Anda di halaman 1dari 12

PROBLEMATIKA FISIOLOGI TANAMAN

PASCA PANEN BAWANG MERAH

Disusun Oleh:

1. Brilliant Hafeez Karunia A. (20180210053)


2. Ega Akhsanul Fikri (20180210061)
3. Novenia Rahmaningtyas Putri (20180210067)
4. Lathifah Azhar (20180210071)
5. Aruni Nadhilah Trivanni (20180210084)
6. Niko Chandra Kurnia (20180210085)
7. Prisila Rozianthi (20180210097)
8. Ahmad Arya Mudawy (20180210099)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman holtikultura yang


banyak dibudidayakan di Indonesia. Beberapa daerah yang memproduksi bawang
merah antara lain yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, dan Papua. Varietas bawang merah banyak dikembangkan di Indonesia, antara
lain varietas Bima, Medan, Maja, Keling, dan Kuning. Bawang merah sebagai
sayuran rempah yang banyak dimanfaatkan antara lain sebagai bumbu pelezat
masakan khas Indonesia dan sebagai obat. Kebutuhan bawang merah untuk rumah
tangga dan industri cukup banyak namunselalu terjadi fluktuasi harga (Dewi, N.
2012).

Pada waktu panen raya produksi bawang merah dapat berlimpah sehingga
dapat mengakibatkan harga bawang merah relatif lebih murah namun diluar musim
produksi bawang merah menurun maka harga bawang merah akan meningkat tinggi.
Salah satu penyebab terjadinya kondisi tersebut adalah penanganan pascapanen yang
belum dilakukan secara benar. Penanganan pascapanen bawang merah meliputi
panen, pelayuan, pengeringan, pembersihan, sortasi, dan penyimpanan.Upaya untuk
menjamin ketersedian, tahap penyimpanan yang benar merupakan tahap yang penting
(Dewantoro. 2012).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui kandungan dan pasca panen bawang merah (Allium cepa L.).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asal

Asal usul tanaman bawah merah yaitu berasal dari daerah asia tenggara di sekitar
India, pakistan, dan sampai Palestina. Israel diperkirakan telah mengenal bawah merah
sejak tahun 1500 SH dan pada daerah Yunani Kuno, bawang merah telah dikembangkan
sebagai pengobatan sejak tahun 2100 SH. Berkembangnya bawang merah di daerah
mesir yaitu padazman perang dunia I dan II yang dibuktikan dengan banyaknya lukisan
bawang merah.

B. Klasifikasi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Bawang merah merupakan salah satu dari sekian banyak jenis bawang yang ada
didunia. Bawang merah (Allium ascalonic um L.) merupakan tanaman semusim yang
membentuk rumpun dan tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-40 cm (Rahayu,
1999).

Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum L.


C. Morfologi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji.

1. Akar
Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah dengan
diameter akar 2-5 mm (AAK, 2004).

2. Batang
Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang
berbentuk seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata
tunas, diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun
dan batang semua yang berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi
umbi lapis (Sudirja, 2007).

3. Daun
Menurut Sudirja (2007), daun bawang merah berbentuk silindris kecil
memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing berwarna
hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya
relatif pendek , sedangkan bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman (titik
tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200
kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum
bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga berwarna putih, 6 benang sari berwarna
hijau atau kekuning- kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitga
(Sudirja, 2007).

4. Umbi
. Umbi bawang merah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus
biji berjumlah 2-3 butir. Biji bawang merah berbentuk pipih, berwarna putih,
tetapi akan berubah menjadi hitam setelah tua (Rukmana, 1995).

D. Indeks Kualitas
Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60–
70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda berupa leher batang
60% lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Produksi umbi kering mencapai 6-25
ton/ha. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang
cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang.

Tanaman bawang merah memiliki indeks kualitas sebagai berikut

 Umbi lapis penuh berisi dan dan sudah terjadi perubahan warna keunguan pada
umbi serta
 Tiap umbi bibit (tiap rumpun) dapat menghasilkan antara 4- 6 umbi anakan. Berart
hasil yang dipungut 4-5 kali berat bibit yang digunakan. Oleh karena itu, tanaman
yang baik dapat menghasilkan 10 – 40 ton per hektar umbi.
 timbul bau bawang yang khas

 Warna kulit umbi mengkilat atau memerah

 umbi kering, dengan kadar air 85%

 ukuran umbi yang seragam


BAB III

PEMBAHASAN

A. Kandungan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

1. Manfaat Bawang Merah Bagi Kesehatan

Bawang merah (Allium ascalonicum) adalah tanaman tertua dari silsilah tanaman
yang dibudidayakan oleh manusia. Kandungan zat gizi dalam umbi bawang merah
dapat membantu sistem peredaran darah dan sistem pencernaan tubuh.Hal ini
memungkinkan organ-organ dan jaringan tubuh dapat berfungsi dengan baik (Jaelani,
2007; Kuswardhani, 2016). Senyawa aktif dalam umbi bawang merah turut berperan
dalam menetralkan zatzat toksik yang berbahaya, dan membantu mengeluarkannya
dari dalam tubuh.Dalam hal ini, manfaat yang cukup penting dari umbi bawang merah
adalah peranannya sebagai antioksidan alami, yang mampu menekan efek
karsinogenik dari senyawa radikal bebas (Kuswardhani, 2016). Kandungan zat gizi
yang ada di dalam bawang :

a. Kalori: memiliki kandungan kalori yang rendah, 28 gram bawang hanya


mengandung 11 kalori

b. Zat gizi makro: sebagian besar terdiri dari karbohidrat dan air, sedangkan tidak
mengandung lemak sama sekali.

c. Vitamin dan mineral: kandungan vitamin yang tinggi adalah vitamin C dan
vitamin B6, sementara jenis mineral yang paling banyak terkandung adalah
kromium.

d. Indeks glikemik: bawang merah termasuk makanan yang mempunyai


tingkat indeks glikemiks yang rendah yaitu hanya mencapai 10.

2. Manfaat bawang merah bagi tubuh :


a. Mencegah Kanker

Bawang merah mengandung zat yang disebut dengan quercetin. Quercetin


adalah zat alami yang membuat bawang jadi berwarna warna merah gelap.
Menurut University of Maryland Medical Center, zat quercetin termasuk zat
antioksidan yang berperan penting dalam melawan efek radikal bebas berbahaya
dalam tubuh. Salah satu dampak penumpukan radikal bebas adalah kanker.
Antioksidan seperti quercetin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
paru, kanker prostat, kanker ovarium, kanker usus, serta kanker endometrial.

b. Menurunkan Tekanan Darah

Jurnal Pharmacological Reports yang diterbitkan pada tahun 2009, disebutkan


jugaa bahwa zat quercetin yang cukup tinggi ada di dalam bawang merah mampu
menurunkan tekanan darah yang tinggi.

c. Membantu menormalkan kadar gula darah

Bawang ini memang mampu meningkatkan kadar insulin serta membantu


proses glikolisis pada penderita diabetes yang menyebabkan penurunan kadar gula
darah.

d. Menurunkan Koresterol

Penurunan kolesterol yang terjadi ini diakibatkan oleh kandungan zat


antioksidan serta zat bioaktif lainnya yang ada di dalam bawang tersebut yang
dapat menurunkan jumlah lemak total dalam tubuh secara langsung.

c. Memperkuat Sistem Kekebalan Dalam Tubuh

Kandungan polifenol yang ada di dalam tanaman bawang mengandung


antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas serta kandungan
quercetin di dalam tanaman bawang juga dpaat mengurangi reaksi alergi dengan
menghentikan tubuh Anda dari produksi histamin. Histamin adalah zat yang
membuat Anda bersin, menangis dan gatal jika Anda mengalami reaksi alergi.

d. Mengandung vitamin C
Bawang merah adalah makanan yang merupakan sumber vitamin C yang baik.
Dalam kisaran 100 gram bawang, ia mengandung 10 persen vitamin C yang
dibutuhkan tubuh sehari-hari. Vitamin C adalah vitamin esensial yang larut dalam
air dan dibutuhkan tubuh Anda untuk membuat kolagen. Kolagen merupakan
protein yang membantu penyembuhan luka dan berfungsi untuk mendukung
kesehatan serta kekebalan tubuh.

e. Mengandung protein yang bisa mendukung kesehatan tubuh


Bawang merah mengandung protein yang tidak terlalu banyak. Per porsi
bawang dengan berat 148 gram hanya ada 1 gram protein saja. Protein dalam
bawang berwarna merah ini berkhasiat baik untuk memelihara dan
membangun sel jaringan tubuh yang sehat.

B. Fisiologi pasca penen Bawang Merah (Allium cepa L.)

1. Pelayuan dan pengeringan


Setelah bawang merah di panen tindakan yang harus segera dilakukan adalah
pelayuan dan pengeringan. Hal ini mencegah kerusakan umbi akibat busuk atau
serangan penyakit. Cara yang dapat ditempuh untuk mengeringkan bawang merah
yaitu dengan penjemuran dan menggunakan teknologi sistem pengeringan dan
penyimpanan (Instore Drying).

