Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS WIDYA KARTIKA

TUGAS TEKNOLOGI KONSTRUKSI BAHAN DAN BETON

TENTANG ASPAL

OLEH:

YUVENSIUS KENI BALA DOMI NUHAN (21117006)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


perkembangan peradaban manusia zaman sekarang sudah sangat pesat dan sangat maju.
Tentunya perkembangan yang terjadi pada saat ini tidak terlepas dari apa yang sudah dilakukan
oraang- orang pada zaman dahulu. Melaui berbagai macam penemuan- penemuan yang sangat
penting untuk menunjang kehidupan manusia, sampailah kita pada titik yang saat ini. Dimana
sekaarang sudah menajadi sangat maju dan modern.
Salah satu dari berbagai macam penemuan penting itu adalah aspal. Aspal sendiri sudah
tidak bisa dipungkiri lagi sudah menjadi bagian yang sangat penting dari kehidupan manusia.
Terutama dalam bidang transportasi darat. Berbicara tentang transportasi darat tentunya tidak lepas
dari sebuah material yang sangat penting. Apalagi bagi anak sipil.
Dalam keseharian kita saja hampir semua jalan raya terbuat dari aspal. Coba bayangkan
saja apa yang akan terjadi jika jalan- jalan raya atau jalan- jalan besar lainnya tidak menggunkan
aspal sebagai bahan pelapis jalan. Apakah peradaban manusia sudah bias semaju dan semodern
sekarang? Tentunya alat- alat transportasi darat akan sangat sulit untuk melintas.bayangkan saja
jika semua jalan raya di dunia ini menggunakan batu. Itu akan membuat alat- alat transportasi darat
akan sulit berjalan dan menjangkau daerah- daerah yang jauh. Aspal memberikan kemudahan bagi
roda- roda kedaraan untuk bebas bergelinding.
Penggunaan aspal sendiri telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi oleh bangsa
Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (sering disebut bitumen) sebagai lapis
pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana dan kuil. Tentu saja aspal yang
digunakan adalah aspal yang didapat secara alami. Aspal terdapat di alam dalam bentuk lake
asphalt (seperti dodol) dan rock asphalt (biasanya keras, campuran dari aspal, tanah, kapur, dan
lempung). Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di
Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar.
Bertolak dari beberapa hal di atas, maka penulis ingin membahas lebih dalam mengenai
aspal dalam makalah yang sederhana ini.
1.2 rumusan masalah
1. Apa itu aspal?
2. Bagaimana sejarah aspal?
3. Apa saja kegunaan aspal dalam bidang teknik sipil?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan aspal?
5. Apa saja sifat- sifat aspal?
6. Bagaimana teknologi pembuatan aspal?
7. Bagaimana spesifikasi yang menyangkut uraian singkat tentang peraturan untuk produk
yang dibahas?
1.3 tujuan penulisan
1. untuk mengetahui apa itu aspal.
2. untuk mengetahui sejarah aspal.
3. untuk mengetahui kegunaan aspal dalam bidang teknik sipil.
4. untuk mengtahui kelebihan dan kekurangan aspal.
5. Untuk mengetahui sifat- sifat aspal.
6. Untuk mengetahui teknologi pembuatan aspal.
7. Untuk mengetahui spesifikasi yang menyangkut uraian singkat tentang peraturan untuk
produk yang dibahas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian aspal

Secara etimologi aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa
Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris menjadi
asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia aspal berarti campuran hidrokarbon alam yang
amorf, berwarna cokelat hitam dan berupa zat padat atau setengah padat yang dihasilkan dari
minyak bumi dengan suhu pembakaran tinggi dan bahan pelapis jalan yang rupanya seperti ter.

Secara umum aspal dapat diartikan sebagai suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat
dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat pada suhu ruang
padahal adalah cairan yang sangaaat kental. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks, dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon
jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul.
Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon,
10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel,
dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya
kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25%
aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

2.3 sejarah aspal

Penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria
dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (sering disebut bitumen) sebagai lapis pengedap
untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana dan kuil. Tentu saja aspal yang digunakan
adalah aspal yang didapat secara alami. Aspal terdapat di alam dalam bentuk lake asphalt (seperti
dodol) dan rock asphalt (biasanya keras, campuran dari aspal, tanah, kapur, dan lempung). Aspal
tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di Babilonia sekitar tahun
625 SM pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar.

Berabad kemudian setelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh menuliskan dalam
catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit lake asphalt di Trinidad, dekat pantai
Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai pelapis dinding kapalnya.

Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat ditelusur kembali
pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama John Metcalf (lahir 1717) harus
membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan total panjang hampir 300 km. Jalan dibuat dengan
batuan berukuran besar diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi
batu galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Thomas Telford membangun jaringan jalan di
Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hamper 1.500 km. Telford menyempurnakan metode
pembuatan jalan Metcalf, dengan mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan
batu pecah juga sudah dihitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.

Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah membangun
jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford. McAdam juga menemukan tanah
yang terikut dalam keadaan kering tidak akan turun ke dasar jalan. McAdam mengatur batuan
sedemikian rupa sehingga bertemu antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras.
Pada masa-masa berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di
musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis tarmacadam.

Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan, yang
dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt, ketika membangun
jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan
aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan
segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan
yang akan dikerjakan. Pada masa ini, aspal yang digunakan maupun campuran hotmix yang
diproduksi belumlah memakai spesifikasi seperti yang kita kenal sekarang. Oleh karena proyek
pembangunan jalan yang menggunakan aspal mulai meningkat banyak, untuk mempertahankan
kualitas hasil yang baik, Pemerintah Kota New York hanya mensyaratkan penggunaan batu bata
atau batu granit, namun dengan jaminan selama 15 tahun baik untuk material maupun pelaksanaan.
Karena pengetahuan kontraktor masih terbatas, banyak jalan yang tidak dapat bertahan selama 15
tahun, dan sebagai akibatnya banyak kontraktor yang bangkrut. Akibat lanjutannya adalah proyek-
proyek jalan berikutnya menjadi meningkat harganya untuk mengkompensasi garansi selama 15
tahun tersebut. Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari aspal alam
Trinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak bumi membuat
perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari pengoperasian kilang ternyata
juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907 aspal yang dihasilkan dari kilang telah
menggeser penggunaan aspal alam Trinidad, karena aspal kilang lebih murah harganya.

Produksi HMA (Hot-Mix Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama kali dilakukan
secara manual, dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas plat besi dengan menggunakan
batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang, dan pekerja kemudian mengaduk-aduk
(membolak-balik) secara manual. Penggunaan alat pengaduk, mixer, secara mekanis pertama kali
dilakukan di Paris pada tahun 1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk
memproduksi satu batch saja perlu waktu empat jam.

Fasilitas produksi hotmix pertama yang memiliki komponen-komponen dasar seperti yang
kita pahami sekarang dibangun oleh perusahaan Warren Brothers di East Cambridge tahun 1901.
Rotary drum dan rotary drier pertama kali digunakan untuk produksi hotmix pada tahun 1910.
Mekanisasi sistem pengumpan dingin mulai diterapkan tahun 1920, sementara vibrating screen dan
sistem injeksi tekanan (untuk pembakaran) mulai ditambahkan sejak tahun 1930.

Metode pelaksanaan (konstruksi) juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada
masa awal, setelah hotmix dituang di lokasi proyek, lalu disebar dan diratakan dengan tangan lalu
dipadatkan dengan roller yang masih ditarik dengan kuda. Tahun 1920 tercatat penggunaan pertama
spreader secara mekanis untuk menghampar hotmix (mengadop dari pelaksanaan pekerjaan beton).
Tahun 1930, Sheldon G. Hayes adalah orang yang pertama menggunakan finisher (tipe Barber-
Greene) untuk menyebar atau menghampar hotmix. Finisher ini terdiri atas unit traktor dan screed
yang dilengkapi dengan vertical tamping bar. J.S. Helm, President of the Asphalt Institute, pada
tahun 1939 menyatakan bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk
pembangunan maupun pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-1937, jalan yang
dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%.
Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun metode
konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer untuk mengakomodasi
pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif berat. Ketika perang selesai dan orang
banyak berpindah ke perkotaan, proyek-jproyek jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada
tahun 1956, Konggres Amerika menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana
hingga USD 51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan dengan anggaran
Binamarga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional tahun 2008 ini yang hanya berkisar
USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki
infrastruktur jalan, masa-masa sebelumnya hanya maksimal separuhnya). Lonjakan proyek-proyek
jalan ini membuat kontraktor membutuhkan peralatan yang lebih besar kapasitasnya dan juga lebih
bagus kinerjanya. Paver dengan sistem kontrol elektronik untuk mengatur level penghamparan
hotmix mulai diperkenalkan tahun 1950, sedang screed yang dilengkapi dengan kontrol mulai
digunakan tahun 1960an. Finisher yang dapat digunakan untuk menghampar dua lajur sekaligus
mulai digunakan tahun 1968. Salah satu inovasi peralatan yang cukup penting untuk dunia
konstruksi jalan adalah dengan diperkenalkannya alat angkut hotmix yang dapat membuang dari
bawah (saat ini kita mengenalnya dengan sebutan dumptruck), sehingga hotmix dapat dimasukkan
ke bagian depan paver (finisher), dan paver dapat beroperasi secara terus-menerus.

Sampai tahun 1950an, pemadatan hotmix di lapangan hanya menggunakan tandem roller
yang ringan ditambah dengan three-wheel roller yang berat. Saat ini, pemadatan sudah dilakukan
dengan 5-wheel roller dan tandem roller yang dilengkapi dengan sistem penggetar (vibratory).

2.3 kegunaan aspal dalam bidang teknik sipil

Secara garis besar, terdapat tiga fungsi aspal dalam bidang teknik sipil, yaitu:

1. Sebagai Aspal berfungsi untuk mengikat batu-batuan supaya tidak terlepas dari
permukaan jalan, baik disebabkan oleh lalu-lintas maupun genangan air.
2. Aspal juga berguna sebagai bahan pelapis jalan dan bahan pengikat agregat.
3. Aspal bermanfaat pula sebagai bahan pengisi ruang kosong yang terdapat di antara
susunan agregat kasar, agregat halus, dan filler pada lapisan-lapisan perkerasan jalan
aspal.
4. Sebagai atap rumah.

2.4 kelebihan dan kekurangan aspal

1. kelebihan aspal

a. Jalan lebih halus dan mulus dan enak untuk berkendara.


b. Dari segi biaya, aspal lebih murah di bandingkan jalan dengan beton.
c. Cara perawatannya mudah. Jika terjadi lubang pada jalan tinggal ditambal dengan
menggunakan aspal juga.

2. kekurangan aspal

Kekurangan dari aspal ini ialah tidak tahan dengan genangan air, maka sangat
memerlukan saluran drainase yang baik untuk proses pengeringan setelah hujan ataupun
banjir. Dalam struktur tanah yang kurang baik mesti dilakukan memperbaiki tanah lebih
dulu.

2.5 sifat- sifat aspal


1. Penetrasi

Penetrasi Untuk mengklasifikasikan aspal keras dari yang lunak sampai dengan
yang keras dilakukan pengujian penetrasi. Yang dimaksud dengan penetrasi pada
pengujian aspal adalah masuknya jarum penetrasi, berdiameter 1 mm dengan berat 100
gram kedalam sampel aspal selama 5 detik pada suhu 25º C. Masuknya jarum ke dalam
sampel dalam satuan 0.1 mm. Jadi apabila masuknya jarum ke dalam sampel ratarata
adalah 6,8 mm, maka aspal tersebut memiliki Pen 68. Nilai pen ini dapat dibaca langsung
pada alat pengukur. Karena persyaratan aspal berbeda untuk masingmasing tingkat
kekerasan aspalnya (penetrasinya), maka pengujian ini mutlak dilakukan sebelum
pengujian yang lain dilaksanakan. Titik lembek aspal Yang dimaksud titik lembek adalah
suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal suatu
lapisan aspal yang tertahan dalam cincin ukuran tertentu, sehingga aspal tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin dengan ketinggian tertentu akibat
kecepatan pamanasan suhu. Alat untuk menguji titik lembek adalah Ring and Ball
Gambar : Alat pengujian titik lembek Ring and ball Titik lembek diuji untuk mengetahui
pada suhu berapa aspal tersebut dari kondisi keras menjadi lembek. Jika diketahui
suhunya, maka pemakaian aspal tersebut tidak boleh digunakan pada kondisi jalan dengan
suhu permukaan lebih besar dari suhu titik lemeknya. Jadi jika aspal memeiliki titik
lembek 45ºC, artinya aspal tersebut jangan dipakai pada suhu permukaan jalan lebih dari
45ºC.

2. Penurunan berat
Penurunan Berat Aspal Kualitas aspal dapat diketahui dari penurunan berat aspal
apabila dilakukan dengan tebal dan berat tertentu dalam waktu + 24 jam. Aspal yang
kualitasnya baik menurut standar ASTM D-6-80 adalah aspal yang mengalami penurunan
berat kurang dari 0,4%. Kehilangan berat aspal dapat diuji dengan memanaskan contoh
aspal yang telah diketahui berat asalnya dalam oven khusus yang dilengkapi piringan yang
dapat berputar pada suhu (163 ± 1)º C selama lima jam. Setelah itu aspal ditimbang dan
diuji penetrasinya, sehingga didapat kehilangan beratnya, dan penurunan penitrasi setelah
kehilangan berat. Daktilitas Aspal Pengujian daktilitas dibutuhkan untuk mengetahui sifat
kohesi dan plastisitas aspal.pengujian dilakukan dengan mencetak aspal dalam cetakan
khusus dan meletakannya kedalam tempat pengujian. Tempat pengujian berisi airyang
memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis aspal. Agar berat jenis air mendekati
berat jenis aspal, maka jika berat jenis air lebih tinggi dari berat jenis aspal, air tersebut
harus ditambah Methyl Alcohol, tetapi sebaliknya jika berat jenis air lebih rendah dari berat
jenis aspal, tambah dengan Sodium Klorida (NaCl) Nilai daktilitas aspal adalah panjang
contoh ketika putus pada saat dilakukan penarikan dengan kecepatan 5 cm permenit. Aspal
dengan angka daktilitas yang rendah dapat mengalami retak akibat lapisan aspal
mengalami perubahan suhu yang tinggi. Sifat daktilitas ini dipengaruhi oleh sifat kimia
aspal, yaitu akibat susunan senyawa hidrokarbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak
mengandung senyawa parafin dengan rantai panjang, daktilitas rendah, demikian juga
dengan aspal yang didapat dari proses blowing (blown asphalt) dimana banyak terdapat
gugusan hidrokarbon tak jenuh yang dapat menyusut, sedangkan yang banyak
mengandung parafin karena susunan rantai karbon yang kekuatan strukturnya kurang
plastis.

3. Adesi dan kohesi


Adesi dan Kohesi Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama
lainnya, dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat
adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal.
Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah
suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat
adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengan nilai daktilitas yang rendah adalah
aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan
uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal
terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam
dalam air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan
agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat erat
pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari
pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak terjadi
sama sekali 3. Kepekaan aspal terhadap temperatur Seluruh aspal bersifat termoplastik
yaitu menjadi lebih keras bila temperatur menurun dan melunak bila temperature
meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal
sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
4. Pengerasan dan penuaan
Pengerasan dan penuaan aspal Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik
untuk mengetahui durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan
jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang. Oksidasi
merupakan factor yang paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.

5. Kepekaan aspal terhadap temperature


Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature
menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat
akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.

2.6 Teknologi pembuatan aspal


Pembuatan aspal pada umumnya dilakukan dengan proses destilasi bertingkat pembakaran
minyak bumi. Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi
akan dipanaskan dalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan digunakan sebagai bahan
baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas).
Bagian minyak bumi yang menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi
minyak bumi lainnya.

Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik, dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150
per molekul. Unsur-unsur selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa unsur lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta
sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.

2.7 Spesifikasi yang menyangkut uraian singkat tentang peraturan aspal

Untuk spesifikasintentang peraturan pengelolaan dan penggunaan aspal, pemerintah telah


membuat peraturan menteri pekerjaan umum nomor: 35/PRT/M/2006 tentang peningkatan
pemanfaatan aspal untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa yang sudah dibahas, dapat disimpulkan bahwa aspal merupakan
salah satu bahan konstruksi yang sangat penting dalam dunia sipil. Aspal ialah bahan hidro
karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air,
dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada
campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur.

Aspal juga berguna dalam banyak secara khusus pada pembuatan jalan raya.
Namun, di sisi lain selain mempunyai kelebihan aspal juga tidak luput dari yang namanya
kekurangan.

Terdapat beberapa sifat aspal, yaitu: penetrasi, penurunan berat, adesi dan kohesi,
pengerasan dan penuaan, dan kepekaan terhadap temperatur.

Aturan mengenai spesifikasi pengelolaan dan penggunaan aspal terdapat dalam


peraturan menteri pekerjaan umum nomor: 35/PRT/M/2006 tentang peningkatan
pemanfaatan aspal untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan.

3.2 saran

Setelah mendapat beberapa hal yang penting mengenai aspal, kiranya bagi para
kontraktor dan pengguna dapat memperhatikan hal- hal apa saja yang diperlukan dalam
perancangan, pembuatan, dan penggunaan aspal agar tidak merugikan pihak- pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai