Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus


2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Tjokronegoro, 2015).

Diabetes Meliitus adalah penyakit metabolik, dengan tanda – tanda


hiperglikemia dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut ataupun kronik sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif didalam
tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Askandar 2015).

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan


klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vaskular mikroangiopati (Restyana Noor Fatimah 2015).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus


Penyakit Diabetes Mellitus yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula
atau kencing manis, terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar
gula darah dalam darah akibat kekurangan insulin atau penyerapan insulin
yang tidak berfungsi dengan baik. Diabetes karena insulin tidak berfungsi
dengan baik disebut Diabetes Mellitus tipe II. Insulin adalah hormon yang
diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak dibelakang
lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme gula menjadi energi serta
mengubah kelebihan gula menjadi glikogen yang disimpan didalam hati dan
otot (Yaturu, s 2015).

6
7

2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel – sel beta dari pulau – pulau Langerhans pada pancreas yang
berfungsi menghasilkan insulin yang akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Diabetes mellitus juga dapat terjadinya karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukkan glukosa ke dalam sel. Diabetes Mellitus
mempunyai etiologi yang heterogen, yakni berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, terapi determinan geneti biasanya memegang peranan
penting pada mayoritas Diabetes Mellitus, faktor lain yang menjadi etiologi
Diabetes Mellitus. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hiangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin (Burahera Hakim 2017)

2.1.3.1 Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, serta obesitas dan kehamilan.
2.1.3.2 Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibody antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel
beta oleh virus.
2.1.3.3 Kelainan insulin. Pada klien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membrane sel yang responsif terhadap insulin.

2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus


Sebagian besar gambaran patologik dari Diabetes Mellitus dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya (Slamet S,
2012)
2.1.4.1 Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa setinggi 300 – 1.200 mg/dl
2.1.4.2 Peningkatan mobilitas lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolism lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
8

2.1.4.3 Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

2.1.5 Manifestasi Diabetes Mellitus


Gejala yang dialami penderita diabetes yaitu banyak minum, banyak
kencing dan berat badan menurun pada awal nya kadang – kadang berat
badan penderita diabetes naik yang disebabkan kadar gula darah tinggi
dalam tubuh. Oleh karena itu harus diwaspadai apabila keinginan minum
terlalu berlebihan dan merasa ingin makan terus. Berat badan yang awalnya
melejit naik lalu tiba – tiba turun terus tanpa diet (Sujana, I nyoman 2015).

Gejala lain adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan,
mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,
pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg (Sujana, I nyoman
2015).

2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus banyak sekali menyebabkan penyakit dan jika tidak di
tangani dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang sangat
membahayakan. Gangguan pembuluh darah, Pembuluh darah mata,
pembuluh darah jantung, pembuluh darah ginjal, pembuluh darah kaki yang
menyebabkan luka susah akan sembuh, dapat menyebabkan infeksi seperti
paru, gigi dan saluran kemih (Waspadji S 2009)

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus adalah hilangnya keluhan dan
tanda Diabetes Mellitus, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya
target pengendalian glukosa darah. Jangka panjang: tercegah dan
terhambatnya progresivitas penyulit dan mencegah komplikasi kronis yang
dapat menyerang pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, saraf, kulit dan
kaki. (Burahera Hakim 2017)
9

Tindakan pengelolaan yang dilakukan.


2.1.7.1 Menormalkan kadar gula darah, lemak, dan insulin di daerah serta
memberikan pengobatan penyakit kronis lainnya. Langkah yang dilakukan
terutama diet, mengurangi kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin,
aktivitas fisik seperti olaraga teratur serta rutin melalukan pengecekan gula
darah.
2.1.7.2 Mengkonsumsi obat – obatan hipoglikemia oral, seperti sulfonyflurea untuk
merangsang pancreas menghasilkan insulin dan mengurangi resistensi
terhadap insulin.
2.1.7.3 Terapi insulin.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


Memberikan asuhan keperawatan pada klien yang kadar gula darah nya
tinggi hendaknya dilakukan tindakan secara komperhensif dengan
mengunkan proses keperawatan. Proses keperawatan suatu metode
sistematik untuk mengkaji respons manusia terhadap masalah- masalah dan
membuat rencana keperawatan yang bertujuuan untuk mengatasi masalah –
masalah tersebut. Masalah – masalah kesehatan dapat berhubungan dengan
klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat mengatasi masalah – masalah
kesehatan. Proses keperawatan diri 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