Cara pengeringan bawang merah yang dilakukan petani adalah dengan


menjemurnya di bawah matahari. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan dengan
posisi umbi bawang di bawah dan daun diatas, dalam keadaan demikian, daun
akan mendapat panas matahari langsung dan akan mengalami pengeringan lebih
dulu.

Pengeringan dengan penjemuran ini ada kelemahannya, untuk menjemur


bawang merah diperlukan tempat terbuka yang cukup luas. Disamping itu jika
panen dilakukan kebetulan musim hujan sehingga penjemurannya tidak dapat
dilakukan dengan sempurna maka dapat menyebabkan infeksi bakteri pembusuk
sehingga bawang yang dihasilkan mutunya rendah, dan tidak dapat disimpan
lama.

● Teknologi Sistem Pengeringan dan Penyimpanan

Agar proses pengeringan dapat berjalan terus tanpa terkendala cuaca dan
tidak memerlukan tempat yang terlalu luas maka Balai Besar Pascapanen
menggunakan suatu teknologi sistem pengeringan-penyimpanan (Instore Drying),
dimana dalam sistim ini kondisi ruang dapat diatur sesuai dengan kondisi
optimum untuk proses pengeringan - penyimpanan bawang. Ukuran bangunan
penyimpanan 6 m panjang x 6 m lebar x 3 m tinggi dapat menampung 5 – 10
ton. Atap bangunan terdiri dari fibre glass transparan yang dilengkapi dengan
aerasi udara (ballwindow), dinding bangunan dari fibre glass, rak pengering –
penyimpanan berupa rak gantung yang dibuat dari bambu.( Wibowo Singgih.
2009)

2. Pembersihan dan Sortasi

Pembersihan bawang merah merupakan kegiatan menghilangkan kotoran


yang menempel pada umbi seperti tanah dan akar serta memperoleh umbi yang
berkualitas baik. Sedangkan kegiatan sortasi dilakukan untuk memisahkan antara
umbi yang baik (bernas, tidak cacat fisik atau busuk, berukuran seragam) dengan
umbi yang jelek, rusak atau busuk.

3. Penyimpanan

Pada umumnya para petani bawang menyimpan bawang merah dengan


menggantung ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur, namun
jumlah bawang yang dapat disimpan dengan cara ini terbatas, tergantung seberapa
luas dan seberapa besar tempat di atas perapian dapur. Untuk jumlah bawang
yang banyak dibutuhkan ruang penyimpanan yang lebih luas dengan kondisi
bersih, kering dan tidak lembab dengan ventilasi yang baik dan cukup banyak
sehingga dapat memberikan pergantian udara dalam ruang dengan baik. Suhu
yang baik untuk penyimpanan bawang merah adalah 30-34 0C dan kelembaban
65-75%. (Nugraha, S. 2008).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kandungan zat gizi dalam umbi bawang merah dapat membantu sistem
peredaran darah dan sistem pencernaan. Penanganan pasca panen yang dapat
dilakukan pada bawang merah yaitu pelayuan, pengeringan, pembersihan,
penyimpanan. Penanganan pasca panen merupakan salah satu penentu indeks kualitas
pada bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta.

Dewantoro. 2012. Petani Minta Impor Bawang Merah Tepat Sasaran.


http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/16/81668/petani_minta_impor_
bawang_merah_tepat_sasaran/#.UGJ3J43iYxI. Diakses pada tanggal 23 Desember
2019.

Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Bawang Merah. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 195
hal.
Jaelani.2007. Khasiat Bawang Merah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Kuswardhani, D. S. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Merah-Bawang Putih. Penerbit
Rapha Publishing. Yogyakarta.

Litbang Pertanian. 2012. 50 Teknologi Inovatif Litbang Pascapanen. Balai Besar Pascapanen,

Bogor.
Nimas Mita Etika M. 2019. 4 Manfaat Kesehatan Jika Anda Sering Makan Bawang Merah.
Hello Sehat. https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/manfaat-bawang-merah-bagi-
kesehatan/ . Diakses pada tanggal 23 Desember 2019.

Nugraha, S. 2008. Teknologi Sistem Pengeringan dan Penyimpanan Bawang Merah. Balai
Besar Pascapanen, Bogor. http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada
tanggal 26 Desember 2019.

Rahayu, E, dan Berlian,N. 1999. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius,
Jakarta.

Sudirja, 2010. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/ Alternaria


partrait.html. diakses 29 desember 2019

Tjitrosoepomo, gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gajah


Mada University press

Wibowo Singgih. 2009. Budidaya Bawang merah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai