013 Rizal Adipura mengatakan, pameran
kali ini diselenggarakan selafna empat hari, yaitu 27 Juni sampai 30 Juni 2013 di Jakara Convention Center
(JCC] Senayan, Jakarta Selatan. "Pameran sepepti itu diselenggarakan setiap tahun dan tahun ini adalah
pameran keempat," kata Rizal.
Rizal melanjutkan, penyelenggaraan Indonesia Fashion and Craft 2013 merupakan ajang untuk kinerja dan
prestasi para pelaku IKM, baik dari kalangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mandiri, rnaupun UKM
binaan pemerintah melalui badan usaha milik negara (BUMN) serta mstansi pusat maupun daerah.
Kemenperin, Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) ikut mendukung acara yang disponsori Bank BRI ini.

Anda mungkin juga menyukai