2.2.1 Pengkajian Keperawatan Diabetes Mellitus


Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu pengumpulan data
dan analisis data

2.2.1.1 Pengumpulan data. Pengumpulan data yang akurat dan sistemastis akan
membantu dalam menentukan stastus kesehatan dan pola pertahanan
penderita. Menidentifikasi kekuatan dan kebutuhan penderita yang didapat
diperoleh melalui anamesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
10

2.2.1.2 Analis data. Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisis serta sintesis data. Dalam mengkelompokan data
dibedakan atas data subjektif dan data objektif serta berpedoman pada teori
Abraham maslow yang terdiri dari kebutuhan dasar atau fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan kasih saying, kebutuhan harga
diri, kebutuhan aktualisasi diri

2.2.2 Diagnosis Keperawatan


Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

2.2.3 Perencanaan Keperawatan Diabetes Mellitus


Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktifitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan serta
mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut juga
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosis
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam diharapkan kadar


glukosa darah klien stabil
Kriteria Hasil :
2.2.3.1 Kadar glukosa darah klien terkontrol
2.2.3.2 Kadar glukosa darah dalam rentang normal: GD puasa (60-100), GDS ( 70-
110)

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus


Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama klien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi. Keterampilan interpersonal dan intelektual juga dibutuhkan serta
teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis (Nur salam 2013).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan Diabetes Mellitus


Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
11

implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam


perencanaan. Perawat mempunyai 3 alternatif dalam menentukan sejauh
mana tujuan tercapai.

2.2.5.1 Berhasil : perilaku klien sesuai perencanaan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan pada tujuan
2.2.5.2 Tercapai sebagian : klien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
2.2.5.3 Belum tercapai : klien tidak mampu samas sekali menunjukan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

2.3 Konsep Dasar Relaksasi otot progresif


2.3.1 Definisi Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan
relaksasi otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan tegangan pada
kelompok otot, dan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan
perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks merasakan
sensasi rileks dan ketengangan menghilangan ( Sugirto 2012).
Relaksasi otot progresif ini mengarahkan perhatian pasien untuk
membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan.
Relaksasi otot progresif ini mengarahkan perhatian pasien untuk
membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan
dibandingkan dengan ketika otot dalam kondisi tenang, relaksasi otot
progresif bermanfaat untuk menurunkan resistensi perifer dan menaikkan
elastisitas pembuluh darah (Sucipto, 2014)
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, kekuatan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan
bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang
merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik relaksasi otot progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Setyoadi 2011).
12

2.3.2 Manfaat relaksasi Otot Progresif


Manfaat relaksasi otot ini akan menghinhibisi hipotalamus untk mengganti
sekresi (corticortropin relaksine hormone). Sehingga sekresi acth
(andrenocorticotropic hormone) dan kortisol juga berhenti. Hal ini akan
berdampak pada penurunan glukosa darah pasien.

2.3.2.1 Menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien yg


menjalanin dialysis (sugirto dkk 2012)
2.3.2.2 Mengurangi kecemasan yang berimplikasi pada mual dan muntah pada
pasien yang mengalami kemotrapi ( sugirto dkk 2012)
2.3.2.3 Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi primer (mashudi,2012)

2.3.3 Langkah langkah latihan relaksasi otot progresif


2.3.3.1 Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama
10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga kliendapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

2.3.3.2 Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.


1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit. Gerakan melatih otot tangan bagian depan dan belakang.
13

2.3.3.3 Ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.

2.3.3.4 Gerakan ke 4 ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.


1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua
telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher
2.3.3.5 Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot
dahi, Smata, rahang, dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
dan kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata.

2.3.3.6 Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot
rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang.

2.3.3.7 Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir


dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.

2.3.3.8 Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun
belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas
14

2.3.3.9 Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.

2.3.3.10 Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung


1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.

2.3.3.11 Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.


1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks

2.3.3.12 Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut dan ulangi kembali seperti
gerakan awal perut ini.
1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas.
2.3.3.13 Gerakan 14 - 15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Anda mungkin juga menyukai